Anda di halaman 1dari 2

Jumat dan minggu

Iqra Lubis

Biarkan aku duduk tenang dan mendengarkan lagu dari


erphone-ku. Biasanya hanya satu lagu yang kuputar
berulang-ulang belasan sampai puluhan kali. Biarkan
saja. Terkadang otakku bisa bekerja maksimal bila hal
ini kulakukan.

Kalau kau melihatku duduk sendiri di sebuah bangku


trotoar, tak perlu kau sapa. Diamkan saja. Aku akan
lebih menghargai kalau kau berpura-pura seolah tak
mengenalku. Karena bila aku memilih untuk duduk di
situ maka itu artinya aku sedang tidak butuh siapa-
siapa. Aku sedang menyepi supaya mampu
mendengarkan keheningan dengan lebih jelas.

Ingin menghiburku?
Ajak saja aku ke toko buku, giring aku dalam diskusi
cerdas tentang literasi. Kau tak suka membaca? Tak
apa. Aku akan baik-baik saja bila diajak ke sebuah
taman atau alun-alun kota. Kita akan duduk di salah
satu sudutnya sambil berbincang lama sekali. Tentang
apa saja. Mulai dari kenapa air hujan yang berasal dari
air laut yang menguap itu rasanya tidak asin, sampai ke
mengapa aku memilih untuk mencintaimu?
Jangan tertawakan kebiasaan makanku yang nyeleneh.
Aku suka makan bakso dengan menghabiskan dulu
semua kuahnya baru kemudian isinya. Aku suka makan
bubur tidak diaduk. Diamkan saja. Kau makanlah sesuai
dengan seleramu, aku tak akan mengganggu.

Melarangku minum kopi hanya akan membuatku


bersedih, jadi sebaiknya jangan kau lakukan. Kenapa?
Ya pokoknya jangan.

Oya, aku tak akan memaksamu berdoa mengikuti cara


dan keyakinanku, jadi tolong jangan kau minta aku
berdoa menurut caramu. Biarkan kita bercengkrama
dengan Tuhan kita masing-masing. Biarkan kita
menemukan kedamaian di hati masing-masing dengan
cara yang berbeda, aku dengan ibadah jumatku dan kau
dengan ibadah minggumu

Masih banyak hal yang bisa membuatku senang. Tapi


ada satu yang paling utama. Biarkan aku terus
mencintaimu dan menunggumu di sini. Supaya aku
tenang, supaya aku senang.

Anda mungkin juga menyukai