PENDAHULUAN
1
Akibat dari trauma kepala yang terbanyak adalah EDH yang berupa
akumulasi atau penumpukan darah yang berada diantara tulang tengkorak bagian
dalam dan lapisan membran duramater. EDH biasanya terjadi akibat tekanan yang
keras terhadap pembuluh darah yang terletak di luar duramater, apakah itu terjadi
pada tulang tengkorak atau pada kolumna spinalis. Pada tulang tengkorak, tekanan
yang berlebihan pada arteri meningeal akan menyebabkan EDH.3
2
Komplikasi dari EDH terjadi ketika adanya pergeseran otak yang
signifikan, sehingga mengakibatkan infark serebral. Jika terjadi perdarahan dalam
batang otak akan menyebabkan herniasi. Contohnya herniasi transtentorial yang
dapat mengakibatkan ipsilateral saraf kranial III. Palsy dari Saraf kranial III
menyebabkan ptosis, dilatasi pupil, dan ketidakmampuan untuk memindahkan
mata ke arah medial, atas, dan bawah.5
Hasil dari penatalaksanaan secara bedah pada EDH akan memberikan hasil
yang baik jika dilakukan secara dini. Berdasarkan teori biomolekular, golden
period tindakan terapi definitif harus dilakukan kurang dari 6 jam setelah trauma,
hal ini dikarenakan cedera otak sekunder dan iskemik otak dapat terjadi 6 jam
setelah kejadian. Penilaian Glasgow Come Scale (GCS) menunjukan korelasi
yang signifikan terhadap penilaian keluaran terhadap cedera kepala.9,10
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran 24 jam pasca operasi
EDH di RSUZA Banda Aceh.
4
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat ilmiah.
1.4.1.1. Menambah pengetahuan peneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesadaran pasien pasca operasi EDH di
RSUZA Banda Aceh.
1.4.1.2. Sebagai sumber acuan dan bahan perbandingan bagi penelitian
selanjutnya terutama penelitian yang berhubungan dengan EDH.
1.4.2. Manfaat bagi praktisi.
1.4.2.1. Sebagai bahan masukan khususnya bagi para instansi terkait untuk
melakukan berbagai upaya dalam penanganan penderita EDH.
1.4.2.2. Dapat memberikan kontribusi terhadap beberapa studi mengenai
EDH.
1.5. Hipotesis Penelitian
H1 : Terdapat perubahan tingkat kesadaran pasca operasi
EDH di RSUZA Banda Aceh.
H2 : Terdapat pengaruh waktu penatalaksanaan
kraniotomi EDH terhadap tingkat kesadaran pasca
operasi EDH di RSUZA Banda Aceh.
H3 : Terdapat pengaruh pupil isokor dan
anisokor terhadap tingkat kesadaran pasca operasi
EDH di RSUZA Banda Aceh.
H4 : Terdapat pengaruh pergeseran midline shift
lebih dari 5 mm terhadap tingkat kesadaran pasca
operasi EDH di RSUZA Banda Aceh.
H5 : Terdapat pengaruh volume EDH terhadap
tingkat kesadaran pasca operasi di RSUZA
Banda Aceh.
H6 : Terdapat pengaruh lokasi EDH terhadap
tingkat kesadaran pasca operasi di RSUZA
Banda Aceh.
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
6
2.1.1.4. Loose areolar tissue
Merupakan jaringan penunjang longgar, menghubungkan
aponeurosis galea dengan periostium kranium (perikranium). Mengandung
beberapa arteri kecil dan beberapa v. emmisaria yang menghubungkan
v. diploica tulang tengkorak dan sinus venosus intrakranial.
2.1.1.5. Perikranium
Merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang
tengkorak. Sutura diantara tulang-tulang dan periostium pada permukaan
luar tulang berlanjut dengan periostium pada permukaan dalam tulang-
tulang tengkorak.
2.1.2. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis kranii
(bagian terbawah). Pada kalvaria di regio temporal tipis, daerah ini dilapisi
oleh otot temporalis. Basis kranii terbentuk tidak rata sehingga dapat
melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselarasi. Pada orang dewasa tulang tengkorak mempunyai 3 lapisan,
yaitu :
2.1.2.1. Tabula interna
Mengandung alur-alur yang berisikan arteria menigea anterior,
media, dan posterior. Apabila fraktur menyebabkan terkoyaknya salah satu
dari arteri tersebut, perdarahan arterial yang diakibatkannya, akan
tertimbun di ruang epidural.
2.1.2.2. Diploe
Merupakan rongga yang berada diantara tabula interna dengan
tabula eksterna.
2.1.2.3. Tabula
Merupakan lapisan tengkorak bagian luar.
7
2.1.3. Meningens (pembungkus otak)
Meningens merupakan selaput yang menutupi seluruh permukaan
otak, terdiri dari 3 lapis :
1. Duramater adalah lapisan luar yang tebal & kuat.
2. Arachnoidea adalah lapisan yang menyerupai jaring laba-laba.
3. Piamater adalah lapisan terdalam yang mengandung banyak
pembuluh darah.
2.1.3.1. Duramater
Duramater terdiri dari 2 lapisan :
1. Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh
periosteum yg membungkus permukaan dalam calvaria;
2. Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa
berlanjut terus di foramen magnum dengan duramater spinalis
yg membungkus medulla spinalis.
Lipatan pada duramater :
1. Falx cerebri merupakan sekat pemisah cerebrum kanan dan kiri
berbentuk bulan sabit, dengan batas atas pinggir atas sinus
sagitalis superior, dan batas bawah sinus sagitalis inferior;
2. Tentorium cerebelli merupakan sekat pemisah antara
cerebrum & cerebellum berbentuk seperti atap kemah;
3. Falx cerebelli adalah suatu sekat pemisah antara cerebellum
kiri dan kanan;
4. Diaphragma sellae merupakan pembungkus yg menutupi sella
turcica.
Antara duramater dan tulang tengkorak terdapat cabang
arteri meningea media yg yg terletak di sulcus arteriosus.
8
2.1.3.2. Arachnoid
Terdiri atas 2 lapisan, yaitu lapisan parietal dan lapisan visceral.
Terkadang menonjol butiran halus menembus duramater yg berhubungan
dengan sinus duramatris disebut villus arachnoid. Jika banyak disebut
Granulationes arachnoidea Facchioni, akibatnya tengkorak juga ikut
berlubang yang disebut Faveollae Granulatio Facchioni.
2.1.1.3. Piamater
Merupakan selaput tipis yg mengandung banyak pembuluh darah
dan melekat erat pada jaringan otak, dapat juga ditemui ruang
subarachnoidnya membesar yang disebut Cisterna.
2.2.1. Definisi
2.2.2. Lokasi
9
Sebagian besar EDH (70-80%) berlokasi di daerah
temporoparietal. Biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat robeknya
arteri meningea media atau cabang-cabangnya, sedangkan 10% EDH
berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya stabil,
mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma, tetapi
pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam
pertama.2,11
2.2.3. Diagnosis
2.2.3.1. Klinis
2.2.3.2. Radiologis
10
Gambar 2.2 Gambaran CT Scan EDH di Lobus Frontal Kanan
11
Cedera yang terjadi pada otak dapat merupakan cedera primer yang
diikuti oleh iskemia otak yang merupakan cedera sekunder. Sesuai Doktrin
'Monroe-Kelly', kompartemen intrakranial pada orang dewasa adalah
incompressible sehingga volume intrakranialnya tetap. Hal ini
mengakibatkan suatu keadaan ekuilibrium, di mana bila terjadi kenaikan
tekanan atau volume salah satu komponen (seperti darah, LCS, dan
jaringan otak), akan terjadi kompensasi penurunan volume komponen lain.
Seperti diketahui bahwa parenkim otak merupakan sub komponen terbesar
dengan berat 1100-1200 gram, kemudian vaskuler dengan volume 150 ml
dan LCS yang memiliki volume 150 ml. Parenkim otak bisa menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat karena mengalami edema.3,8
12
Compliance adalah ukuran yang dikaitkan kemampuan ruang
intrakranial untuk mengembang dan diterjemahkan sebagai perubahan
volume intracranial (dV) dibagi tekanan intra kranial (dP). Bila tekanan
intra kranial atau volume salah satu komponen bertambah, maka berarti
compliance menurun. Sistem compliance dibagi menjadi 2, yaitu physical
compliance dan physiological compliance. Physical compliance
digambarkan sebagai perluasan dari duramater spinal dan pembesaran
tulang tengkorak. Physiological compliance berhubungan dengan
perubahan serebrovaskuler khususnya resistensi sistem vena. Salah satu
aspek yang berhubungan langsung dengan keluaran yang jelek dan
keadaan yang paling merugikan pada cedera otak atau keadaan lain adalah
kenaikan TIK. TIK tidak boleh lebih dari 40 mmHg pada dewasa, karena
akan menyebabkan ancaman bahaya yang serius.13
13
Dalam keadaan perdarahan intrakranial misalnya EDH, bila
diperkirakan ICP naik sampai 35 mmHg, maka untuk mempertahankan
CPP minimal 60 mmHg, diperlukan MAP minimal 60 + 35 = 95mmHg.
Otak memiliki kemampuan mengubah CPP secara autoregulasi. Untuk
menurunkan tekanan, pembuluh darah arteriol akan melebar sedangkan
untuk menaikkan tekanan pembuluh darah akan menyempit. Pada saat
pembuluh darah menyempit akan menghasilkan tekanan perfusi 150
mmHg, sedangkan pada saat melebar akan menghasilkan tekanan perfusi
60 mmHg. Pada saat tekanan perfusi di luar 50-150 mmHg kemampuan
pembuluh darah untuk autoregulasi hilang dan tekanan perfusi otak hanya
dipengaruhi tekanan darah saja, situasi ini disebut pressure-passive flow.3
14
2.2.5. Monitoring iskemia otak
15
Saat ini penelitian dengan marker lain yang tidak invasif dan
akurasi tinggi lebih berkembang pada pemeriksaan plasma darah yaitu
pemeriksaan Neuron Spesific Enolase, protein S-100 B, dan GFAP. NSE
ditemukan di sitoplasma neuron, platelet, eritrosit juga tumor melanoma
dan neuroblastoma. NSE ini meningkat selain trauma pada kepala juga
meningkat pada trauma femur, syok hemoragik, ruptur hepar, usus dan
ginjal. Protein S-100 B ditemukan di astrosit, sel Schwan, jaringan
adiposa, kondrosit, dan sel melanoma.15
2.2.6. Prognosis
Prognosis EDH ini sangat baik bila ditangani dengan segera. Suatu
keadaan Lucid Interval ditemukan pada 20-50% pasien dengan EDH. Hal
ini berarti bahwa kondisi otak sebelumnya baik dan bila terjadi EDH
berlanjut akan mengakibatkan peningkatan TIK, penurunan kesadaran,
kerusakan otak menetap sampai herniasi otak. Penelitian prospektif yang
dilakukan Servadei dkk yang dipaparkan pada British Journal of
Anaesthesia, pada 158 pasien EDH dengan GCS 14-15 yang dianalisa
dengan Mancova bahwa koovariat tebal dan midline shift merupakan
faktor yang sangat bermakna dihubungkan dengan timbulnya indikasi
untuk tindakan operasi yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala yang
menetap, tetapi lokasi dan adanya kelainan lain tidak mencapai nilai yang
signifikan.11,12
16
Pada suatu penelitian oleh Lobato dkk yang dipaparkan didalam
Medscape Journal, pada 54 pasien EDH yang mengalami koma,
didapatkan 67 % subyek penelitian menunjukkan meningkatnya tekanan
intrakranial > 15 mmHg dan sisanya meningkat > 35 mmHg, semuanya
dilakukan operasi evakuasi hematom. Dibandingkan keluaran 6 bulan
sejak trauma, disimpulkan bahwa pasien dengan kenaikan > 35 mmHg
mempunyai korelasi yang kuat terhadap mortalitas.3
17
2.3. Keluaran dari EDH
18
2.3.2. Berdasarkan volume EDH
19
2.3.5. Berdasarkan midline shift
21
2.5. GCS
GCS merupakan suatu deskripsi dari fungsi sistem saraf pusat.
Terdiri dari tiga komponen yaitu membuka mata untuk menilai batang
otak, respon motorik untuk menilai fungsi dari sistem saraf pusat, dan
respon verbal untuk menilai integrasi dari sistem saraf pusat.15
2.6. Komplikasi
22
Komplikasi dari suatu EDH sering terjadi karena adanya tekanan
intraserebral yang mengkibatkan terjadinya pergeseran midline shift yang
signifikan. Ketika terjadinya herniasi, arteri serebral anterior dan posterior
tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan infark sereberal. Jika
herniasi terjadinya hingga ke bawah batang otak, akan mengakibatkan
perdarahan dura dalam batang otak, terutama pada pons. Jika terjadi
herniasi transtentorial dapat mengakibatkan lesi ipsilateral dari saraf
kranial III, yang manifestasinya berupa ptosis, dilatasi pupil, dan
ketidakmampuan untuk menggerakan mata ke arah medial, atas dan ke
arah bawah.3
Postoperative Central Nervous System Infection (PCNSI)
merupakan salah satu masalah serius dalam suatu prosedur neurosurgery
yang harus mendapat perhatian khusus secara segera. PCNSI yang sering
ditemukan diantaranya meningitis, empiema subdural dan abses otak.
Penelitian McClelland dan Hall AW dari 1587 kasus operasi cranial, 14
kasus (0.8%) didapatkan PCNSI, dengan 0.3% meningitis serta 0.2% abses
otak.17
23
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian
yang diakibatkan kecelakaan. Akibat dari trauma kepala yang terbanyak
adalah EDH yang berupa akumulasi atau penumpukan darah yang berada
diantara tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan membran duramater,
biasanya terjadi akibat tekanan yang keras terhadap pembuluh darah yang
terletak di luar duramater.1,3
24
Prognosis EDH ini sangat baik bila ditangani dengan segera. Suatu
keluaran dari EDH sangat bergantung dari berat ringannya cedera yang
didapat yang dihubungkan dengan skala penilaian Glasgow Coma Scale
(GCS). GCS merupakan suatu deskripsi dari fungsi sistem saraf
pusat.digunakan untuk menilai kelainan neurologis dan dipakai secara
umum dalam deskripsi berat atau ringannya suatu cedera kepala. Keluaran
EDH juga dipengaruhi volume, lokasi, pergeseran midline shift dan ukuran
pupil sebelum dilakukan operasi. 15
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
Rumus besar sampel:
N= Z2xP(1-P) x n
Z2xP(1-P)+(n-1) x d2
Keterangan:
N : jumlah sampel
n : jumlah populasi
P : (1-P) proporsi pasien EDH (0,1)
Z value : 1,96
d : deviasi maksimum (0,10)
27
3.4. Variabel penelitian dan definisi operasional
Variabel dan definisi operasional variabel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. EDH adalah suatu kumpulan darah di antara duramater dan
tabula interna, yang dapat berasal dari pembuluh darah-
pembuluh darah di dekat lokasi fraktur yang diukur dalam
satuan milliliter kubik (ml3)
2. GCS adalah Suatu skala untuk menilai sistem saraf pusat secara
semi kuantitatif dari tingkat kesadaran berdasarkan keadaan
buka mata, respon verbal, dan motorik yang dinilai dalam
interval 3-15.
3. Indikasi operasi adalah pasien cedera kepala dengan EDH
memenuhi syarat-syarat untuk dilakukan atau tidaknya suatu
tindakan operasi (secara klinis dan radiologis).
4. Midline shift adalah suatu garis interventrikel (septum
velocidum) dari garis khayal antara krista gali ke protuberensia
occipital inferior yang diukur bergeser atau tidaknya dari
khayal tersebut yang diukur dalam skala milimiter (mm).
5. Pupil Isokor adalah ukuran pupil yang diukur dengan skala
milimeter (mm).
6. Usia produktif adalah usia atau umur yang merupakan saat
seseorang mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu secara
optimal. Rentang usia produktif ditentukan berdasarkan kriteria
usia produktif dari WHO yaitu 19 – 56 tahun diukur dalam
skala tahun.
7. Multitrauma adalah Trauma yang terjadi pada seseorang yang
lebih dari satu jenis trauma (adanya beberapa trauma pada
seorang pasien).
8. Pasca operasi adalah keadaan pasien setelah dioperasi yang
ukur dengan skala tingkat kesadaran (GCS).
28
Independent Dependent
GCS awal
Lokasi EDH
Volume EDH
Waktu operasi
29
3.6. Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh
data dengan metode yang ditentukan oleh peneliti. Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan di RSUZA Banda Aceh pada setiap pasien yang
telah didiagnosis secara klinis dan radiologis suatu EDH. Data dimasukkan
kedalam form penelitian yang berisikan hal-hal yang akan menentukan
pasien masuk kedalam kriteria inklusi atau ekslusi. (form terlampir).
Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi dilakukan inform concern untuk
menjadi sampel pada penelitian. Penilaian akan dilakukan secara langsung
oleh peneliti dalam waktu 24 jam setelah operasi dengan menilai kriteria
yang telah ditentukan.
30
3.8. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Data pasien cedera kepala di RSUZA Banda Aceh dianalisis
menggunakan analisis univariat.
2. Analisis bivariat
Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesadaran 24 jam pasca operasi EDH akan diuji normalitas dan
uji homogenitas, kemudian dianalisis menggunakan analisis
multivariat. Analisis multivariat yang digunakan untuk menilai
variabel ini adalah ANOVA dengan menggunakan software
SPSS. Kemudian akan dilakukan Tukey post hoc test untuk
menganalisis kelompok hasil yang lebih signifikan. Data
dianggap signifikan jika nilai p < 0,05.
31
3.9. Alur Penelitian
Sampel Penelitian
(Pasien EDH)
Operasi
Hasil dan Analisis Hasil dan Analisis Hasil dan Analisis Hasil dan Analisis Hasil dan Analisis Hasil dan Analisis
data data data data data data
32
DAFTAR PUSTAKA
33
16. Taussky P, Widmer HR, Takala F, Fandino J. Outcome After Acute
Traumatic Subdural And Epidural Haematoma In Switzerland: A Single-
Centre Experience. Swiss Medical Weekly. 2008;138(19-20):281-85.
17. Hoyt DB, Coimbra R, Potenza BM. Trauma Systems, Triage and
Transport. Trauma. Sixth Edition. McGraw Hill Companies.2008. 4: 64.
18. Chen H, Guo Y, Chen SW, Wang G, Cao HL, Chen J et all. Progressive
Epidural Hematoma In Patients With Head Trauma: Incidence, Outcome
and Risk Factors. Emergency Medicine International. 2010;1-8. DOI:
10.1155/2012/134905.
19. McClelland S, Hall WA. Postoperative Central Nervous System Infection:
Incidence and Associated Factors in 2011 Neurosurgical Procedures.
Infection Diseases Society of America. 2007;45:55-9. DOI:
10.1086/518580.
20. Marion DW. Head Injury. The Trauma Manual 2nd Edition. 2000;19:27.
34
Lampiran 1. Form penelitian
I. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
No Rekam Medis :
Waktu Pengambilan Data :
1. GCS
1. GCS
35