Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan Oleh :
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 2 Metro
ii
IDENTITAS IDUKA
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas berkah dan rahmat-Nya penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Penyusunan laporan PKL dilakukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan ketuntasan pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
bagi peserta didik Tahun 2021/2022 SMK Negeri 2 Metro.
Selama proses Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memuat tentang
garis-garis besar kegiatan selama PKL. Dengan adanya buku laporan ini
diharapkan dapat membantu semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
PKL,baik itu pihak DU/DI(Instruktur),pihak sekolah(guru pembiming)
dan peserta didik yang melaksanakan PKL. Dengan demikian segala
hambatan ataupun kendala yang dapat terjadi dapat diminimalisir sekecil
mungkin, sehingga pelaksanaan PKL dapat berjalan dengan baik dan
diperoleh hasil yang optimal.
Akhirnya agar pelaksanaan PKL ini dapat terlaksana dengan
baik,maka niat baik dan kesungguhan semua pihak dalam mempedoman
iPANDUAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ini sangat
kami harapkan. Segala pendapat, nasehat dan kritik membangun terhadap
laporan ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan sebuah pedoman
kegiatan dan hasil maksimal yang kita harapkan bersama.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
IDENTITAS IDUKA............................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Landasan Program..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................3
D. Tempat dan Waktu..............................................................................4
C. Penyimpanan Telur.............................................................................11
3.1 Dasar Teori..................................................................................11
v
3.2 Alat dan Bahan ...........................................................................12
3.3 Langkah Kerja.............................................................................12
3.4 Hasil dan Estimasi Biaya.............................................................13
D. Pre Warming.......................................................................................13
4.1 Dasar Teori..................................................................................13
4.2 Alat dan Bahan ...........................................................................14
4.3 Langkah Kerja.............................................................................14
4.4 Hasil dan Estimasi Biaya.............................................................14
E. Setter...................................................................................................15
5.1 Dasar Teori....................................................................................15
5.2 Alat dan Bahan .............................................................................15
5.3 Langkah Kerja...............................................................................16
5.4 Hasil dan Estimasi Biaya...............................................................16
F. Transfer Telur Tetas Dan Candling....................................................16
6.1 Dasar Teori....................................................................................16
G. Hatcher................................................................................................19
7.1 Dasar Teori....................................................................................19
vi
8.4 Hasil dan Estimasi Biaya...............................................................21
I. Grading DOC......................................................................................22
9.1 Dasar Teori....................................................................................22
BAB IV PENUTUP...............................................................................................29
A. Kesimpulan.........................................................................................29
B. Saran...................................................................................................29
LAMPIRAN..........................................................................................................30
1. Dokumentasi Foto
2. Jurnal Harian
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan yang
mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja
pada bidang tertentu, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja,
melihat peluang kerja dan dapat mengembangkan diri di Era Globalisasi.
SMK sebagai penyelengara pendidikan memiliki Program Keahlian yang
disesuaikan dengan lapangan pekerjaan. Program Keahlian tersebut
dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan kelompok bidang
industri / bidang usaha/ asosiasi profesi. Jenis bidang dan program keahlian
ditetapkan oleh direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.50
Tahun 2020 Tentang Praktik Kerja Lapangan bagi peserta didik, bahwa untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
perlu pembelajaran di luar satuan pendidikan formal dan nonformal melalui
Praktik Kerja Lapangan.
Praktik Kerja lapangan yang selanjutnya disingkat PKL adalah
pembelajaran yang dilaksanakan melalui praktik kerja di dunia kerja dalam
waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan dunia kerja . Praktik
Kerja Lapangan merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional, yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dengan program pengusahaan yang diperoleh melalui
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional. Keahlian profesional dapat dibentuk melalui tiga unsur
utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik
dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan
kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan
langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri
1
Praktik Kerja Lapangan merupakan bagian dari program pembelajaran
yang tak terpisahkan dan harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan di Dunia Kerja. Praktik Kerja Lapangan juga merupakan
salah satu kegiatan pembinaan terhadap peserta didik dalam meningkatkan
kreativitas dan ketrampilan sesuai dengan program keahlian yang mereka
pelajari, serta memperoleh pengetahuan, inspirasi tentang berbagai macam
peluang usaha yang dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuannya
untuk berwirausaha dalam kehidupannya kelak.
B. Landasan Program
Landasan program kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 39 Tahun 2008 (Lampiran Bab IV Pasal 5 ayat 1) Tanggal 22
Juli 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
3. Permen dikbud Nomor 61 Tahun 2014 Lampiran III C.7 tentang
Tuntutan Dunia Kerja
4. Peraturan Presiden RI No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter.
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 03/M-IND/PER/2017
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah
Kejuruan berbasis kompetensi yang link and Match dengan industry.
6. Permendikbud Nomor 50 tahun 2020 tentang Praktik Kerja
Lapangan bagi Peserta Didik.
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengaktualisaikan model penyelenggaran pendidikan sistem ganda
(PSG) antar SMK dan Institusi pasangan / indusri (DU/DI) yang
memadukan secara sistematis dan sistematik program pendidikan di
sekolah SMK dan program latihan penguasaan keahlian di dunia kerja
(DU/DI)
b. Membagi topik-topik pembelajaran dari kompetensi dasar yang dapat
dilaksanakan di sekolah (SMK) dan program latihan penguasaan
keahlian di dunia kerja (DU/DI)
c. Memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik
dalam rangka menanamkan (internalize) iklim kerja positif yang
berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja
d. Memberikan bekal etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk
memasuki dunia kerja dalam menghadapi tuntutan pasar kerja global.
3
4. Tujuan Khusus Dunia Indusri
a. Peluang mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan harapan dan
kebutuhan perusahaan
b. Peluang untuk berperan serta dalam pembangunan nasional dalam
upaya menciptakan sumber daya manusia unggul mulai di bangku
sekolah
c. Turut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan dengan
memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapkan ilmu yang
di peroleh dengan kerja nyata di DU/DI
4
BAB II
PROFIL IDUKA
5
B. Struktur Organisasi DU/DI.
Manager Hatchery
Supervisorr
GA & HR
Formen Mekanik
Admin
OB Cleaning Security
area
Maintenance
dan Mekanik
Waker
6
ALUR PEKERJAAN
TERMINAL
Grading HE – Fumigasi HE – pre colling – Colling room – pre warming
SETTER
Setting –
TRANSFER
HATCHER
PULL CHICK
Grading DOC – Sexing
VAKSINASI
Vaksin Layer – Vaksin Broiler – Vaksin Spray
PENDISTRIBUSIAN/PENGEMASAN
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
7
Proses Grading HE
Tujuan seleksi telur tetas adalah untuk mendapatkan anak ayam yang
sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria telur yang baik untuk di tetaskan (HE)
adalah telur yang utuh dan bersih, bebas cacat,bobot telur 50-60
gram,diharapkan dengan kualitas tersebut dapat menghasilkan kualitas DOC
yang baik yaitu dengan berat standar 37 gram dan sehat, pada saat grading HE
diusahakan posisi telur tidak terbalik karna dapat menyebabkan embrio mati
atau jika telur menetas DOC yang menetas akan mengalami abnormal/cacat.
Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas dan telur yang
tidak layak tetas. Ciri ciri telur yang layak di tetaskan:
Berat telur normal yaitu 50-60 gram.
Bentuk telurnormal yaitu berbenntuk oval.
Kerabang telur tidak tipis,berukuran 0,3mm.
Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik bintik.
8
Egg tray
Meja grading HE
Kereta/Trolly
Ember penempung telur pecah
Tissue, sabun cuci tangan Handsanitizer
Sapu,lap pel, dan sodok air
Lampu
Kipas angin
Serok
9
b. Lama waktu fumigasi 15-20 menit.
c. Terdapat fan sirkulasi udara dan exhaust fan.
d. Ruang fumigasi tertutup rapat dan ada alarm untuk waktu.
Kerjakan adminitrasi HE di terminal sebagai berikut: STB-A, STB, STP,
surat jalan BPT DAN BUKU PRA-SETING.
1.4 Hasil
Setelah dilakukan grading atau seleksi pada telur HE maka telur yang akan
ditetaskan akan benar benar terjamin kualitasnya sehinggga di harapkan
akan menghasilkan daya tetas yang tinggai dan mempunyai kualitas DOC
yang memenuhi standar.
10
Panjang : 1,90 m
Lebar : 1,82 m
Tinggi : 2,13 m
Volume : 7,90 m
2.4 Hasil
Fumigasi telur tetas menghasilkan telur yang steril bebas dari bakteri dan
jamur
C. PENYIMPANAN TELUR
3.1 Dasar Teori
Telur yang sudah di fumigasi disimpan di cooling room. Cooling
room merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum
11
dimasukan ke setter. Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan
diatur sehingga embrio tidak berkembang.lama penyimpanan telur tetas
berkisar 3-4 hari pada suhu 20℃ dan kelembaban 70%-80%.
Penyimpanan telur tetas yang terlalu lama dapat mempengaruhi daya
tetas telur. Tujuan telur dimasukan ke ruang pendingin (cooling room)
adalah menunggu sampai jumlah telur yang ingin di tetaskan tercapai
dan juga agar suhu telur semuanya merata dan menekan pertumbuhan
embrio di dalam telur sebelum masuk ke mesin setter sebelum
melakukan setting, suhu telur harus di sesuaikan dengan suhu ruangan
untuk menghindarkan telur dari pengaruh suhu ruangan pendingin
dengan kata lain di sebut pre Warming.
12
4. Lakukan penataan trolly bedasarkan asal kandang, asal farm, jenis HE
(broiler / layer).
5. Jarak antar egg bugy maupun antar tray minimal 20 cm, jika menggunakan
tray di lantai maka di beri alas tray kosong. Agar rapi buatkan garis parkir
telur di lantai.
6. Lakukan pencatatan temperatur dan RH (operator teknik) minimal 2 jam
sekali.
7. Lakukan celup kaki sebelum masuk cooling rom.
8. Pintu cooling room harus selalu tertutup.
9. Gunakan sistem FIFO ( koleksi terlama/terdahulu keluar terlebih dahulu dari
ruang cooling room).
3.4 HASIL
D. PRE WARMING
4.1 Dasar Teori
Setelah jumlah telur yang akan di tetaskan terpenuhi,maka telur tetas di
keluarkan dari cooling room menuju setter. Akibat jauhnya perbedaan
suhu antara cooling room dengan setter,maka perlu adanya penyesuaian
suhu agar embrio yang ada di dalam telur tidak mengalami cekaman.
Proses penyusuaian suhu tersebut di sebut pre warming. Lamanya proses
pre warming di dasarkan pada ketebalan kerabang telur.
13
Keuntungan pre warming yaitu telur tetas (HE) cepat menetas dalam
udara hangat, mengurangi waktu yang di butuhkan untuk mengembalikan
suhu setter dan mampu meningkatkan hatchability.
Prewarming berfungsi untuk menstabilkan kondisi telur setelah keluar
dari cooling room sehingga jarak antara suhu cooling room yang bersuhu
<21℃ dengan temperatur mesin setter bersuhu >37,5℃ tidak begitu
jauh sehingga telur tidak mengalami shock embrio.
Suhu di atur dengan bantuan kipas besar atau blower yang di arahan pada
telur dengan tujuan agar telur tidak mengembun dan setelah beberapa
jam dilakukan pengecekan telur untuk memastikan saat setting kondisi
HE tidak berembun.
14
6. Periksa kembali dan ambil apabila ada telur yang jatuh di lantai,
bersihkan dan lakukan sanitasi.
7. Pastikan semua sudah terkontrol dan sudah sesuai dengan SOP
8. Lalu tutup pintu ruangan pre warming.
E. SETTER
5.1 Dasar Teori
Setter merupakan mesin tempat inkubasi atau pengeraman telur
selama 18-19 hari,dalam kebersihan mesin setterharus selalu dijaga baik
dalam mesin maupun luar mesin untuk menghindari dari kontaminasi,
dengan melakukan program sanitasi 2kali sehari,set point temperatur dan
humidity di sesuaikan dengan jenis mesin dan di sesuaikan suhu
lingkungan sekitar,menurut prosedur mesin chick master temperatur
harus di seting 37,4-37,5℃ dan humidity di seting pada suhu 28,3℃-
29,4℃.
Setting adalah proses masuknya telur ke dalam mesin settersetelah
melalui proses pre warming. Telur dari pre warming di masukan ke
dalam ruang setter (ruang inkubator). Telur di setting bedasarkan
kandang,kualitas telur,dan umur induk ayam. Suhu ruang setter 37,5℃
dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas ( turning) di dalam setter
dilakukan selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran satu jam sekali.
Sudut pemutaran telur 90⸰ dan kemiringan 45⸰ , bila telur tidak di putar,
15
maka kuning telur akan melekat pada satu sisi kerabang telur dan
berakibat pada kematian embrio.
16
9. Lakukan test alarm secara periodik (1-2 jam sekali).
10. Lakukan pencatatan jumlah turning dan pengecekan.
11. Drajad kemiringan turning harus berkisar 38-45⸰.
17
Kain lap
Pallet
Kertas karton
Tong penampung telur explode
Lampu pijar
18
9) Untuk telur infertile ditempatkan di egg tray dan akan dikumpulkan
dan di jual kepada penadah sebagai pakan bebek, pakan lele atau
pembuat roti.
10) Telur tetas yang sudah di transfer harus tercatat jumlah telur
infertile, explode dan fertile per kandang/ farm.
11) Setelah transfer selesai ruang transfer dibersihkan dengan air dan di
sanitasi dengan desinfektan.
6.5 HASIL
G. HATCHER
7.1 DASAR TEORI
Telur yang lolos pada saat candling kemudian dimasukkan ke
dalam mesin hatcher selama tiga hari, selama berada di hatcher tidak
dilakukan pemutaran telur karena pada periode ini akan terjadi
pipping (anak ayam berusaha memecah+ kerabang dengan paruhnya).
Telur berada dalam mesin hatcher selama 72 jam (3 hari), saat telur
tetas masuk dalam mesin hatcher diberikan evaporative formalin
dengan dosis 0,1 cc perbutir pada hari ke 19 s.d 20, setting
temperature mesin hatcher disesuaikan oleh masing-masing jenis
mesin dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Bagian-bagian
mesin hatcher sama dengan bagian-bagian pada mesin setter
Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan
telur. Suhu dalam hatcher sekitar 37-38°C. Kelembaban hatcher
sebelum pipping sekitar 55% dan saat pipping kelembaban dinaikkan
menjadi 70%-75%. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses
19
pipping. Saat telur menetas (setelah pipping) kelembaban diturunkan
kembali menjadi 52%-55% dan suhu dalam keadaan lebih rendah dari
37°C untuk membantu proses pengeringan bulu DOC.
Proses penetasan di dalam hatcher dilakukan dalam waktu 2 hari
atau dari hari ke 19 sampai 21, apabila tanda pengukur kelembaban
setter naik maka telur telah menetas dan apabila telah berangsur turun
maka DOC telah kering kemudian dilakukan pull chick, setelah selesai
pull chick mesin hatcher dibersihkan dengan air dan dilakukan sinitasi
menggunakan desinfektan serta dilakukan fumigasi dengan single
dosis.
20
5. Dan tunggu 3 hari sampai telur menetas
7.4 Hasil
21
H. Pull Chick (Penurunan DOC)
8.1 Dasar Teori
Pada umumnya, lama masa inkubasi di mesin setter dan mesin
hatcher seluruhnya adalah 504 jam atau 21 hari. Setelah itu,proses
selanjutnya adalah pemanenanatau penarikan DOC dari mesin hatcher
yang biasa disebut pull chick.
Adapun kriteria dan syarat pull chick:
1. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
2. DOC sudah dipanen saat masih 5% basah disekitar bulu leher
3. Navel (pusar) sudah menutup rapat dan kering
4. DOC menetas dengan normal,tidak terengah-engah, jika terengah-
engah ini indikasi terlambat pull chick
5. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap
dengan baik.jika perut kempes berarti panen sudah terlambat dan
DOC akan mengalami dehidrasi
6. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempes/lembut dan tidak
keras (Kenyal)
22
I. Grading DOC
9.1 Dasar Teori
Grading DOC (penyeleksian DOC), adalah memilih DOC yang
berkualiatas dan layak dijual sekaligus melakukan klasifikasi grade yang
telah ditetapkan. Tanda-tanda DOC yang berkualitas baik memiliki kriteria
antara lain :
1. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik
2. Tingkah lakunya lincah,responsif dan warna bulu tidak kusam
3. Mata cerah dan terang, pusar bersih dan kering
4. Sisik kaki berwarna kuning dan cerah dan tidak kering
5. Tidak ada cacat fisik maupun abnormalitas fisik
6. Hidung anak ayam bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil yang
menempel. Ini menunjukan pernapasan berjalan dengan baik
7. Besarnya relatif seragam (uniform).bobot DOC diperoleh 65-69% dari
bobot awal (fresh egg)
8. Kemudian DOC dimasukan ke dalam bok/baki dengan jumlah DOC
Broiler 101 bonus (Ekstra) 1 ekor
23
9.2 Alat dan Bahan
Meja grading
Baki plastik DOC
Tong telur DIS
Kereta
Alat sanitasi (sapu,sorok air, kain lap, sekop)
24
0,25cc per ekor dengan menggunakan mesin (PSP Control) yang sudah
otomatis potong paruh (Deabeker) sudah menggunakan laser yamg
disebut dengan IRBT (Infared beak treatment) dengan tujuannya adalah
mencegah terjadinya kanibalisme, efisiensi pakan naik karena pakan
tidak akan tercecer, dan vaksinasi DOC layer dengan teknik subcutan
(dibawah kulit diatas daging) menggunakan 3 obat yang dicampurkan
menjadi 1, yaitu :
1. Diluent (Pelarut)
2. Gentamycin (Supelmen)
3. Vaksin yang utama yaitu Marek Frozen dan
4. Nobilis Rismavac + CA 126
25
4. Alasi tempat penaruhan DOC dimesin PSP Control dengan kertas
karton.
5. Masukan DOC ke yang sudah disiapkan di mesin PSP Control.
6. Gantungkan kepala DOC kepenjepit otomatis yang ada pada mesin.
7. Lakukan penyeleksian pada ayam yang gagal vaksin / berdarah.
8. Susun baki yang sudah divaksin dan dipotong paruhnya dengan 10
tumpuk baki.
9. Beri kode pada baki dengan menggunakan kode IRBT.
10. Kirimkan DOC keruang vaksinasi untuk dilakukan vaksin spray.
26
Proses Vaksin injeksi
27
11.3 Langkah Kerja
1. Siapkan alat vaksin Spray dan injek.
2. Siapkan cairan vaksin yang akan di gunakan.
3. Atur dosis vaksin pada alat vaksin injek(0,2ml) dan Spray(16ml).
4. Sambungkan botol vaksin dengan alat vaksin melalui selang khusus.
5. Ambil DOC yang di dalam baki satu persatu lalu lakukan vaksinasi
dengan Teknik subcutan.
6. Setelah dilakukan vaksinasi lalu susun kembali baki yang berisi
DOC dan beri kode pada kertas bahwa DOC sudah divaksin injek
dan dibawa ketempat vaksin spray.
7. Sebelum DOC divaksin spray lakukan penyeleksian DOC yang
gagal vaksin injek contoh basah dan berdarah.
8. Lakukan vaksin spray dengan cara masukan baki berisi DOC ke
dalam alat spray dan di dorong supaya tuas terdorong dan cairan
vaksin tersemprot.
9. Susun kembali baki berisi DOC dengan jumlah 10 tumpuk baki dan
dibawa ketempat packing.
L. PENDISTRIBUSIAN
DOC yang berasal dari Hatchery bumi ratu nuban PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk di distribusikan ke beberapa farm yang ada di wilayah
Sumatra. Pendistribusian akan lebih baik apabila di lengkapi data-data yang
sesuai dengan yang tertera dengan label box. Data tersebut meliputi jenis
strain ayam, jumlah DOC dan tanggal menetas. Hal penting lainnya adalah
ventilasi, kepadatan dan keselamatan DOC harus benar- benar diperhatikan
untuk menjaga kenyamanan DOC selama pengiriman.
M. PENANAGANAN LIMBAH
Limbah penetasan yang berupa kerabang telur,telur yang tidak menetas,dan
DOC yang aktif di tangani dengan cara berikut:
28
1. Telur yang tidak sesuai kriteria (Pecah, retak ,kerabang tipis, cangkang
berpasir) akan dijual kembali kepada konsumen sebagai telur konsumsi
2. Telur explode, telur yang tidak menetas dan DOC yang cacat dijual kepada
pengusaha ikan lele yang nantinya akan di gunakan sebagai pakan lele,
hasil ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pakan ikan guna mereduksi
tingginya harga pakan saat ini.
3. Kerabang telur bermanfaat bagi petani sebagai pengendali atau penggusir
hama karena baunnya yang tidak disukai seperti keong,kumbang,dan kutu.
4. Kerabang telur juga bermanfaat sebagai pupuk atau pestisida.
11.4
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami melakukan PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) di JAPFA
COMFEED INDONESIA,Tbk. kami mendapatkan banyak manfaat,
pengetahuan, dan segala hal yang terkait dalam dunia kerja.
Disamping itu juga kami dapat mengetahui bangaimana pengalaman
bekerja di industri melalui praktik langsung.Dengan hal tersebut, dapat
membuat kami menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan lebih
menghormati kerja keras orang tua. Karena mencari nafkah untuk keluarga
memanglah tidak mudah dan butuh banyak pengorbanan.
Dapat memahami konsep-konsep non akademis dan non-teksis di dunia
kerja,seperti menjaga hubungan atasan dengan bawahan,menjaga
hubungan sesama kelompok dan sebagainya.
Kami juga belajar bekerja sama dalam tim dengan baik guna
menyelesaikan segala pekerjaan.
Menumbuhkembangkan karakter dan budaya kerja yang profesional pada
peserta didik yang melakukan praktik kerja lapangan
B. Saran
Dari hasil selama kami melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL), kami memberikan saran agar Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat di
laksanakan dengan lancar dan baik kedepanya serta kami berharap :
A. Untuk sekolah
1. Pemantauan terhadap siswa/siswi yang sedang Prakerin lebih di
tingkatkan lagi untuk menyakinkan pihak perusahaan terhadap
program PRAKERIN ini.
2. Dalam pemberian informasi terkait Prakerin kami berharap
kedepanya lebih di tingkatkan lagi agar dapat memudahkan
siswa/siswi dalam melaksanakan Prakerin.
30
3. Dan juga guru-guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan
pada siswa/siswi yang sedang melaksanakan Prakerin.
B. Untuk Perusahahan
Diharapakan kerja sama antara sekolah dengan perusahaan lebih
ditingkatakan dengan memberi banyak peluang kepada siswa/siswi SMK
untuk pratek kerja industri.Diharapkan kepada perusahaan untuk dapat
terus memberikan bimbingan kepada siswa/siswi yang melakukan prektek
kerja industri.Semoga kerja sama antarasekolah dengan perusahaan dapat
lebih baik kedepannya demi kebaikan bersama.
31
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Foto
32
33
34
35