Gambaran Kasus
Tn. S berusi 51 tahun, suku Jawa, beragama Islam, dan berkeja sebagai
Tentara. Tn. S adalah pasien rawat inap dengan diagnosis medis colic abdomen
dan hipertensi, masuk dengan keluhsn nyeri pada perut, mual, muntah 2x dan
tidak nafsu makan. Tn. S memiliki TB= 170 cm, BB= 55 kg. Hasil laboratorium
biokimia Tn.S memiliki kadar Leukosit= 7.900/mm3, Hematokrit: 45%,
Trombosit: 156.000/mm3, dan Hemoglobin: 14.6 gr/dl. Dari hasil pemeriksaan
klinis Tn.S memiliki tekanan darah 150/70mmHg, suhu badan 36 ◦C, respirasi 20
x/menit, dan nadi 84 x/menit.
Hasil dietary history Tn. S pada pagi hari mengonsumsi nasi goreng 1
porsi, telur ceplok 1 porsi, kopi 1 gelas (250ml) atau setara 2 sdm kopi. Siang hari
Tn. S mengonsumsi nasi 1 porsi dengan lauk ayam sayur 1 porsi, sayur nangka 1
porsi, tempe yang digoreng 1 porsi, dan pada sore hari Tn. S mengonsumsi kopi
manis 1 gealas (250ml). pada siang hari Tn. S mengonsumsi 1 porsi nasi, 1 porsi
ayam goreng, dan juga tempe goreng 1 porsi. Tn. S suka membeli makanan di luar
rumah.
BAGIAN 1. ASSESSMENT
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S No RM : -
Umur : 51 tahun Ruang : -
Sex : Pria Tgl Masuk : -
Pekerjaan : Tentara Tgl Kasus : -
Pendidikan : - Alamat : -
Agama : Islam Diagnosis medis : Colic abdomen dan Hipertensi
Kesimpulan :
Pembahasan :
Keluhan utama yang dimiliki oleh Tn. S merupakan gejala dari
penyakit colic abdomen, yaitu mengalami mules, mual, perut terasa perih,
muntah, sendawa yang berlebih serta kehilangan nafsu makan (1). Rasa
nyeri pada perut bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen
(perut) yang mendasari terjadinya penyakit ini adalah infeksi pada organ di
dalam perut, dan juga adanya sumbatan dari organ perut (2). Hasil dietary
history Tn. S sering mengonsumsi makanan yang diolah dengan digoreng
atau memiliki kandungan lemak yang tinggi, konsumsi dari makanan yang
tinggi lemak dapat memicu munculnya gejala seperti mual, dan juga nyeri
pada perut (3). Hasil diagnosis Tn. S mengalami colic abdomen yang
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri parah
pada perut yang disebabkan oleh menegang atau adanya sumbatan atau
peradangan yang terjadi di dalam perut (2). Tn. S juga didiagnosa
mengalami hipertensi, dari hasil dietary history Tn. S jarang mengonsumsi
sayur dan tidak mengonsumsi buah serta makanan yang tinggi lemak
namun tidak diimbangi dengan sayur dan buah menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian hipertensi. Konsumsi lemak yang tinggi
berpengaruh terhadap tingginya simpanan kolesterol dalam darah dan
menyebabkan plak sehingga terjadi penyumbatan yang menyebabkan
terjadinya hipertensi (4). Kebiasaan meminum kopi Tn.S juga
meningkatkan risiko kejadian hipertensi karena kandungan kafein pada
kopi memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut (5).
B. Antropometri
Tinggi Badan Berat Badan
170 cm 55 kg
Kesimpulan :
IMT pasien tergolong normal 19.04 kg/m².
Pembahasan :
IMT = BB/TB2
= 55/(1.7)²
= 55/2.89
= 19.04 kg/m²
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Darah Satuan/Nilai
Awal Kasus Keterangan
Normal
Hematokrit 40-54% 45% Normal
Trombosit 150.000 - 400.000 156.000 Normal
Hemoglobin 13.5-17.5 g/dl 14.6 g/dl Normal
Leukosit 3200-10.000 mm3 7.900 mm3 Normal
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan biokimia yang dilakukan Tn. S
pemeriksaan darah dihasilkan hematocrit, trombosit, hemoglobin, dan
leukosit yang normal.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Satuan/Nilai
Awal Kasus Keterangan
Urin/Darah Normal
Tekanan Darah 150/70
120/80 mmHg Tinggi
mmHg
Nadi 60-100 x/menit 84 x/menit Normal
Respirasi 12-20 x/menit 20 x/menit Normal
Suhu ◦
36.1 C- 37.7 C
◦ ◦
36. C Normal
Kesimpulan :
Hasil pemeriksaan fisik Tn. S menunjuukan tekanan darah yang tinggi,
sedangkan nadi, respirasi dan suhu yang dimiliki Tn. S adalah normal.
Pembahasan :
Pada keadaan hipertensi tekanan darah yang meningkat ditimbulkan
karena darah dipompakan tidak menimbulkan gejala sementara tekanan darah
yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah
dilakukan pengukuran dua kali terpisah, Tn. S mengalami hipertensi tingkat 1 (6).
Faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu faktor genetic, obesitas, kelebihan asupan
natrium dan makanan berlemak, dyslipidemia, serta kurangnya aktivitas fisik.
Konsumsi makanan yang tinggi garam dan juga lemak memiliki pengaruh yang
signifikan dalam peningkatan tekanan darah (7).
F. Terapi Medis
A. Perencanaan
1. Tujuan Intervensi
a. Memberikan makanan dan cairan yang secukupnya yang
tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menteralkan sekresi asam lambung yang berlebihan
b. Membantu menghilangkan retensi garam atau air di dalam
jaringan dan juga membantu menurunkan tekanan darah
2. Preskripsi Diet
a. Syarat Diet :
Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
Energy, dan protein cukup serta lemak rendah yaitu
10-15%
Rendah serat terutama serat tidak larut air
Cairan yang cukup
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu
yang tajam
Tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak
Jumlah natrium disesuaikan dengan berat dari
kejadian hipertensi, pada stage 2 hipertensi boleh
diberikan garam ½ sdt atau 2 gram dan hindari
makanan yang tinggi natrium
b. Terapi Diet
Jenis Diet : Diet Lambung II dan
Rendah Garam II
Bentuk Makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makanan utama dan 2x
selingan
c. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Harris Benedict
Laki-laki = 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) – (6.8 x U)
= 66 + (13.7 x 55) + (5 x 170) – (6.8 x 51)
= 66 + 753.5 + 850 – 346.8
= 1.304.7 kkal
3. Penerapan Konseling :
a. Sasaran Konseling : Pasien dan Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling :
Memberikan motivasi kepada pasien untuk makan dengan
porsi dan jumlah yang cukup
Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengonsumsi
sayur dan buah yang baik bagi kesehatannya
Memberikan pengetahuan kepada pasien dalam memilih
jenis pengolahan makanan dan bahan makanan yang akan
dikonsumsi dimana nantinya akan mempengaruhi
kesehatan pasien dan memilih makaan yang tidak
memberatkan kerja lambung dan juga rendah natrium
c. Target Konseling :
Pasien semakin termotivasi untuk mengonsumsi sayur dan
juga buah
Keluarga dapat membantu dan mendukung pasien untuk
menerapkan diet dan mengonsumsi makanan yang lebih
sehat seperti masakan di rumah
Pasien semakin termotivasi untuk mengurangi asupan
makanan yang digoreng atau meminum kopi yang
berlebihan yang berpengaruh terhadap tekanan darah
d. Waktu Konseling :
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien sekitar 30
menit
e. Metode Konseling :
Penyuluhan individu
f. Alat Bantu Konseling :
Leaflet: Dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian,
penyebab, tanda atau gejala, dan cara pengendalian dari
colic abdomen dan hipertensi
g. Materi Konseling :
Pemberian materi konseling bertujuan untuk
menumbuhkan, mengembangkan dan juga membantu individu
yang membutuhkan pengetahuan lebih (8). Materi konseling
berisi mengenai pengertian mengenai pengertian, tanda atau
gejala, penyebab, dan cara pengendalian dari penyakit yang
dialami Tn. S yaitu colic abdomen dan juga hipertensi
BAGIAN 4.
MONITORING-EVALUASI