Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Dietetik Penyakit Tidak
Menular yang diampu oleh Ibu Marianawati Saragih, M.Gizi
Disusun oleh:
Rima Sri Hatami
P2.06.31.1.17.029
Seorang ibu berusia 42 tahun PNS golongan III, seminggu yang lalu melakukan
pemeriksaan laboratorium : kadar kolesterol total = 282 mg/dl, LDL = 185
mg/dl, HDL = 37 mg/dl dan tekanan darah 170/90 mmHg, TB = 157 cm dan BB
= 69 kg. Mengeluh sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk,
perasaan berputar seperti tujuh keliling, serasa ingin jatuh, berdebar atau detak
jantung terasa cepat dan telinga berdenging.
Hasil recall asupan sehari menunjukkan asupan energi = 140% kebutuhan, protein
= 80%, lemak = 110% kebutuhan, KH = 110% kebutuhan. Rata-rata makan utama
3 kali sehari sebanyak 2-3 kali lauk hewani dan nabati dengan 1-2 sdm
sayur setiap kali makan dan makanan penutup berupa es krim atau cake/donat.
Pada malam hari dia suka makan coklat dan keripik sambil nonton televisi
bersama keluarga.
SKRINNING GIZI
Ny. W
Wanita
42 tahun
0
√
Hipertensi
√
PATOFISIOLOGI
Hipertensi adalah suatu kondisi ketika terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis dan dalam jangka panjang yang menyebabkan kerusakan organ serta
akhirnya meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Tekanan darah merupakan
produk output jantung dan resisten vaskuler sistemik. Pada pasien dengan
hipertensi arteri kemungkinan terjadi peningkatan output jantung, peningkatan
resistan vaskular sistemik, atau kedua-duanya. Patofisiologi terjadinya hipertensi
adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
(Anggraini, 2009) Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang
disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG
merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol
aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik
dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG
terurai dan melepaskan renin. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat
kuat dan memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama
angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh
utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu
vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol
dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan
tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi
garam dan air. Vasopresin, disebut juga antidiuretic hormone (ADH), bahkan
lebih kuat daripada angiotensin sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan
merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari ubuh. Bahan ini dibentuk
di hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke glandula hipofise
posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah. Aldosteron, yang
disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks adrenal, adalah suatu
regulator penting bagi reabsorpsi natrium (Na+ ) dan sekresi kalium (K+ ) oleh
tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosteron adalah pada sel-sel prinsipal di
tubulus koligentes kortikalis. Mekanisme dimana aldosteron meningkatkan
reabsorbsi natrium sementara pada saat yang sama meningkatkan sekresi kalium
adalah dengan merangsang pompa natriumkalium ATPase pada sisi basolateral
dari membran tubulus koligentes kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan
permeabilitas natrium pada sisi luminal membran. (Guyton, 1997) Sampai
sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus berkembang
karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan
terjadinya peninkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah
jantung dan tahanan perifer. (Susalit, 2001)
METABOLISME GIZI
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin
dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan
insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi
natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. (Anggraini, 2009).
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. (Susalit, 2001)
A. ASESMEN GIZI
Domain Data Standar Interpretasi
Riwayat Sosial
Pekerjaan: PNS gol. III
Masalah Gizi
1. Overweight
2. Perubahan Nilai Lab Terkait Lemak
3. Asupan Energi Berlebih
4. Perilaku Tidak Mendukung terkait Gizi
B. DIAGNOSA GIZI
1. NC-3.3. Obesitas berkaitan dengan asupan energi berlebih ditandai
dengan IMT 27,6 kg/m2.
2. NC-2.1. Perubahan Nilai Lab Terkait Lemak bakerkaitan dengan obesitas
ditandai dengan Kolesterol total: 282 mg/dl dan LDL: 185 mg/dl
3. NI-1.3. Asupan Energi Berlebih berkaitan dengan pemilihan makanan
yang tinggi kalori ditandai dengan hasil recall energi 140% keb.
4. NB-1.2. Perilaku Tidak Mendukung Terkait Gizi berkaitan dengan
kurangnya paparan tentang gizi ditandai dengan mengonsumsi makanan
penutup berupa es krim atau cake/donat dan suka makan coklat dan
keripik sambil nonton televise pada malam hari.
C. RENCANA INTERVENSI
1. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Rendah Garam I
b. Tujuan Diet :
Memberikan asupan sesuai kebutuhan untuk membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurukan tekanan darah serta memberikan edukasi gizi terhadap
pasien.
2. Nutrient Delivery
a. Prinsip dan Syarat Diet:
Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam
atau air dan atau hipertensi.
(Almatsier, 2004)
b. Bentuk Makanan: Lunak
c. Rute : Oral
d. Frekuensi : 3x makan utama dan 3x selingan
e. Perhitungan Kebutuhan
Harris Benedict
BEE : 655 + 9,6 (BBA) + 1,8 (TB) – 6,8 (U)
: 655 + 9,6 (69) + 1,8 (157) – 4,7 (42)
: 655 + 562,4 + 282,6 – 197,4
: 1.302,6 Kkl
TEE : BEE x FA x FS
: 1.302,6 x 1,3 x 1
: 1.693,4 Kkl
Koreksi Kalori : TEE-200 Kkl
: 1.693,4 - 200
: 1.493,4 Kkl
4. Standar Makanan
5. Distribusi Makanan
Pagi : 22,5% kebutuhan
: 22,5% x 1575 Kkl
: 354 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
Siang : 25% kebutuhan
: 25% x 1575 Kkl
: 394 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
Sore : 22,5% kebutuhan
: 22,5% x 1575 Kkl
: 354 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
6. Pembagian Bahan Makanan
7. Menu Sehari
(terlampir)
8. Konseling
a. Tujuan :
Memberikan konseling gizi kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai penyakit Hipertensi.
b. Materi : Penyakit hipertensi dan diet rendah garam
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
d. Media : kartu konseling, leaflet
9. Koordinasi
a. Berkoordinasi dengan perawat untuk melihat perkembangan klinik
fisik pasien
b. Berkoordinasi dengan petugas lab untuk memantau hasil lab.