Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM 6

NUTRITION CARE PROCESS


PENYAKIT HIPOTIROID

Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Dietetik Penyakit Tidak
Menular yang diampu oleh Ibu Marianawati Saragih, M.Gizi

Disusun oleh:
Rima Sri Hatami
P2.06.31.1.17.029

PROGRAM STUDI DIII GIZI TASIKMALAYA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
STUDI KASUS 1

Petugas Puskesmas mengadakan kunjungan ke daerah endemik di lereng merapi


untuk mengadakan skrining GAKY. Dalam kegiatan tersebut ditemukan seorang
ibu bernama Ny W, umur 28 tahun, BB 62 kg, TB 155 cm.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan T3 bebas = 0,8 ng/ml dan T4


bebas 0,5 ng/ml dan didiagnosa hipotiroid. Ibu tersebut kelihatan sehat, namun
pada waktu tengadah nampak ada pembesaran pada kelenjar tiroid. Hasil palpasi
terdapat benjolan/nodul pada kelenjar tiroid grade II. Memiliki riwayat sesak
nafas, denyut jantung lambat, kulit kering, sensitif terhadap dingin, mudah letih,
lemah dan lesu. Nenek dari ibu tersebut juga menderita pembesaran kelenjar
tiroid.

Pola makan 3x sehari dan 3x selingan. Hasil recal energi 110% kebutuhan, lemak
110% kebutuhan, proein 90% kebutuhan, karbohidrat 99% kebutuhan.
Mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, sayuran yang banyak dikonsumsi
seperti bunga kol dan kubis yang merupakan hasil dari berkebun.

Ketika ditanya oleh petugas Puskesmas, ibu menggunakan garam beryodium di


awal peracikan bumbu. Garam disimpan pada botol yang terang di dapur.
Pekerjaan ibu sehari-hari sebagai buruh tani. Pendidikan terakhir SMA.

Oleh petugas Puskesmas ibu tersebut dirujuk untuk konsultasi dengan petugas
gizi.
SKRINNING GIZI

Ny. W
Wanita
28 tahun

0

Hipotiroid


PATOFISIOLOGI
Hipotiroid adalah kumpulan manifestasi klinis akibat berkurang atau
berhentinya produksi hormon tiroid (Kemenkes, 2015). Hipotiroid dapat
diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau akuisital), disfungsi
organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu (transien atau
permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/ subklinis).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada
kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon
tiroid, sedangkanhipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang
mempengaruhi produksi hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh
hipothalamus atau produksi tirotropin( TSH) oleh hipofisis (Roberts & Ladenson,
2004). Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:

1. TSH < 5,5 µIU/L  normal


2. 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L  Hipotiroid ringan
3. 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L  Hipotiroid sedang
4. TSH ≥ 15 µIU/L  Hipotiroid berat biokimia

Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
(TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique,peningkatan BB,
gangguan siklus haid, konstipasi, intoleransi dingin,rambut dan kuku rapuh
(Wiseman, 2011).

Walaupun etiologi pasti respon imun tersebut masih belum diketahui,


berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa faktor genetik sangat berperan
dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui pula pada Penyakit Tiroiditis
Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan perubahan fungsi tiroid melalui
mekanisme imun humoral dan seluler yang bekerja secara bersamaan (Tomer Y,
Davies TF, 2003 dan Prummel MF et al, 2004). Kerusakan seluler terjadi karena
limfosit T tersensitisasi (sensitized T-lymphocyte) dan/atau antibodi antitiroid
berikatan dengan membran sel tiroid, mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi.
Sedangkan gangguan fungsi terjadi karena interaksi antara antibodi antitiroid yang
bersifat stimulator atau blocking dengan reseptor di membran sel tiroid yang
bertindak sebagai autoantigen (Tomer Y, Davies TF, 2003 dan Prummel MF et al,
2004). Hormon stimulator tiroid (TSH) memegang peranan terpenting untuk
mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. Pengukuran TSH menjadi hasil test yang
jelas dari fungsi tiroid pada banyak keadaan. Nilai TSH berkisar antara rentang
luar mayor dari kasus primer penyakit tiroid. Jika TSH tidak normal, lihat nilai
dari T4 bebas/ free T4 (fT4). Ketika ada faktor resiko, lihat free T3 (fT3) ketika
fT4 normal dan diduga ada tirotoksikosis.
METABOLISME GIZI
Ada beberapa faktor pengganggu metabolisme hormon tiroid antara lain
defisiensi selenium (Se), besi (Fe), tembaga (Cu), dan zink (Zn), yang jika
bersamaan dengan defisiensi iodin, berubah manifestasi klinisnya.10,11 Defisiensi
selenium menurunkan aktivitas enzim glutation peroksidase. Gabungan defisiensi
iodin dan turunnya sintesis hormon karena defisiensi selenium menyebabkan
timbunan hidrogen peroksida yang mengakibatkan kerusakan sel dan kemudian
menyebabkan gangguan tiroid. Selenium juga penting untuk aktivitas enzim
deiodinase, yang mengubah T4 menjadi T3 . 12 Defisiensi besi menurunkan
aktivitas tiroperoksidase yang tergantung heme di tiroid dan mengganggu produksi
hormon tiroid. Kekurangan besi mempunyai gejala yang hampir sama dengan
hipotiroid. Kadar besi yang rendah menurunkan aktivitas deiodinase yang
selanjutnya menurunkan perubahan T4 menjadi T3 . Secara biologis, rendahnya
kadar besi mempengaruhi sintesis hormon tiroid dengan menurunkan aktivitas
enzim tiroid peroksidase yang tergantung Fe.13 Tiroid peroksidase mempengaruhi
pengikatan iodin ke tirosin yang membentuk T3 dan T4 . Selain itu, rendahnya
kadar Fe menaikkan kadar TSH sirkulasi. Hipotiroidisme sering terjadi bersamaan
dengan anemia. Rendahnya kadar hormon tiroid mempengaruhi fungsi berbagai
organ termasuk ginjal yang merupakan tempat eritropoiesis.14 Cu dan Zn
diperlukan untuk membentuk hormon tiroid dan mengubah T4 menjadi T3 . 15 Cu
dan Zn berperan penting dalam metabolisme tiroid, terutama produksi dan absorpsi
hormon. Cu menstimulasi produksi T4 , mencegah absorpsi berlebihan T4 oleh sel
darah dan mengontrol kadar kalsium tubuh. Perbandingan kadar Zn dan Cu dalam
tubuh yang seimbang adalah 10 : 1 pada lakilaki dan 5 : 1 pada perempuan.
Ketidak seimbangan proporsi mineral ini menyebabkan hipertiroid atau hipotiroid.
Kurangnya Zn dalam darah menyebabkan terjadinya hipotiroid dan mengakibatkan
turunnya metabolisme karena gangguan sistem imunitas.
A. ASESMEN GIZI

Domain Data Standar Interpretasi

Riwayat Pasien Riwayat Personal


- Nama: Ny. W
- JK: Wanita
- U: 28 tahun

Riwayat Sosial
Pekerjaan: Buruh Tani
Pendidikan terakhir: SMA
Tinggal di lereng merapi

Riwayat Medis
- Diagnosa hipotiroid
- Nenek pasien juga menderita
pembesaran tiroid
- Dirujuk untuk konsultasi
dengan petugas gizi
Antropometri TB: 155 cm
BB : 62 Kg BBI : BBN- 10%BBN
: 49,5 Kg

IMT: 62/(1,55)2 IMT Normal: 18,5-23


: 25,8 (WHO Asia, 2006) Obesitas Ringan
Biochemistry Hasil Pemeriksaan Lab
T3 bebas: 0,8 ng/ml Normal: 0,6-1,85 ng/ml Diagnosa
T4 bebas: 0,5 ng/ml Normal: 0,93-1,7 ng/dl Hipotiroid
(Wirawati, 2017)

Clinics Hasil Pemeriksaan Klinis


Ibu tersebut kelihatan sehat, Normal: tanpa benjolan Pembesaran Tiroid
namun pada waktu tengadah Grade II
nampak ada pembesaran pada
kelenjar tiroid.
Memiliki riwayat sesak nafas,
denyut jantung lambat, kulit Tanpa keluhan Gejala hipotiroid
kering, sensitif terhadap dingin,
mudah letih, lemah dan lesu.

Dietary Hasil recall:


Energi 110% keb. 80-120% kebutuhan Asupan Oral
Lemak 110% keb. Adekuat
Protein 90% keb.
Karbohidrat 99% keb.
Kebiasaan
-Pola makan 3x sehari dan 3x
selingan.
-Mengkonsumsi buah dan sayur
setiap hari, sayuran yang banyak
dikonsumsi seperti bunga kol
dan kubis yang merupakan hasil
dari berkebun.
- Ibu menggunakan garam
beryodium di awal peracikan Garam disimpan dalam Perilaku Tidak
bumbu. Garam disimpan pada wadah gelap dan menaburkan Mendukung
botol yang terang di dapur. di akhir pemasakan. Terkait Gizi

Masalah Gizi
1. Overweight
2. Perubahan Nilai Lab Terkait Iodium
3. Perilaku Tidak Mendukung terkait Gizi

B. DIAGNOSA GIZI
1. NC-3.3. Obesitas berkaitan dengan asupan energi yang diperkirakan
berlebih ditandai dengan IMT 25 kg/m2.
2. NC-2.1. Perubahan Nilai Lab Terkait Iodium berkaitan dengan hipotiroid
ditandai dengan T4 bebas: 0,5 ng/ml
3. NB-1.2. Perilaku Tidak Mendukung Terkait Gizi berkaitan dengan
kurangnya paparan tentang gizi ditandai dengan ibu menggunakan garam
beryodium di awal peracikan bumbu dan garam disimpan pada botol
yang terang di dapur.

C. RENCANA INTERVENSI
1. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Energi Rendah
b. Tujuan Diet :
Memberikan asupan sesuai kebutuhan untuk mengendalikan BB
serta memberikan edukasi gizi terhadap pasien setiap konsultasi.
2. Nutrient Delivery
a. Prinsip dan Syarat Diet:
Energi rendah : 1.541 Kkl
Lemak sedang 20-25% dari kebutuhan energi total: 43 gr
Protein sedikit lebih tingigi 1-1.5 g/kg/BB atau 15-20%: 58 gr
KH sesikit lebih rendah 55-65% dari kebutuhan energi total: 231,2
gr
Vitamin dan mineral cukup.
Cairan cukup 8-10 gelas/hari
(Almatsier, 2004)
b. Bentuk Makanan: Lunak
c. Rute : Oral
d. Frekuensi : 3x makan utama dan 3x selingan
e.Perhitungan Kebutuhan
Harris Benedict
BEE : 655 + 9,6 (BBA) + 1,8 (TB) – 6,8 (U)
: 655 + 9,6 (62) + 1,8 (155) – 6,8 (28)
: 655 + 595,2 + 279 – 190,4
: 1.339 Kkl
TEE : BEE x FA x FS
: 1.339 x 1,3 x 1
: 1.741 Kkl
Koreksi Kalori : TEE-200 Kkl
: 1.741 -200
: 1.541 Kkl
P : 15% kebutuhan energi total
: 15% x 1.541 Kkl
: 231,2 Kkl atau 58 gr
L Total : 25% Kebutuhan
: 25% x 1.541 Kkl
: 385,3 Kkl atau 43 gr
KH : 60% kebutuhan
: 60% x 1.541 Kkl
: 925 Kkl atau 231,2 gr
3. Bahan Makanan Anjuran

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat kompleks seperti : Karbohidrat sederhana
karbohidrat nasi, jagung, ubi, singkong, seperti gula pasir, gula
talas, kentang, sereal merah, sirup, kue yang
manis dan gurih
Sumber protein Daging tidak berlemak, ayam Daging berlemak, daging
hewani tanpa kulit, ikan, telur, daging kambing, daging yang
asap, susu dan keju rendah diolah dengan santan kental,
lemak digoreng, jeroan, susu full
cream, susu kental manis
Sumber protein Tempe, tahu, susu kedelai, Kacang-kacangan yang
nabati kacang-kacangan yang diolah diolah dengan cara
tanpa digoreng atau dengan menggoreng atau dengan
santan kental santan kental
Sayuran Sayuran yang banyak Sayuran goitrogenik,
mengandung serat dan diolah sayuran yang sedikit
tanpa santan kental berupa mengandung serat dan yang
sayuran rebus , tumis dengan dimasak dengan santan
santan encer atau lalapan kental
Buah- buahan Semua macam buah-buahan Durian, avokad, manisan
terutama yang banyak buah-buahan, buah yang
mengandung serat diolah dengan gula, dan
susu full cream atau susu
kental manis.
Lemak Minyak tak jenuh tunggal atau Minyak kelapa, kelapa dan
ganda seperti minyak kelapa santan
sawit, minyak kedelai dan
minyak jagung yang tidak
digunakan untuk menggoreng

4. Standar Makanan

No
Bahan Maknaan P Total E Total P Total L Total KH
.
1 Sumber KH 3 525 12 0 120
2 Protein Hewani 3 150 21 6 0
3 Protein Nabati 3 225 15 9 21
4 Sayur 3 75 3 0 15
5 Buah 4 200 0 0 48
6 Gula 0 0 0 0 0
7 Minyak 3 150 0 15 0
8 Susu Rendah Lemak 2 250 14 12 20
Total 1575 65 42 224
173
Range 1415 57,1 72,9 37,7 46,3 202 246
5

5. Distribusi Makanan
Pagi : 22,5% kebutuhan
: 22,5% x 1575 Kkl
: 354 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
Siang : 25% kebutuhan
: 25% x 1575 Kkl
: 394 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
Sore : 22,5% kebutuhan
: 22,5% x 1575 Kkl
: 354 Kkl
Snack: 10% kebutuhan
: 10% x 1575 Kkl
: 157,5 Kkl
6. Pembagian Bahan Makanan

Bahan Maknaan Pagi Snack Siang Snack Malam Snack


Sumber KH 1,0 1,0   1,0  
Protein Hewani 1,0   1,0   1,0  
Protein Nabati 1,0   1,0   1,0  
Sayur 1,0   1,0   1,0  
Buah   1   1,5   1,5
Minyak 1,0  0,5 0,5   1,0  
Gula      
Susu Rendah L   0,5 0,5 0,5   0,5
Total Energi 375 187,5 412,5 187,5 375 187,5

7. Menu Sehari
(terlampir)
8. Konseling
a. Tujuan :
Memberikan konseling gizi kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai penyakit hipotiroid.
b. Materi : Penyakit dislipidemia dan diet dislipidemia
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
d. Media : kartu konseling, leaflet

9. Koordinasi
a. Berkoordinasi dengan perawat untuk melihat perkembangan klinik
fisik pasien
b. Berkoordinasi dengan petugas lab untuk memantau hasil lab.
c. Berkoordinasi dengan dokter penyakit dalam untuk memantau
penyakit lebih intens.

D. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Domain Evaluasi Target Waktu

Antropometri  Pemantauan BB BB Turun 0,5-1 kg/mgg Setiap


BMI normal: 18,5-23 kunjungan
konseling
Biochemistry  Memantau nilai Dalam keadaan normal Setiap
T3 dan T4 kunjungan
ulang (kontrol)
RS
Clinics  Memantau Tanpa keluhan Setiap
keadaan fisik kunjungan
klinis pasien ulang (kontrol)
RS
Dietary  Memantau asupan Sesuai kebutuhan pasien Setiap
makanan pasien kunjungan
konseling
MENU SEHARI

Waktu Bahan Berat E P KH L


Menu Makan
Makan Makanan (gr) (Kkl) (gr) (gr) (gr)
Nasi Tim Nasi Tim 135 175,5 3,2 38,6 0
Ayam 25 75 4,6 0 6,3
Pepes Ayam
PAGI Tahu 100 76 8,1 1,9 4
Wortel 70 24,4 1,3 5,5 0
Tumis Wortel
Minyak Zaitun 5 44,2 0 0 5
Jumlah 395,1 17,2 46 15,3
Pisang 50 46 0,5 11,7 0
SNACK Pancake Margarin 4 25,4 0 0 2
Susu Low Fat 110 67 3,5 4,7 3,8
Jumlah 138,4 4 16,4 5,8
Nasi Tim Nasi Tim 135 175,5 3,2 38,6 0
Tahu 100 76 8,1 1,9 4
Wortel 70 24,4 1,3 5,5 0
SIANG Soup
Daging Sapi 20 53,8 5 0 3
Minyak Zaitun 5 44,2 0 0 5
Susu Susu Low Fat 110 67 3,5 4,7 3,8
Jumlah 440,9 21,1 50,7 15,8
Mangga 50 26 0,1 6,7 0,2
Pudding Buah Naga 70 25,5 0,4 5,8 0
SNACK
Nagalon Melon 70 25,5 0,4 5,8 0
Susu Low Fat 110 67 3,5 4,7 3,8
Jumlah 144 4,4 23 4
Nasi Tim Nasi Tim 135 175,5 3,2 38,6 0
Telur Rebus Telur 50 50,3 10,9 0 0
Buncis 35 12 0,6 2,5 0
MALAM
Tumis Cistel Wortel 35 12 0,6 2,5 0
Minyak Zaitun 5 44,2 0 0 5
Tahu bakar Tahu 100 76 8,1 1,9 4
Jumlah 370 3,2 45,5 9
Mangga 50 26 0,1 6,7 0,2
Melon 70 25,5 0,4 5,8 0
SNACK Fruits Salad Apel 45 26 0,1 6,7 0,2
Yoghurt Low
60 67 3,5 4,7 3,8
Fat
Jumlah 144,5 4,1 23,9 4,2
1632,
Jumlah Total 9 54 205,5 54,1

Anda mungkin juga menyukai