PENDAHULUAN
2. Data Subyektif
a. Keluhan Utama
Pasien masuk rumah sakit melalui Instalasi Rawat Darurat
dengan keluhan BAB encer berkali-kali dengan tambahan
ampas pada feses dalam sehari sampai 4 kali sehari di waktu
pagi hari diikuti dengan peningkatan suhu badan serta perut
terasa penuh dan begah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien didiagnosis menderita Enteritis Akut serta hipertensi
dan berdasarkan hasil laboratorium, pasien didiagnosis
menderita gangguan fungsi ginjal non CKD.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak tahun 2005 didiagnosis menderita hipertensi yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah hingga mencapai
160/90 mmHg.Serta secara teratur mengkonsumsi obat
penurun tekanan darah.
d. Riwayat Gizi Sekarang
Selama dirawat di rumah sakit pasien diberikan Diet
Rendah Garam dan pasien mempunyai nafsu makan yang baik,
sama seperti saat pasien masih sehat.Adapun hasil recall 24
jam sebelum intervensi:
3. Data Obyektif
1. Antropometri
BB : 74 kg
TB : 165 cm
Umur : 69 tahun
No Indikator Hasil
1 Perubahan BB -
2 Nafsu makan menurun -
3 Kesulitan mengunyah /& menelan -
4 Mual -
5 Muntah -
6 Alergi/intoleransi zat Gizi -
7 Diet khusus +
8 Asupan oral +
Sumber: Data Primer, 2015
A. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
Tabel.5 Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Intake
Problem Etiologi Sign
Konsumsi gorengan
Meningkatnya Tekanan darah mencapai
dan makanan siap
tekanan darah 160/90 mmHg
saji berlebih
NI.4.2
Tingginya asupan makanan yang mengandung natrium dan
lemak tinggi yang yang berkaitan dengan konsumsi gorengan
dan makanan siap saji serta kurangnya pengetahuan tentang
kebutuhan zat gizi tertentu yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah mencapai 160/90 mm/Hg.
2. Domain Clinical
Tabel.6 Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Clinical
Problem Etiologi Sign
Hasil laboratorium
Ureum darah 105
mg/dl (↑) (N=10-50
Ureum dan mg/dl).
Gangguan fungsi
Kreatinin Kreatinin darah 3,6
organ ginjal
tinggi mg/dl (↑) (N= < 1,3
mg/dl).
Hasil perhitungan TKK
TKK = 20,8
NC.2.2
Gangguan fungsi organ ginjal berkaitan dengan perubahan nilai
laboratorium atau perubahan kemampuan untuk mengeluarkan
produk sisa metabolisme dan ditandai dengan ketidaknormalan
Ureum dan Kreatinin yang meningkat.
Hasil laboratorium
Ureum darah 105 mg/dl (↑) (N=10-50 mg/dl).
Kreatinin darah 3,6 mg/dl (↑) (N= < 1,3 mg/dl).
B. Diagnosis Medis
Diagnosa medis yang diberikan untuk pasien Tn. AJ adalah Enteritis
Akut, Hipertensi dan juga terdapat Gangguan Fungsi Ginjal.
Faktor Aktivitas
15
- Tidur (15 jam) = 24 𝑥 1 = 0,625.
5
- Duduk (5 jam) = 24 𝑥 1,08 = 0,225
1
- Berdiri (1 jam) = 24 𝑥 1,17 = 0,048
3
- Berjalan-jalan (3 jam) = 24 𝑥 2,37 = 0,296
TEE = BEE x FA x FS
TEE = 1237,4 x 1,194 x 1
TEE = 1477,4 kkal
58,1 𝑔𝑟 𝑥 4
%P = x 100%
1477,4
= 14%
26% ×𝑇𝐸𝐸
Lemak =
9
26% ×1477,4
=
9
384,12
=
9
Lemak = 42,6 gr.
Waktu Menu
Nasi putih
Omelete telur
07.00
Sayur bening
Madu
10.00 Buah apel
Nasi putih
12.00 Semur daging
Sayur sawi
Buah pepaya
16.00
Nasi putih
Ayam goreng
19.00 Sayur labu siam
Pisang ambon
A. Pengertian
1. Enteritis Akut
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar
dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja
menjadi lebih lembek atau cair (Bagian ilmu kesehatan anak FK
UI, 1998).Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa
lender darah (Aziz, 2006).
Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana
terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja
cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari (Ramaiah,2002).Diare
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
(Ngastiyah, 2003). Jadi diare adalah buang air besar yang
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang
encer (Aden, 2010).
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu (Aden, 2010).
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti
lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari
tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan
dalam empat kategori, yaitu (Aden, 2010):
B. Etiologi
1. Enteritis Akut
Makanan dan minuman yang dikonsumsi merupakan semua
zat-zat yang bergizi yang masuk kedalam mulut. Kontak antara
sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mei Yati, 2004) mengatakan
bahwa, makanan dan minuman yang dikonsumsi juga
mempengaruhi kejadian diare akut pada seseorang. Makanan dan
minuman yang dikonsumsi yang sudah terkontaminasi oleh bakteri
maupun virus akan menyebabkan diare, karena sistem pencernaan
dan sistem imunologik dari seseorang belum kuat (Suma, 2014).
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu (Suma,
2014):
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi
parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas
dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO,
Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus
dan lain-lain. (c) Infestasi parasite: Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(candida albicans).
C. Patofisiologi
1. Enteritis Akut
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus
(Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella.
E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme
pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke
D. Gejala
1. Enteritis Akut
Tanda atau gejala dari enteritis akut adalah terjadinya buang
air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat),
konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair (Bagian ilmu
kesehatan anak FK UI, 1998).Diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari
dengan tanpa lender darah (Saputro, 2012).
2. Hipertensi
Adapun gejala hipertensi yang sering ditemui adalah sebagai
berikut (Fauziah, 2015):
Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami
sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat tekanan
darahnya naik melebihi batas normal.
Wajah akan menjadi kemerahan.
Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang
berdebar-debar.
Orang yang mengalami darah tinggi akan mengalami gejala
hipertensi seperti pandangan mata menjadi kabur atau
menjadi tidak jelas.
E. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Enteritis Akut
Penatalaksanaan enteritis akut dapat diberikan dengan
memberikan obat anti diare, Anti muntah, Anti mutilitas,
Therapy rehidrasi (untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara tepat). Therapy rumatan (untuk mengganti
cairan yang hilang sampai diarenya berhenti). Penatalaksanaan
KeperawatanMonitor dan mencatat suhu tubuh, BAB dan BAK.
Berikan suasana lingkungan yang aman dan nyaman. Berikan
obat sesuai indikasi.Tingkatkan pemberian makanan untuk
menghindari efek buruk bagi status gizi (Saputro, 2012).
b. Penatalaksanaan Diet
1. Enteritis Akut
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit,
tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak
nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang
tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam
jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah,
cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong
untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan
minimal 2 sampai 3 liter sehari (Hadi, 2013).
A. Monitoring
1. Monitoring Diet Pasien
Berdasarkan hasil monitoring sebelum intervensi, jenis diet
yang diberikan pada pasien adalah Diet Garam Rendah tanpa
megetahui rentang kadar natrium yang diberikan selama diet.Diet
pasien diberikan dalam bentuk atau konsistensi makanan lunak.
Sedangkan berdasarkan hasil monitoring kasus pasien, maka
pasien sebaiknya diberikan Diet Garam Rendah III dan Diet Protein
Rendah III.
Identifikasi masalah yang ditemukan dalam permasalahan
intake adalah meningkatnya tekanan darah. Diagnosa gizi yang
diambil adalah NI.4.2, tingginya asupan makanan yang
mengandung natrium dan lemak tinggi yang berkaitan dengan
konsumsi gorengan dan makanan siap saji serta kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan zat gizi tertentu yang ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah mencapai 160/90 mmHg.
Sebelum dilakukan intervensi selama 3 hari, pasien terlebih
dahulu di recall 24 jam pada tanggal 5 Oktober 2015 maka
didapatkan persentase asupan energi 1306,5 kkal (88,4%),protein
sebanyak 44,92 gr (81%), lemak sebanyak 30,1 gr (73,5%), dan
karbohidrat sebanyak 213 gr (96%). Pada hasil monitoring diet
pasien, untuk asupan rata-rata energi, protein dan karbohidrat telah
mencapai standar konsumsi akan tetapi asupan lemak pasien
sangat kurang, hal ini disebabkan karena pasien sangat
menghindari makanan-makanan yang menjadi sumber lemak.
Adapun hasil monitoring asupan makanan pasien sebelum
dan selama intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:
140
120
100
Energi
80
Protein
60
Lemak
40 Karbohidrat
20
0
Sebelum Intervensi Intervensi Intervensi
Intervensi 1 2 3
A. Kesimpulan
1. Pasien didiagnosa enteritis akut, hipertensi dan terdapat gangguan
pada fungsi ginjal.
2. Status gizi pasien tergolong obesitas I (berdasarkan WHO Asia).
3. Jenis diet yang diberikan oleh Rumah sakit adalah Diet Garam
Rendah, sedangkan untuk diet yang disarankan adalah Diet Garam
Rendah III dan Diet Rendah Protein III.
4. Pada studi kasus ini diagnosa gizi yang ditegakkan adalah NI.4.2,
NC.2.2, NC.3.3 dan NB.3.1
5. Asupan pasien mengalami peningkatan setelah intervensi, akan tetapi
belum mencapai standar kebutuhan orang sakit. Sedangkan asupan
lemak pasien mengalami penurunan setelah intetrvensi.
B. Saran
1. Pemberian edukasi dan motivasi kepada keluarga pasien
sebaiknya terus dilakukan setiap hari.
2. Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan secara berkala
3. Pemeriksaan antropometri yaitu BB pasien harus terus dilakukan
untuk melihat kenaikan atau penurunan BB pasien
4. Pengontrolan terhadap konsumsi gorengan jalanan dan makanan
cepat saji sebaiknya dikurangi.