PSEUDOTUMOR ORBITA
Oleh:
M.Wahyu Yusron
NIM. 2108437851
Pembimbing :
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
1. Periorbita, jaringan perios yang meliputi tulang orbita. Periorbita pada
kanla optik bersatu dengan durameter yang meliputi saraf optik di anterior
bersatu dengan septum orbita.
2. Saraf optik.
3. Otot ekstra okular. Setiap bola mata mempunyai enam buah otot ekstra
okular yang juga diselubungi oleh fasia. Ligamen dan jaringan ikat.
4. Jaringan lemak. Hampir sebagian besar rongga orbita berisi jaringan
lemak.
5. Kelenjar lakrimal berfungsi mengeluarkan air mata dan sebagian terletak
dirongga orbita.7
3
2.2 Pseudotumor Orbita
2.2.1 Definisi
Pseudotumor orbital, yang juga disebut Orbital inflammatory pseudotumor
(OIP) atau inflamasi orbital idiopatik (IOI), adalah kondisi inflamasi yang bersifat
jinak, tidak menular, tidak neoplastik, dan terjadi di ruang orbita dan periorbita
tanpa adanya penyebab lokal atau sistemik yang dapat diidentifikasi.1 Tidak ada
kelainan infeksi, sistemik, atau neoplastik yang dapat diketahui penyebabnya.
2.2.2 Etiologi
Meskipun belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, para peneliti
telah mempertimbangkan kemungkinan infeksi pada bagian tubuh selain orbita
dan gangguan autoimun sebagai faktor yang berperan dalam terjadinya
pseudotumor orbita. Beberapa jenis infeksi seperti faringitis Streptokokus atau
infeksi saluran pernapasan atas akibat virus telah dilaporkan berkaitan dengan
pseudotumor orbita. 3
Inflamasi orbita dikaitkan dengan beberapa kondisi reumatologi seperti
granulomatosis dengan poliangiitis (sebelumnya dikenal sebagai granulomatosis
Wegener), arteritis sel raksasa, lupus eritematosus sistemik, artritis rematoid,
poliarteritis nodosa, fibrosklerosis multifokal (sekarang dianggap sebagai penyakit
terkait IgG4), penyakit Crohn, dan kolitis ulserativa.5,8
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan peradangan yang
menyebabkan pseudotumor orbita. Penelitian menunjukkan bahwa spesimen
histopatologi menunjukkan tingginya kadar sitokin inflamasi seperti interleukin,
interferon (IFN), dan tumor necrosis factor (TNF). Selain itu, ekspresi CD20 dan
CD25 juga ditemukan meningkat.3 Baru-baru ini, metode profil ekspresi gen
menunjukkan peningkatan regulasi imunoglobulin dan reseptor, tetapi
menunjukkan penurunan regulasi pada alkohol dehidrogenase 1B, adiponektin,
reseptor leptin, dan C1Q.3
2.3.1 Epidemiologi
Pseudotumor orbital telah dilaporkan di seluruh dunia. Antara 6% hingga
16% dari semua tumor orbital diduga sebagai kasus pseudotumor orbital. Lebih
sering terjadi pada wanita paruh baya.1,4 Meskipun lebih jarang terjadi pada orang
4
dewasa, presentasi rata-rata terjadi pada usia 30-60 tahun dan jarang terjadi pada
kedua mata. Pada anak-anak, kejadian bilateral lebih umum dan tingkat
kekambuhan dapat mencapai 76%, sedangkan pada peradangan orbita nonspesifik
(NSOI), tingkat kekambuhan berkisar antara 33% hingga 58% setelah resolusi.
5
Gambar 2. Proptosis pada pseudotumor orbita5
6
tergantung pada tingkat edema jaringan. Keterlibatan lakrimal yang menyebar
biasanya mempengaruhi lobus orbital dan palpebra.
7
2.3.3 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada psudotumor orbita ialah :
a) Kortikosteroid
b) Terapi Radiasi
c) Agen steroid nonspesifik seperti (1) metotreksat; (2) siklosporin-A; (3)
mikofenolat mofetil; (4) siklofosfamid; (5) rituximab
d) Agen biologis seperti (1) infliximab; (2) adalimumab; (3) etanercept; (4)
daclizumab; (5) abatacept; (6) tocilizumab.
Pada orang dewasa, dosis steroid awal yang direkomendasikan adalah 1 mg/kg
prednison. Sementara pada anak-anak, dosis tinggi kortikosteroid oral sekitar 1,0
hingga 1,5 mg/kg/hari dianggap lebih efektif. Dosis total yang dilaporkan adalah
60 mg hingga 100 mg per hari selama satu hingga dua minggu dengan penurunan
dosis selama 5 hingga 6 minggu. Setelah respons klinis membaik, pengurangan
dosis steroid bisa segera dimulai.9
Jika pasien tidak merespons pengobatan steroid atau mengalami kekambuhan
meskipun telah menerima pengobatan steroid, beberapa jenis obat dan tindakan
operasi lain dapat digunakan, seperti antimetabolit, agen pengalkilasi, penghambat
sel T/kalsineurin, penghambat limfosit, penghambat faktor nekrosis tumor, dan
pembedahan.3
2.3.4 Prognosis
Walau pseudotumor orbita bisa sembuh tanpa perawatan pada beberapa
pasien, namun pengobatan utama biasanya menggunakan kortikosteroid. Lebih
dari 75% pasien mengalami peningkatan dalam waktu 24-48 jam setelah menerima
pengobatan kortikosteroid. Meski begitu, tingkat kesembuhan yang tercatat hanya
sekitar 37%. Kekambuhan dapat terjadi pada sekitar 52% pasien, bahkan setelah
mendapatkan pengobatan kortikosteroid.2
2.3.5 Komplikasi
Jika pseudotumor orbita tidak diobati atau tidak merespons pengobatan,
maka hilangnya penglihatan dan gangguan okulomotor yang serius bisa menjadi
permanen. Inflamasi juga bisa menyebar ke struktur terdekat, seperti area di sekitar
mata, saraf optik, dan rongga intrakranial. Beberapa saraf kranial juga bisa terkena,
yang mungkin menyebabkan hemiparesis sensorimotor. Jika inflamasi parah
8
terjadi, glaukoma sudut tertutup sekunder bisa terjadi karena efusi koroid
menyebabkan rotasi anterior badan siliaris. Kemajuan proptosis juga bisa
menyebabkan keratitis pajanan dan terbentuknya ulkus.2
9
RAHASIA BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama :
Mata kiri menonjol disertai penurunan penglihatan sejak 7 tahun yang lalu
10
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 86x/menit
Frekuensi Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,60C
Pemeriksaan fisik :
- Tidak Terdapat pembesaran KGB
STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
20/25 Visus tanpa koreksi Nol
Tidak dikoreksi Visus dengan koreksi Tidak dikoreksi
Ortoforia Posisi bola mata Proptosis
11
Bulat, sentral, Ø 2 mm, Iris/pupil Sulit dinilai
refleks cahaya langsung
(+) dan tidak langsung (+)
Gambar
PEMERIKSAAN PENUNJANG : -
CT SCAN (13 Februari 2023 )
12
Hasil : tidak tampak destruksi basis cranii dan rim orbitalis
tidak tampak infiltrasi ke intracranial
Kesan : Proptosis Okular sinistra
ec : tumor retrobulbar sinistra
RESUME :
Perempuan usia 54 tahun, mata kiri menonjol sejak 7 tahun yang lalu
disertai penurunan penglihatan. Keluhan tersebut awalnya terasa nyeri pada mata,
lalu mata terasa semakin lama terasa menonjol sehingga terasa nyeri saat
menggerakkan bola mata. Keluhan disertai penglihatan yang seiring waktu
penglihatan semakin menurun. Pada pemeriksaan fisik terdapat proptosis pada
okluar sinistra, injeksi konjungtiva, injeksi sklera, infiltrat kornea. Pada
pemeriksaan visus tanpa koreksi mata kiri nol, TIO 15/- mmHg
Diagnosis Kerja:
Pseudotumor Orbita sinistra
13
Diagnosis Banding:
- tumor glandula lakrimal
- Selulitis orbita
Penatalaksanaan
• Farmakologi
Metilprednisolon 1x8 mg (2 minggu pertama),
Metilprednisolon 1x4 mg (2 minggu kedua),
Cendofolxa ED 8x OS,
Gentamicin ED 3x OS,
Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : malam
Quo ad kosmetikum : malam
Daftar Pustaka
1. Eshraghi B, Sonbolestan SA, Abtahi MA, Mirmohammadsadeghi A.
Clinical characteristics, histopathology, and treatment outcomes in adult
and pediatric patients with nonspecific orbital inflammation. J Curr
Ophthalmol. 2019 Sep;31(3):327-334. [PMC free article] [PubMed]
2. Chaudhry IA, Shamsi FA, Arat YO, Riley FC. Orbital pseudotumor:
distinct diagnostic features and management. Middle East Afr J
Ophthalmol. 2008 Jan;15(1):17-27. [PMC free article] [PubMed]
4. Spindle J, Tang SX, Davies B, Wladis EJ, Piozzi E, Pellegrini M, Lally SE,
Shields C, Shinder R. Pediatric Idiopathic Orbital Inflammation: Clinical
Features of 30 Cases. Ophthalmic Plast Reconstr Surg. 2016 Jul-
Aug;32(4):270-4. [PubMed]
14
5. Espinoza GM. Orbital inflammatory pseudotumors: etiology, differential
diagnosis, and management. Curr Rheumatol Rep. 2010 Dec;12(6):443-
7. [PubMed]
6. America Academy of Ophthalmology. 2008. Ophtalmic Pathology and
Intraocular Tumors. San Francisco: America Academy of Ophthalmology.
hal : 219-236.
7. Khurana AK. 2007. Disease of The Orbit, Comprehensive Ophthalmology
Fourth Edition. hal: 377-382.
8. Jakobiec FA, Syed ZA, Stagner AM, Harris GJ, Rootman J, Yoon MK,
Mombaerts I. Orbital Inflammation in Pregnant Women. Am J
Ophthalmol. 2016 Jun;166:91-102. [PubMed]
9. Yuen SJ, Rubin PA. Idiopathic orbital inflammation: distribution,
clinical features, and treatment outcome. Arch Ophthalmol. 2003
Apr;121(4):491-9. [PubMed]
11. Zhang XC, Statler B, Suner S, Lloyd M, Curley D, Migliori ME. Man with
a Swollen Eye: Nonspecific Orbital Inflammation in an Adult in the
Emergency Department. J Emerg Med. 2018 Jul;55(1):110-
113. [PubMed]
15