Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan salah satu kegiatan
di puskesmas yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu, hal
tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 74 tahun
2016 tentang standar pelayanan puskesmas yang menyebutkan bahwa
pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan puskesmas yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Anonim,2004).
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan paradigma baru yaitu patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu.

B. Tujuan
1. Adapun tujuan pelayanan farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan

1
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan.

2. Fungsi pelayanan farmasi


a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
 Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan UPTD
Puskesmas Siabu
 Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
 Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
 Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
 Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
 Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
UPTD Puskesmas Siabu
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
 Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
 Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat
 Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat
 Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
 Memberi konseling kepada pasien/keluarga
 Melakukan pencatatan setiap kegiatan
 Melaporkan setiap kegiatan
c. Sebagai panduan penyelenggaraan pelayanan farmasi di puskesmas
d. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di puskesmas
e. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian
f. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional

2
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pada panduan ini adalah asisten apoteker di UPTD
Puskesmas Siabu

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan upaya kesehatan di UPTD Puskesmas


Siabu, ialah :

1. Obat

2. Evaluasi

3. Mutu Pelayanan Farmasi Puskesmas

4. Pengelolaan perbekalan farmasi

5. Pengendalian mutu

6. Perbekalan farmasi

7. Perbekalan kesehatan

8. Perlengkapan farmasi puskesmas

9. Resep

10. Sediaan farmasi

E. Batasan Operasional

1. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke


dalam obat keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus
diserahkan kepada pasien oleh asisten apoteker.

2. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di


puskesmas yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia
(SDM), pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian
kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.

3
3. Mutu pelayanan farmasi puskesmas adalah pelayanan farmasi
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam
menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode
etik profesi farmasi.

4. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang


merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

5. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan


dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana
dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk
peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang
diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan
farmasi yang berkesinambungan.

6. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat,


bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.

7. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang


diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri
dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan
kimia, radiologi, dan nutrisi.

8. Perlengkapan farmasi puskesmas adalah semua peralatan yang


digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di
farmasi puskesmas.

9. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter


hewan kepada asisten apoteker, untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

4
10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063)
2. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Nomor )
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
pelayanan kefarmasian di puskesmas
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/MENKES/SK/XII/2000
tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam
Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.
7. Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Siabu
No.1828/800.Puskesmas/II/2020 Tentang Pelayanan di Dalam
Gedung dan Luar Gedung di UPT Puskesmas Siabu.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Personalia Pelayanan Farmasi Puskesmas adalah sumber daya
manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas yang
termasuk dalam bagan organisasi puskesmas.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,
memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan,
kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualifikasi SDM pelaksana pelayanan kefarmasian di UPT.Puskesmas
Siabu adalah Pendidikan DIII Farmasi. Selain itu semua tenaga kesehatan
di puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian.
Penanggung jawab ruang farmasi merupakan koordinator dalam
penyelenggeraan kegiatan pelayanan kefarmasian di wilayah kerja
Puskesmas Siabu.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan kefarmasian di UPT. Puskesmas Siabu yaitu
asisten apoteker sebagai koordinator pelaksana kegiatan.

6
PENANGGUNG JAWAB
ERLISMAYANTI
NIP. 197410111998032002

PELAKSANA

PENANGGUNG JAWAB GUDANG PENANGGUNG JAWAB RUANG FARMASI

ERLISMAYANTI RYSCHA FATNI S


NIP. 197410111998032002 NIP. 199112132014102001

PELAKSANA PELAKSANA

MARAHALIM NASUTION HALIMATUSSAKDIAH


NIP. 197203052006042009
ANISAH

Struktur Organisasi Ruang Farmasi


UPT. Puskesmas Siabu

C. JADWAL JAGA
Pelayanan kefarmasian di UPT. Puskesmas Siabu di mulai dari jam :

08.00 – 15.00 hari Senin – Kamis

08.00 – 12.00 hari Jumat

08.00 – 14.00 hari Sabtu

7
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

4 4
3
5
3 2
4
6

2 1

1 4 5

8
1. Ruang Farmasi
Keterangan :
1. Pintu Utama
2. Meja Racik Obat
3. Rak Obat
4. Lemari Obat
5. Komputer dan Print

2. Ruang Gudang Obat


Keterangan :
1. Pintu Masuk Gudang Obat
2. Meja Tulis
3. Refrigator (Lemari Pendingin)
4. Rak Obat
5. Lemari Penyimpanan Obat
6. Kipas Angin

B. Standar Fasilitas

Prasana dan sarana yang harus dimiliki puskesmas untuk


meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
 Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan puskesmas
 Papan nama kamar obat yang dapat terlihat jelas oleh pasien
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
 Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
 Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan
untuk melakukan pelayanan informasi obat

9
2. Peralatan
 Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain stamper,
lemari obat, rak obat, dan pallet, kertas puyer, etiket,sendok obat
dan kotak obat.
 Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer
 Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi
terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (IONI) dan lain-lain
 Tempat penyimpanan obat khusu seperti lemari es untuk
suppositoria, serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci
khusus untuk obat psikotropika dan narkotika
 Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat, komputer dll.

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pengadaan Obat
Pengadaan dimulai dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu
proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk
menentukan jenis dan jumlah dalam rangka pemenuhan kebutuhan
puskesmas. Proses seleksi obat dilakukan dengan mempertimbangkan
pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat.
Data mutasi oabt yang dihasilkan oleh puskesmas merupakan salah
satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan
tahunan.
Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan secara
berjenjang (bottom up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian
obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan
Obat (LPLPO). Selanjutnya seksi farmasi akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas diwilayahnya dengan
memperhitungkan waktu kekosongan obat serta menghindari stok obat
berlebih.
Pengadaan obat dilakukan melalui sistem e-catalog maupun lelang
sesuai ketentuan pemerintah yang berlaku.

B. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan penerimaan obat-obatan hasil
pengadaan barang dan jasa, dan dari gudang kabupaten / kota kepada
puskesmas sesuai dengan permintaan puskesmas. Setiap penerimaan
wajib melakukan pengecekan terhadap obat mencakup jumlah, bentuk
obat, jika tidak sesuai maka petugas penerima dapat mengajukan
keberatan dan sedangkan untuk masa kadaluarsa obat yang diterima
minimal 2 tahun dari saat penerimaan.

11
C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima dengan cara menempatkan obat-obatan yang
diterima pada tempat yang sesuai agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Beberapa
sistem yang unggul dalam pengaturan obat :
 Alpabetis berdasarkan nama generik
 Kategori terapetik atau farmakologi
 Bentuk sediaan

D. Distribusi Obat
Penyaluran/ distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi sub-sub unit pelayanan
kesehatan sehingga tersedia obat-obatan di unit- unit pelayanan secara
tepat waktu, jenis, dan jumlah. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja
puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan waktu yang tepat.
Puskesmas mendistribusikan obat ke pustu dan unit-unit palayanan yang
ada di puskesmas setiap bulan. Pada umumnya obat diberikan 3 hari
kecuali obat antibiotik, pasien khusus, sesuai dengan permintaan dokter.

E. Peresepan Obat
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada asisten apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep
adalah kegiatan yang yang meliputi aspek teknis dan nonteknis yang
harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
penyerahan obat kepada pasien.
Resep harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu :

12
 Identitas dokter (nama, nomor surat izin praktek, alamat praktek
dokter penulis resep, nomor telepon, tanggal penulisan resep, tanda
tangan / paraf dokter penulis obat)
 Superscriptio ditulis dengan simbol R/
 Inscription ( nama obat, kekuatan, jumlah obat yang diperlukan)
 Subscriptio ( bentuk sediaan obat dan jumlahnya, cara penulisan
dengan singkatan bahasa latin)
 Signature (aturan tentang penggunaan obat bagi pasien yang
melihat frekuensi, jumlah obat dan saat minum obat)
 Identitas pasien ( nama dan umur pasien)

F. Pelayanan Obat
Pelayanan Obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis
non teknis :
1. Tahap konfirmasi dan validasi
Kegiatan pada tahap ini meliputi :
 Mengambil resep sesuai dengan urutan
 Skrining administrasi berupa kajian terhadap kelengkapan resep
 Skrining farmasetik berupa kajian terhadap kekuatan sediaan
stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat)
 Skrining pertimbangan klinis, meliputi kajian terhadap ketepatan
dosis obat, duplikat dan atau polifarmasi : reaksi obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek samping obat, manisfestasi klinis lain) kontra
indikasi, dan interaksi.
2. Tahap konsultasi dan asuhan kefarmasian.
Tujuan tahap ini adalah agar pasien mendapatkan informasi yang
tepat.

13
G. Monitoring dan Evaluasi
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan
kefarmasian dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan
kefarmasian itu sendiri. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan
memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian dimulai dari pelayanan
resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga
diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas
selanjutnya. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap bulan.

H. Pencegahan dan Penanganan Obat Kadaluarsa


Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak layak pakai
(karena rusak/ kadaluarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Petugas segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut
kepada petugas gudang obat puskesmas.
b. Petugas gudang obat puskesmas menerima dan mengumpulkan obat
rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai
maka harus segera di kurangkan dari catatan sisa stok pada masik-
masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas kemudian membuat
berita acara obat rusak / kadaluarsa yang diterimanya dari unit-unit
lainnya, ditambah dengan obat rusak / kadaluarsa dalam gudang.
c. Pemusnahan obat kadaluarsa dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku di puskesmas yaitu dengan menggunakan pihak ketiga.
d. Untuk obat psikotropika dan narkotika pemusnahan obat kadaluarsa
dilakukan dengan disaksikan oleh petugas dari dinas kesehatan dan
berita acara pemusnahan di buat rangkap 3 dan dikirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

14
I. Pelayanan dan Penyimpanan Obat Psikotropika dan Narkotika
Pelayanan obat psikotropika dan narkotika dilakukan sama seperti
resep biasa dengan tambahan obat yang bersangkutan ditandai garis
bawah warna merah dan penyimpanan dipisahkan. Penyimpanan obat
psikotropika dan narkotika di simpan di lemari khusus dengan kunci yang
di pegang oleh penanggung jawab farmasi.

J. Rekonsili Obat
Rekonsili obat yaitu membandingkan yang diresepkan dokter dengan
obat yang telah didapatkan pasien sebelumnya.

K. Monitoring Efek Samping Obat


Bila diketahui bahwa obat yang diberikan mempunyai efek samping
beritahu pasien gejala sampingan apa yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Monitoring efek samping obat dilakukan dengan pengisian form
khusus jika terjadi efek samping obat.

L. Penyediaan dan Penggunaan Obat Emergensi


Obat emergensi disediakan di ruangan tindakan pelayanan kesehatan
24 jam, dengan metode floor stock.

15
BAB V
LOGISTIK

Logistik terkait erat dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian


persediaan adalah kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kekosongan di unit
pelayanan kesehatan dasar.

Kegiatan pengendalian adalah :

A. Memperkirakan menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di


puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok
kerja

B. Menentukan :

1. Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan / kekosongan.

2. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk


mencegah terjadinya sesuatu yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman dari gudang (UPT Instalasi Farmasi)

C. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan


dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

16
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan


keselamatan sasaran yakni pasien dengan melakukan identifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang dilaksanakan.

17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
dilaksanakan.

18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada


indikator yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur tindak keberhasilan pelayanan kefarmasian di puskesmas
antara lain :
1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survei berupa angket
melalui kotak saran atau wawancara langsung. Untuk puskesmas
Siabu survey dilakukan oleh bagian mutu.
2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu ( yang telah
ditetapkan)
3. Prosedur tetap ( protap) pelayanan kefarmasian : untuk menjamin
mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.

19
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan


yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus mendukung tiga fungsi


pokok puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertamayang meliputi pelayanan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam upaya membangun
semangat puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
puskesmas perlu diadakan suatu penilaian puskesmas melalui akreditasi
puskesmas. Untuk tercapainya tujuan ini maka disusunlah Panduan
Pelayanan Farmasi Puskesmas Siabu sebagai acuan bagi tenaga
kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di UPT
Puskesmas Siabu, Kabupaten Mandailing Natal.

Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada


komitmen yang kuat dan kerja sama adri semua pihak yang terkait
terutama tenaga kefarmasian yang harus bekerja dengan profesional
sehingga tercapainya tujuan yaitu meningkatkan mutu pelayanan farmasi,
melindungi pasien dan masyarakat dapat dirasakan manfaatnya yang pada
akhirnya dapat meningkatkan citra puskesmas dan kepuasan pasien atau
masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009a, Rumah Sakit, Undang-undang Nomor 44 ( Lembaran


Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Negara Nomor 5072 )
Anonim, 2009b, Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 ( Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Negara Nomor 5063 )
Anonim, 2009c, Narkotika, Undang-Undang Nomor 35 ( Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Negara Nomor 5062 )
Anonim, 2009d, Pekerjaan Kefarmasian, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51
Anonim, 2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II / 2008
Anonim, 2004, Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit, Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1197 / MENKES / SK / X / 2004
Anonim, 2003, Komite K3 Sektor Kesehatan, Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.351 / Menkes / SK / III / 2003
Anonim, 2000a, kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 tentang ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 )
Anonim, 2000b, Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam
Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1747 / Menkes / SK / XII / 2000
Anonim, 1997, Psikotropika, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997
Anonim, 1996, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Permenkes No.6 Tahun 1996
Anonim, 1995, Pembentukan Komiter Nasional Farmasi dan Terapi,
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1009 / Menkes / SK / X /
1995

21
Anonim, 1992, Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 983 / Menkes / SK / XI / 1992
Anonim, 1989, Kewajiban Menulis resep dan atau menggunakan Obat
Generik di Rumah Sakit Pemerintah, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 085 / Menkes / Menkes / PER / I / 1989.
Anonim, 1988, rumah sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b /
Menkes / PER/II/1988.
Anonim, 1986, Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 / Menkes / Per / XII /
1986

22

Anda mungkin juga menyukai