Panduan Ruang Farmasi (2021)
Panduan Ruang Farmasi (2021)
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan salah satu kegiatan
di puskesmas yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu, hal
tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 74 tahun
2016 tentang standar pelayanan puskesmas yang menyebutkan bahwa
pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan puskesmas yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Anonim,2004).
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan paradigma baru yaitu patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu.
B. Tujuan
1. Adapun tujuan pelayanan farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan
1
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan.
2
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pada panduan ini adalah asisten apoteker di UPTD
Puskesmas Siabu
D. Ruang Lingkup
1. Obat
2. Evaluasi
5. Pengendalian mutu
6. Perbekalan farmasi
7. Perbekalan kesehatan
9. Resep
E. Batasan Operasional
3
3. Mutu pelayanan farmasi puskesmas adalah pelayanan farmasi
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam
menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode
etik profesi farmasi.
4
10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063)
2. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Nomor )
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
pelayanan kefarmasian di puskesmas
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/MENKES/SK/XII/2000
tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam
Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.
7. Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Siabu
No.1828/800.Puskesmas/II/2020 Tentang Pelayanan di Dalam
Gedung dan Luar Gedung di UPT Puskesmas Siabu.
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Personalia Pelayanan Farmasi Puskesmas adalah sumber daya
manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas yang
termasuk dalam bagan organisasi puskesmas.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,
memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan,
kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualifikasi SDM pelaksana pelayanan kefarmasian di UPT.Puskesmas
Siabu adalah Pendidikan DIII Farmasi. Selain itu semua tenaga kesehatan
di puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian.
Penanggung jawab ruang farmasi merupakan koordinator dalam
penyelenggeraan kegiatan pelayanan kefarmasian di wilayah kerja
Puskesmas Siabu.
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan kefarmasian di UPT. Puskesmas Siabu yaitu
asisten apoteker sebagai koordinator pelaksana kegiatan.
6
PENANGGUNG JAWAB
ERLISMAYANTI
NIP. 197410111998032002
PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA
C. JADWAL JAGA
Pelayanan kefarmasian di UPT. Puskesmas Siabu di mulai dari jam :
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
4 4
3
5
3 2
4
6
2 1
1 4 5
8
1. Ruang Farmasi
Keterangan :
1. Pintu Utama
2. Meja Racik Obat
3. Rak Obat
4. Lemari Obat
5. Komputer dan Print
B. Standar Fasilitas
9
2. Peralatan
Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain stamper,
lemari obat, rak obat, dan pallet, kertas puyer, etiket,sendok obat
dan kotak obat.
Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer
Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi
terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (IONI) dan lain-lain
Tempat penyimpanan obat khusu seperti lemari es untuk
suppositoria, serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci
khusus untuk obat psikotropika dan narkotika
Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat, komputer dll.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pengadaan Obat
Pengadaan dimulai dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu
proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk
menentukan jenis dan jumlah dalam rangka pemenuhan kebutuhan
puskesmas. Proses seleksi obat dilakukan dengan mempertimbangkan
pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat.
Data mutasi oabt yang dihasilkan oleh puskesmas merupakan salah
satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan
tahunan.
Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan secara
berjenjang (bottom up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian
obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan
Obat (LPLPO). Selanjutnya seksi farmasi akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas diwilayahnya dengan
memperhitungkan waktu kekosongan obat serta menghindari stok obat
berlebih.
Pengadaan obat dilakukan melalui sistem e-catalog maupun lelang
sesuai ketentuan pemerintah yang berlaku.
B. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan penerimaan obat-obatan hasil
pengadaan barang dan jasa, dan dari gudang kabupaten / kota kepada
puskesmas sesuai dengan permintaan puskesmas. Setiap penerimaan
wajib melakukan pengecekan terhadap obat mencakup jumlah, bentuk
obat, jika tidak sesuai maka petugas penerima dapat mengajukan
keberatan dan sedangkan untuk masa kadaluarsa obat yang diterima
minimal 2 tahun dari saat penerimaan.
11
C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima dengan cara menempatkan obat-obatan yang
diterima pada tempat yang sesuai agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Beberapa
sistem yang unggul dalam pengaturan obat :
Alpabetis berdasarkan nama generik
Kategori terapetik atau farmakologi
Bentuk sediaan
D. Distribusi Obat
Penyaluran/ distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi sub-sub unit pelayanan
kesehatan sehingga tersedia obat-obatan di unit- unit pelayanan secara
tepat waktu, jenis, dan jumlah. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja
puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan waktu yang tepat.
Puskesmas mendistribusikan obat ke pustu dan unit-unit palayanan yang
ada di puskesmas setiap bulan. Pada umumnya obat diberikan 3 hari
kecuali obat antibiotik, pasien khusus, sesuai dengan permintaan dokter.
E. Peresepan Obat
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada asisten apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep
adalah kegiatan yang yang meliputi aspek teknis dan nonteknis yang
harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
penyerahan obat kepada pasien.
Resep harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu :
12
Identitas dokter (nama, nomor surat izin praktek, alamat praktek
dokter penulis resep, nomor telepon, tanggal penulisan resep, tanda
tangan / paraf dokter penulis obat)
Superscriptio ditulis dengan simbol R/
Inscription ( nama obat, kekuatan, jumlah obat yang diperlukan)
Subscriptio ( bentuk sediaan obat dan jumlahnya, cara penulisan
dengan singkatan bahasa latin)
Signature (aturan tentang penggunaan obat bagi pasien yang
melihat frekuensi, jumlah obat dan saat minum obat)
Identitas pasien ( nama dan umur pasien)
F. Pelayanan Obat
Pelayanan Obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis
non teknis :
1. Tahap konfirmasi dan validasi
Kegiatan pada tahap ini meliputi :
Mengambil resep sesuai dengan urutan
Skrining administrasi berupa kajian terhadap kelengkapan resep
Skrining farmasetik berupa kajian terhadap kekuatan sediaan
stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat)
Skrining pertimbangan klinis, meliputi kajian terhadap ketepatan
dosis obat, duplikat dan atau polifarmasi : reaksi obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek samping obat, manisfestasi klinis lain) kontra
indikasi, dan interaksi.
2. Tahap konsultasi dan asuhan kefarmasian.
Tujuan tahap ini adalah agar pasien mendapatkan informasi yang
tepat.
13
G. Monitoring dan Evaluasi
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan
kefarmasian dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan
kefarmasian itu sendiri. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan
memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian dimulai dari pelayanan
resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga
diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas
selanjutnya. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap bulan.
14
I. Pelayanan dan Penyimpanan Obat Psikotropika dan Narkotika
Pelayanan obat psikotropika dan narkotika dilakukan sama seperti
resep biasa dengan tambahan obat yang bersangkutan ditandai garis
bawah warna merah dan penyimpanan dipisahkan. Penyimpanan obat
psikotropika dan narkotika di simpan di lemari khusus dengan kunci yang
di pegang oleh penanggung jawab farmasi.
J. Rekonsili Obat
Rekonsili obat yaitu membandingkan yang diresepkan dokter dengan
obat yang telah didapatkan pasien sebelumnya.
15
BAB V
LOGISTIK
B. Menentukan :
1. Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan / kekosongan.
16
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
19
BAB IX
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Anonim, 1992, Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 983 / Menkes / SK / XI / 1992
Anonim, 1989, Kewajiban Menulis resep dan atau menggunakan Obat
Generik di Rumah Sakit Pemerintah, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 085 / Menkes / Menkes / PER / I / 1989.
Anonim, 1988, rumah sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b /
Menkes / PER/II/1988.
Anonim, 1986, Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 / Menkes / Per / XII /
1986
22