KEMENTERIAN KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Pandemi COVID-19 berdampak dan mengguncang sistem kesehatan global dan nasional telah
mengantarkan Indonesia pada pilihan menuju jalan perubahan. Kementerian Kesehatan berupaya
mewujudkan jalan perubahan tersebut melalui transformasi sistem kesehatan Indonesia yang
dilaksanakan di tahun 2022. Kementerian Kesehatan telah mencanangkan enam pilar transformasi
kesehatan, dimana salah satu pilar utama yaitu transformasi pelayanan primer.
Transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan pelayanan promotif dan preventif,
seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun infrastruktur,
melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat manajemen di seluruh fasilitas pelayanan
primer di tanah air. Transformasi pelayanan kesehatan primer yang akan dijalankan menerapkan
konsep kewilayahan difokuskan pada pendekatan siklus hidup serta mendekatkan pelayanan
kesehatan melalui jejaring hingga ke tingkat dusun.
Buku saku ini disusun sebagai panduan dalam mengimplementasikan upaya transformasi pelayanan
primer di Puskesmas sebagai fasyankes primer yang menyelenggarakan UKP dan UKM sehingga dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas. Posyandu Prima, sebagai jaringan Puskesmas, diharapkan
semakin berkembang, baik jumlah maupun kualitas pelayanannya sesuai kebutuhan masyarakat.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 4
C. SASARAN 4
BAB II KONSEP INTEGRASI PELAYANAN PRIMER 5
8
BAB III KLASTER PELAYANAN IBU, ANAK DAN REMAJA
8
A. ALUR KERJA KLASTER PELAYANAN IBU, ANAK DAN REMAJA
9
B. PELAYANAN IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
9
C. PELAYANAN BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
11
D. PELAYANAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA
12
BAB IV KLASTER PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA 12
A. ALUR KERJA KLASTER PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA 13
B. PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA 13
BAB V KLASTER PENANGGULANGAN PENULARAN PENYAKIT 15
BAB VI PENCATATAN DAN PELAPORAN 17
BAB VII PENUTUP 18
REFERENSI 18
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang kesehatan sesuai RPJMN 2020-2024 adalah untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, utamanya dalam
penguatan pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC).
Transformasi pelayanan primer merupakan pilar penting yang dilaksanakan melalui edukasi penduduk,
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelayanan primer.
1
Transformasi pelayanan primer mengacu pada strategi global meningkatkan efisiensi layanan
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pendekatan siklus menurunkan biaya
hidup (people-centred) secara terintegrasi untuk mewujudkan peningkatan kesetaraan menerima pelayanan
pelayanan yang lebih komprehensif, responsif, dan terjangkau. literasi dan perawatan kesehatan yang lebih
baik
Melalui transformasi pelayanan primer diharapkan: peningkatan kepuasan terhadap layanan
mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jaringan dan peningkatan hubungan antara pasien dan
jejaring hingga tingkat desa dan dusun penyedia pelayanan
memperkuat promosi dan pencegahan peningkatan kemampuan untuk merespon
memperkuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) krisis pelayanan kesehatan (resiliensi terhadap
melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan pandemi)
per desa.
2
Transformasi struktur kelembagaan pelayanan primer hingga ke
tingkat desa dan dusun untuk memperluas jangkauan
Perubahan struktural untuk mendukung capaian dan jangkauan pelayanan primer
3
B. Tujuan
Transformasi Pelayanan Primer
Buku saku ini disusun bertujuan untuk mendekatkan
sebagai panduan dalam pelayanan promotif dan preventif
mengimplementasikan berkualitas ke masyarakat dan
upaya transformasi meningkatkan derajat kesehatan
pelayanan primer di
Puskesmas hingga
jaringannya (Posyandu
Prima).
C. Sasaran
4
BAB II
KONSEP INTEGRASI PELAYANAN PRIMER
Pada transformasi pelayanan primer, terdapat perubahan paradigma dalam pelayanan di
Puskesmas, tidak lagi hanya berbasis pada penyakit/program, tetapi melalui klaster yang diintervensi
oleh semua program sehingga pelayanan di puskesmas akan lebih terintegrasi dan komprehensif.
Pada level kecamatan, sistem pelayanan kesehatan primer menjadi tanggung jawab Puskesmas,
sedangkan pada level desa, sistem pelayanan kesehatan akan diselenggarakan di Posyandu Prima.
Klaster pelayanan
dikelompokkan
sebagai berikut:
Klaster 1:
Manajemen
Puskesmas
Klaster 2: Ibu,
Anak, dan Remaja
Klaster 3: Usia
Produktif dan
Lansia
Klaster 4:
Penanggulangan
Penularan Penyakit
5
ALUR INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
6
Penjelasan Alur Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer:
7
BAB III
KLASTER PELAYANAN IBU, ANAK DAN REMAJA
ALUR KERJA KLASTER PELAYANAN IBU, ANAK DAN REMAJA
8
PELAYANAN IBU HAMIL PELAYANAN BALITA
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU (ANC TERPADU) 1 PELAYANAN NEONATAL ESENSIAL:
melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, 2 IMUNISASI RUTIN LENGKAP
komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular Layanan imunisasi rutin lengkap pada balita
dan tidak menular yang dialami ibu hamil serta melakukan terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
tata laksana secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk lanjutan.
menjalani persalinan bersih dan aman. Bidan/perawat di Puskesmas dan Posyandu
Saat kunjungan rumah, kader dapat berperan memberikan Prima (layanan dan event) melaksanakan
edukasi, pendataan ibu hamil, deteksi ibu hamil beresiko imunisasi dan hasilnya dicatat dan dipantau
(4T), pemantauan dan pendampingan ibu hamil, serta pada tabel imunisasi dalam buku KIA.
Kader melalui kunjungan rumah melaksanakan
sweeping dan edukasi tanda bahaya kehamilan.
sweeping dan edukasi Imunisasi Rutin Lengkap.
9
PELAYANAN BALITA
10
PELAYANAN REMAJA
PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA Setelah pelayanan klaster 2 (Ibu, Anak dan Remaja)
selesai, dilakukan input ke dashboard PWS untuk
selanjutnya dilakukan analisis beban penyakit yang
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) yang dilakukan di meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan.
dalam gedung bersifat one stop service yang terdiri dari:
Deteksi dini penyakit menular dan penyakit tidak menular Morbiditas yang perlu dianalisis adalah:
dengan pendekatan anamnesis HEEADSSS (Home, Ibu hamil anemia, ibu hamil KEK, ibu hamil
Education & Employment, Eating & Exercise, Activities & hipertensi, ibu hamil DM, ibu hamil dengan
Peer Relationships, Drug use, Sexuality, Suicide and penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, Hepatitis,
Depression, Safety) yang bertujuan untuk mengetahui COVID-19).
riwayat psikososial dan risiko kesehatan seorang remaja balita dengan penyakit infeksi (TBC, diare,
Penyakit infeksi yang sering dialami usia sekolah dan pneumonia) serta masalah gizi dan
remaja diantaranya TBC, HIV, IMS, dll. Untuk itu perlu perkembangan (gizi kurang, gizi buruk, stunting,
dilaksanakan skrining pada pasien remaja yang bergejala obesitas, masalah perkembangan).
maupun berisiko. remaja anemia, underweight, gangguan refraksi,
Pemeriksaan penunjang bila diperlukan. gangguan pendengaran, penyakit infeksi (TBC).
Tatalaksana sesuai diagnosa penyakit dan risiko masalah
kesehatan, meliputi: Cakupan pelayanan yang perlu dianalisis meliputi:
Tatalaksana medis berupa tindakan atau pengobatan Kuantitas dan kualitas ANC, pelayanan neonatal
Pemberian informasi dan edukasi terkait masalah esensial, bayi mendapat standar pelayanan minimal,
kesehatan yang dialami remaja pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
Konseling melalui penguatan Pendidikan Keterampilan balita (gizi kurang, gizi buruk, stunting, penanganan
Hidup Sehat (PKHS) dan rujukan masalah gizi dan perkembangan),
Pembinaan konselor remaja dan dokter kecil untuk cakupan imunisasi dasar dan lanjutan, balita dilayani
meningkatkan partisipasi remaja MTBM dan MTBS, dan remaja mendapat skrining
Pelayanan rujukan medis, sosial termasuk rujukan hukum kesehatan, mendapatkan TTD, dan mengkonsumsi
bagi remaja yang mengalami kasus kekerasan TTD.
11
BAB IV
KLASTER PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA
ALUR KERJA KLASTER PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA
12
PELAYANAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA
SKRINING HIPERTENSI
Sasaran: penduduk usia > 15 tahun Disamping pemeriksaan tekanan darah, di Puskesmas
Frekuensi: Kegiatan dilaksanakan secara rutin dan pada pasien hipertensi usia ≥ 40 tahun juga dilakukan
berkala untuk memudahkan masyarakat menjangkau pemeriksaan deteksi dini komplikasi pada organ target
layanan dan berdampak pada keberhasilan pencapaian untuk melihat kemungkinan komplikasi penyakit
target. jantung, stroke dan kelainan ginjal:
Skrining hipertensi dapat dilakukan di Posbindu Pemeriksaan mata dengan funduskopi
PTM/Posyandu/Pos UKK, Komunitas, Sekolah, Kampus, EKG dan laboratorium yaitu profil lipid untuk
Instansi/ tempat kerja dan fasyankes atau laboratorium mengetahui dyslipidemia
klinik swasta, komunitas, sekolah, kampus, instansi/ Urinalisis untuk menilai albuminuria, ureum dan
tempat kerja dan serta tempat-tempat umum lainnya, kreatinin.
melalui pemeriksaan tekanan darah menggunakan Tindak lanjut skrining dilakukan konseling perubahan
tensimeter digital. perilaku untuk lebih sehat, seperti gizi seimbang,
Di komunitas deteksi dini hipertensi dilakukan oleh aktivitas fisik, layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)
kader terlatih dan penegakan diagnosis dilakukan di dan terapi yang sesuai Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
Puskesmas/ FKTP. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK).
Tindak lanjut penilaian hasil skrining Hipertensi: Kunjungan rumah oleh kader untuk memberikan edukasi
Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat bila pasien tidak datang 2 kali.
Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan setiap bulan
Hipertensi: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Posyandu/Posyandu Prima) atau
13
Untuk lansia (60 tahun keatas) dilaksanakan
Skrining/Penilaian Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri
(P3G):
SKRINING DIABETES MELITUS Lansia sehat dengan kategori mandiri atau lansia dengan
ketergantungan ringan, atau mempunyai penyakit yang
terkontrol, maka akan diberikan pelayanan di ruang
kegiatan lansia dengan berbagai aktifitas seperti latihan
Sasaran usia skrining > 15 tahun fisik, stimulasi kognitif, edukasi/konseling, PMT,
Penapisan dilakukan untuk usia > 15 tahun dengan faktor penyuluhan, interaksi sosial. Setelah itu pasien dapat
risiko PTM obesitas dan atau obesitas sentral, dan atau pulang.
tekanan darah tinggi. Bila ditemukan lansia dengan kategori kelompok lansia
Skrining DM di Posyandu dan FKTP dilakukan 1 tahun dengan ketergantungan sedang, berat atau total, maka
sekali: harus mengikuti program layanan perawatan di rumah
Pada saat kegiatan Posyandu oleh kader terlatih dan (homecare), dapat melibatkan pelaku rawat/
penegakan diagnosa dilakukan di FKTP. pendamping/ caregiver atau dirujuk ke Rumah Sakit.
Skrining di Posyandu Prima dan FKTP dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan, mengacu pada Panduan
Praktik Klinis (PPK), atau ketentuan lain yang berlaku.
Setelah pelayanan klaster 3 (Usia Produktif dan Lansia)
Alat yang digunakan untuk skrining DM: Alat
selesai, dilakukan input ke dashboard PWS untuk
pemeriksaan kadar gula darah (Glukometer untuk
selanjutnya dilakukan analisis beban penyakit yang
kegiatan Posyandu/Posyandu Prima atau Clinical
meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan.
Chemistry Analyzer di Puskesmas/FKTP lainnya)
Morbiditas yang perlu dianalisis adalah:
Tindak lanjut skrining DM dapat dilakukan kunjungan
Hipertensi
rumah oleh kader untuk memberikan edukasi.
Underweight
Penilaian hasil skrining DM dan tindak lanjutnya:
Obesitas (umum dan sentral)
Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
Pre diabetes dan Diabetes Melitus
Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup
Penyakit Infeksi (HIV, TBC)
sehat dan pemantauan selama 3 bulan
Masalah kemandirian pada Lansia
Diabetes: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
Cakupan pelayanan yang perlu dianalisis meliputi:
kesehatan (Posyandu/Posyandu Prima) atau
cakupan sasaran pelayanan deteksi dini (skrining)
tatalaksana sesuai PPK dan peraturan lain yang
faktor risiko PTM usia produktif dan lansia
berlaku (Puskesmas)
klien hipertensi yang berobat teratur setiap bulan
14
BAB V
KLASTER PENANGGULANGAN PENULARAN PENYAKIT
ALUR KERJA KLASTER PENANGGULANGAN PENULARAN PENYAKIT
Kegiatan dalam klaster penanggulangan penularan penyakit harus mengacu pada Strategi
Kewaspadaan Dini dimana hal ini mencakup deteksi dini dengan penemuan kasus baik secara pasif
dan aktif, pemeriksaan laboratorium dan kegiatan surveilans (verifikasi respon). Kegiatan ini akan
mencakup kegiatan di dalam gedung maupun diluar gedung melalui upaya promotif preventif.
15
Alur kerja klaster 4 diawali dengan melihat hasil analisis dari PWS (pemetaan beban penyakit di
wilayah kerja Puskesmas), maka klaster 4 akan menindaklanjutinya melalui evaluasi potensi KLB. Jika
bukan merupakan penyakit potensial KLB maka dilakukan tindak lanjut untuk memutus rantai
penularan meliputi survey kontak, skrining, pemantauan minum obat dan kegiatan lain yang
diturunkan ke level layanan Posyandu Prima dan kunjungan rumah.
Skrining, penegakan diagnosis yang ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium hingga tata laksana
sesuai SOP telah dilaksanakan oleh klaster sesuai siklus hidup.
16
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
17
BAB VII
PENUTUP
https://link.kemkes.go.id/JuknisIntegrasiLayanan
18