Anda di halaman 1dari 32

TUGAS STUDI KASUS INDUSTRI

Dosen Pengampu:
apt. Fitri Kurniasari, M.Farm

Disusun oleh:
Kelompok: 1

1. Din Samsudin 2320455148


2. Dina Leniarti 2320455149
3. Efrim Marlinandy 2320455151
4. Fauzia Rahmani 2320455154
5. Kurnia Aprilia 2320455156

Kelas: C

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 45


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2023
SOAL

1. Rancanglah formulanya! Sertai penjelasan produk apa yang ditiru dan penjelasan bahan
tambahan apa yang dibutuhkan disertai pustaka yang memadain
2. Tuliskan alur produksi simplisia,ekstrak dan sediaan tersebut, beserta keterangan lengkap,
sertakan rencana jumlah bahan/bets
3. Rancanglah layout ruangan produksi untuk sediaan tersebut, gambarkan , beri keterangan
secara detail
4. Rancanglah spesifikasi kemasan primer/ sekunder (dilengkapi dengan nama produk anda)
5. Rancanglah layout gudang untuk penyimpanan produk jadi beserta keterangn jelas dan
detail.
6. Bagaimana pengelolaan limbah mencakup, Kharakteristik dari Limbah, dan Peraturan
tentang limbah yang berlaku, jelaskan secara rinci dan lengkap (termasuk pengelolaan
limbah kemasan primer dan sekunder dari produk tersebut),jika produk tersebut
mengalami penarikan karena cemaran logam di pasaran (lengkapi dengan berita acara
pemusnahan produk)
7. Buatlah/ rancangan prosedur/protap pengelolaan limbah tersebut, dilengkapi kop instansi,
nama produk dan cara pengelolaan limbahnya
8. Buatlah lay out pembuangan limbah dengan keterangan yang jelas dan lengkap
9. Jika perusahaan anda membuat sediaan sirup juga, bagaimana pengolahan airnya?

JAWABAN
1. Rancangan Formula

Bahan Fungsi 1 tablet (mg)

Daun Sogomanis (Acanthus Zat Aktif (Meredakan batuk 420 mg


ilicifolius L.) dan sariawan)

Thymi (Thymus vulgaris) Zat Aktif (Meredakan batuk) 270 mg

Akar Manis (Glycyrrhiza glabra) Zat Aktif (Melegakan 270 mg


tenggorokan)
Bunga Seruni (Chrysanthemum) Zat Aktif (Meringanka sakit 270 mg
tenggorokan)

Zat Aktif (Meringankan panas 210 mg


Alang-Alang (Imperata
dalam)
cylindrica)

Na bikarbonat Sumber Basa 507

Asam tartrat Sumber Asam 453

PEG 6000 Pelicin 90

PVP Pengikat 60

Laktosa Pengisi 300

Aspartam Pemanis 150

Total 3000

Produk yang ditiru adalah Kuldon sariawan tablet dengan bahan aktif Daun Sogomanis, Thymi,
Akar Manis, Bunga Seruni, Alang-Alang. Bahan tambahan yang digunakan diantaranya yaitu
seperti yang ada di tabel dengan mengacu pada jurnal “Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak
Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.) Menggunakan PEG 6000 Sebagai Lubrikan dan Asam Sitrat-
Asam Tartrat Sebagai Sumber Asam” namun dengan beberapa perubahan formulasi dengan
menyesuaiakn jumlah sumber asam dan sumber basa yang digunakan.

Dosis efektif zat aktif berdasarkan empiris (FOHAI 2016 dan FROTI, 2017):

• Daun Sogomanis (sariawan): 3 x 5 g daun/hari


• Daun Thymi (batuk): 2 x 250mg = 500mg/hari
• Akar manis (melegakan tenggorokan): 1 x 10 g
• Alang alang (Meringanka sakit tenggorokan): 3 x 100 g akar/hari
Dosis dari formula → Bahan kering (simplisia) setara dengan 40-60 % dari bahan segar

• Dosis Sogomanis (sariawan): 7,5g/hari


• Daun Thymi (batuk): 1g/hari
• Akar manis (melegakan tenggorokan): 5 g/hari
• Alang alang (Meringanka sakit tenggorokan): 150 g/hari

Dosis dari rendemen


No. Nama Simplisia Syarat Rendemen Dosis berdasarkan
Rendemen (%) rendemen / hari
(%)
1. Daun Sogomanis ≥ 10, 3 10,5 10,5/100 x 7500 mg= 787,5
(Nurdianti mg
dkk., 2022)
2. Daun Thymi 15 15/100 x 1000 mg = 150 mg
3. Akar Manis 6,8 (Sogandi 15 15 /100 x 5000 mg = 750 mg
dkk., 2019)
5. Batang Alang – ≥ 11,90 % 16,2 16,2 / 100 x 24,3 g
alang (Kartika.,
2012)

2. Tuliskan alur produksi simplisia,ekstrak dan sediaan tersebut, beserta keterangan lengkap,
sertakan rencana jumlah bahan/bets

Prosedur Pembuatan Simplisia


1 Bets : 1000.000 Sediaan
A. Simplisia
No. Nama Simplisia Simplisia Basah Simplisia Kering Rendemen
(Ton) (Ton)
1. Daun Sogomanis 6500 5,1 78,5
2. Thymi 3000 2,3 76,7
3 Akar Manis 3000 2,3 76,7
4. Bunga Seruni 2000 1,5 75
5. Alang – alang 2000 1,7 85

Rumus Rendemen Simplisia


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Randemen (%)= X 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

B. Serbuk
No. Nama Simplisia Simplisia Kering Berat Serbuk Rendemen (%)
(Kg) (Kg)
1. Daun Sogomanis 5100 4100 80,4
2. Thymi 2300 1800 78,3
3. Akar Manis 2300 1800 78,3
4. Bunga Seruni 1500 1100 73,3
5. Alang – alang 1700 1300 76,5

Rumus Rendemen Serbuk


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
Randemen (%)= 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 X 100%

C. Ekstrak
No. Nama Simplisia Berat Serbuk Berat Syarat Rendemen
(Kg) Ekstrak (Kg) Rendemen (%)
(%)
1. Daun Sogomanis 4000 420 ≥ 10, 3 10,5
(Nurdianti
dkk., 2022)
2. Thymi 1800 270 15
3. Akar Manis 1800 270 6,8 (Sogandi 15
dkk., 2019)
4. Bunga Seruni 1100 270 ≥ 22, 7 (FHI, 24,5
2017)
5. Batang Alang – 1300 210 ≥ 11,90 % 16,2
alang (Kartika.,
2012)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Randemen (%)= X 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛

Prosedur pembuatan simplisia


A. SERBUK

1. Pengumpulan simplisia
Proses pengumpulan diperoleh dari tumbuhan liar dan budi daya kecil-kecilan dengan
memanfaatkan bagian dari tanaman yang akan digunakan, misalnya akar, buah, bunga dan
daun. Kesesuaian mutu simplisia pada tahap ini diperoleh dari hasil budi daya dan pascapanen
tanaman obat yang berkualitas meliputi teknik panen, periode dan waktu panen serta
menghindari pencampuran dengan bahan yang lain (Widiyastuti, 2020).

2. Perajangan simplisia
Beberapa jenis simplisia mengalami perubahan dari bentuk aslinya dengan cara diiris,
dipotong dan serutan untuk mempermudah tahap pengeringan, pengemasan, penggilingan dan
penyimpanan. Tahap perajangan dapat menggunakan pisau atau alat perajang yang didesain
dengan ukuran yang sama dan menghasilkan rajangan yang sama (Kemenkes, 2011). Mesin
perajangan yang digunakan yaitu cubical cutting.

3. Pengeringan simplisia
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000) tujuan susut pengeringan yaitu dengan
memaksimalkan penetapan batas proses pengeringan perihal besarnya senyawa yang hilang.
Pengeringan simplisia tidak akan merusak bahan simplisia akan tetapi memudahkan dalam
penyimpanan untuk keperluan stok yang disimpan dalam keadaan kering (simplisia).
Pengeringan buatan memiliki mutu kerja yang lebih baik dibandingkan yang pengeringan
ilmiah. Pengeringan buatan lebih menguntungkan karena pengurangan kadar air yang cukup
tinggi sehingga dapat mempercepat pengeringan serta proses tersebut tidak dipengaruhi oleh
cuaca (Kemenkes, 2011).
No Nama Bahan Berat serbuk (Tablet) gram Berat Serbuk (Bets) kg
1 Daun Sogomanis 4,1 4100
2 Thymi 1,8 1800
3 Akar Manis 1,8 1800
4 Bunga Seruni 1,8 1800
5 Alangalang 1,3 1300
A. Ekstrak
Pembuatan ekstrak daun dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 70% dengan perbandingan satu bagian serbuk kering simplisia dan 10 bagian pelarut.
Serbuk dimasukkan ke dalam botol maserasi lalu ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak
1:10 ml. Serbuk direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk lalu didiamkan selama
18 jam. Kemudian maserat dipisahkan dengan cara filtrasi. Proses penyarian kemudian
dilakukan kembali dengan pelarut etanol 70% dan jumlah volumenya sebanyak setengah kali
jumlah volume pada penyarian pertama. Mesin yang digunakna untuk mesaresi yaitu
Selanjutnya semua maserat dikumpulkan lalu diuapkan menggunakan vacuum rotary
evaporator dengan suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang telah diperoleh
kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut. Bobot randemen dikatakan memenuhi syarat
apabila randemen memiliki nilai >10%. (FHI, 2017).
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Randemen (%)= 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 X 100%

Serbuk simplisia
daun
Maserasi
dengan
pelarut etanol
Ekstrak daun

Dipekatkan
dengan
Rotary

Ekstrak kental daun

Ekstrak dikeringkan
dengan oven selama
± 15 menit hingga
Prosedur granulasi basah
1. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan formulasi
2. Campurkan komponen asam (As. Tartat, Zat aktif berupa ekstrak daun sagamanis, timi,
akar manis, bunga seruni, alang alang), lalu tambahkan laktosa
3. Campuran komponen asam ditambah larutan PVP dalam etanol 96% ssecukupnya sampai
terbentuk massa granul
4. Campurkan komponen basa (Na. Bikarbonat, Aspartam), tambahkan PEG 6000
5. Campuran komponen basa ditambah larutan PVP dalam etanol 96%secukupnya sampai
terbentuk massa granul
6. Masing-masing komponen diayak dengan menggunakan ayakan 14 mesh
7. Masing-masing komponen kemudian dikeringkan pada suhu 40oC
8. Campurkan komponen asam dan basa
9. Cetak serbuk effervescent hingga menjadi tablet effervescent.

No Nama Simplisia Berat ekstrak (mg)


1 Daun Sogomanis 420
2 Thymi 270
3 Akar Manis 270
4 Bunga Seruni 270
5 Alang-alang 210

3. Lay Out Gudang Produksi

Gambar diatas merupakan lay out ruang produksi tablet. Bahan baku masuk melewati di
receiving area, kemudian barang di simpan di ruang karantina. Kemudian barang yang ada
diruang karantina diambil untuk dilakukan penyeleksian sesuai dengan spesifikasi yang sudah
dibuat pada ruangan approved raw material section. Kemudian bahan yang sudah di seleksi di
dispensing pada ruangan dispensary hingga bahan siap dilakukan produksi. Dilanjutkan ke
ruangan mixing, granulation, drying section, untuk diproses. Lalu, granul dikempa pada
ruangan tablet punching section. Kemudian hasil yang telah dikempa dilakukan uji mutu dan
diawasi dengan QC. Kemudian tablet yang sudah lolos uji dilakukan validasi dan kesesuaian
spesifikasi yang sudah ditetapkan. Lalu tablet yang sudah di validasi dilakukan pengemasan
dengan memberikan label hingga siap di distribusikan. Kemudian produk akhir di simpan di
ruang shipping.
SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS PRIMER
Tablet Effervescent Sagacent

Spesifikasi Halaman 1 dari 1


PT. Teguh TUBE TABLET No. 1
Rahayu EFFERVESCEND Tanggal berlaku
SAGACENT 12 Maret 2023
Disusun oleh Disetujui oleh
apt. Efrim Marlinandy, S.Farm apt. Dina Leniarti, S.Farm
Tanggal 12 Maret 2023 Tanggal 12 Maret 2023
Nama Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok yang Disetujui:
1. PT. Mitra Unit Plastindo Cemerlang
2. Nirwana Packing
Bahan HDPE (High Density Polyethylen)
Merek C Three tipe 007
Ukuran/Kapasitas D 27.2 mm * T 99 mm/10 tablet
Deskripsi Botol tube plastik berwarna dasar putih dengan corak oranye dengan label
“Sagacent”.
Botol sedikit buram dan transparan serta elastik.
Plastik ini tidak tembus air, tidak berbau, tahan panas dan tahan benturan.
Pada bagian depan terdapat tulisan rasa jeruk.
Pada bagian belakang kemasan terdapat tulisan komposisi produk.
Pada bagian dalam terdapat pelapis aluminium foil.
Persyaratan Volume : 10 pcs
Bobot botol kosong : 23 g
Penggunaan Untuk pengemasan primer tablet effervescent Sagacent
Penyimpanan Disimpan pada suhu ruang ±300C, dijauhkan dari sinar matahari langsung.
Kemasan Tube
Bentuk/Gambar
Teknik
SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS SEKUNDER
Tablet Effervescent Sagacent

Spesifikasi Halaman 2 dari 1


KEMASAN KARTON No. 2
PT. Teguh
TABLET
Rahayu
EFFERVESCEND Tanggal berlaku
SAGACENT 12 Maret 2023
Disusun oleh Disetujui oleh
apt. Efrim Marlinandy, S.Farm apt. Dina Leniarti, S.Farm
Tanggal 12 Maret 2023 Tanggal 12 Maret 2023
Nama Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok yang Disetujui:
1. PT. Mitra Unit Paper Cemerlang
2. Nirwana Packing
Bahan Kertas Ivory
Merek C Three tipe 008
Ukuran/Kapasitas P 27.7 mm * L 99 mm* T 27,7 mm / 1 tube
Deskripsi Kertas ivory berwarna dasar putih dengan corak oranye dengan label “Sagacent”.
Pada bagian depan terdapat tulisan rasa jeruk.
Pada bagian belakang kemasan terdapat tulisan komposisi produk.
Persyaratan Volume : 1 pcs
Bobot botol kosong : 220 g
Penggunaan Untuk pengemasan sekunder tablet effervescent Sagacent
Penyimpanan Disimpan pada suhu ruang ±300C, dijauhkan dari sinar matahari langsung.
Kemasan Dus
Bentuk/Gambar
Teknik
5. Lay Out Gudang Produk Jadi

Keterangan Prosedur :
- Sebelum proses pengemasan dimulai, Supervisor Bagian Pengemasan melakukan
pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan sesuai Protap Pemeriksaan Kesiapan Jalur
Pengemasan.
- Setiap penerimaan bahan pengemas dari gudang harus diperiksa dengan teliti mengenai
kebenaran dan jumlahnya sesuai dengan Catatan Pengemasan Bets.
- Bahan cetak yang belum dan telah dikodifikasi harus disimpan terpisah dalam wadah
tertutup dan diberi label yang jelas sesuai Protap Penandaan.
- Wadah yang akan dipakai untuk menyimpan bahan pengemas atau produk jadi harus
diperiksa kebersihannya serta tidak terdapat produk dan label lain.
- Proses pengemasan baru boleh dilaksanakan apabila telah diberi ijin mengemas oleh
Petugas Pengawasan Selama-Proses.
- Setiap jalur pengemasan harus diberi tanda yang jelas yang menunjukkan produk yang
sedang dikemas dan nomor betsnya sesuai Protap Penandaan.
- Semua wadah yang berisi produk jadi (misal corrugated box) yang telah dikemas harus
diberi label yang jelas sesuai Protap Penandaan.
- Bersihkan ruangan dan alat-alat menurut Protap Pembersihan Jalur Pengemasan
- Lakukan pemeriksaan selama-proses pengemasan. Catat hasil pemeriksaan ini dalam
Catatan Pemeriksaan Selama-Proses.
- Supervisor Pengemasan mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan pengemas
yang tidak dapat dikembalikan lagi ke gudang. Sedangkan bahan pengemas yang
kondisinya masih baik dikembalikan ke gudang dan dicatat pada Catatan Pengemasan
Bets.
- Bilamana proses pengemasan belum selesai, produk ruahan harus disimpan dalam area
yang terletak di Area Pengemasan.
- Supervisor Pengemasan memastikan pelaksanaan kebenaran jumlah produk jadi yang
diserahkan ke gudang. Catat jumlah produk jadi yang dikirim ke gudang dalam Catatan
Pengiriman Produk Jadi. Bila terjadi penyimpangan hasil di luar batas penyimpangan
yang ditetapkan, Supervisor Pengemasan harus melakukan investigasi; bila hasil
investigasi tidak memuaskan, harus membuat laporan sesuai Protap Penanganan
Penyimpangan.
- Bahan Pengemas yang tidak dapat dipakai lagi harus segera dihancurkan. Jenis dan
jumlah Bahan Pengemas yang dihancurkan hendaklah dicatat pada Catatan Pengemasan
Bets.
- Supervisor Pengemasan melaksanakan rekonsiliasi bahan pengemas dan produk ruahan
yang diterima dengan hasil akhir pengemasan. Catat hasilnya pada Catatan Pengemasan
Bets.
- Jalur pengemasan serta alat-alat yang dipakai untuk proses pengemasan harus
dibersihkan segera setelah proses pengemasan berakhir sesuai Protap Pembersihan Jalur
Pengemasan kemudian diberi label yang mencantumkan paraf yang membersihkan,
tanggal dibersihkan, produk dan bets terakhir yang dikemas.
- Produk jadi hasil proses pengemasan harus diberi label yang jelas dan dinyatakan
sebagai status karantina sesuai Protap Penandaan, sampai diluluskan oleh Bagian
Pemastian Mutu.

6. Pengelolaan Limbah
Karakteristik Limbah
1. Limbah Gas/Pencemaran udara
Sumber Pencemaran : Debu selama proses produksi Uap lemari asam di laboratorium, Uap
solvent proses film coating, Asap Steam boiler, generator listrik dan incenerator
Tolak Ukur Dampak : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Emisi
Upaya Pengelolaan Lingkungan
• Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong + 6 m dilengkapi dgn
absorbent
• Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
• Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector unit
• Asap dari Genset dan Incenerator dibuat cerobong asap + 6 m
Pemantauan : Kualitas udara di dalam dan di luar lingkungan industri, meliputi kadar H2S,
NH3, SO2, CO, NO2, O3, TSP (debu), Pb

Pengelolaan limbah udara industri farmasi dengan dust collector


2. Limbah Padat
Sumber Pencemaran : Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector),
Obat rusak/kadaluwarsa/obat sub standart (reject), Kertas, karton, plastik bekas, botol dan
aluminium foil dan sampah Rumah tangga, Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air
Limbah
Tolak Ukur Dampak : SK Men LH No. 50/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Tingkat
Kebauan
Lingkungan pabrik yg bersih, tidak berbau, tidak ada limbah B-3, sampah tertata rapi
Upaya Pengelolaan Lingkungan
• Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
• Sisa – sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan kemudian dijual
ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)
• Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kaduwarsa serta lumpur dari IPAL di bakar di
incinerator atau diserahkan kepada pihak ketiga LIMBAH B3
Pemantauan
Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri dan kadar H2S di sekitar area pabrik
Pengolahan Limbah Padat
3. Limbah Cair
Limbah Industri Farmasi berasal dari : Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium,
laundri dan rumah tangga, Kamar Mandi dan WC, dan Bekas reagensia di Laboratorium
Tolak Ukur Dampak : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Upaya Pengelolaan Lingkungan : Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemantauan : Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet saluran limbah, meliputi kadar
COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter lain termasuk indikator biologis
dan mikrobiologi
Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal)
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta
perlengkapannya yang memproses/mengolah air sisa proses produksi pabrik, rumah
tangga, dll.
Manfaat IPAL
1. Mengolah Air Limbah domestik atau industri, agar air tersebut dapat digunakan
kembali sesuai kebutuhan masing-masing
2. Membuat air limbah yang akan di alirkan ke sungai tidak tercemar
3. Menjaga kehidupan biota-biota sungai.
Tujuan IPAL
Adapun tujuan IPAL yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang sudah tercemar
dari baik domestik maupun bahan kimia industri.

Sistem Pengolahan Air Limbah


Pada prinsipnya, terdapat tiga cara pengolahan limbah cair, yaitu :
1. Pengolahan limbah primer.
Tujuan pengolahan limbah pada tahap ini adalah menghilangkan buangan yang
tidak larut. Terdapat 4 tahap, yaitu :
Screening. Pada tahap ini ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
bahan buangan yang besar, seperti sampah, plastik, botol bekas, kayu, barang
rongsokan dan sisa-sisa lain yang berukuran besar. Untuk menghilangkan limbah ini
dapat dibuat saringan dengan menggunakan kasa atau ijuk. Benda yang tertangkap
saringan tersebut selanjutnya dapat diambil secara manual atau dengan alat mekanis
secara periodik dan kontinyu (misalnya setiap pagi dan/atau setiap sore).
Canal Longitudinal. Benda-benda yang masih dapat melewati saringan kasa
besi atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan semacam kanal
yang bagian bawahnya dibuat agak melebar (canal longitudinal). Benda-benda
yang mengendap dibagian bawah kanal tersebut selanjutnya dapat diambil secara pada
waktu-waktu tertentu secara periodic
Penghilangan lemak, minyak dan sejenisnya. Tahap ini mempunyai prinsip
bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis yang lebih kecil dari air
sehingga akan mengapung di bagian atas air. Untuk menghilangkan jenis kotoran ini,
air limbah dialirkan ke kolam yang berukuran relatif luas dan memiliki aliran rendah
dan tenang. Kotoran lemak, minyak dan sejenisnya selanjutnya secara periodik dan
kontinyu diambil secara mekanis
Menghilangkan zat padat tersuspensi. Pada tahap ini dilakukan dengan cara
mengalirkan limbah cair ke dalam suatu saluran yang dilengkapi dengan
penyaring- penyaring dari kasa yang diperuntukan untuk menyaring zat yang
tersuspensi.
2. Pengolahan limbah sekunder.
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan
kontaminan- kontaminan lain yang tidak terproses pada pengolahan primer. Secara
garis besar kontaminan yang dapat dihilangkan dibedakan dalam 3 macam, yaitu
Padatan tersuspensi (solid suspended), Senyawa-senyawa organik terlarut, dan
Senyawa-senyawa anorganik terlarut.
Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan
ini, diantaranya adalah :
• Dengan cara filtrasi sederhana,
• Penambahan suatu koagulator,
• Penambahan arang aktif (terutama untuk menurunkan kadar fenol), serta
• Penambahan bahan-bahan kimia dengan bahan-bahan floculant (misalnya
Al2O3, Ca(OH)2, kaporit, dan lain sebagainya).
3. Pengolahan limbah tersier.
Prinsip pengolahan pada tahap ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta menambah
oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO).Terdapat beberapa metode: fisik, biologis maupun
mekanis-biologis.
Aerasi : Penambahan oksigen secara mekanik

· Biologis Anaerop

Biologis Aerop

UASB
UASB merupakan singkatan dari Upflow Anaerobic Sludge Blanket. Reaktor ini merupakan
reaktor anaerob, di mana pada operasinya pengolahan limbah dibantu dengan bakteri bakteri
anaerob.
UASB memiliki fungsi sebagai berikut:
• Mengumpulkan, memisahkan, dan mengeluarkan biogas yang terbentuk
• Mengurangi turbulensi di dalam kompartemen pengendapan yang terjadi akibat
pembentukan gas
• Memungkinkan terjadinya pemisahan lumpur secara sedimentasi, flokulasi, atau
terperangkap di dalam sludge blanket
• Membatasi ekspansi sludge bed
• Mencegah terjadinya wash-out lumpur (terbawanya lumpur ke aliran effluent).

BAK ANAEROBIC
Pengolahan air limbah anaerob merupakan pengolahan air limbah dengan mikroorganisme
tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah anaerob
bertujuan untuk merombak bahan organik dalam air limbah menjadi bahan yang lebih
sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan anaerob akan
dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2.

BAK AERASI
Aerasi adalah suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan cara memberikan
gelembung - gelembung halus udara dan membiarkannya naik melalui air dengan
menggunakan alat (aerator)

DRYING BED
Drying bed berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan baik dari proses kimia (daf)
maupun proses biologi dan memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara
proses penguapan menggunakan energy penyinaran matahari.

BAK CLARIFIER
Clarifier adalah alat/tempat untuk menjernihkan air yang keruh dengan cara melakukan
pengendapan, untuk mempercepat pengendapan lazimnya ditambahkan chemical koagulan
dan flokulan agar terjadi proses koagulasi dan flokulasi pada air.
Koagulasi adalah pemisahan padatan yang tersuspensi dalam air melalui proses kimia.
Flokulasi adalah proses penggabungan dari flok-flok kecil sehingga membentuk partikel yang
lebih besar dengan harapan semakin besar gumpalan padatan maka kecepatan pengendapan
yang dihasilkan lebih besar.
BAK WETLAND
Constructed wetland merupakan suatu rawa buatan yang di buat untuk mengolah air limbah
domestik, untuk aliran air hujan dan mengolah lindi (leachate) atau sebagai tempat hidup
habitat liar lainnya. Wetland dapat berupa biofilter yang dapat meremoval sediment dan
polutan seperti logam berat. Wetland juga bisa menggunakan tanaman/tumbuhan tertentu
misalnya parikesit, melati air, atau kana
Manfaat dan Fungsi Wetland
1. Organic Carbon (BOD) Removal
2. Nitrogen Removal
3. Phosphorus Removal
4. Trace Metals Removal
5. Removal of Toxic Organic Compounds
Fungsi ekologi
1. Tempat makan dan habitat kehidupan liar
2. Peningkatan kualitas air
3. Untuk rekreasi/taman

Berdasarkan peraturan pemerintah No.18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah didefinisikan


sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan kegiatan manusia.
Berdasarkan keputusan menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 pasal 1 tentang
prosedur impor limbah, menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari
suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya.
Cara yang dapt digunakan untuk mengolah limbah antara lain :
a. Penimbunan Limbah (pemisahan dan pengurangan)

Limbah farmasi dapat berasal dari industri farmasi, rumah sakit (tempat pelayanan
kesehatan), dan perumahan. Tata ruang terencana dalam pembuangan limbah industri harus
dilakukan dengan baik, yaitu dengan membuat tempat industri terpisah dengan kawasan
pemukiman, sehingga penanganan buangan akan lebih mudah. Proses pemilahan dan reduksi
limbah hendaknya merupakan proses secara rutin yang pelaksanaanya harus
mempertimbangkan:
1. Kelancaran penanganan dan penampungan limbah,
2. Pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah berbahaya (farmasi)

Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk efisiensi biaya,
petugas dan pembuangan.
b. Penyimpanan (storage)

Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah farmasi hingga


dipindahkan ke tahap penampungan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan nilai
ekonomis. Penyimpanan limbah farmasi untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas
untuk memindahkan ke tempat penampungan tidak diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah
banyak dapat dikumpulkan dilokasi pengumpulan limbah farmasi. Limbah farmasi yang
dihasilkan disimpan sementara di dalam kontainer yang tertutup dan kedap air. Kapasitas
kontainer penyimpanan harus diperhatikan agar limbah tidak berkeluaran atau overload.
c. Penampungan atau Pengumpulan Limbah

Sebelum di angkut wadah penampungan limbah ini harus memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan
dalam limbah farmasi dilakukan perlakuan standarisasi seperti telah ditetapkan dalam
Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992. Penampungan limbah cair farmasi dapat
dimasukkan kedalam drum dan disimpan dalam gudang atau tempat yang terlindung dari panas
dan hujan. Limbah dalam bentuk padat disimpan dalam wadah yang kuat (tidak mudah bocor
atau rusak) dan kedap air. Penyimpanan harus mempertimbangkan jenis dan jumlah limbah
yang dihasilkan.
d. Pengangkutan
Pengangkutan eksternal (pengangkutan ke tempat pengolahan yang tidak berada pada
tempat penimbunan limbah) adalah pengangkutan limbah ke tempat pembuangan di luar (of
site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Limbah
farmasi diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
e. Pengolahan

Limbah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang kelingkungan. Pengolahan


ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun atau detoksitasi, merubah bahan
berbahaya menjadi kurang berbahaya atau untuk mempersiapkan proses berikutnya. Metode
yang digunakan untuk mengolah dan membuang limbah farmasi adalah Enkapsulasi (peng-
imobilisasian). Enkapsulasi pengimobilisasian obat-obatan dilakukan dengan memadatkannya
dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus dibersihkan terlebih dahulu.
Kandungan sebelumnya harus bukan berupa bahan yang mudah meledak atau berbahaya.
Kemudian, tong tersebut diisi hingga memenuhi 75% kapasitasnya dengan obat-obatan padat
atau setengah padat. Lalu, bahan-bahan seperti semen atau campuran semen dengan kapur,
busa plastik atau pasir batu bara dituang ke dalam tong tadi hingga tutup tong harus dipotong
hingga terbuka kemudian dilipat ke belakang. Penempatan obat-obatan ke dalam tong harus
berhati-hati agar tutup tong tidak terpotong. Bila tong telah terisi hingga 75% kapasitasnya,
tambahkan campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan 15:15:5 (berat) hingga tong
terisi penuh. Untuk memperoleh cairan dengan konsistensi yang diinginkan, kadangkala
diperlukan air yang lebih banyak. Kemudian tutup tong besi dilipat kembali ke tempatnya dan
disegel, sebaiknya dengan dikelim atau pengelasan. Tong yang sudah disegel kemudian harus
ditempatkan di dasar lubang pembuangan dan ditutupi dengan limbah padat rumah tangga.
Agar mudah dipindahkan, tong dapat ditempatkan di atas pallet kemudian diletakkan ke
pemindah pallet.
• Peraturan tentang limbah

- Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

- Undang - Undang No. 23 tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) beserta petunjuk pelaksanaannya.
- Keputusan Meneg LH No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

- Keputusan MenLH No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL)

- Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

• Parameter limbah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


No.5 Tahun 2014:

a. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Derajat keasaman (pH) air
normal yang memenuhi syarat yaitu 6-9. Bila pH dibawah normal, maka air tersebut bersifat
asam, sedangakan air yang mempunyai pH diatas normal bersifat basa.
b. BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah atau
mendegradasi limbah organik di dalam air.
c. COD (Chemical Oxygen Demand) dinyatakan dalam ppm (part per million) merupakan
jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia, guna menguraikan
unsur pencemar yang ada.
d. TSS (Total Suspend Solid) merupakan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada di
dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
e. Fenol merupakan senyawa organik yang berbau khas dan bersifat racun serta korosif
terhadap kulit dan dapat menimbulkan iritasi. Batas kadar fenol menurut Permen LHK No.5
Tahun 2014 untuk indusri jamu/obat tradisional adalah 0,2 mg/L. Senyawa fenol bersifat
karsinogenik untuk manusia maupun makhluk hidup lain. Senyawa fenol dapat dengan cepat
hilang di udara, namun di dalam air senyawa fenol dapat bertahan selama seminggu atau
lebih.

Karakteristik Limbah Secara umum karakteristik limbah, yaitu :

- Berukuran mikro
- Dinamis
- Penyebarannya berdampak luas
- Berdampak jangka panjang (antargenerasi)
- Zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup.
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah seperti volume limbah (banyak sedikitnya
limbah mempengaruhi kualitas limbah), kandungan limbah (kualitas limbah dipengaruhi oleh
kandungan bahan pencemar), Frekuensi pembuangan limbah (pembuangan limbah dengan
frekuensi yang sering akan menimbulkan masalah).

a. Sistem Pemurniaan Air


Mekanisme kerja Purified Water System. Purified water system merupakan sistem
pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel,
mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi. Air (raw
water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur
dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep well (sumur dalam) dengan
kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat
ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air menentukan
peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro
filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).

Multimedia filter. Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan
partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari
beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-
filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung
diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand
filter).

Active Carbon filter. Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan
uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki
daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active
carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk
menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau
dan rasa dalam air.

Water Softener Filter. Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++
yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.

Reverse Osmosis. Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water)
yang dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse
osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)

EDI (Elektonic De-Ionization). EDI merupakan perkembangan dari Ion


Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping
resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air
dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI,
selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan (storage
tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system dan siap
didistribusikan ke ruang produksi.

b. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air

Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem,
dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem
penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang
terhadap air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus
menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air
yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode
yang sesuai, dapat digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki
penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna.

Teknik pengendalian biokontaminasi

Salah satu permasalah yang harus mendapat perhatian serius selama penyimpanan dan
distribusi air adalah masalah pengendalian proliferasi mikroba. Terdapat beberapa teknik yang
digunakan terpisah atau, lebih sering, dalam kombinasi, yaitu :

• Mempertahankan sirkulasi aliran turbulen secara kontinu dalam sistem distribusi air
untuk mengurangi kecenderungan pembentukan biofilm
• Desain sistem yang memastikan pipa sependek mungkin
• Dalam sistem bersuhu ambien, pipa dilindungi terhadap pengaruh pipa panas yang
berdekatan
• Deadlegs pada instalasi pipa lebih kecil dari tiga kali diameter pipa cabang
• Pengukur tekanan dipisahkan dari sistem dengan membran
• Penggunaan katup diafragma yang higienis
• Sistem pemipaan dipasang dengan kemiringan tertentu untuk memungkinkan
pengosongan “drainable”
• Penghambatan pertumbuhan mikroba dengan cara berikut: – radiasi ultraviolet dalam
sistem pemipaan; mempertahankan pemanasan sistem (pada suhu acuan > 65″C);
sanitasi sistem secara berkala menggunakan air panas (pada suhu acuan >70″C) atau air
panas superheated atau uap murni; dan sanitasi rutin secara kimiawi menggunakan ozon
atau bahan kimia yang cocok.

Jika digunakan sanitasi kimiawi, penting untuk membuktikan residu bahan kimia telah
dihilangkan sebelum air digunakan. Ozon dapat dihilangkan secara efektif menggunakan
radiasi ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm yang jam
penggunaannya diperiksa secara berkala.
Kualifikasi dan Inspeksi Sistem Pengolahan Air

Sistem Pengolahan Air merupak sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu,
sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan
dilakukan harus mengikuti kaidah validasi yang mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi
Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan
Pedoman CPOB. KD, KI dan KO sangat tergantung dari masing-masing sistem yang diinstall
oleh masing-masing industri farmasi, sehingga Juknis CPOB tidak memberikan guideline yang
spesifik. juknis CPOB (dan juga POPP CPOB) hanya memberikan guideline mengenai
pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase
3.
Berikut ringkasan pelaksanaan KK 3 fase :
DAFTAR PUSTAKA
Nurdianti, L., Yousefa, V., & Nurviana, V. (2022, December). Formulasi Patch Hidrogel Film
Ekstrak Etanol Daun Saga (Abrus precatorius Linn.) sebagai Antisariawan terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus. In Prosiding Seminar Nasional Diseminasi Hasil
Penelitian Program Studi S1 Farmasi (Vol. 2, No. 1).
Sogandi, G., Darma, W. S. T., & Jannah, R. (2019). Potensi Senyawa Antibakteri dari Ekstrak
Akar Manis (Glycyrrhiza glabra L) terhadap Bacillus cereus. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi, 22(4), 105-111.
Kemenkes, R. I. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II, Hal, 209.
Kartika, D. H., Mutmainah, M., & Mufrod, M. PENGARUH PENINGKATAN
KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) SEBAGAI
PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK GRANUL DAN TABLET
EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica Linn.).

Anda mungkin juga menyukai