Anda di halaman 1dari 141

MAKALAH DISKUSI PROSTODONTIK

KASUS GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


LAPORAN DISKUSI

Disusun oleh :

Salsabila Yasmine 160112190520 Sarah Shafira 160112190535


Brighita Putri Aprianti 160112190521 Muhammad Iqbal I. 160112190028
Hana Fauziah 160112190522 Palupi Dien Utami 160112190029
Fidela Dwirahma Aziza 160112190523 Zaski Fatma Tri Bumi 160112190086
Arina al Khaq 160112190525 Aulia Kirana Rustandi 160112190093
Eki Azzaky 160112190526 Khalif bin Mustapa Kamal 160112192504
Fitri Nurzanah 160112190527 Veby Virgiana 160112190118
Salsabila Afnia 160112190528 Reynaldy Hendy R. 160112190119
Egidya Friezca Shafira 160112190529 Puspita Witria M. 160112190125
Varell Hudzaifah 160112190531 Sangga Tirakat 160112190127
Dini Larasati 160112190532 Maya Adriati P. 160112190128
Aldirra Naufa Kamila 160112190533 Shaun Tan How Rong 160112192012

Pembimbing :
An-Nissa Kusumadewi, drg., Sp.Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kasus Gigi

Tiruan Sebagian Lepasan : Laporan Diskusi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi

kelengkapan tugas diskusi bagian departemen Prostodonsia RSGM Unpad.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan

pihak lain, untuk itu penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada Dosen

pembimbing yang telah membantu.

Penulis dengan rendah hati menerima kritik, saran dan masukan mengenai

penyempurnaan makalah ini terhadap isi makalah. Akhirnya, penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan seluruh pembaca.

Bandung, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Definisi GTSL

Geligi tiruan merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan

sekitarnya. Secara garis besar Prostodonsia dibagi ke dalam tiga cabang ilmu, yaitu

Prostodonsia Lepasan (Ilmu Geligi Tiruan Lepasan / Removable Prosthodontics),

Prostodonsia Cekat (Ilmu Geligi Tiruan Cekat / Fixed Prosthodontics), dan Prostetik

Maksilo Fasial. Prostodonsia lepasan dibagi menjadi prostodonsia lepasan lengkap dan

prostodonsia lepasan sebagian. Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan

dalam mengunyah, berbicara, memberikan dukungan untuk otot wajah, dan

meningkatkan penampilan wajah dan senyum.

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan protesa yang dapat menggantikan

beberapa gigi pada sebagian lengkung gigi dan dapat dikeluarkan dari mulut serta

diperbarui jika dibutuhkan (McCracken’s, 2016). Menurut Haryanto, GTSL merupakan

geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih tetapi tidak semua gigi serta jaringan

sekitarnya dan di dukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dikeluar-

masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya. GTSL merupakan sebuah protesa yang

menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang

bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter gigi (Ozkan,

2012). GTSL terdiri dari beberapa bagian, yaitu: konektor utama/ konektor mayor,

konektor minor, rest/ sandaran, direct retainer, indirect retainer, komponen resiprokal/

stabilisasi, dan dasar protesa (McCracken’s, 2016).


I.2 Bagian-bagian GTSL dan Fungsi

I.2.1 Konektor Mayor

Konektor mayor adalah komponen dari GTSL yang menghubungkan bagian-bagian

protesa yang berada pada satu sisi rahang dengan bagian-bagian lain yang berada pada sisi

berlawanan. Komponen ini juga memberi stabilitas cross-arch untuk membantu menahan

pergeseran oleh tekanan-tekanan fungsional.

Konektor mayor harus dirancang dan ditempatkan dengan memperhatikan pedoman

berikut:

1. Konektor mayor harus bebas dari jaringan yang dapat digerakkan.

2. Harus mengindari tekanan dengan jaringan ginggiva

3. Tonjolan tulang dan jaringan lunak harus dihindari saat pemasangan dan pelepasan.

4. Relief harus disediakan di bawah konektor mayor untuk mencegah konektor

menempel dengan area yang mungkin mengganggu, seperti sutura median palatal

5. Konektor mayor harus ditempatkan dan / atau dipasang pada daerah yang dapat

mencegah benturan dengan jaringan yang dikarenakan ekterensi ke distal gigi

tiruan.

I.2.2 Konektor Mayor Mandibula

I.2.2.1 Lingual bar

Lingual bar memiliki bentuk half pear shaped dengan bagian kecembungan terbesar

terletak pada bagian bawah. Lingual bar terletak di atas jaringan mukosa yang bergerak,

border bagian atas meruncing ke bagian jaringan gingiva, terletak minimal 4 mm di bawah

margin gingiva atau lebih jika memungkinkan. Border bagian bawah terletak pada ketinggian

yang ditentukan oleh sulkus alveolingual ketika lidah pasien sedikit terangkat, dimana pada
posisi tersebut jaringan dasar mulut tidak akan tertekan selama aktivitas mastikasi, penelanan,

maupun berbicara. Selain itu, border bawah juga harus diletakkan sejauh mungkin ke arah

bawah untuk mencegah interferensi dengan lidah saat berada dalam keadaan istirahat dan

terjebaknya sisa-sisa makanan di dalam rongga mulut.

Gambar 1 Lingual Bar

Indikasi :

• Bila terdapat ruang yang cukup antara tepi gingiva bagian lingual dengan

sulkus lingual, yakni sama atau lebih besar dari 7 mm

Kontraindikasi :

• Pada kasus dimana frenulum lingual tinggi sehingga ruang yang tersedia untuk

sebuah lingual bar terbatas (kurang dari 8 mm)

• Inklinasi lingual ekstrim dari gigi premolar dan insisive bawah yang tersisa

• Terdapat undercut pada alveolar ridge bagian lingual yang menghasilkan ruang

yang berlebihan antara bar dengan mukosa

I.2.2.2 Lingual Plate

Linguoplate memiliki bentuk half pear shaped dengan bagian kecembungan terbesar

terletak pada bagian bawah. Kerangka logam tipis memanjang ke arah atas berkontak dengan
cingulum gigi anterior dan permukaan lingual gigi posterior yang terlibat sesuai ketinggian

konturnya, dan memanjang ke arah interproksimal dari ketinggian titik kontak.

Gambar 2 Lingual Plate

Indikasi :

• Pada keadaan dimana frenulum lingualis tinggi atau ruang yang tersedia untuk suatu

lingual bar terbatas

• Pada kasus klas I Kennedy dimana residual ridge telah mengalami resorpsi vertikal

yang sangat banyak

• Sebagai stabilitator gigi yang lemah secara periodontal, splinting dengan

menggunakan linguoplate dapat memberikan manfaat yang cukup berarti ketika

digunakan bersamaan dengan rest yang tepat pada gigi berdekatan

Kontraindikasi :

• Gigi anterior yang overlap

• Gigi dengan inklinasi ke arah lingual

• Embrasur terbuka di mana plate akan terlihat sehingga mengganggu estetis

• Diastema, kecuali jika linguoplate memiliki slot di dalamnya untuk menghindari

logam terlihat
I.2.2.3 Sublingual Bar

Sublingual bar memiliki bentuk half pear shaped yang sama seperti lingual bar, tetapi

bagian kecembungan terbesarnya terletak di lingual dan bagian yang meruncing terletak di

arah labial. Border atas harus berada minimal 3 mm dari free gingival margin gigi, sedangkan

border bawah terletak pada ketinggian sulkus alveolingual ketika lidah pasien sedikit

terangkat. Oleh karena itu, dibutuhkan pencetakan fungsional vestibulum lingualis untuk

mendapatkan ketinggian vestibulum yang akurat.

Gambar 3 Sublingual Bar


Indikasi :

• Sebagai modifikasi dari lingual bar pada keadaan dimana tinggi dari dasar mulut tidak

memungkinkan untuk penempatan batas atas dari bar paling tidak 4 mm di bawah tepi

gingiva bebas

• Sebagai pengganti lingual plate jika frenulum lingualis tidak mengganggu

penggunaannya atau jika terdapat undercut lingual anterior yang akan memerlukan

blockout yang cukup banyak untuk sebuah lingual bar konvensional.

Kontraindikasi :

• Torus lingual yang mengganggu

• Perlekatan frenulum tinggi

• Gangguan pada elevasi dari dasar mulut selama gerakan fungsional


I.2.2.4 Cingulum Bar

Cingulum bar memiliki bentuk yang tipis dan sempit berukuran 3 mm, pelat logam

terletak pada cingulum gigi anterior mengikuti embrasur interproksimal dengan border atas

dan bawah meruncing ke permukaan gigi. Konektor ini berasal secara bilateral dari incisal,

lingual, atau occlusal rest gigi-gigi penyangga yang berdekatan.

Gambar 4 Cingulum Bar

Indikasi :

• Pada keadaan dimana terdapat undercut interproksimal yang memerlukan cukup

banyak blockout sehingga mempengaruhi kesejajaran aksial gigi anterior

• Pada kasus dimana terdapat diastem yang luas di antara gigi anterior bawah untuk

alasan estetis

Kontraindikasi :

• Gigi anterior dengan inklinasi ke lingual yang parah

• Diastema lebar / embrasur terbuka, menyebabkan logam cingulum bar terlihat jelas di

antara gigi anterior rahang bawah

• Gigi anterior yang overlap


I.2.2.5 Labial Bar

Labial bar memiliki bentuk half pear shaped dengan bagian kecembungan terbesar

terletak di bagian bawah labial dan bukal rahang bawah. Border atas meruncing ke jaringan

lunak, terletak pada jarak minimal 4 mm di bawah margin gingiva labial dan bukal. Border

bawah terletak pada vestibulum labial dan bukal, tepatnya di perbatasan antara mukosa tidak

bergerak (attached mucosae) dan mukosa bergerak (unattached mucosae).

Gambar 5 Labial Bar

Indikasi :

• Torus mandibular yang menganggu penggunaan lingual bar pada kasus dimana

pembedahan merupakan kontrindikasi

• Inklinasi lingual ekstrim dari gigi premolar dan insisive bawah yang tersisa

Kontraindikasi :

• Pada kasus dimana lingual bar dapat digunakan

• Oral Hygiene buruk

• Kurangnya motivasi untuk melakukan kontrol plak oleh pasien

• Vestibulum bukal atau labial yang dangkal

• Perlekatan frenulum yang tinggi


I.2.3 Konektor Mayor Maksila

I.2.3.1 Strap Palatal Tunggal

Strap palatal tungal memiliki bentuk replica anatomi. Batas anterior mengikuti

lembah antara rugae sedekat mungkin dengan sudut kanan ke garis sutura median dan batas

posterior di sudut kanan ke garis sutura median. Strap harus memiliki lebar 8 mm atau kira-

kira selebar gabungan dari gigi premolar rahang atas dan gigi molar pertama rahang atas.

Gambar 6 Strap Palatal Tunggal


Indikasi :

 Kelas III Kenedy

 Ruang edentulous pendek

 Butuh dukungan palatum minimal

Kontraindikasi :

 Jaringan didukung gigi tiruan sebagian lepasan .

 Terdapat palatal torus

 Edentulous Sangat panjang . Konektor mayor anteroposterior akan lebih baik


I.2.3.2 Konektor Palatal Strap Antero Posterior

Konektor palatal strap antero posterior berbentuk pararel dan terbuka di bagian

tengah. Strap palatal anterior dan posterior yang relatif lebar (8 sampai 10 mm). Strap palatal

lateral (7 sampai 9 mm) sempit dan sejajar dengan lengkungan lengkung; minimal 6 mm dari

celah gingiva gigi yang tersisa. Strap palatal anterior memiliki batas anterior tidak

ditempatkan lebih jauh secara anterior dari sandaran anterior dan tidak pernah lebih dekat

dari 6 mm ke celah gingiva lingual, mengikuti lembah rugae di sudut kanan ke sutura palatal

median. Batas posterior, jika di daerah rugae, mengikuti lembah rugae di sudut kanan ke

sutura palatal median. Konektor palatal posterior memiliki batas posterior terletak di

persimpangan palatum durum dan palatum mole dan pada sudut kanan ke sutura palatal

median dan diperluas ke area hamular notch pada sisi ekstensi distal.

Gambar 7 Palatal Strap Antero Posterior


Indikasi :

 Pada lengkungan Kelas I dan II di mana terdapat penyangga yang sangat baik dan

ada dukungan residual ridge.

 Daerah edentulous yang panjang pada kelas 2 modifikasi 1

 Ada torus palatal yang tidak dapat dioperasi yang tidak meluas ke posterior

(persimpangan palatum keras dan lunak).

Kontra Indikasi :
 Ada torus palatal yang tidak dapat dioperasi yang meluas ke posterior

(persimpangan palatum keras dan lunak).

I.2.3.3 Plat Palatal

Plat Palatal berbentuk replika anatomi untuk pengecoran logam palatal penuh

didukung di bagian anterior oleh rest seats positif. Dukungan linguoplate palatal di anterior

dan dirancang untuk pemasangan ekstensi resin akrilik di posterior. Kontak semua atau

hampir semua gigi yang tersisa di lengkung rahang. Batas posterior berakhir di persimpangan

palatum keras dan lunak, diperluas ke area takik hamular pada sisi ekstensi distal; di sudut

kanan ke garis sutura median.

Gambar 8 Plat Palatal


Indikasi :

 Pada lengkung Kelas II dengan ruang modifikasi posterior yang besar dan

beberapa gigi anterior hilang

 Tidak adanya torus

Kontraindikasi :

 Adanya torus palatal


I.2.3.4 Konektor Mayor berbentuk U

Konektor ini harus digunakan hanya dalam situasi di mana torus yang tidak dapat di

operasi meluas ke batas posterior palatum keras dan pada kehilangan beberapa gigi anterior.

Konektor mayor palatal berbentuk U adalah desain yang paling tidak disukai dari semua

konektor mayor palatal karena tidak memiliki rigiditas jenis konektor lainnya.

Gambar 9 Konektor Mayor Berbentuk U

I.2.3.5 Palatal Bar

Untuk membedakan antara palatal bar dan palatal strap, komponen konektor palatal

yang memiliki lebar kurang dari 8mm disebut dengan bar pada buku ini. Single palatal bar

mungkin adalah yang paling banyak digunakan tetapi yang paling tidak logis dari seluruh

konektor mayor palatal. Sulit untuk dikatakan yang mana yang paling diragukan dalam

konektor palatal antara bar atau konektor palatal bentuk U. Konektor ini dapat diindikasikan

untuk kelas III Kennedy dan tidak dapat digunakan apabila terdapat torus palatal yang besar.

Gambar 10 Palatal Bar


I.2.3.6 Antero-Posterior Palatal Bar

Secara struktur, kombinasi konektor mayor ini menghasilkan banyak kekurangan

yang sama dengan single palatal bar. Untuk menjadi rigid dan untuk menyediakan support

dan stabilitas yang dibutuhkan, konektor ini dapat terlalu bulky dan menganggu fungsi lidah.

Konektor ini daapat digunakan pada kasus kehilangan gigi kelas II dan III Kennedy, namun

tidak dapat digunakan apabila terdapat torus.

Gambar 11 Antero Posterior Palatal Bar

I.2.4 Konektor Minor

Konektor minor atau konektor tambahan merupakan salah satu komponen dari

GTSL yang berfungsi sebagai penghubung konektor mayor atau basis GTSL dengan

komponen lain dari protesa, seperti: clasp, indirect retainer, oklusal rest, atau

cingulum rest. Selain berfungsi sebagai penghubung bagian dari protesa, konektor

minor juga memiliki dua fungsi lain, yaitu:

1. Mengirimkan tekanan fungsional ke gigi abutment (prothesis-to-abutment

function). Gaya oklusal yang dikenakan ke gigi artifisial akan ditransmisikan

melalui basis yang ke jaringan pendukung di bawahnya jika pendukung utama

basis adalah dukungan jaringan. Gaya oklusal yang dikenakan ke gigi artifisial

juga akan diteruskan ke gigi abutment melalui oklusal rest. Konektor minor

yang berhubungan dari konektor mayor yang rigid memungkinkan transmisi

tekanan fungsional ke seluruh lengkung gigi.


2. Mentransmisikan efek retainer, rest, dan komponen stabilisasi di seluruh protesa

(abutment-to-prothesis function). Efek ini akan disalurkan ke sandaran oleh

konektor minor kemudian ke seluruh lengkung gigi.Gaya yang dikenakan pada

salah satu bagian gigi tiruan dapat ditahan oleh komponen lain yang diletakkan

di lengkung yang telah disesuaikan. Komponen stabilisasi pada satu sisi

lengkung ditempatkan untuk menahan gaya horizontal yang berasal dari sisi

berlawanan.

Bentuk dan lokasi konektor minor memiliki beberapa ketentuan, yaitu:

a. Konektor minor harus memiliki ketebalan cukup untuk mentransmisikan tekanan

fungsional namun tidak mengganggu lidah/ jaringan mulut lain.

b. Konektor minor yang berkontak ke permukaan aksial dari abutment tidak boleh

diposisikan di permukaan yang cembung/ convex. Konektor minor harus

diletakkan di daerah embrasur gigi.

c. Konektor minor harus berbentuk melancip ke arah interproksimal gigi penyangga

d. Bagian paling dalam dari embrasur interdental harus di-block out untuk mencegah

gangguan selama penempatan dan pelepasan, serta menghindari wedging effect

pada gigi yang berkontak.

e. Selain itu, konektor minor dapat diletakkan di proksimal gigi yang berdekatan

dengan daerah tak bergigi

f. Perbatasan konektor mayor dan konektor minor harus membulat dan bagian yang

berhadapan dengan lidah harus dibentuk sampai halus. Jika melewati tepi gingiva/

mukosa harus dibuat relief

Gambar 12 Konektor Minor di Proksimal Gigi Penyangga (kiri) dan Konektor Minor di
Daerah Embrassur (kanan)
I.2.5 Direct Retainers (Penahan Langsung)

I.2.5.1 Peran penahan langsung pada pergerakan protesa

Penahan langsung berfungsi untuk menahan gerakan yang dapat terjadi pada protesa.

Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh stabilitas dan dukungan dari konektor mayor dan

minor, sandaran (rest), dan basis. Retensi yang baik disediakan dengan dua cara. Retensi

primer dapat dicapai secara mekanis dengan menempatkan penahan langsung pada gigi

penyangga. Retensi sekunder disediakan oleh relasi dari kontak konektor minor dengan

guiding plane, basis gigi tiruan, konektor utama (rahang atas) dengan jaringan di yang ada di

bawahnya. Komponen lain adalah keakuratan cetakan, keakuratan kontak gigi tiruan dengan

landasan dan total daerah kontak yang terlibat.

I.2.5.2 Jenis penahan langsung

Retensi mekanis dari gigi tiruan sebagian lepasan dicapai melalui penahan langsung.

Retensi dicapai dengan friksi pada depresi gigi penyangga dan melibatkan daerah gerong

(undercut) gigi dari arah servikal ke ketinggian konturnya. Ada dua tipe dasar penahan, yaitu

ekstrakoronal dan intrakoronal. Penahan koronal lebih umum digunakan.

Penahan intrakoronal dapat dipasang atau terpasang dalam kontur alami gigi

penyangga yang telah direstorasi. Penahan ini biasanya terdiri dari kunci dan alur pasak

mesin prefabrikasi, dengan dinding paralel vertikal berlawanan, yang berfungsi untuk

membatasi gerakan dan menahan pelepasan gigi tiruan sebagian melalui retensi friksional

(gesekan) dan penahan ini biasanya disebut dengan kaitan presisi (Gambar 1).
Gambar 13 Penahan intrakoronal terdiri dari bagian key & keyways (a) bagian key terpasang pada

bagian intrakoronal gigi penyangga dan keyway berada pada protesa gigi tiruan (B dan C)

Jenis penahan lainnya adalah penahan ekstrakoronal yang menggunakan resistensi

mekanis melalui komponen yang ditempatkan pada permukaan luar gigi penyangga. Penahan

ini terdiri dari 3 bentuk. Penahan tipe cangkolan adalah bentuk yang paling umum digunakan,

penahan ini melibatkan lengan cangkolan yang fleksibel (Gambar 2). Lengan ini melibatkan

bagian fasial gigi penyangga di daerah serviks kearah kecembungan terbesar pada gigi, atau

melibatkan depresi yang dipreparasi untuk menahan ujung terminal lengan. Bentuk kedua

adalah bentuk yang melibatkan attachment dan terdiri dari interlocking components (Gambar

3) atau spring-loaded device. Bentuk lainnya adalah attachment dengan flexible clips atau

rings untuk mengikat komponen kaku.


Gambar 14 Penahan ekstraoral sirkumferensial. Lengan retentif fleksibel (A) dan lengan pengimbang

kaku (B) sandaran oklusal (C). Bagian ujung lengan retentif berada pada area undercut

Gambar 15 Dalbo penahan ekstrakoronal dengan komponen interlocking. Bagian male (A) dan agian

female (B).

I.2.6 Analisis kontur gigi dan cangkolan retentif

Kontur gusi dan komponen gigi tiruan sangat penting untuk diperhatikan sehingga

fungsi prostetik gigi tiruan dapat stabil. Area kritis dari gigi penyangga yang menyediakan

retensi dan stabilisasi hanya bisa diidentifikasi dengan penggunaan surveyor. Garis yang

ditentukan oleh surveyor dan terlihat pada gambar disebut garis ketinggian kontur (height of

contour). Batasnya antara lain daerah oklusal atau insisal gigi yang dapat diakses secara
bebas dengan protesa dan daerah gingiva yang hanya dapat diakses jika sebagian dari

prostesis berubah bentuk secara elastis dan menutupi gigi.

Gambar 16 Height of contour (x) gigi A memiliki sudut konvergensi servikal lebih baik dibanding pada

gigi B

I.2.7 Jumlah retensi

Penahan dapat retentif apabila ditempatkan di area undercut (gerong) gigi. Faktor dari

gigi yang berpengaruh adalah ukuran sudut konvergensi servikal (kedalaman undercut) dan

seberapa jauh terminal cangkolan ditempatkan pada sudut konvergensi servikal, sedangkan

faktor dari prostesa adalah fleksibilitas dari lengan cangkolan. Fleksibilitas cangkolan adalah

hasil dari panjang cangkolan (diukur dari titik asal ke ujung terminalnya), diameter relatif

cangkolan (terlepas dari bentuk penampang cangkolannya), atau bentuk penampang

cangkolan (bulat, setengah bundar, dan lain-lain), serta bahan yang digunakan untuk

membuat cangkolan. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat memengaruhi jumlah retensi;

1. Ukuran dan jarak ke sudut konvergensi servikal

Protesa dapat retentif apabila gigi memiliki sudut konvergensi serviks ke

ketinggian kontur. Setiap gigi akan memiliki ketinggian kontur atau area cembung

terbesar saat disurvei. Semua area servikal hingga ketinggian kontur dapat digunakan

untuk penempatan komponen cangkolan retensi, sedangkan area oklusal hingga

ketinggian kontur dapat digunakan untuk penempatan komponen nonretentif untuk


fungsi stabilisas dan pengimbang Semakin banyak dinding vertikal (guiding plane)

yang paralel, semakin sedikit kemungkinan protesa untuk lepas. Jumlah retensi yang

dihasilkan oleh cangkolan tergantung pada fleksibilitas lengan penahan. Berikut

adalah faktor yang memengaruhi jumlah retensi yang dihasilkan;

a. Panjang Lengan Cangkolan

Semakin panjang lengan pengait, semakin fleksibel penahannya.

b. Diameter dan Bentuk Lengan Cangkolan

Semakin besar diameter rata-rata lengan cangkolan, semakin kurang

fleksibelnya.

c. Bahan yang Digunakan untuk Lengan Cangkolan

Meskipun semua paduan cor yang digunakan dalam konstruksi gigi tiruan

sebagian lepasan memiliki fleksibilitas (kelenturan), hal ini berbanding lurus dengan

ketebalannya. Kerugian dari gigi tiruan sebagian emas cor adalah bahwa ketebalannya

harus ditingkatkan untuk mendapatkan kekakuan yang dibutuhkan dengan

mengorbankan bobot tambahan dan peningkatan biaya.

d. Keseluruhan retensi relatif

Retensi pada semua gigi penyangga harus sama besar.

e. Lengan Cangkolan Pengimbang-Stabilisasi

Lengan pengimbang harus dibuat kaku untuk menahan gaya horizontal.

I.2.8 Prinsip dasar desain cangkolan

Prinsip dasar desain pemilihan cangkolan mengacu pada principle of encirclement

atau prinsip melingkari, yaitu cangkolan harus mengelilingi permukaan gigi sebesar lebih dari

180 derajat pada lingkar terbesar dari gigi, berpindah dari permukaan aksial divergen ke

permukaan aksial konvergen, harus diikat oleh rakitan cangkolan (Gambar 5).
Gambar 17 Lengan cangkolan harus melebihi garis 180 derajat dari gigi penyangga

I.2.9 Jenis cangkolan rakitan

Beberapa rakitan cangkolan dirancang untuk mengakomodasi gerakan fungsional

prostesa dan mengakomodasi pergerakan dari ungkitan perluasan distal.

a. Desain Cangkolan untuk Mengakomodasi Pergerakan Fungsional

- RPI, RPA, dan Cangkolan Bar

Cangkolan rakitan ini berfungsi untuk mengakomodasi gerakan fungsional

ungkitan Kelas I. Fungsi sandaran mesial adalah untuk meminimalkan efek tuas

dengan menggunakan lengan fleksibel (kawat atau wrought-wire). Konsep ini

mencakup RPI dan RPA. RPI adalah konsep desain cangkolan bar dan mengacu pada

sandaran, pelat proksimal, dan I-bar. Cangkolan ini terdiri dari sandaran mesiooklusal

dengan konektor minor ditempatkan ke mesio-embrasure lingual, tetapi tidak

menyentuh gigi berdekatan (Gambar 6). Distal guiding plane memanjang dari

marginal ridge sampai pertemuan antara sepertiga tengah dan gingiva gigi

penyangga, Lebar bukolingual dari guiding plane ditentukan oleh kontur proksimal

gigi.

 Indikasi spesifik untuk menggunakan cangkolan lengan bar

1) ketika tinggi undercut kecil (0. 01 inci) ada di sepertiga serviks

gigi penyangga, yang dapat didekati dari arah gingiva

2) pada gigi penyangga dengan dukungan gigi atau modifikasi


3) basis ekstensi distal

4) pertimbangan estetik

 Kontraindikasi

Undercut gingiva yang dalam atau terdapat undercut jaringan

yang dapat menjadi retensi debris makanan.

 Macam-macam cangkolan tipe bar

(1) Cangkolan infrabulge: memiliki sifat yang lebih fleksibel dari

dan berfungsi pertimbangan estetik. Paling sering digunakan

pada gigi penyangga dengan undercut yang berada jauh dari

perluasan basis.

Gambar 18 Cangkolan I bar dari penampang oklusal


Gambar 19 Cangkolan infrabuldge. Penampang lingual (A & B) dan penampang bukal (C & D)

- Cangkolan Kombinasi

Cangkolan ini digunakan untuk mengurangi efek ungkitan kelas I dengan

menggunakan kombinasi cangkolan retentif wrought wire& lengan pengimbang.

Cangkolan ini berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas dan penyesuaian yang

mudah

Gambar 20 5 macam rakitan penahan ekstrakoronal. Cangkolan Tipe T-bar (A), cangkolan tipe I-bar

(B), cangkolan tipe I-bar pada undercut permukaan bukal (C), cangkolan bulat (D),

cangkolan Hairpin (E), cangkolan dengan sandaran oklusal ganda (F)

b. Desain Cangkolan tanpa Akomodasi Gerakan

- Cangkolan Sirkumferensial

Cangkolan ini memiliki lengan-lengan yang berasal dari permukaan oklusal

gigi. Cangkolan ini sesuai dengan kasus gigi tiruan dukungan gigi. Kekurangan dari

cangkolan sirkumferensial ini antara lain;


1) Lebih banyak menutupi permukaan gigi penyangga sehingga makin

banyak logam yang tampak

2) Menambah dimensi permukaan oklusal gigi penyangga

3) Bertambah luasnya permukaan oklusal sehingga menambah

kemungkinan besarnya beban oklusal

4) Retensi pada cangkolan ini tidak dapat ditambah atau dikurangi

Bentuk dasar dari cangkolan sirkumferensial adalah sebagai berikut.

A. Cangkolan cincin, cangkolan ini memiliki kekurangan karena membutuhkan banyak

permukaan dari gigi (Gambar 9).

Gambar 21 Cangkolan cincin

B. Cangkolan embrasur, biasanya digunakan pada kelas II atau III dan membutuhkan

ruang pada gigi penyangga di sepertiga oklusal (Gambar 10).


Gambar 22 Cangkolan embrasur

C. Cangkolan mengarah ke belakang, jenis ini digunakan pada gigi posterior dengan

memanfaatkan daerah gerong retentive di distal dan mesiobukal (Gambar 11).

Gambar 23 Cangkolan mengarah kebelakang

D. Cangkolan modifikasi-cincin, bentuk ini diperuntukan kepada gigi molar terakhir

yang berdiri sendiri.

E. Cangkolan multipel, angkolan ini merupakan gabungan dua cangkolan

sirkumferensial pada suatu ujung terminal & dua lengan pengimbang (Gambar 12).
Gambar 24 Cangkolan multipel

F. Cangkolan setengah-setengah, angkolan ini terdiri dari lengan retentif sirkumferensial

dari satu arah & lengan pengimbang dari arah lain. Berguna untuk menyediakan

retensi ganda dan biasanya diaplikasikan pada desain gigi tiruan sebagian unilateral.

Gambar 25 Cangkolan setengah-setengah

G. Cangkolan arah-balik, bentuk ini merupakan modifikasi pemanfaatan gerong

mesiolingual dan sandaran distal.


Gambar 26 Cangkolan arah-balik

I.2.10 Tipe penahan lain

a. Retensi Lingual denngan Hubungan Sandaran Internal

Memiliki desain sandaran internal, konektor minor, dan lengan cangkolan

yang berfungsi untuk mengontrol stress pada gigi penyangga.

I.2.10.1 Penahan intrakoronal (kaitan internal)

Kaitan internal memiliki keunggulan utama, antara lain;

1. Mengurangi komponen retensi yang terlihat

2. Memiliki dukungan vertikal yang lebih baik dari rest seat

3. Memiliki stabilisasi horizontal yang baik

Namun, kaitan internal juga dapat memiliki kekuranga, berupa;

1. Membutuhkan preparasi gigi penyangga

2. Prosedur laboratorium lebih kompleks

3. Lebih mudah untuk mengalami keausan karena kehilangan retensi friksional secara

progresif resistensi nasional terhadap pencabutan gigi palsu

4. Lebih mahal

Tipe dari kaitan internal, antara lain sebagai berikut.

1. Locking type, berupa dovetail type


2. Non-locking type, biasanya digunakan untuk ungkitan kelas I dan II.

Gambar 27 Penahan intrakoronal (Zest anchor), bagian male (A) dan bagian female (B).

I.2.11 Indirect Retainers (Penahan tidak langsung)

I.2.11.1 Peran Indirect Retainer dalam Pengendalian Gerakan Prostesis

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang didukung gigi efektif menggunakan gigi

untuk mengontrol gerakan basis menjauh dari jaringan. GTSL yang didukung jaringan gigi

tidak memiliki kemampuan ini karena salah satu ujung prostesis bebas bergerak menjauh dari

jaringan. Hal ini mungkin terjadi karena efek gravitasi pada lengkung rahang atas atau

makanan yaang lengket di kedua lengkungan. Memperhatikan detail desain dan lokasi bagian

komponen gigi tiruan untuk kontrol gerakan fungsional adalah strategi yang digunakan dalam

desain gigi tiruan sebagian.

Ketika basis gigi tiruan ekstensi distal terlepas dari tempatnya, biasanya cenderung

berputar/rotasi di sekitar garis fulkrum. Secara teoritis, gerakan menjauh dari jaringan ini bisa

dicegah oleh aktivasi direct retainer, komponen stabilisasi sistem cangkolan, dan komponen
kaku dari kerangka gigi tiruan sebagian, yang terletak pada sandaran tertentu pada sisi

berlawanan dari garis fulkrum jauh dari basis ekstensi distal. Komponen ini disebut sebagai

pengikut tidak langsung. Komponen indirect retainer harus ditempatkan sejauh mungkin dari

basis ekstensi distal, yang memberikan prostesis ketahanan terhadap gaya pencopotan.

Indirect retainer terdiri dari satu atau lebih rest dan konektor minor pendukung. Plat

proksimal, berdekatan dengan area edentulous, juga menyediakan retensi tidak langsung.

Meskipun merupakan kebiasaan untuk mengidentifikasi seluruh majelis sebagai pengikut

Prinsip indirect retainer. A, Balok didukung di berbagai


Garis fulcrum ditemukan di berbagai
titik. B, Gaya angkat A akan menggeser seluruh balok
jenis lengkung tak bergigi sebagian, di
jika tidak ada retainer. C, Dengan direct retainer(DRs)
mana gigi tiruan dapat berputar saat
di titik tumpu, gaya angkat akan menekan salah satu
basis dikenakan gaya yang diarahkan ke
ujung balok dan mengangkat yang lain akhir. D, Dengan
atau menjauh dari residual ridge
fungsi DR dan IR, gaya angkat tidak akan memindahkan
balok. Semakin jauh IR dari titik tumpu, semakin efisien
seharusnya kontrol gerakan

Indirect retainer harus ditempatkan sejauh mungkin dari dasar ekstensi distal di tempat

rest yang telah disiapkan di atas gigi yang mampu mendukung fungsinya. Meskipun lokasi

paling efektif biasanya di sekitar gigi seri, gigi itu mungkin tidak cukup kuat untuk

mendukung indirect retainer dan mungkin memiliki kemiringan curam yang tidak dapat
dipreparasi dengan baik untuk mendukung rest. Dalam situasi seperti ini, gigi kanin terdekat

atau permukaan mesio-oklusal dari gigi premolar pertama mungkin lokasi terbaik untuk

indirect retainer, meskipun tidak terlalu jauh dari garis titik dulkrum. Dua indirect retainer

yang lebih dekat ke garis tumpu digunakan untuk mengimbangi kompromi jaraknya. Ketika

ekstensi distal dinilai berisiko signifikan terlepas dari basis gigi tiruan, penggunaan gigi

implan sebagai retainer distal dapat dipertimbangkan.

I.2.11.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Indirect Retainer

1. Rest oklusal utama yang bertumpu pada gigi penyangga primer harus ditempatkan dengan

tepat dan ditahan oleh lengan penahan dari direct retainer. Jika rest ditempatkan pada

posisinya, rotasi sekitar sumbu harus terjadi, yang selanjutnya akan mengaktifkan IR. Jika

terjadi perpindahan pada rest, tidak ada rotasi di sekitar titik tumpu yang akan terjadi, dan IR

tidak akan diaktifkan.

2. Jarak dari garis titik tumpu. Tiga bidang berikut harus dipertimbangkan:

a. Panjang dasar ekstensi distal

b. Lokasi dari garis titik tumpu

c. Seberapa jauh dari titik fulkrum IR ditempatkan

3. Kekakuan konektor yang mendukung IR. Semua konektor harus kaku agar IR berfungsi

sebagaimana mestinya.

4. Efektivitas permukaan gigi penyangga. Retainer tidak langsung harus ditempatkan pada

rest seat yang pasti di mana tidak terjadi selip atau pergerakan gigi. Kemiringan gigi dan gigi

yang lemah tidak boleh digunakan untuk mendukung IR.

I.2.11.3 Fungsi Lain Indirect Retainer

1. IR cenderung mengurangi tilting anteroposterior pada penyangga utama. Ini sangat

penting saat gigi terisolasi digunakan sebagai penyangga — situasi yang harus dihindari
sebisa mungkin. Biasanya, kontak proksimal dengan gigi yang berdekatan mencegah

kemiringan penyangga saat alas terangkat dari gigi jaringan.

2. Kontak konektor minornya dengan permukaan gigi aksial membantu menstabilkan

gerakan horizontal gigi palsu. Permukaan gigi seperti itu, bila dibuat sejajar dengan jalur

penempatan, juga dapat bertindak sebagai guding plane tambahan.

3. Gigi anterior yang mendukung IR distabilkan oleh gerakan lingual.

4. Dapat bertindak sebagai rest tambahan untuk menopang sebagian dari konektor utama,

memfasilitasi distribusi tekanan.\

5. Mungkin memberikan indikasi visual pertama untuk kebutuhan relining gigi tiruan

sebagian basis ekstensi. Kekurangan pada basal seat support dimanifestasikan dengan

lepasnya IR dari rest seat yang telah disiapkan ketika basis gigi tiruan tertekan dan terjadi

rotasi disekitar titik tumpu.

I.2.11.4 Bentuk Indirect Retainer

1. Rest Oklusal Tambahan

Indirect retainer yang paling umum digunakan adalah rest oklusal tambahan yang

dipasang pada permukaan oklusal dan letaknya sejauh mungkin dari basis perluasan

distal. Dalam kasus lengkung rahang bawah kelas 1, lokasi ini biasanya pada linggir tepi

mesial premolar pertaman di masing-masing sisi lengkung (lihat gambar 8.4) Posisi ideal
indirect retainer yang tegak lurus terhadap garis tumpu adalah pada gigi incisivus yang

dalam hal ini terlalu lemah dan memiliki permukaan- permukaan lingual yang terlalu

tegak lurus untuk mendukung rest. Dukungan bilateral pada premolar pertama sangat

efektif sekalipun letaknya lebih dekat dari axis rotasi. Prinsip yang sama berlaku untuk

gigitiruan sebagian klas 1 rahang atas yang menggunakan indirect retainer. Rest bilatreral

pada linggir tepi mesial premolar pertama umumnya digunakan dengan menggunakan

pemasangan rest pada incisivus (lihat gmbr 8.5). konsep ini tidak hanya efektif tanpa

mencelakai gigi berakar tunggal yang lebih lemah tetapi gangguan lidah dapat pula

diminimalkan jika konektor minor dapat dipasang pada emmbrassure antara caninus dan

premolar bukannya pada

gigi-gigi disebelah anterior caninus. Indirectretainer untuk gigitiruan sebagian klass 2

biasanya dipasang pada linggir tepi premolarpertama disisi lawan lengkung basis

perluasan distal.(gmbr 8.6). rest bilateral jarang diindikasikan, kecuali jika rest oklusal

dibutuhkan untuk mendukung konektor mayor atau jika prognosis abutment distal buruk

dan perwatan ditetapkan mengarah ke konversi menjadi GTSL kelas 1.

2. Rest Caninus
Jika linggir tepi mesial premolar pertama terlalu dekat dengan garis tumpu, atau jika gigi

geligi saling tumpang tindih sehingga garis tumpu tidak terjangkau maka suatu rest dapat

dipasang pada caninus tetangganya. Rest semacam ini dapat dibuat lebih efektif dengan

memasang konektor minor pada embrassur di sebelah anterior caninus, baik dengan

membaliknya ke dudukan rest lngual yang telah dipreparasi atau dengan meneruskannya ke

rest mesioincisal. Disini dapat digunakan rest caninus yang sama sebagaimana yang tlah

dijelaskan sebelumnya, yang berupa rest lingual atau incisal (lihat bab 6).

Perpanjangan rest oklusal ke caninus Terkadang perpanjangan jari rest premolar dipasang

pada lereng lingual caninus tetangga yang telah dipreparasi. (gmb 8.7) Perluasan semacam ini

digunakan untuk menghasilkan indirect retainer dengan memperjauh jarak elemen resistensi

dari garis tumpu. Metode semacam ini khususnya berlaku jika premolar pertama harus

bertindak sebagai abutment primer. Jarak disebelah anterior garis tumpu hanyalah jarak

antara rest mesiooklusal dan terminal anterior perpanjangan jari. Dalam kondisi semacam ini,

meskipun perpanjangan tersebut bersandar pada suatu permukaan yang telah dipreparasi,

perpanjangan ini digunakan bersama rest terminal pada linggir tepi mesial premolar.

Meskipun tidak digunakan sebagai indirct retainer, perpanjangan rest oklusal ke kaninus,

retainer lengan continue, dan linguoplate tidak boleh digunakan tanpa rest terminal karena

resultan gaya akan efektif jika komponen-komponen ini dipasang sendirian pada bidang

miring

3. Lengan cingulum dan Plat Lingual

Secara tehnis, lengan cingulum dan plat lingual bukanlah merupakan indirect

retainer karena keduanya bersandar pada lereng-lereng lingual gigi anterior yang tidak

dipreparasi. Indirect retainer sebenarnya adalah rest terminal pada salah satu ujungnya dalam

bentuk rest oklusal tambahan atau rest caninus (lihat bab 5). Pada gigitiruan sebagian klas 1

dan 2, lengan cingulum atau plat lingual dapat meningkatkan keefektifan indirect retainer jika
menggunakan rest terminal pada masing-masing ujungnya. Pada gigitiruan sebagian tooth

borne , lengan cingulum atau linguoplate dipasang untuk tujuan lain tetapi tetap bersama rest

terminalnya (lihat bab 5). Terkhusus untuk gigitiruan klass 1 dan 2, retainer lengan continue

atau batas superior plat lingual tidak boleh dipasang diatas sepertiga lengan gigi demi

mencegah pergerakan orthodontik saat gigitiruan perluasab distal berotasi. Pedoman ini tidak

terlalu penting jika keenam gigi antrior mmbentuk suatu garis yang hampir lurus; tetapi jika

lengkung gigi ramping dan meruncing, maka lengan cingulum atau plat lingual pada gigi-

gigi anterior akan memanjang melewati rest terminal, dan pergerakan orthodontik gigi- gigi

tersebut lebih mungkin terjadi. Meskipun komponen-komponen ini digunakan terutama untuk

menstabilkan gigi-gigi anterior yang tergolong lemah, komponen-komponen ini mungkin

akan menimbulkan efek yang berlawanan jika tidak digunakan dengan baik.

4. Ruang Modifikasi

Terkadang rest oklusal pada abutment sekunder untuk gigitiruan sebagian kelas 2 dapat

bertindak sebagai indirect retainer. Fungsi ini akan bergantung pada seberapa jauh letak

abutment sekunder dari garis tumpu. Abutment-abutment primer gigitiruan sebagian klas 2

modifikasi 1 terdiri atas abutment yang bersebelahan dengan basis perluasan distal dan

abutment paling distal pada sisi tooth borne- nya. Garis tumpunya adalah suatu akses

diagonal antara kedua abutment terminal (gmb 8.8). Abutment anterior pada sisi tooth borne

merupakan abutment sekunder, bertindak sebagai pendukung dan penahan satu sisi segmen

tooth borne  dan meningkatkan stabilitas horizontal gigitiruan. Jika ruang modifikasi tidak

ditemukan sebagaimana dalam kasus klas 2 non modifikasi, maka rest oklusal tambahan dan

komponen-komponen penstabil pada posisi yang sama akan

tetap dibutuhkan dalam design gigitiruan (gmb 8.9). Tetapi adanya suatu ruang modifikasi

bermanfaat dalam menghasilkan dukungan, stabilisasi dan retensi bagi gigi abutmenth.

Jika rest oklusal pada abutment sekunder berada cukup jauh dari garis tumpu, maka
komponen ini dapat secara adekuat bertindak sebagai indirect retainer. Fungsi gandanya

kemudian menjadi dukungan gigi pada satu ujung ruang modifikasi dan dukungan bagi

indirect retainer. Contoh yang paling khas dalam hal ini adalah rest oklusal distal pada

premolar pertama dalam kondisi dimana premolar kedua dan molar pertama hilang.

Sementara molar kedua bertindak sebadgai salah satu abutment primer. Titik tegak lurus

terpanjang terhadap garis tumpu berada pada premolar pertama, sehingga menjai lokasi yang

hampir ideal bagi iindirect retainer. Dilain pihak, jika hanya satu gigi yang hilang, disisi

ruang modifikasi misalnya molar pertama, maka rest oklusal pada abutment premolar kedua

menjadi terlalu dekat dengan garis tumpu, sehingga kurang efektif. Dalam situasi semacam

ini, dibutuhkan suatu rest oklusal tambahan ada linggir tepi mesial premolar pertama sebagai

indirect retainer  sekaligus dukungan bagi konektor mayor yang dalam hal ini tidak

terdukung. Dukungan bagi ruang modifikasi yang meluas ke anterior menuju abutment

kaninus didapatkan dari salah satu rest caninus yang layak , sebagaimana yang dijelaskan

sebelumnya dalam bab 6. Dalam sirtuasi semacam ini, caninus menghasilkan indirect retainer

yang hampir ideal sekaligus dukungan bagi konektor mayor.

5. Dukungan rugae

Beberapa dokter gigi menganggap penutupan rugae lengkung rahang atas sebagai salah

satu cara mendapatkan indirect retainer karena rugae kokoh dan biasanya baik untuk
menghasilkan indirect retainer bagi gigitiruan sebagian lepasan klas 1. Meskipun benar

bahwa penutupan yang luas diatas rugae dapat menghasilkan dukungan, masih terdapat fakta

bahwa dukungan jaringan kurang efektif jika dibandingkan dengan dukungan gigi dan

penutupan rugae harus sedapat mungkin dihindari. Penggunaan dukungan rugae sebagai

indirect retainer  biasanya merupakan bagian dari design tapal kuda palatal. Karena retensi

posterior biasanya tidak adequat dalam situasi seperti ini, kebutuhan akan retensi tdk

langsung mungkin lebih besar daripada yang dapat dipenuhi oleh penggunaan dukungan

jaringan saja.

Pada lengkung rahang bawah, retensi yang dihasilkan oleh basis perluasan distal saja

biasanya tidak adequat untuk mencegah terangkatnya basis meninggalkan jaringan. Pada

lengkung rahang atas dimana hanya gigi anterior yang tersisa, penutupan palatum total

biasanya dibutuhkan. Pada kenyataannya, penutupan palatum dapat dilakukan pada gigitirun

sebagian lepasan klas 1 rahang atas yang meluas ke distal dari premolar pertama, kecuali jika

torus maksiler menghalanginya. Meskipun penutupan total dapat dilakukan dengan basis

resin,penambahan retensi dan pengurangan tonjol logam tuang palatal lebih baik. (lihat bab

5). Tetapi jika tidak ada penutupan palatum total, maka

indirect retainer  gigitiruan lepasan klas 1harus digunakan dengan design lain berupa

konektor mayor palatal.

I.2.12 Rest dan Rest Seat

Dukungan vertikal harus dimiliki oleh gigi tiruan sebagian lepasan. Semua komponen

GTSL pada yang memberikan dukungan vertikal disebut rest. Permukaan gigi penyangga

yang sudah disiapkan untuk diletakkan komponen rest disebut rest seat. Rest ditentukan oleh

permukaan gigi yang dipersiapkan untuk menerimanya (oklusal rest, lingual rest, dan insisal

rest).
Tujuan utama rest adalah menyediakan dukungan vertical untuk gigi tiruan sebagian.

Tujuan lain dari rest yaitu:

1. Mempertahankan komponen dalam posisi yang telah ditetapkan

2. Mencegah kerusakan jaringan lunak

3. Mengarahkan dan mendistribusikan beban oklusal ke gigi penyangga

I.2.12.1 Occlusal Rest dan Rest Seat

Bila memungkinkan, oklusal rest harus ditempatkan pada permukaan gigi

premolar/molar.

1. Bentuk outline form oklusal rest seat harus berbentuk segitiga membulat dengan

puncak mengarah ke tengah dari permukaan oklusal

2. Panjangnya harus sepanjang lebar dan alasnya (di marginal ridge) paling sedikit

2,5 mm untuk gigi molar dan gigi premolar.

3. Marginal ridge dari gigi penyangga di lokasi rest seat harus diturunkan agar dapat

menahan kekuatan dan kekakuan dari logam rest dan minor connector.

Pengurangan marginal ridge sekitar 1,5 mm biasanya diperlukan.

4. Alas oklusal rest seat harus berada di apikal dari marginal ridge dan permukaan

oklusal, dan berbentuk cekung, atau berbentuk sendok Hindari pembuatan tepi

tajam atau sudut garis dalam preparasi.

5. Sudut yang dibentuk oleh oklusal rest dan vertical konektor minor harus lebih

kecil dari 90 derajat. Agar gaya oklusal diarahkan sepanjang sumbu panjang gigi

penyangga.
Gambar 28 Desain Rest Seat

Gambar 29 Model yang telah dipreparasi untuk penempatan occlusal rest dan contoh occlusal rest

I.2.12.2 Extended Occlusal Rest

Pada Kennedy Class II modifikasi 1, dan Kennedy Class III di mana penyangga

paling posterior adalah molar dengan mesially tipped, extended oklusal rest harus

dirancang untuk meminimalkan tipping dari abutment dan untuk memastikan bahwa gaya

diarahkan ke sumbu panjang dari abutment tersebut. Rest ini harus diperpanjang < 1,5

lebar mesiodistal gigi, yaitu kira-kira sepertiga lebar gigi bukolingual, dan

memungkinkan ketebalan logam minimal 1 mm; dengan preparasi yang dibulatkan dan

tidak ada undercut atau sudut yang tajam.

Dalam situasi di mana abutment sangat miring, maka oklusal rest yang diperpanjang

dapat dilakukan restorasi onlay untuk mengembalikan bidang oklusal (Gambar 6-9).

Tooth preparation untuk extended occlusal rest mencakup pencabutan atau pnambalan

lubang; menempatkan 1 hingga 2-mm bevel pada permukaan oklusal bukal dan lingual

untuk memungkinkan extended rest (onlay) untuk memberikan stabilisasi;


memungkinkan rest untuk mengembalikan kontur dan oklusi yang alami. Tooth

preparation juga harus disertakan pembuatan guiding plane 1 hingga 2 mm pada

permukaan abutment.

Gambar 30 Preparasi untuk penempatan extended occlusal rest

I.2.13 Internal Occlusal Rest

Gigi tiruan sebagian yang seluruhnya disupport oleh gigi, dengan cast retainer pada

gigi penyangga dapat menggunakan intracoronal rest untuk dukungan oklusal dan

stabilisasi horizontal. Dukungan oklusal berasal dari alas rest seat. Stabilisasi

horizontal berasal dari dinding dekat-vertikal dari jenis rest seat ini. Bentuk restnya

harus sejajar dengan arah pemasangan, sedikit meruncing ke arah oklusal, dan sedikit

dovetail untuk mencegah terlepas secara proksimal. Tujuan pemakaian sandaran ini

untuk menghilangkan lengan bukal yang terlihat dari luar mulut. Retensi didapatkan

dari lengan lingual yang ditempatkan.

Internal rest di carving dengan lilin. Pola sandaran plastik siap pakai sudah

tersedia dan dapat di-wax menjadi mahkota atau pola veneer parsial, dan cor setelah

diposisikan sejajar dengan arah pemasangan dengan surveyor.


Gambar 31 A. Wax pattern untuk internal rest. B. Internal rest dengan surveyed crowns

I.2.13.1 Lingual Rest on Canines and incisor teeth

Jika gigi anterior dalam kondisi baik dan kemiringan lingualnya tidak terlalu tegak

lurus, lingual rest dapat ditempatkan di cingulum (Gambar 6-16). Lingual rest biasanya

dapat dipakai pada caninus rahang atas yang inklinasinya sedikit ke labial dan memiliki

singulum yang lebih menonjol. Preparasi gigi anterior untuk menempatkan lingual rest

dapat dicapai dengan cara: Bentuk V yang agak bulat disiapkan pada permukaan lingual

di gingival junction dan sepertiga tengah gigi. Puncak V diarahkan secara insisal.

Preparasi dapat dimulai dengan menggunakan inverted, coneshaped diamond stone,

tapered stones with round ends. Semua sudut harus dibulatkan, dan rest seat di preparasi

dan harus sangat halus. Hindari membuat undercut email gigi, yang mengganggu

penempatan gigi tiruan.

Gambar 32 Lingual rest dan rest seat


I.2.13.2 Incisal rest

Incisal rest dapat disebut juga embrasure hook atau incisal notch ini merupakan jenis

rest yang ditempatkan pada sudut insisal gigi anterior dan pada kedudukan yang telah

dipreparasi. Fungsi utama incisal rest:

1. Mendukung geligi tiruan

2. Memberi efek pengimbangan (bracing)

Sandaran incisal berkontak dengan permukaan labial dan lingual gigi. Akibatnya rest

ini menyalurkan gaya kepada sadel gigi penyangga, baik pada sisi kerja maupun sisi

pengimbang (working and balancing side)

3. Menahan gaya anteroposterior

4. Memberi efek splin pada gigi asli

5. Memberi retensi tidak langsung

Incisal rest sebaiknya diletakkan pada sudut mesio insisal, yang merupakan titik

terjauh dari lengan sandaran. Permukaan bukal dan lingual gigi penyangga dipreparasi

dan dibentuk untuk penempatan sandaran. Dasar sandaran harus tegak lurus sumbu

panjang gigi, dengan sudut membulat. Ukuran preparasi mesio-disal 3mm dan vertical

2mm.

Gambar 33 Incisal Rest


I.2.14 Denture Base

Basis gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah

hilang, dan berfungsi mendikung gigi (elemen) tiruan.

I.2.14.1 Fungsi basis gigi tiruan

1. Mendukung gigi tiruan

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa

3. Mementuhi faktor estetik

4. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawah dasar gigi tiruan, yang sering

juga disebut jaringan sub basal. Pada saat berfungsi, pada pemakaian protesa dukungan gigi

maupun jaringan, akan terjadi pergerakan vertical karena adanya gerakan fisiologik gigi

penyangga dan jaringan. Gerakan-gerakan ini menyebabkan jaringan yang berada dibawag

protesa seolah-olah dipijat-pijat (massage)

5. Memberikan retensi dan stabilisasi gigi tiruan.

I.2.14.2 Macam-macam basis gigi tiruan

1. Tooth supported partial denture base

Pada basis dukungan gigi, basis ini merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua

sisinya, tekanan secara langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui kedua occlusal

rest. Selain fungsi tersebut, basis bersama-sama elemen gigi tiruan berfungsi untuk mencegah

migrasi horizontal gigi tetangga, serta migrasi vertical gigi antagonis.


Gambar 34 Tooth supported partial denture base

2. Distal extention partial denture base

Pada kasus ini, bagian basis yang berdekatan dengan gigi penyangga akan mendapat

dukungan dari basis ini, namun bagian yang jauh akan didukung jaringan linggir sisa yang

berada dibawah gigi tiruan. Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat

disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi kecil.

Dukungan maksimal dari linggir sisa dapat diperoleh dengan menggunakan basis gigi

tiruan yang luas dan akurat, yang menyebarkan gaya oklusal memuat secara merata di seluruh

area yang tersedia untuk dukungan tersebut.

Gambar 35 Distal extention partial denture base

I.2.14.3 Ideal denture base material

1. Ketepatan adaptasi dengan jaringan

2. Perubahan volume/dimensi rendah

3. Permukaan keras, sehingga tidak mudah tergores atau aus


4. Penghantar termis

5. Berat jenis rendah

6. Mudah dibersihkan

7. Warna sesuai dengan warna jaringan sekitarnya

8. Bisa dilapis atau dicekatkan kembali

9. Harganya ekonomis

I.2.14.4 Macam-macam Bahan basis

1. Metal

Kelebihan:

- Pengahantar termis

Karena metal merupakan penghantar panas yang baik, maka setiap perubahan suhu

yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan dibawahnya. Rangsangan seperti ini

akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan.

- Ketepatan dimensional

Basis berbahan metal tidak saja lebih tepat, namun juga mampu mempertahakna

bentuk tanpa terjadi perubahan selama pemakaian dalam mulut. Hal ini disebabkan

kerena tidak terjadinya internal strain selama proses pembuatannya, sehingga tidak

terjadi perubahan bentuk dan volume.

- Mudah dibersihkan

- Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal

Basis logam dapat dibuat lebih tipis daripada resin tetapi cukup kuat, sehingga ruang

gerak bagi lidah relative lebih luas.

Kelemahan:
- Warnanya tidak sama dengan warna jaringan sekitarnya, sehingga bila digunakan

dianterior akan mengganggu estetik

- Relatif lebih berat

- Perluasan sampai ke lipatan bukal sulit dilakukan

- Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal

Gambar 36 Metal base

2. Resin

Kelebihan:

- Warnanya sama dengan jaringan sekitar

- Dapat direlining dengan mudah

- Relatif lebih ringan

- Teknik pembuatan dan pemolesan mudah

- Harganya murah

Kelemahan:

- Penghantar termis yang buruk

- Dimensinya kurang stabil


- Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian

- Dapat menyerap cairan mulut walaupun dalam derajat kecil, sehingga mempengaruhi

stabilitas warna

Gambar 37 Resin base

3. Kombinasi metal dan resin

Tujuan pemakaian basis kombinasi adalah untuk memanfaatkan kelebihan masing-

masing bahan tadi. Basis kombinasi ini berupa rangka dari metal, dilapisi resin untuk tempat

perlekatan elemen gigi tiruan, dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut.

I.3 Faktor-faktor yang Harus dipertimbangkan dalam Pembuatan Desain GTSL

I.3.1 Retensi

Retensi adalah kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap pelepasan vertikal. Retensi
yang baik akan menghasilkan gigi tiruan yang tidak mudah lepas. Secara umum, retensi dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu mechanical, physical, dan phisiological. Selengkapnya
mengenai jenis retensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Mechanical Physical Phisiological

• Direct retainer • Adhesi


• Muscular
• Implant • Kohesi
• Overdenture • Tegangan • Gaya kunyah ke
• Magnet permukaan apikal
overdenture • Friksi
• Undercut
• Atmosferik
• Gravitasi

I.3.1.1 Mechanical Retention

I.3.1.1.1 Direct retainer (Clasp)

Retainer terbagi menjadi dua jenis yaitu direct dan indirect. Dalam gigi tiruan
sebagian lepasan, direct retainer lebih banyak berperan sebagi retensi sedangkan
indirect retainer lebih berperan sebagai stabilisasi. Direct retainer dapat dibedakan
menjadi retainer ekstrakoronal dan intrakoronal. Clasp atau cengkeram ekstrakoronal
merupakan salah satu jenis yang paling umum digunakan. Secara garis besar
cengkeram kawat terbagi menjadi cengkeram oklusal dan gingival.

Direct retainer

Ekstracoronal Intracoronal

Clasp Attachment Attachment

Suprabulge Infrabulge
Clasp merupakan salah satu komponen dari GTSL yang terbuat dari logam
dan mencengeram gigi penyangga sehingga menghasilkan retensi. Cengkeram kawat
merupakan jenis yang paling sering digunakan di Indonesia, pilihan lain yang sudah
umum digunakan di negara maju antara lain lengan cengkeram aloi emas & khrom
kobalt. Syarat dasar suatu bahan kawat dapat digunakan sebagai clasp yaitu harus
kuat, permukaan licin dan mengkilat, tahan karat, tidak memberi rasa dan netral.

Clasp dibentuk dengan cara membengkokkan kawat dan harus memenuhi


syarat-syarat berikut :
a. Kontak cengkeram dengan permukaan gigi penyangga merupakan kontak
kontinu dan berupa kontak garis bila penampangnya bulat dan kontak bidang
bila penampangnya setengah bulat
b. Lengan cengkeram harus melewati garis survei, biasanya 1-2 mm di atas tepi
gingiva (cukup 1mm saja bila sandaran oklusal mampu menahan gaya
pemindah ke arah gingiva)
c. Badan cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik kontak gigi
penyangga.
d. Sandaran dan badan tidak boleh mengganggu oklusi maupun artikulasi.
e. Ujung lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh menyentuh gigi
tetangga dan melukai jaringan lunak.
f. Pada permukaan cengkeram tidak boleh ada tanda bekas tang, tanda ini
menunjukkan kurang baiknya manipulasi pembengkokan sehingga akan
mempengaruhi daya tahan cengkeram.

Macam-macam cengkeram kawat Oklusal


a. Tiga jari
Berbentuk seperti Akers Clasp, cengkeram ini dibentuk dengan jalan
menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam
basis.

b. Dua jari
Berbentuk sama seperti Akers Clasp tetapi tanpa sandaran.

c. Cengkeram S
Berbentuk seperti huruf S, cengkeram ini bersandaran pada singulum
gigi kaninus. Biasa dipakai untuk kaninus bawah, dapat pula digunakan
untuk kaninus atas, bila ruang interoklusalnya cukup.
d. Cengkeram Panah (Arrow,Crib)
Disebut Panah, karena berbentuk anak panah yang ditempatkan
pada interdental gigi, dan diperuntukkan bagi anak-anak dimana
retensi kurang. Itulah sebabnya cengkeram ini dipakai untuk protesa
sementara selama masa pertumbuhan.

e. Cengkeram Adam
Cengkeram ini merupakan penahan langsung yang juga sering
digunakan dalam perawatan Ortodontik

f. Full Jackson
g. Half Jackson
Disebut juga cengkeram satu jari atau cengkeram C

h. Rush Anker Crib

Macam-macam cengkeram kawat gingiva

a. Cengkeram Meacock
Khusus untuk bagian interdental, terutama pada molar 1. Dipakai pada
masa anak-anak di saat masa pertumbuhan dan sering dipakai pada spoon
dentur.
b. Cengkeram Panah Anker
Merupakan cengkeram interdental atau proksimal. Tersedia juga dalam
bentuk siap pakai, untuk disordir atau ditanam dalam basis.Cengkeram
Penahan Bola
Disebut juga Ball retainer clasp.

c. Cengkeram C
Berbenruk seperti half Jackson dengan dangkal ditanam pada basis

I.3.1.1.2 Direct retainer (Ekstracoronal Attachment)


Merupakan kaitan presisi yang terdiri dari dua bagian, dimana satu bagian
terletak pada gigi tiruan dan satu lagi di bagian luar permukaan mahkota gigi
peyangga.
I.3.1.1.3 Direct retainer (Intracoronal Attachment)
Merupakan kaitan presisi yang terdiri dari dua bagian, dimana satu bagian
terletak pada gigi tiruan dan satu lagi di bagian dalam mahkota gigi peyangga
yang di preparasi.

I.3.1.1.4 Implant
Merupakan alat prostodontik yang terdiri dari dua bagian; satu bagian
terhubung ke implan secara langsung dan bagian lainnya di dalam prostesis.

I.3.1.1.5 Overdenture/Magnet Overdenture.


Gigi tiruan lengkap yang gaya kunyahnya didukung sebagian oleh akar gigi
yang sengaja dipertahankan.
I.3.1.2 Physical Retention

I.3.1.2.1 Adhesi
Adhesi merupakan daya tarik menarik antara dua molekul yang berbeda.
Terjadi antara saliva dan landasan gigi tiruan, serta saliva dan mukosa/jaringan
pendukung.

I.3.1.2.2 Kohesi
Kohesi merupakan daya tarik menarik antara dua molekul yang sejenis yang
terjadi antara molekul saliva dengan saliva.

I.3.1.2.3 Tegangan Permukaan


Merupakan gaya yang bekerja pada permukaan zat cair. Memberikan gaya
ketika gigi tiruan berusaha dilepaskan dari landasan di tepi permukaan gigi tiruan
akan terjadi tegangan permukaan.
I.3.1.2.4 Friksi
Friksi merupakan retensi yang didapat dari gaya gesek antara dua permukaan.
Terjadi antara:
• Permukaan landasan dan mukosa
• Permukaan lingir alveolar dan landasan
• Permukaan gigi sandaran dan gigi buatan
• Permukaan landasan di daerah interdental (verkeillung)
• Cangkolan dan gigi sandaran

I.3.1.2.5 Undercut
Retensi undercut didapat dari daerah gerong yang ada di jaringan pendukung,
seperti daerah labial, daerah tuberositas maksilla, dan daerah retromylohioid.
I.3.1.2.6 Atmosferik
Retensi Atmosferik didapat apabila tekanan udara dibawah landasan 0, tidak
ada udara hanya diisi oleh cairan saliva, sedangkan tekanan udara di luar landasan 1
atm. Dengan demikian, tekanan udara luar akan menahan gigi tiruan terlepas.
I.3.1.2.7 Gravitasi
Gaya tarik bumi menyebabkan gaya tarik terhadap gigi tiruan rahang bawah
yang akan menguntungkan karena menambah retensi, tetapi merugikan untuk
rahang atas.

I.3.1.3 Phisiological Rention

I.3.1.3.1 Muscular

Retensi muscular dihasilkan apabila pencetakan dilakukan sesuai dengan


batas-batas tarikan otot bibir, otot pipi dan lidah dan daerah peripheral border seal.
Pencetakan yang baik akan menghasilkan seal yang sempurna dari landasan gigi
tiruan terhadap mukosa jaringan pendukung. Otot yang berperan adalah otot pipi,
bibir, lidah dan palatum.
I.3.1.3.2 Gaya kunyah ke apikal

Adanya gaya kunyah ke apikal akan menahan gigi tiruan lepas dari mukosa
dibawahnya. Namun bila gaya yang terjadi berlebihan maka akan menimbulkan
tekanan pada jaringan dibawahnya dan dapat menyebabkan resorpsi tulang aveolar.

I.3.2 Stabilisasi

Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya-gaya dalam arah
horisontal. Pada GTSL yang berfungsi untuk stabilisasi adalah semua bagian cengkeram,
kecuali bagian ujung lengan retentif. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilisasi :
1. Adaptasi Landasan
Permukaan landasan yang berkontak dengan jaringan pendukung harus
berkontak secara merata. Bila ada bagian landasan yang kurang adaptif, maka
akan menyebabkan kegoyahan pada saat berfungsi.
2. Perluasan Landasan
Semakin luas landasan maka beban yang mengenai mukosa dan lingir di
bawah gigi tiruan akan semakin kecil.
3. Menentukan garis median
Hal tersebut bertujuan untuk keseimbangan lengkung gigi sehingga susunan
gigi bisa simetris dan beban kunya seimbang antara bagian kiri dan kanan
4. Menyusun gigi diatas puncak linggir (sesuai kurva spee dan kurva monson)
5. Menyusun gigi mengikuti konsep oklusi berimbang
Oklusi berimbang didapat dari menyusun bidang oklusal sesuai dengan lima
hukum artikulasi.
6. Menentukan dimensi vertikal dan relasi sentrik
7. Mengurangi jumlah gigi
Mengurangi jumlah gigi terutama di bagian posterior maka akan mengurangi
beban kunyah dan akan mengurangi kemungkinan terungkitnya gigi tiruan
pada bagian posterior
8. Mengurangi lebar bukolingual gigi
Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi beban daya kunyah yang diterima
sehingga mengurangi kemungkinan resorpsi tulang alveolar
9. Penarikan garis fulcrum
Suatu garis khayal yang ditarik dari occlusal rest satu ke occlusal rest yang
lain, yang membagi tekanan kunyah yang diterima gigi tiruan di anterior dan
posterior, dan merupakan poros putaran gigi.
10. Menghubungkan semua bagian gigi tiruan dalam satu kesatuan
11. Menggunakan tiga titik sandaran
Stabilisasi gigi tiruan akan meningkat apabila terdapat tiga titik sandaran pada
gigi penyangga
12. Menambah indirect retainer
13. Bracing

I.3.3 Estetika

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan perlu memperhatikan estetika dalam pembuatan
desain. Estetika dapat meliputi hal-hal berikut ini :
1. Penempatan klamer harus sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat dalam posisi
bagaimanapun juga
2. Gigi tiruan harus tampak asli bagi pasien, baik warna, bentuk, dan posisi gigi.
- Bentuk dari gigi perempuan dan laki-laki berbeda. Bentuk gigi wanita relatif banyak
lengkungan/bulatan, sedangkan gigi geligi pria memberikan kesan lebih persegi.
- Posisi dari gigi tiruan tidak terlalu ke anterior, posterior, palatal, atau lingual, tetapi
tersusun pada daerah neutral zone (daerah penyusunan gigi yang tidak mengganggu
fungsi otot).
3. Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien.
- Harus terlihat adanya papilla incisivum pada gigi anterior, papilla interdental, bentuk
stippling, Mc Call’s Festoon, prominens akar, rugae palatina, bentuk cervical line.
4. Inklinasi gigi harus sesuai dengan inklinasi normal masing-masing gigi.
5. Tidak ada gigi tiruan yang berubah posisi.
I.3.4 Support

Support/dukungan adalah kemampuan gigi tiruan untuk menahan tekanan dalam arah apikal
dan mempertahankan jaringan yang masih ada (dalam hal ini mukosa dan jaringan yang ada
dibawah gigi tiruan).

Macam-macam dukungan

1) Dukungan gigi (Tooth support/tooth borne denture)

Semua gaya oklusal didukung oleh gigi-gigi penyangga yang membatasi daerah tak
bergigi. Besar gaya oklusal yang dapat ditahan oleh suatu gigi asli tergantung pada
kesehatan gigi itu sendiri. Kesehatan gigi asli dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

- Besar, kecepatan dan lamanya gaya bekerja pada gigi.

- Status biologik dari ligamen periodontal, yang berkaitan dengan penerimaan gaya
per hari sebelumnya.

- Umur dan keadaan sistemik penderita.

- Kebersihan mulut, seperti adanya plak dsb.

Tidak semua daerah tak bergigi yang pada kedua sisinya dibatasi gigi asli, harus
mendapat dukungan gigi. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu :

- Kondisi periodontal gigi asli.

- Jumlah dan lokasi gigi-gigi yang akan diganti.

- Keadaan gigi-gigi antagonis: gigi asli atau gigi tiruan. Bila gigi tiruan, bahannya
perlu ditinjau porselen atau plastik.

- Adanya gigi penyangga yang membatasi daerah tak bergigi.

- Gaya kunyah yang berhubungan dengan kebiasaan makan.

- Estetik.
GTSL Dukungan Gigi dengan Sandaran

2) Dukungan jaringan (Tissue support/tissue borne denture)

Dukungan berasal dari jaringan lunak dan tulang yang berada di bawahnya. Jaringan
lunak atau mukosa yang membungkus prosesus alveolaris terdiri dari tiga lapisan, yaitu
mukosa, submukosa dan periosteum. Mukosa mastikatori sangat baik sebagai pendukung
gigi tiruan. Mukosa mastikatori ada di sekitar gigi dan sepanjang linggir alveolar, dan
pada sepertiga langit-langit bagian anterior. Supaya gaya oklusal dapat diterima secara
merata, jaringan lunak perlu dicetak dengan cetakan mukokompresi atau fungsional.
Makin luas permukaan mukosa yang mendukung landasan, maka tekanan per satuan luas
tertentu akan makin kecil.

Sebagai pendukung gigi tiruan, mukosa sebetulnya merupakan jaringan yang kurang
menguntungkan, karena jaringan ini sering dipengaruhi oleh penyakit sistemik.
Mengingat hal tersebut, pada geligi tiruan dukungan jaringan gaya oklusal yang diterima
jaringan penyangga harus sekecil mungkin dan ini dapat diupayakan melalui :

- Pengurangan gaya oklusal, yang bisa dicapai dengan pengurangan jumlah atau
luas permukaan elemen.

- Penyaluran gaya oklusal secara merata pada jaringan pendukung, yang dapat
dilakukan dengan cetakan fungsional atau mukokompresi.

- Distribusi gaya seluas mungkin, dengan jalan memperbesar basis, atau konektor
utama agar besar gaya persatuan luas menjadi lebih kecil.
GTSL Dukungan Jaringan; cengkeram tanpa sandaran

3) Dukungan kombinasi (Tooth and tissue support/tooth and tissue borne/dento-gingivally


denture)

Dukungannya diperoleh dari gigi dan jaringan lunak serta tulang. Dukungan kombinasi
dapat didapatkan dengan cara:

- Pengurangan gaya oklusal.

- Penyaluran gaya oklusal pada gigi penyangga dan jaringan mukosa, dengan
jalan :

o Pencetakan fungsional.

o Penempatan sandaran menjauhi basis, sehingga sebagian gaya oklusal akan


dibebankan ke mukosa dan sekaligus mengurangi gaya ungkit pada gigi
penyangga.

o Penggunaan peredam stres (stress breaker)

- Pendistribusian gaya oklusal kepada permukaan seluas mungkin. Dengan


perluasan basis selebar mungkin, biasanya ke arah distal, pada kasus berujung
bebas, protesa ini sering disebut geligi tiruan sebagian lepasan dengan perluasan
basis distal.

- Pendistribusian gaya oklusal dapat juga dilakukan dengan memperluas konektor


utama dan menggunakan sebanyak mungkin sandaran oklusal.

GTSL Dukungan Kombinasi


I.3.5 Arah Pemasangan

Arah pemasangan gigi tiruan ditentukan dengan surveying model. Surveying adalah
prosedur untuk menentukan lokasi dan garis luar (outline) dari kontur dan posisi geligi
dan jaringan sekitarnya pada model rahang, sebelum membuat desain geligi tiruan.
Surveying juga merupakan prosedur diagnostik untuk menganalisis, menentukan,
menggambar kontur terbesar dan undercut dari gigi dan struktur jaringan yang
berhubungan dengan gigi tiruan sebelum desain ditetapkan dengan menggunakan alat
yang disebut sebagai surveyor. Garis survei adalah garis kontur terbesar dari gigi atau
jaringan pada suatu kedudukan tertentu dari sebuah model yang sedang disurvei. Garis
ini digambar pada permukaan model dan disebut garis survei atau nama lainnya survey
line, guide line,height of contour.

Garis Survei (Sumber: Haryanto, dkk, 1991)

Garis survei membagi gigi menjadi dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah
garis ini dan disebut pula infra bulge area. Bagian lain, disebut tanpa gerong (non-undercut),
berada di atas garis survei dan dikenal dengan suprabulge area (Haryanto dkk, 1991)
Bagian gerong (undercut) dan bagian tanpa gerong (non-undercut) (Sumber: Haryanto, dkk,
1991)

Tujuan surveying pada model studi yaitu sebagai berikut (Haryanto, dkk, 1991):

1. Menentukan arah pemasangan terbaik sehingga hambatan pada saat pemasangan dan
pengeluaran protesa menjadi minim.

2. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa dipakai


sebagai bidang bimbing.

3. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu dibuang
atau cukup dengan arah pemasangan lain saja.

4. Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga penempatan cengkram


memenuhi faktor estetik.

5. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai retensi.

6. Memungkinkan pemberian tanda bagi mouth preparation yang akan dilaksanakan,


termasuk pemotongan jaringan proksimal dan kontur gigi berlebih untuk mengurangi
hambatan.

7. Menggambar garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan gerong tak
diharapkan yang perlu ditutupi, dihindari atau dibuang.

8. Merekor (merekam) hubungan posisi model terhadap arah pemasangan yang sudah
ditetapkan. Dengan cara ini, hubungan yang telah ditetapkan dapat dikembalikan pada
surveyor seperti keadaan semula.

Cara Surveying Model

Berikut ini merupakan cara melakukan surveying (Haryanto, dkk, 1991):


1. Model diletakkan dan dikunci pada meja model dengan bidang kunyah horizontal
(zero tilting).

2. Memeriksa daerah gerong dengan analyzing rod.

3. Bila pada posisi ini undercut untuk ujung lengan retentif cengkeram sudah cukup
baik, maka arah pemasangan dipilih tegak lurus bidang oklusal, yaitu searah dengan
tongkat vertikal.

4. Membuat garis survei pada semua permukaan gigi sandaran dari daerah yang akan
diselipi landasan memakai batang pensil (carbon marker).

5. Bila tidak ada daerah gerong yang baik, maka dilakukan tilting model dari horizontal
ke anterior, posterior, lateral kiri dan kanan.

6. Bila pada posisi tilting diperoleh undercut yang baik, meja model dikunci kembali
dan buat garis survei terpilih.

7. Sebelum model dilepas dari meja model, terlebih dahulu dibuat tanda agar posisi
survei dapat dicari ulang.

Bila saat surveying dilakukan tilting, maka dibuat tanda agar posisi survei dapat dicari ulang.
Ada beberapa cara rekaman yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Tripoding (tripodization)

Tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian yang sama. Pada saat
pengembalian model ke kedudukan semula di atas meja surveyor, model diatur sedemikian
rupa sehingga tongkat analisis berkontak dengan ketiga tanda yang sudah dibuat pada
ketinggian yang sama.
Tripoding pada model (Sumber: Haryanto,dkk, 1991)

2. Pemberian tanda garis (scoring)

Metode ini dilakukan dengan cara tepi lateral serta dorsal model diberi tanda garis.
Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan tongkat analisis pada ketiga
sisi model. Pada saat pengembalian posisi, model dimiringkan sampai tongkat menyentuh
kembali dengan tepat ketiga garis tersebut.

Metode scoring (Sumber: Haryanto, dkk, 1991)

3. Pemberian tanda goresan

Dengan cara dan prosedur sama seperti pemberian tanda garis. Cara penggoresan ini
lebih menguntungkan karena pada duplikasi model, tanda goresan tidak akan hilang dan tetap
ada pada model duplikat

4. Pemasangan pin

Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagaian tengah dasar model
dilubangi. Tongkat surveyor diganti dengan sebuah pin. Masih dalam kedudukan sama, pin
ini dimasukan kedalam lubang tadi lalu disemen.

I.4 Free End Denture

I.4.1 Masalah pada Gigi Tiruan Berujung Bebas

Masalah pada gigi tiruan berujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil, yaitu gigi

tiruan mudah bergeser dan mengungkit.Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
kompresibilitas dukungan (support) antara bagian posterior sadel ujung bebas dengan bagian

anteriornya, dan tidak adanya gigi kodrat di sebelah distal sadel.

Perbedaan ini menimbulkan masalah yaitu gigi tiruan berujung bebas selalu tidak

stabil. Gigi tiruan yang tidak stabil selanjutnya juga menimbulkan masalah terhadap

kesehatan jaringan tersisa.

Adanya perbedaan kompresibilitas dukungan baik antara mukosa dengan mukosa,

maupun antara mukosa dengan jaringan periodontal gigi sandaran (yang mempunyai

sandaran oklusal), mengakibatkan pada saat gigi artifisial di bagian sadel tersebut kena

tekanan kunyah, sadel/ gigi tiruan akan rotasi/mengungkit/tidak stabil. Berapa besar gerak

ungkit yang terjadi tergantung pada besar dan penyebaran tekanan kunyah yang terjadi,

berapa besar perbedaan kompresibilitas dukungan yang ada, serta jarak/panjang sadel.

Tidak adanya gigi kodrat di sebelah distal sadel yang dapat dipakai sebagai

sandaran/retainer juga menyebabkan bagian ujung distal sadel akan lebih bebas bergerak

dibandingkan dengan bagian ujung mesial sadel.

I.4.2 Penyebab terjadinya Masalah pada Gigi Tiruan Berujung Bebas

Hal ini terjadi karena suatu retainer pada gigi sandaran dapat berfungsi:

1) Memberi dukungan periodontal terhadap tekanan kunyah yang mengenai gigi tiruan.

Sehubungan dengan tidak ada gigi sandaran dengan jaringan periodontalnya yang

mendukung bagian posterior sadel, sedangkan bagian anterior sadel masih dapat didukung

jaringan periodontal dari gigi sandaran, menyebabkan terjadinya perbedaan kompresibilitas

jaringan pendukung sadel/landasan gigi tiruan, sehingga pada saat pengunyahan bagian sadel

akan mengungkit, dan selanjutnya keseluruhan gigi tiruan juga akan mengungkit/tidak stabil.

Kompresibilitas jaringan periodontal lebih kecil dibandingkan dengan kompresibilitas

jaringan mukosa.
2) Memberi retensi gerong (undercut) dari gigi sandaran

Ujung tangan retentif yang ditempatkan di daerah gerong gigi sandaran akan

memberi retensi gigi tiruan. Hal ini akan dapat mencegah terangkatnya bagian posterior sadel

ujung bebas pada saat pengunyahan akibat jenis makanan yang lengket.

3) Mencegah pergeseran sadel/gigi tiruan ke medio-lateral, maupun ke posterior

Tangan retentif yang berada di bagian bukal dan lingual/palatinal gigi sandaran akan

mencegah sadel/gigi tiruan bergeser baik ke arah lateral maupun ke arah medial. Adanya gigi

kodrat yang terletak sebelah distal sadel akan mencegah sadel bergeser ke arah posterior.

I.4.3 Klasifikasi Ungkitan

Pada gigi tiruan berujung bebas terdapat tiga tipe ungkitan, yaitu:

1) Pengungkit kelas I (first-class lever), terjadi pada kasus Kennedy kelas III, titik fulkrum

berada di tengah, tahanan (resistance) pada salah satu ujung dan tekanan (effort) pada

ujung yang berlawanan. Keadaan ini paling efisien dan mudah mengendalikan ungkitan.

2) Pengungkit kelas II (second-class lever), terjadi pada kasus KennedyKelas I, titik fulkrum

berada diujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tahanan berada ditengah.
3) Pengungkit kelas III (third-class lever), tidak terjadi pada GTSL. Titik fulkrum pada salah

satu ujung, tahanan pada ujung yang berlawanan dan tekanan di tengah.

I.4.4 Hal-Hal untuk Mengatasi Masalah pada Gigi Tiruan Berujung Bebas

Tidak stabilnya gigi tiruan berujung bebas dapat berupa: gigi tiruan mengungkit pada

arah vertikal; bagian ujung mengungkit pada arah horizontal; rotasi bagian sadel pada poros

rotasi sagital dan pergeseran anteroposterior.

I.4.4.1 Ungkitan ke Arah Oklusal (menjauhi lingir alveolar)

Ungkitan ke arah oklusal dapat terjadi pada pengunyahan jenis makanan yang lengket,

yang menyebabkan ujung distal sadel ujung bebas akan terangkat, sedangkan ujung

mesialnya karena ada ujung tangan retentif, akan tetap menempel pada gigi sandaran. Pada

awal gerak, poros rotasi ada pada kedua ujung tangan retentif, selanjutnya poros melalui

retainer indirek yang paling dekat dan terletak mesial dari tangan retentif. Untuk mengatasi

ungkitan ke arah oklusal dapat dilakukan:

a) Perpanjangan landasan lebih jauh ke anterior dari titik retensi

Makin panjang/jauh ke anterior landasan/penghubung major maka ungkitan ke arah oklusal

makin mudah diatasi.Pada gigi tiruan akrilik, mengingat kelemahan sifat fisik bahan akrilik,

terpaksa harus dibuat landasan yang lebih lebar dan tebal serta memanjang ke anterior.

b) Disain retainer dibuat menjadi ungkitan kelas II


Ungkitan kelas II pada kasus gigi tiruan ujung bebas terjadi apabila titik fulkrum berada

sebelah anterior dari titik retensi. Pada posisi seperti ini sadel ujung bebas akan tertahan

waktu terangkat ke arah oklusal. Makin jauh jarak antara titik fulkrum, maka kemampuan

menahannya akan makin baik. Untuk gigi tiruan akrilik apabila memungkinkan dibuat

retainer indirek berupa sandaran oklusal dari cangkolan kawat, atau landasan diperluas ke

anterior sampai menutupi permukaan palatinal/lingual tanpa mengganggu oklusi.

c) Pembuatan retainer indirek yang lebih jauh ke anterior

d) Menganjurkan pasien agar hati-hati/tidak mengunyah makanan yang lengket

Hal ini merupakan pencegahan atas penyebabnya, akan tetapi hampir setiap jenis

makanan terutama karbohidrat cenderung bersifat lengket. Yang perlu dihindarkan ialah jenis

makanan yang sangat lengket misalnya jenis dodol dan permen karet.

I.4.4.2 Ungkitan ke Arah Apikal (ke arah lingir alveolar)

Ungkitan ke apikal terjadi pada saat pengunyahan makanan di daerah sadel ujung

bebas. Sadel akan menekan jaringan pendukung di bawahnya. Akibat adanya perbedaan

kompresibilitas jaringan pendukung yang mendukung sadel ujung bebas, maka terjadi

ungkitan pada gigi tiruannya. Gerak dan kekuatan ungkitan yang terjadi tergantung pada

perbedaan kompresibilitas jaringan pendukung, tekanan penggigitan, dan letak tempat

penggigitan.

Perbedaan kompresibilitas harus terjadi antara mukosa daerah ujung sadel berujung bebas

dengan:

a) Mukosa dekat gigi sandaran yang kompresibilitasnya relatif lebih kecil. Penelitian

Machmud et al. (1996) menunjukkan bahwa kompresibilitas mukosa daerah edentulous

berujung bebas di rahang bawah bahwa makin ke arah posterior, kompresibilitasnya makin

besar. Rata-rata di daerah P1 = 0,34 mm; P2 = 0,42 mm; M1 = 0,6 mm; M2 = 1,31 mm; M3
= 2,4 mm; dan di daerah Retromolar pad = 4,0. Di rahang atas perbedaan ini tidak begitu

mencolok, karena adanya tuberositas maxilla, sehingga ungkitan yang terjadi lebih kecil

dibandingkan dengan di rahang bawah.

b) Gigi sandaran paling dekat sadel ujung bebas yang berfungsi mendukung (support)

(ada sandaran oklusal/retainer indirek). Perbedaan kompresibilitas akan lebih besar, karena

kompresibilitas jaringan periodontal sangat kecil sekali yaitu kurang-lebih 0,2 – 0,3 mm.

Akibat hal ini ungkitan yang terjadi akan lebih besar terutama di rahang bawah.

I.4.4.3 Resorpsi Linggir Alveolar

Suatu ungkitan ke arah apikal dari landasan gigi tiruan yang tidak stabil akan

menyebabkan tidak meratanya penyaluran tekanan kunyah. Pada kasus gigi tiruan sebagian

lepasan ujung bebas, tekanan kunyah ke arah apikal akan lebih terkonsentrasi di bagian

posterior (daerah ujung bebas), sehingga akan menimbulkan tekanan berlebih

(overload/overfunction), yang selanjutnya akan mengakibatkan resorpsi lingir alveolar yang

lebih hebat di tempat tersebut. Untuk mengatasi ungkitan ke arah apikal dapat dilakukan:

a) Memperluas landasan ujung bebas (daerah posterior) . Makin luas landasan/sadel

maka penyaluran tekanan kunyah per satuan luas tertentu akan makin kecil,

sehingga mukosa akan lebih sedikit tertekan, dan gerak ungkit yang terjadi juga akan

makin kecil. Perluasan landasan/sadel yang maksimal dapat diperoleh dengan cara

melakukan muscle trimming baik untuk gigi tiruan rangka logam maupun gigi tiruan

akrilik sederhana.

b) Implan di daerah ujung bebas yang akan mendukung sadel, sehingga perbedaan

kompresibilitas jaringan pendukung yang menyebabkan ungkitan akan lebih kecil.


c) Pencetakan khusus yang mengurangi tekanan terhadap lingir pada saat

pengunyahan, misalnya: pencetakan berganda; pemakaian bahan cetak mukostatik;

dan teknik alter cast.

d) Memperkecil luas permukaan oklusal gigi artifisial pada sadel ujung bebas. Makin

kecil/sempit luas permukaan kunyah, makin sedikit bagian bolus makanan yang

dikunyah, sehingga makin kecil tenaga/tekanan/gaya yang diperlukan. Dengan

demikian tekanan ke apikal terhadap sadel ujung bebas akan makin kecil. Agar hal ini

dapat dicapai, maka dipiilih gigi artifisial berukuran mesiodistal dan bukolingual yang

lebih kecil

e) Mengurangi jumlah gigi artifisial di distal. Dengan dikuranginya jumlah gigi artifisial

di distal, maka selain akan mengurangi luas permukaan oklusal, juga akan

memperpendek panjang lengan ungkit (jarak dari titik beban ke titik fulkrum),

sehingga apabila disain retainernya ungkitan kelas I, ungkitan yang terjadi akan lebih

kecil.

f) Membuat titik retensi mesial/lebih jauh ke mesial dari titik fulkrum paling distal .

Pada ungkitan kelas I maka dengan bertambah besarnya jarak dari titik fulkrum ke

titik retensi, sedangkan jarak lengan ungkit dan besar beban tetap, maka ungkitan

yang terjadi akan lebih kecil. Pembuatan tangan retentif pada gigi yang lebih ke

anterior atau di gigi anterior (kaninus) dapat mengganggu estetika karena akan lebih

banyak bagian logam yang terlihat. Untuk mengatasi hal ini dipilih jenis retainer yang

lebih estetis antara lain: ‘T” clasp; “I” clasp; bahan plastik khusus; atau kombinasi

dengan cara sebagian retainer yang nampak dibuat dari bahan cangolan kawat.

Selain itu agar ujung tangan retentif dapat ditempatkan serendah mungkin

mendekati margin gusi, tangan retentif harus dibuat sangat fleksibel. Apabila tidak
ada daerah tidak bergigi lainnya selain sadel ujung bebas, maka perlu dibuat ruangan

yang cukup/rest seat di bagian oklusal/insisal gigi sandaran. Titik retensi yang lebih

jauh ke mesial dari titik/garis fulkrum dan berada di sisi lain, juga dapat menambah

mengurangi mengungkitnya gigi tiruan berujung bebas.

g) Menganjurkan pasien mengunyah makanan yang lebih lunak. Mengunyah makanan

yang lebih lunak berarti tekanan kunyah akan lebih kecil, sehingga ungkitan yang

terjadi juga akan lebih kecil.

I.4.4.4 Ungkitan Terhadap Gigi Sandaran

Terjadi apabila disain retainer pada gigi sandaran tersebut menimbulkan ungkitan

kelas I. Gigi sandaran seolah-olah diputar dan ditarik ke arah posterior.Hal ini berlangsung

kontinu, maka dapat terjadi kerusakan jaringan periodontal.

Untuk mencegah atau mengurangi efek ungkitan oleh gigi tiruan ujung bebasterhadap

gigi sandaran dapat dilakukan:

1. Disain retainer ungkitan kelas II

Walaupun dengan disain kelas II akan dapat dihindarkan terjadinya ungkitanoleh gigi

tiruan terhadap gigi sandaran, disain ini akan meyebabkan gigi tiruan lebih tidak stabil

dibandingkan dengan ungkitan kelas I pada saat terjadi tekanan kunyah ke arah

apikal. Ungkitan akibat tekanan kunyah ke arah apikal sekarang sepenuhnya

ditanggung oleh lingir alveolar.

2. Penghubung Minor fleksibel

Gaya ungkit yang terjadi sebagian diredam oleh adanya hubungan fleksibel(seperti

per pada shock breaker). Penghubung minor yang fleksibel antara lain: Stress
Breaker; Precission Attachment yang mempunyai per tangan retainer dibuat dari

bahan kawat klamer.

3. Retensi tambahan di gigi sandaran yang lain (makin ke anterior maka akan lebih baik)

Pada ungkitan kelas I apabila dibuat retensi tambahan di gigi sandaran lainnyayang

lebih ke anterior.

I.4.4.5 Bagian Ujung Mengungkit pada Arah Horizontal

Akibat tidak adanya gigi sandaran di ujung distal ujung bebas, bagian ini bebas

bergeser atau berotasi baik ke arah medial maupun ke arah lateral. Poros rotasi yang terjadi

berjalan vertikal melalui titik fulkrum paling distal pada gigi sandaran.Penyebab pergeseran

ke lateral atau medial ialah karena bekerjanya komponen gaya lateral atau medial pada fungsi

pengunyahan.

Untuk mengurangi pergeseran ke arah tersebut dapat dilakukan usaha-usaha sebagai

berikut:

1. Perluasan landasan yang maksimal (anterior, posterior, sisi lain)

Perluasan landasan yang maksimal diperoleh dengan melakukan muscletrimming.

2. Indirect Retainer (makin ke anterior akan lebih baik)

Adanya retainer indirek yang menempati seat (lekuk dudukan) di anteriorakan

menahan sadel ujung bebas bergeser ke arah lateral/medial.

3. Menghilangkan sangkutan oklusi (interference)

Gigi artifisial disusun sesuai dengan kaidah Hukum Artikulasi.

4. Gigi artifisial non-anatomik


I.4.4.6 Rotasi Bagian Sadel pada Poros Rotasi Sagital

Bagian sadel dapat berotasi dengan poros melalui puncak lingir alveolar.Pada sadel

ujung bebas satu sisi sehubungan tidak ada gigi penyanggadi posteriorsadel, cenderung lebih

mudah terjadi.

Untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan ini, dapat dilakukan tindakan-

tindakan berikut :

1. Perluasan landasan ke sisi lain

Perluasan penghubung major/landasan ke sisi lain akan mencegahterputarnya sadel ke

arah medial pada poros rotasi sagital.

2. Retensi di sisi lain

Adanya retensi di sisi lainakan mencegah penghubung major atau landasan disisi ini

terangkat, sehingga selanjutnya akan mencegah sadel ujung bebas terputar ke arah

lateral.

3. Sandaran oklusal yang lebih lebar

Lebar sandaran oklusal yang biasa kira-kira sepertiga lebar permukaanoklusal gigi

sandarannya.Untuk dapat lebih mencegah terputarnya sadel ujung bebas, lebar

sandaran oklusal harus ditambah.

4. Tangan retentif di permukaan bukal dan mesial gigi sandaran (mod. Akers)

5. Perluasan landasan maksimal

I.4.4.7 Pergeseran Anteroposterior

Untuk mencegah bagian sadel ujung bebas tergeser ke arah posterior dapat dilakukan

hal-hal berikut:

1. Retainer merangkum gigi sandaran lebih dari 200º


Dengan cara ini hampir seluruh gigi sandaran dirangkum oleh tanganretainer,

sehingga dapat mencegah pergeseran sadel baik ke arah distal maupun ke mesial.

2. Sandaran oklusal diletakkan di bagian mesial permukaan oklusal gigisandaran.

3. Indirect Retainer

Dengan menempatkan indirect retainer di gigi anterior, akan mencegah pergeseran

sadel ujung bebas ke posterior.

4. Ada sadel “all tooth supported” (sadel lain di mesial sadel ujung bebas)

Sadel lain yang menempati daerah tidak bergigi sebelah anterior sadelujung bebas

juga akan menahan bergesernya sadel ujung bebas ke posterior.

Ga

mbar
I.5 Tahap Pembuatan GTSL

I.5.1 Pencetakan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) didahului dengan pencetakan

rahang tidak bergigi sebagian. Pada dasarnya, terdapat dua tahapan pencetakan. Pada tahap

awal, dilakukan pencetakan pendahuluan (preliminary impression) yang menghasilkan

bentuk negatif lengkung gigi dan jaringan lunak di sekitarnya yang dicetak dan dapat dibuat

suatu reproduksi positif berupa model dengan bahan gypsum. Model rahang tersebut

mewakili keadaan mulut pasien yang akan dianalisis oleh operator tanpa kehadiran pasien

yang bersangkutan untuk merencanakan preparasi mulut yang harus dilakukan sebelum

pasien siap menerima protesa.

Pasien kembali untuk pencetakan utama atau kedua (master or secondary impression)

setelah semua tindakan preparasi mulut selesai dilaksanakan seperti pembersihan karang gigi,

pencabutan sisa akar, serta semua jaringan keras maupun lunak baik secara klinis maupun

radiografis sudah sehat atau pulih dari keadaan patologik sebelumnya.

I.5.1.1 Persiapan Pencetakan

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk melakukan pencetakan

rahang tidak bergigi sebagian meliputi, persiapan pasien dan operator, persiapan sendok cetak

dan bahan cetak, prosedur pencetakan, serta pemeriksaan dan pemeliharaan cetakan. Setelah

melakukan pencetakan, selanjutnya akan dilakukan pembuatan model rahang.

1. Persiapan Pasien dan Operator

Sesaat sebelum pencetakan, instruksikan kepada pasien beberapa hal berikut:

- Cara pengaturan nafas selama pencetakan; instruksikan pasien untuk menarik

nafas agak dalam sebelum mencetak dan dikeluarkan perlahan-lahan pada waktu

mencetak, tidak dibenarkan menahan nafas atau bernafas melalui mulut.


- Hindari gerakan menelan selama proses pencetakan dapat menyebabkan

perubahan pada hasil cetakan.

- Ketika saliva berlebih selama pencetakan, akan diatasi dengan aspirator atau alat

penampung (chin basin atau lap) yang diletakkan di bawah dagu dan ketika selesai

pencetakan, pasien dapat berkumur-kumur untuk membuang saliva yang berlebih.

- Periksa bagian anatomi rongga mulut yang akan dicetak menggunakan kaca mulut

- Posisi pasien; duduk dalam keadaan tegak dengan kepala bersandar pada sandaran

kepala (head rest), tubuh, leher dan kepala berada pada satu garis lurus dan

permukaan oklusal rahang yang akan dicetak sejajar dengan lantai. Pasien diminta

untuk bersikap tenang dan santai (relaks).

- Posisi operator; operator berdiri di samping kanan belakang pasien saat

pencetakan rahang atas dan di samping kanan depan pasien untuk rahang bawah.

2. Persiapan Alat Cetak

- Rubber bowl

- Spatula

- Sendok cetak

- Lembaran lilin model

- Lampu spiritus

- Gelas kumur

- Pisau lilin

Pencetakan rahang akan berhasil jika didukung pemilihan bentuk maupun ukuran

sendok cetak yang tepat, sesuai dengan bentuk rahang pasien dan bahan cetak yang

digunakan. Terdapat beberapa macam sendok cetak, antara lain sendok cetak siap pakai

(stock tray), sendok cetak perorangan (custom tray), dan sendok cetak siap pakai dengan

modifikasi (modified stock tray).


1) Sendok Cetak Siap Pakai

Sendok jenis ini biasanya terbuat dari logam dan tersedia dalam ukuran S, M, L

dengan bentuk dengan bentuk ovoid, tapering, dan square. Sendok cetak harus

dipilih dengan ukuran lebih lebar atau besar kira-kira 4 mm dari ukuran rahang

yang akan dicetak, supaya bahan cetak yang menempati bagian lateral cukup tebal

dan tidak akan mengalami perubahan bentuk.

Sendok cetak siap pakai dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal:

- Berdasarkan bagian rahang yang akan dicetak, dikenal normal stock tray untuk

kehilangan gigi paradental; depressed anterior tray untuk kasus kelas I kennedy;

dan sendok cetak untuk sebagian rahang. Sendok cetak untuk rahang tak bergigi

mempunyai bentuk khusus.

- Berdasarkan bahan cetak yang dipakai, dikenal sendok cetak perforasi untuk

alginate, sendok cetak tak berperforasi untuk impression compound dan plaster of

paris. Bila bahan yang akan digunakan adalah reversible hydrocolloid, digunakan

sendok cetak dengan pendingin air (water cooled tray).

2) Sendok Cetak Perorangan

Sendok cetak perorangan merupakan sendok cetak khusus yang digunakan pada

kasus yang seluruh tepi jaringan mulutnya harus tercetak dengan tepat atau yang

ukurannya tidak biasa. Ketika menggunakan sendok cetak jenis ini, ketebalan

bahan dapat dikontrol, dukungan pada bahan cetak lebih baik karena bentuknya

sesuai dengan rahang yang akan dicetak.

Sendok ini kurang praktis karena pasien harus dicetak dua kali, pertama untuk

membuat model yang jadi basis pembuatan sendok perorangan dan kedua untuk

pencetakan yang sebenarnya. Sendok cetak perorangan dapat dibuat dari resin

akrilik, gutta-percha atau shellac base plate.


3) Sendok Cetak Modifikasi

Sendok cetak jenis ini dimodifikasi dengan menempelkan modelling compound

atau malam sesuai bentuk yang diinginkan. Sendok ini dipakai untuk pencetakan

rahang yang bentuknya tidak beraturan, sehingga tak dapat dicetak dengan sendok

cetak siap pakai biasa. Sendok cetak ini hanya diperlukan satu kali pencetakan

tetapi bagian tepi tidak dapat dicetak sangat detail seperti pada sendok perorangan.

3. Persiapan Bahan Cetak

Bahan cetak yang digunakan dalam proses pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan

terdri dari berbagai jenis bahan. Setiap jenis bahan cetak mempunyai kelebihan dan

kekurangan sehingga harus dipilih sesuai dengan indikasinya.

Bahan cetak dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, sebagai berikut:

- Bahan cetak tegar (rigid material); konsistensi bahan cetak ini akan kaku setelah

mengeras, seperti plaster of paris dan metallic oxide paste.

- Bahan cetak termoplastik (thermoplastic materials); konsistensi bahan cetak ini

menjadi plastis pada suhu tinggi tetapi menjadi keras kembali seperti semula jika

suhu diturunkan, seperti modelling plastic dan impression waxes.

- Bahan cetak elastic (elastic material); konsistensi bahan cetak akan tetap dalam

keadaan elastis atau fleksibel setelah dikeluarkan dari mulut, seperti agar-agar,

alginate, mercaptan dan silicon.

Bahan cetak yang paling banyak digunakan dalam pembuatan geligi tiruan adalah

alginat. Pada umumnya dikenal dua macam alginate atau irreversible

hydrocolloid, yaitu:

 Quick setting alginate, yang mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau pasien yang mudah mual.


 Regular setting alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin

4. Prosedur Pencetakan

1) Pemilihan sendok cetak

Sendok cetak yang dipilih harus seuai dengan ukuran rahang (lebih besar 4-5 mm

untuk memberi tempat bagi bahan cetak) dan mencapai batas palatum lunak dank

eras serta hamular notch untuk rahang atas dan retromolar pad untuk rahang

bawah. Pada pasien dengan palatum tinggi, sendok hendaknya dimodifikasi

dengan kompon cetak atau malam, sehingga permukaan sendok padan dengan

palatum. Hal ini akan mencegah bahan mengalir ke luar dari permukaan palatum

sehingga terjadi distrosi cetakan.

2) Posisi pasien

Pasien duduk dengan posisi tegak dan bidang oklusal sejajar lantai. Posisi mulut

pasien setinggi siku untuk pencetakan rahang bawah dan setinggi bahu operator

untuk pencetakan rahang atas.

3) Bahan Cetak

Rubber bowl yang sudah disiapkan, diisi air dengan suhu kamar (20oC) sesuai

takaran, lalu bubuk alginate dituang dengan takaran sesuai petunjuk pabrik.

Pengadukan dilaksanakan selama 1 menit dengan cepat dan spatula ditekan ke

dinding bowl, sampai didapat adonan yang halus dan mengkilap. Selama

pengadukan, tangan kiri memegang dan memutar bowl, sedangkan spatulasi oleh

tangan kanan. Pada penuangan alginat ke dalam sendok, usahakan jangan sampai

ada udara terjebak dan semua bagian sendok terisi dengan baik ( evaporasi sendok

terisi semua).  bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat sendok dikeluarkan dari

mulut.
4) Penempatan sendok ke dalam mulut

Setelah bahan cetak ditempatkan pada sendok, bagian-bagian kritis seperti

preparasi sandaran, retromylohyoid, Tuber maksilaris dan bagian tengah palatum

Boleh diulang alginat dengan jari tangan.

5) Posisi operator ketika mencetak

Operator berdiri pada sisi kanan agak kebelakang yang untuk pencetakan rahang

atas tas dan sisi kanan agak ke depan untuk rahang bawah.

- Pencetakan rahang atas:

Masukkan sendok cetak dengan salah satu Sisinya masuk terlebih dahulu.

Untuk memudahkan pemasukan sendok cetak, sudut mulut pada sisi berlawanan

ditahan dengan kaca mulut. Sesudah sendok cetak masuk ke dalam mulut,

tempatkan sendok cetak pada posisi yang direncanakan sehingga garis tengah

sendok berimpit dengan garis median wajah (centering).

Segera setelah posisi sendok benar, sendok cetak di tekan ke atas. Sebelumnya

bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri sedangkan jari manis,

Tengah dan kelingking turut menekan sendok titik penekanan sendok diawali

dengan bagian posterior dahulu baru kemudian bagian anterior. Setelah sendok

ditekan ke tempatnya, bibir dan pipi ditarik perlahan ke bawah untuk memperoleh

lipatan buka yang baik (trimming).


Posisi pencetakan rahang atas

- Pencetakan rahang bawah

Sudut kanan mulut ditahan dengan kaca mulut, lalu Sisi kiri sendok dimasukkan

dengan arah memutar titik-titik melakukan penempatan sendok sehingga

mencapai posisi yang diinginkan, sambil sambil memberi instruksi ke pasien

untuk mengangkat lidahnya sebentar. Bibir bawah dan pipi ditarik ke depan dan

samping dengan ibu jari dan telunjuk kiri. Sendok cetak ditekan sambil meminta

pasien menurunkan kembali lidahnya dan relaks. Tahap akhir, bibir bawah dan

pipi ditarik ke atas untuk mencetak kelipatan bukal.

Posisi pencetakan rahang bawah

6) Pelepasan cetakan
Gelasi alginat yang normal akan tercapai dalam 3 menit. Selama itu sendok

dipegang dengan tekanan jaringan pada daerah gigi premolar kiri dan kanan.

Jangan sampai terjadi gerakan pada waktu gelasi berlangsung supaya tidak terjadi

internal stress. Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu

panjang gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas

penutupan tepi (seal) pada sisi kiri atau kanan tetapi hendaknya Hal ini dilakukan

dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya distorsi. Ketika sendok cetak

sudah dilepaskan dari mulut, sendok langsung dicuci dengan air mengalir untuk

membersihkan saliva dari permukaan nya. Setelah bersih, cat akan diperiksa

dengan seksama untuk mengecek Apakah semua detil tercetak. Pengisian cetakan

dengan bahan gypsum harus dilakukan secepatnya, selambat-lambatnya 15 menit.

Jika pengisian ini tidak dapat dilakukan segera, maka cetakan harus disimpan

dalam humidor atau dibungkus Kain basah.

5. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Cetakan

Setelah dicuci di bawah air mengalir, cetakan dikeringkan dengan tiupan udara. Bila

ada saliva berlendir dan tak dapat dibersihkan dengan air, cetakan dapat ditaburi

bubuk atau adonan gips sangat encer. Sesudah itu bersihkan lagi dengan aliran air

sampai semua lendir terbawa.

Suatu cetakan yang baik harus meliputi bagian-bagian berikut ini:

1) Gigi pendukung semua detailnya harus terlihat, batas gingiva dengan Gigi harus

bisa dibedakan, begitu pula dengan preparasi sandaran.

2) Daerah linggir semua bagian minggir dan jaringan lunak yang dibutuhkan untuk

desain geligi tiruan harus tercetak dengan baik.

3) Perlekatan otot; bagian tepi cetakan yang merupakan batas antara mukosa

bergerak dan tidak bergerak harus bulat, kecuali pada daerah frenulum.
4) Batas cetakan:

- Rahang atas: bagian posterior meliputi fovea palatina dan AH line, sedang bagian

lateral meliputi hamular notch.

- Rahang bawah: bagian posterior meliputi retromolar pad; lateral sampai external

oblique ridge dan frenulum bukalis sedang bagian lingual seluruh linggir sampai

dasar mulut, bila jaringan dalam keadaan relaks.

Detail fisik lain: 

Pada permukaan cetakan tidak boleh ada gelembung udara, lipatan atau robekan titik

bagian sendok cetak tidak boleh terlihat. terlihatnya sendok menunjukkan penempatan

sendok tidak tepat, karena penekanan berlebihan, posisi sendok tidak tepat atau kesalahan

preparasi stop titik bila digunakan wax atau impression compound untuk koreksi sendok,

bahan ini tidak boleh mengisi bagian yang penting dan tidak boleh terlihat setelah

pencetakan. Bahan cetak harus didukung sendok dan tidak boleh lepas dari sendok. bahan

cetak yang ada pada sendok harus merupakan suatu kesatuan.

Gambar anatomi rahang atas

Keterangan:

- HN: Hamular Notch R: Rugae

- IP: Incisivum Papila T: Torus Palatinus

- BF: Buccal Frenum FP: Fovea Palatina


- LF: Labial Frenum MS: Media Sutura

- AR: Alveolar Ridge (tempat gigi geligi jika masih ada)

Gambar anatomi rahang bawah

Keterangan:

- RP: Retromolar Pad

- LF: Labial Frenum

- BF: Buccal Frenum

I.5.1.2 Pembuatan Model Rahang

Pada prinsipnya model rahang dapat dibuat dengan mudah dengan mengecor

cetakan menggunakan salah satu jenis bahan gipsum setelah cetakan selesai diperiksa

adonan gipsum dituang ke atas cetakan yang terus digetarkan selama pengisian dalam

proses pengecoran ini rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai dengan petunjuk

pabriknya. adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang rapuh sehingga

mudah patah dan aus selama proses di laboratorium.sebaliknya, terlalu kentalnya

adonan akan menyebabkan ketidaktepatan model karena distorsi alginat begitu

gypsum dituang ke dalam cetakan titik getaran berlebih dapat pula menyebabkan

distorsi alginat.
Metode satu tahap yang disebut dengan Step Up right method dilakukan dengan

menuang bahan gypsum sambil digetarkan sampai cetakan terisi penuh cetakan

ditempatkan diatas ganjal pendukung ( supporting jig) dan adonan ditambahkan lagi

sehingga tercapai bentuk yang diinginkan. cara melepas model dari cetakan alginat

dilakukan segera setelah gipsum mengeras (30-60 menit) sehingga permukaan model

akan tetap halus. bila cetakan dibiarkan dan baru besoknya dilepas, alginat biasanya

mengkerut dan keras sehingga bagian-bagian halus model bisa patah.

I.5.2 Survei Model Rahang

Survei pada model rahang adalah prosedur penentuan lokasi dan garis luar (outline) dari

kontur dan posisi geligi dan jaringan sekitarnya pada model rahang, sebelum membuat desain

geligi tiruan. Tahap survei model rahang dan pembuatan desain protesa penting untuk

menghasilkan restorasi yang memuaskan.

Manfaat survei sebagai tahap penting dalam proses pembuatan protesa, survei

merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis hubungan dimensional antara

jaringan lunak dan keras dalam mulut. Hal ini perlu untuk menetapkan gigi yang akan

dijadikan penahan, posisi cengkeram akan ditempatkan dan lain-lain. Dengan cara ini, survei

memungkinkan pembuatan geligi tiruan yang mudah dipasang dan dilepas oleh pemakainya,

enak dilihat, dapat menahan gaya-gaya yang cenderung melepas protesa dari tempatnya, serta

tidak menjadi jebakan sisa makanan.

Garis survei adalah garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada suatu kedudukan

tertentu dari sebuah model yang sedang disurvei. Garis ini digambar pada permukaan model

dan disebut garis survei atau nama lainnya survey line, guide line,height of contour.
Gambar garis survei

Jadi, garis survei menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada suatu

kedudukan tertentu dari sebuah model. Garis ini didapat dengan jalan menyentuhkan karbon

penanda pada sekeliling permukaan gigi atau bagian lain model. Garis survei membagi gigi

menjadi dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah garis survei dan disebut infra

bulge area. Bagian lain disebut tanpa gerong (non undercut) berada di atas garis survei dan

dikenasl sebagai supra bulge area.

Daerah gerong (g) dan tanpa gerong (tg).

Surveyor gigi

Surveyor merupakan alat yang digunakan untuk menentukan kesejajaran relatif antara dua

atau lebih permukaan gigi dan atau bagian lain pada suatu model rahang.

Bagian-bagian surveyor gigi

Surveyor gigi biasanya terdiri dari bagia-bagian berikut ini:


1) Basis Datar (horizontal base), bagian dasar yang datar dan horizontal.

2) Tiang Tegak (upright column), suatu tiang yang tegak lurus basis datar.

3) Lengan Datar (horizontal arm), bagian yang memegang gelendong tegak.

4) Gelendong Tegak (vertical spindle), bagian yang memegang berbagai alat untuk

melakukan survei, yaitu:

a. Tongkat Analisis (analyzing rod), sebatang logam kecil dan lurus yang

digunakan untuk melakukan analisis.

b. Karbon Penanda (carbon marker), sebatang karbon yang digunakan untuk

menggambar garis pada permukaan model.

c. Pelindung (sheath), untuk melindungi karbon penanda agar tidak mudah patah.

d. Pengukur Gerong (undercut gauge), untuk mengukur dalamnya gerong pada

gigi yang sudah disurvei.

e. Pemangkas Sejajar dan Lancip (parallel and tapered trimmer), alat seperti

pisau kecil untuk merapikan malam penutup gerong.

5) Meja Basis (table base), meja kecil dengan sendi peluru yang memungkinkan gerakan

ke segala arah; model yang akan disurvei diletakkan di atas meja dan bisa dikunci

pada posisi tertentu.


Bagian-bagian Ney Surveyor, surveyor yang paling sering digunakan.

Tujuan surveying pada model studi yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan arah pemasangan terbaik sehingga hambatan pada saat pemasangan dan

pengeluaran protesa menjadi minim.

2. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa dipakai sebagai

bidang bimbing.

3. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu dibuang atau

cukup dengan arah pemasangan lain saja.

4. Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga penempatan cengkram memenuhi

faktor estetik.

5. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai retensi.


6. Memungkinkan pemberian tanda bagi mouth preparation yang akan dilaksanakan,

termasuk pemotongan jaringan proksimal dan kontur gigi berlebih untuk mengurangi

hambatan.

7. Menggambar garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan gerong tak

diharapkan yang perlu ditutupi, dihindari atau dibuang.

8. Merekor (merekam) hubungan posisi model terhadap arah pemasangan yang sudah

ditetapkan. Dengan cara ini, hubungan yang telah ditetapkan dapat dikembalikan pada

surveyor seperti keadaan semula.

I.5.2.1 Cara Surveying Model

Berikut ini merupakan cara melakukan surveying:

1. Model diletakkan dan dikunci pada meja model dengan bidang kunyah horizontal

(zero tilting).

2. Memeriksa daerah gerong dengan analyzing rod.

3. Bila pada posisi ini undercut untuk ujung lengan retentif cengkeram sudah cukup

baik, maka arah pemasangan dipilih tegak lurus bidang oklusal, yaitu searah dengan

tongkat vertikal.

4. Membuat garis survei pada semua permukaan gigi sandaran dari daerah yang akan

diselipi landasan memakai batang pensil (carbon marker).

5. Bila tidak ada daerah gerong yang baik, maka dilakukan tilting model dari horizontal

ke anterior, posterior, lateral kiri dan kanan.

6. Bila pada posisi tilting diperoleh undercut yang baik, meja model dikunci kembali

dan buat garis survei terpilih.

7. Sebelum model dilepas dari meja model, terlebih dahulu dibuat tanda agar posisi

survei dapat dicari ulang.


Bila saat surveying dilakukan tilting, maka dibuat tanda agar posisi survei dapat dicari ulang.

Ada beberapa cara rekaman yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Tripoding (tripodization)

Tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian yang sama. Pada

saat pengembalian model ke kedudukan semula di atas meja surveyor, model diatur

sedemikian rupa sehingga tongkat analisis berkontak dengan ketiga tanda yang sudah

dibuat pada ketinggian yang sama.

Tripoding pada model

2. Pemberian tanda garis (scoring)

Metode ini dilakukan dengan cara tepi lateral serta dorsal model diberi tanda garis.

Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan tongkat analisis pada

ketiga sisi model. Pada saat pengembalian posisi, model dimiringkan sampai tongkat

menyentuh kembali dengan tepat ketiga garis tersebut.


Metode scoring

3. Pemberian tanda goresan

Dengan cara dan prosedur sama seperti pemberian tanda garis. Cara penggoresan ini

lebih menguntungkan karena pada duplikasi model, tanda goresan tidak akan hilang

dan tetap ada pada model duplikat.

Pemberian tanda goresan

4. Pemasangan pin

Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagaian tengah dasar model

dilubangi. Tongkat surveyor diganti dengan sebuah pin. Masih dalam kedudukan

sama, pin ini dimasukan kedalam lubang tadi lalu disemen.


Pemasangan pin

I.5.3 Proses Pembuatan GTSL Akrilik

Protesa lepasan berbahan akrilik atau Poly Methyl Metachrylate Resin (PMMA) dengan

teknik heat cured dibuat melalui beberapa tahapan. yang terdiri dari:

1. Flasking

2. Waxing out

3. Mixing dan packing akrilik

4. Curing

5. De-flasking

6. Shaping dan polishing

I.5.3.1 Flasking

Flasking merupakan sebuah proses menanam/investing model kerja dengan gigi tiruan

lilin yang sudah terfiksasi ke dalam flask/kuvet untuk membuat cetakan yang nantinya akan

digunakan untuk membentuk landasan protesa akrilik. Kuvet atau flask terdiri dari beberapa

bagian, yaitu setengah bagian bawah, setengah bagian ataas dan penutupnya.
Gambar 38. Bagian-bagian Kuvet

Prosedur flasking dengan teknik kompresi/ open pack

1. Pastikan flask bagian atas dan bawah rapat ketika disatukan, tanpa ada halangan.

Gambar 39. Kuvet Bagian Atas dan Bawah Rapat

2. Kuvet harus bersih dan seluruh bagian dalam dari kuvet dilapisi oleh selapis tipis lubrikan

separasi (co: petroleum gel)


Gambar 40. Pengolesan Medium Separasi pada Permukaan dalam Kuvet

3. Pastikan seluruh undercut pada model kerja telah tertutup olen lilin

Gambar 41. Aplikasi Wax pada Undercut Model Kerja

4. Lepaskan model dari artikulator/ okludator


Gambar 42. Proses Melepas Model Kerja dari Artikulator/ Okludator

5. Letakkan model pada kuvet bawah di posisi tengah dengan oklusal menghadap atas, lalu

cobakan kuvet atas untuk melihat gigi tiruan lilin tidak terlalu tinggi. Jarak yang harus tersisa

antara bagian atas kuvet dengan oklusal tertinggi adalah 3-6 mm.

Gambar 43. Trial Ketinggian Model Kerja dengan Panduan Bagian Tertinggi dari

Kuvet Atas

6. Aduk gips plester dan tuangkan pada kuvet bagian bawah


Gambar 44. Aplikasi Gips Plester pada Kuvet Bawah

7. Letakkan model kerja tersebut pada kuvet bawah yang sudah diisi gips plester dan

posisikan model hingga bagian bawah model kerja menyentuh kuvet, lalu posisi model

berada di tengah dan oklusal gigi tiruan paralel terhadap lantai. ketinggian gipls plester hanya

sampai pinggiran kuvet.

Gambar 45. Penempatan Model Kerja pada Kuvet

8. Buang undercut pada gips plester dan buat permukaan gips halus. Undercut pada gips akan

menyulitkan operator ketika akan memisahkan kuvet atas dan kuvet bawah.

Catatan: Bagian posterior dari model rahang atas tingginya sejajar dengan pinggiran kuvet

sedangkan model rahang bawah bagian posteriornya sedikit lebih tinggi dari kuvet bawah

lalu tunggu gipls plester kering.

9. Aplikasikan medium separasi pada seluruh gips kecuali lilin landasan dan gigi tiruan.
Gambar 46. Pengaplikasian Medium Separasi

10. Pasang kuvet bagian atas dan letakkan kuvet di atas vibrator

Gambar 47. Pemasangan Kuvet Atas

11. Aduk gips plester dan tuangkan pada kuvet. lalu bersihkan gips plester di setiap oklusal

gigi untuk memastikan posisi gigi paralel dengan lantai.


Gambar 48. Pengaplikasian Gips Plester pada Kuvet Atas

Gambar 49. Bagian Oklusal Gigi Tiruan Dibersihkan

12. Apabila sudah dipastikan oklusal gigi tiruan paralel terhadap lantai, ulaskan medium

separasi pada gips lapisan kedua dan tuangkan kembali gips plester hingga sedikit melebihi

kuvet bagian atas

13. Tutup kuvet dan kencangkan dengan baut.


Gambar 50. Pengaplikasian Medium Separasi, Penuangan Gips Terakhir dan

Penutupan Kuvet

Gambar 51. Ilustrasi Lapisan di Dalam Kuvet

I.5.4 Waxing Out

Setelah menanam model pada kuvet, tunggu gips terakhir pada kuvet mengering, lalu

tempatkan kuvet pada panci yang berisi air mendidih selama 5 menit pastikan seluruh kuvet

terendam air.
Gambar 52. Pemanasan Kuvet pada Air Mendidih

Setelah 5 menit, buka kuvet dan pisahkan antara bagian atas dan bawah, laluu buang lilin

landasan gigi tiruan. Pastikan seluruh gigi tiruan melekat pada kuvet bagian atas.

Gambar 53. Pemisahan Kuvet Atas dan Bawah

Bersihkan kelebihan-kelebihan lilin disekitar gigi dengan air panas, setelah ituu biarkan kuvet

mengering.
Gambar 54. Gigi yang Melekat pada Kuvet Atas dan Telah Dibersihkan

I.5.5 Mixing dan Packing

Packing: Mengaplikasikan resin akrilik pada cetakan yang terdapat dalam kuvet

Setelah gips mongering, dan kuvet masih terasa hangat aplikasikan cairan CMS (Cold Mould

Seal) sebagai medium separasi antara model dengan akrilik.

Gambar 55. Aplikasi Cold Mould Seal

Pengalikasikan CMS dioleskan pada seluruh bagian gigi tiruan, model kerja, dan bagian yang

tercetak pada kuvet atas.

Tujuan diaplikasikannya medium separasi adalah mencegah masuk air dari cetakan yang

terdapat pada kuvet ke dalam resin akrilik, karena hal ini dapat mengubah warna akrilik serta

menimbulkan garis-garis. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah monomer mempenetrasi ke


dalam material cetakan yang hal ini dapat menyebabkan masuknya gips plester ke dalam

resin akrilik dan akan menghasilkan permukaan akrilik yang kasar.

Biarkan medium separasi mengering. Seteleh kering, lakukan manipulasi akrilik. Campurkan

monomer (cairan) dan polimer (bubuk) pada mixing jar. Setelah akrilik mencapai dough

stage akrilik sudah siap dipacking pada sisi bukal, labial, dan palatal/linguual dari cetakan

pada kuvet atas. Lakukan packing dengan satu arah untuk mencegah masuknya udara.

Gambar 56. Manipulasi Akrilik

Gunakan plastik cellophane dan letakkan di antara kuvet atas dan bawah; (tujuan penggunaan

plastik ini adalah untuk memudahkan operator uuntuk membuka kuvet kembali setelah
dilakukan pressing untuk memeriksa hasil pressing. lalu kuvet ditutup dan letakkan kuvet

pada bench press dan tekan kuvet untuk membuat akrilik benar-benar mengisi seluruh bagian

cetakan.

Gambar 57. Penggunaan plasti cellophane dan pressing

Setelah dilakukan pressing buka kuvet secara perlahan dan buang kelebihan akrilik secara

hari-hati. Prosedur ini diulangi hingga material akrilik yang berlebihan telah terbuang dan

kedua pinggiran logam kuvet telah sepebuhnya berkontak.

Gambar 58. Akrilik Tidak ada Kelebihan

Setelah itu, ulaskan kembali CMS pada model di kuvet bawah lalu tutup kuvet atas dan

bagian bawah lalu letakkan kembali kuvet di bench press dan tunggu hingga 30-60 menit

untuk memastikan akrilik mencapai hard stage.


I.5.6 Curing

Akrilik yang sudah di pack di cured pada air. Pemanasan air akrilik terdapat 2 teknik:

(1). Memanaskan kuvet pada air khusus dari suhu ruang hingga mencapai suhu 72º C selama

16 jam

(2). Memanaskan kuvet pada air biasa dimulai dari suhu ruangan hingga mencapai suhu 72º C

selama 2 jam lalu tingkatkan suhu hingga air mendidih selama 1 jam

I.5.7 De-flasking

Prosedur membuka kuvet setelah resin akrilik terpolimerisasi. prosedur ini harus dilakukan

secara hari-hari untuk mencegah patahnya gigi tiruan. Tahapannya sebagai berikut:

1. Lepaskan baut dari kuvet

2. Pisahkan kuvet atas dan bawah

3. Secara perlahan lepaskan gigi tiruan akrilik dari model

Gambar 59. Tahapan De-Flasking

I.5.8 Shaping dan Polishing

Prosedur membentuk resin akrilik dari kelebihan-kelebihan yang ada dan memoles akrilik

sehingga permukaannya halus, tidak tajam, dan mengkilat.

Tahapannya:

1. Buang kelebihan-kelebihan pada gigi tiruuan akrilik yang tidak sesuai dengan desain

landasan menggunakan bur fraser


Gambar 60. Bur Fraser

2. Haluskan Permukaan Luar Akrilik dengan bur batu hijau, amplas halus, dan bur batu

merah

Gambar 61. Bur Batu Merah

3. Setelah dipastikan haluus kilapkan akrilik dengan bantuan bubuk pumice dan bur felcon

serta bur buluu domba.


Gambar 62. Bur Bulu Domba

I.6 Diagnosis dan Rencana Perawatan

I.6.1 Diagnosis

Dalam bidang prostodontik, yang dimaksud dengan diagnosis adalah proses yang

dilakukan untuk mengenali terdapatnya keadaan yang tidak wajar. Suatu evaluasi dapat

dibuat dari data diagnostik yang diperoleh melalui Anamnesis pada saat pemeriksaan mulut

pasien.

I.6.2 Anamnesis

Pada anamnesis ditanyakan hal berikut:

1. Nama

2. Alamat

3. Pekerjaan

4. Jenis Kelamin

5. Usia

6. Pencabutan terakhir gigi


7. Pengalaman memakai gigi tiruan

8. Tujuan pembuatan geligi tiruan (untuk estetik atau fungsional)

9. Keterangan lain (memiliki kebiasan buruk dsb)

I.6.2.1 Pemeriksaan Status Umum

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya juga ditanyakan apabila

sedang dalam perawatan dokter lain sehingga bisa diketahui konsumsi obat yang diminum

saat ini. Hal ini perlu diketahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat memengarhu

jaaringan yang terlibat dalam perawatan dental seperti diabetes melitus, penyakit

kardiovaskular, tuberkulosis, dan anemia.

I.6.2.2 Pemeriksaan Status Lokal

Luar Mulut (ekstra oral)

1. Kepala

Cara pemerikasaan kepala yaitu pertama pasien diminta duduk tegak kemudian dilihat dari

arah belakang atas. Perhatikan bentuk kepala. Beberapa bentuk kepala yang diketahui yaitu

persegi, lonjong, dan lancip.

2. Muka

a. Bentuk Muka
Secara gambaran geometris bentuk mula ada 3 yaitu persegi, lonjong, dan lancip. Leon

William menyatakan adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk insisivus sentral

atas. Muka pasien juga harus diperiksa apabila ada kemungkinan asimetri dan

pembengkakkan.

Gambar 1Bentuk wajah

b. Profil

Bentuk muka pasien dilihat dari arah samping (sagital). Terdapat tiga macam profil

muka yaitu Lurus (Straight), Cembung (convex), dan Cekung (concave). Cara pemeriksaan

profil wajah diambil dari titik glabella (dahi), dasar hidungm dan puncak dagu.

Gambar 2Profil Wajah


3. Mata

Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata

memandang lurus kedepan, lalu Dilihat adanya keadaan simetr atau tidak. Selanjutnya, Bila

bola mata penderita dapat mengikuti gerakan sebuah instrumen yang kita gerakan ke segala

arah, hal ini disebut moveable in all direction. Jika hal ini tidak dimungkinkan, disebut

unmovable in all Direction.

Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk:

a.  Garis interpupil, untuk menentukan tinggi gigit serta sorenson dan kesejajaran 

gigitan rahang atas bagian anterior.

b.  Bidang horizontal frankurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infraorbita dan

tragus.  bidang ini penting untuk proses pencetakan rahang dengan bahan cetak yang

cair.  pada penderita yang sensitif dan mudah mual garis ini hendaknya diatur sejajar

lantai.

c. Garis Tragus - Canthus,  panduan nya adalah letak kondilus rahang atas yang terletak

lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.

d.  garis midline.
Gambar 3Garis-garis pada wajah

4.  Hidung

  Pasien diperhatikan cara bernafasnya,  apakah melalui hidung atau mulut.  pasien

yang mampu bernafas melalui mulut biasanya mempunyai palatum dalam.  Selain itu mukosa

mulut nya juga relatif kering sehingga pada waktu pencetakan harus kumur-kumur terlebih

dahulu agar hasil cetakan baik.  pada pencetakan pasien semacam ini, Hendaknya jumlah

bahan cepat diatur secukupnya dan jangan berlebihan sehingga mulut tidak menjadi terlalu

penuh.  Hal ini dapat menyebabkan pasien sulit bernafas atau muntah sehingga pencetakan

gagal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menaruh kaca di depan mulut/hidung lalu dilihat

uap yang muncul.

5. Telinga

Telinga diperiksa simetri atau tidak. Pentingnya telinga diperiksa adalah:

a. untuk menentukan garis Camper,  menghubungkan tragus dengan sayap hidung.

b. untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus  ke sudut mata(canthus)

c. untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut.

d. untuk menentukan bidang horizontal frankurt.


6. Bibir

 Bibir dicek kesimetrisan nya terlebih dahulu.  bentuk dan panjang bibir pasien sangat

bervariasi. Bibir digunakan sebagia pedoman intuk: 

a. Menentukan panjang/tinggi gigitan rahang atas.

b. Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas.

 7. Kelenjar getah bening

Pemeriksaan kelenjar getah bening mencakup kelenjar sumbandibula/submaksilaris.

Dalam keadaan normal kelenjar tidak akan teraba dan tidak terasa sakit. Cara pemeriksaan

dilakukan dengan pasien duduk dengan kepala sedikit menunduk dan jari-jari ke dua belah

tangan kita meraba leher bagian atas.

Gambar 4Kelenjar getah bening

8. Sendi rahang

Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sandi yang mulus

(smooth), kasar (unsmooth), clicking, atau krepitasi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara:

1. Digital: Menempatkan jari pada kondilus dan membiarkan melaksanakan semua

gerakan.

2. Auskultatif: Mendengarkan ketika pasien menggerakan rahang.


3. Visual: dengan memperhatikan bentuk sendi saat pasien membuka dan menutup

rahang.

Intra Oral

a. Keadaan umum

Kebersihan mulut

Pemeriksaan meliputi adanya plak, kalkulus, debri, dan stain.. Kebershian mulut yang

buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal. Oleh karena itu, hendaknya

perawatan periodonsia dilakukan sebelum merawat pasien prostodonsia.

Mukosa mulut

Adanya kelaian, iritasi, atau keadaan patologis pada jaringan mukosa mulut.

Frekuensi karies

Setiap gigi diperiksa keadaan kariesnya. Frekuensi karies

Gigi yang ditambal+ karies


FK = × 100 %
Gigi yang ada

Bila FK 0-25% karies rendah

26-50% karies sedang

51-100% karies tinggi. 

Tinggi rendahnya karies memengaruhi pemilihan desain gigi geligi tiruan yang akan dibuat.

b. Foto ronsen

Foto ronsen digunakan untuk:

1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung.

2. Meluhat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.

3. Melihat kelainan bentuk pada residual ridge, terutama bila ada tonjolan pada prosesus

alveolaris.

4. Melihat adanya sisa akar gigi.

5. Meneliti keadaan vitalitas gigi


6. Memeriksa adanya kelainan periapikal

c. Oklusi

Gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 13, 11, 21, 26, 36, 33, 31, 41, 43, dan 46.

Gambar 5 Hubungan Oklusi molar dan kaninus

d. Artikulasi

Artiulasi diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan. Cara memeriksanya adalah

dengan meminta pasien mengoklusikan gigi-giginya, menggunakan articulating paper.

Gambar 6 Hunungan gigi-gigi depan, A. Arah horizontal 1. Normal, 2. edge to edge. 3.

cross bite. B. Dalam arah vertikal: 4. Open bite, 5. deep bite, 6. steep bite

e. Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum memengaruhi retensi dan stabilisasi geligi tiruan.

Gambar 7 Vestibulum

f. Frenulum

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahna perlekatan pada rahang bawah dan rahang

atas.

g. Kelainan gigi

Gigi diperiksa jika ada kemungkinan kelainan bentuk dan warna gigi.

h. Macam-macam gigi

Gigi diperiksa apakah gigi semua sudah permanen atau masih ada gigi sulung.

i. Bentuk gigi

Bentuk gigi yang dilihat adalah bentuk gigi insisivus sentral atas yang masih ada: persegi,

lonjong, atau lancip

j. Kedudukan prosesus alveolaris

Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas atau bawah dilihat dalam bidang sagital dan

transversal.

Dalam bidang sagital, bila sudut antara garis inter alveolaris dengan bidang horizontal:

 80-90o: normal

 Kurang dari 80o: hubungan kelas II

 Lebih dari 90o:: hubungan kelas III


Gambar 8 Kedudukan prosesus Alveolaris

k. Bentuk palatum

Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk quadratic, ovoid dan tapering. Bentuk

lengkung palatum seperti huruf U atau yang disebut kuadratik adalah yang paling

menguntungkan. Bentuk ini memberikan stabilitas dalam bidang vertikal maupun horizontal.

Gambar 9Bentuk palatum

l. Torius palatinus
Tonjolan torus bisa besar ataupun kecil. Torus terletak pada tempat-tempat tertentu

dan biasanya simetris pada garis tengah palatum dan disebut torus palatinus.

m. Tahanan jaringan

Pemeriksaan ini meliputi tahanan jaringan pada bagian palatum dan prosesus

alveolaris atas maupun bawah. Bila tahanan jaringan tinggi berarti lapisan mukosa yang

menutupi tulang tebal dan digunakan bahan cetak muko-kompresi. Sebaliknya digunakan

bahan cetak mukostatis. Pemeriksaan dilakukan dengan menekan jaringan menggunakan

instrumen tumpul (burnisher). Pada jaringan dengan resiliensi tinggi, penekanan ini tidak

akan menyebabkan warna jaringan berubah, sedangkan pada jarungan bertahanan rendah

akan terlihat pucat.

n. Selaput lendir mulut

Pengamatan ditujukan pada selaput lendir di atas prosesus alveolaris. Selaput lendir

mulut atau mukosa memberikan dukungan bagi geligi tiruan dan bertindak sebagai bantalan

antara gigi tiruan dan tulang.

o. Tuberositas maksilaris

Tuberositas memiliki peranan penting dalam memberikan retensi kepada suatu geligi tiruan.

Dengan kaca mulut, pada bagian vestibulum diletakan tegak lurus setelah itu diamati:

1. Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, berarti tuberositas dalam

2. Bila kaca mulut terbenam setengahnya, sedang

3. Bila kaca mulut terbenam kurang dari setengah, rendah.

p. Lidah

Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya. Ukuran lidah bisa normal, mikro atau

makroglosia. Lidah pun ada yang pasif dan aktif.

q. Retromylohyoid
Daerah ini penting untuk retensi gigi tiruan. Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual

di dbelakang gigi-gigi molar 2&3 rahang bawah dengan kaca mulut.

I.6.2.3 Rencana Perawatan

Perencanaan perawatan merupakan tahap yang tak bsia dilepaskan dari proses diagnostik.

Sebelum menentukan langkah perawatan hendaknya semua aspek dipertimbangkan. 

Preparasi mulut

Langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif,

termasuk endodontik perlu dilakukan sebelum memasang gigi tiruan lepasan.

Langan selanjutnya, pasien akan dilakukan proses pengubahan kontur gigi untuk mengurangi

hambatan, mencari guiding plane, membuat sandaran ooklusal, dan menciptakan daerah-

daerah untuk retensi mekanis. 

Tindakan bedah pra prostetik

Persiapan bedah seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan

hendaknya dilakukan secepat mungkin. Prosedur bedah ini harus diselesaikan jauh sebelum

pembuatan protesa dilakukan agar penyembuhan optimal bisa tercapai. Setiap gigi yang ada

hendaknya juga dievaluasi secara cermat apakah gigi tersebut bisa dijadikan gigi sandaran.

Perawatan konservatif

Untuk perawatan jangka panjang, seluruh gigi yang karies harus dilakukan penambalan

terlebih dahulu. Perawatan konservatif tidak hanya sebatas perawatan karies saja tetapi juga

harus:

1. Memberikan kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal

2. Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan

3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas

4. Membentuk daerah gerong untuk retensi


5. Mendukung terpenuhinya faktor estetik

6. Memberikan kontur gigi yang sesuai

Perawatan orotodontik

Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong dan semakin lama akan

semakin sempit karena terjadi migrasi gigi tetangga.. Pemanfaatan tindakan ortodontik akan

menunjang keberhasilan perawatan prostodontik disamping meningkatkan kesehatan jaringan

periodontal gigi-gigi di sekitar protesa.


Peraw

atan periodontik
Pada suatu perawatan prostodontik hendaknya perlu didukung jaringan periodontal

yang benar-benar sehat. Pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan pada pasien dengan

kelainan periodontal merupakan tidnakan sia sia yang hanya akan menyebabkan kerusakan

lebih lanjut dari jaaringan periodontal. Pembersihan karang gigi, perbaikan tepi restorasi yang

berlebihan amat bermanfaat untuk mengontrol plak. Proses bedah periodontal lainnya juga

dapat dilakukan jika diperlukan. Gigi yang goyang pun harus diperhatikan sebelum membuat

gigi tiruan sebagian lepasan.

I.6.3 Pemasangan Model pada artikulator

Pekerjaan laboratorium dapat dilakukan tanpa kehadiran pasien, maka dari itu model

kerja dipasang pada artikulator yang dapat memegang model rahang atas dan rahang bawah

tersebut serta menirukan gerakan dari rahang penderita seperti halnya di dalam mulut.

Artikulator adalah sebuah alat mekanis yang dapat menirukan hubungan (gerakan-gerakan

dan posisi) dari rahang atas dan rahang bawah. Menurut buku Glossary of Prosthodontic

Terms, Artikulator adalah suatu alat mekanis yang mewakili sendi rahang dan bagian-

bagiannya, dimana model rahang atas dan bawah dicekatkan.

Artikukator selama ini dikenal dengan berbagai macam tingkat kemampuan.

Bergantung pada tingkat kemampuan artikulator yang digunakan, kesalahan oklusi (besar

atau kecil) tetap akan terjadi. Sesuai dengan kemampuannya, ada beberapa macam

artikulator:

1. Artikulator hanya dapat meniru satu posisi hubungan rahang saja

2. Artikulator yang sepenuhnya bisa disesuaikan dan dapat meniru semua posisi dan

gerakan mandibula

3. Artikulator yang hanya dapat meniru dia atau lebih posisi dan gerakan tertentu

dari mandibula
Klasifikasi artikulator dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya:

1. Artikulator Engsel (Hinge Articulator)

2. Artikulator Rata-Rata (Average Value/Fixed Condyle/ Free Plane Articulator)

3. Artikulator Padan Sebagian (Semi-adjustable Articulator)

4. Artikulator Padan Penuh (Fully Adjustable Articulator)

5. Artikulator Fossa Bentukan (Fossa Moulded Articulator)

Artikulator yang paling sederhana terdiri dari bagian atas (upper member) dan bagian

bawah (lower member) yang disatukan dengan sebuah engsel. Artikulator ini dapat

menunjukkan gerakan membuka dan menutup mandibula. Jenis ini disebut Klap artikulator

dan cukup digunakan untuk pemasangan model gigi tiruan sebagian lepasan.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pemasangan model pada artikulator yaitu

a. Alat

1. Klap artikulator

2. Rubber bowl dan spatula

3. Pisau gips

4. Glass plate

5. Kertas amplas, pensil dan penggaris

b. Bahan

1. Vaselin
2. Plaster of paris atau gips putih

Gambar 63 Alat dan Bahan Pemasangan Model pada


Artikulator

Cara pemasangan model pada artikulator:

1. Periksa bagian-bagian dari artikulator

2. Cobakan model rahang atas dan rahang bawah pada artikulator, lengan artikulator

harus sejajar satu dengan yang lainnya. Bila model terlalu tinggi, kurangi

ketinggiannya dengan mengurangi basis dari model.

3. Buat bentuk-bentuk retensi pada dasar model

4. Buat garis tengah pada basis model rahang atas

5. Ulasi bagian lengan artikulator dengan vaselin yang berkontak dengan plaster

6. Basahi model tersebut, masukkan model RA dan RB dalam keadaan oklusi pada

artikulator

7. Garis tengah model berimpit dengan garis tengah artikulator, lengan atas artikulator

sejajar dengan lengan bawah

8. Adukan plaster diletakkan diatas glass plaste, artikulator model yang sudah terpasang

ditempatkan diatas plaster tersebut, sisa plaster dirapihkan sesuai dengan basis model

rahang bawah

9. Adukan plaster dituangkan diatas artikulator bagian atas


10. Rapihkan kelebihan plaster dan haluskan

Gambar 64Pemasangan Model Kerja pada Artikulator

I.6.4 Penyusunan Gigi Artifisial

Pemilihan gigi harus memenuhi persyaratan warna, bentuk dan ukuran disesuaikan

dengan gigi yang masih ada.

Pemilihan bentuk gigi dan warna gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin,

serta gigi yang tersisa.Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi

anterior atas dan bawah, selanjutnya gigi posterior atas dan bawah dengan berpedoman dan

menyesuaikan dengan gigi rahang bawah yang tersisa, midline serta oklusi yang baik, sampai

tercapai estetik, retensi, dan fonetik yang baik

Gigi artifisial buatan pabrik tidak selalu cocok dengan keadaan rahang dan oklusi

dengan gigi lawan. Dokter gigi atau operator dapat memodifikasi gigi yang tersedia sesuai

dengan keadaan dengan cara menggerinda gigi artifisial yang tersedia. Bidang oklusal dapat

digerinda sesuai kontak dengan gigi lawan. Bagian servikal digerinda miring agar sesuai

dengan tepi gusi gigi asli disebelahnya dan sesuai dengan ruangan yang tersedia

Cara Penyusunan Gigi

a. Pemilihan dan penyusunan gigi posterior


1. Ukuran mesio-distal gigi harus sesuai dengan daerah yang tidak bergigi dan

sesuai dengan oklusi gigi lawan. Pada kasus free end, digunakan patokan jarak

dari tepi distal gigi asli terakhir yang masih ada ke mesial retromolar pad.

2. Ukuran buko-lingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari gigi yang

diganti. Hal ini dimaksudkan agar gigi buatan tidak menerima beban terlalu besat.

3. Ukuran oklusohgingival ditentukan oleh besarnya ruangan intermaksiler

(Interoklusal) menyesuaikan dengan gigi tetangganya

b. Pemilihan dan penyusunan gigi anterior

1. Ukuran

Ukuran gigi artifisial harus menyesuaikan dengan ukuran gigi dan inklinasi gigi

sebelahnya.

2. Bentuk

Pada pemilihan bentuk gigi, dapat diperhatikan:

1) Pertama, bentuk permukaan labial gigi depan yaitu kombinasi lekukan,

tonjolan, flek dan pigmentasi yang disebut tekstur permukaan. Permukaan

labial yang konveks membuat gigi terlihat lebih kecil.

2) Kedua, garis luar distal gigi. Makin besar sudut distal gigi akan tampakk

makin kecil dan sebaliknya.

3) Ketiga, garis luar mesial gigi. Garis luar mesial gigi yang konkaf akan

membuat gigi terlihat lebih kecil.

4) Keempat, bentuk profil wajah. Bentuk permukaan labial gigi depan dipilih

sesuai dengan bentul profil wajah pasien. Menurut Leon William terdapat 3

tipe yaitu lonjong, lancip dan persegi.

3. Warna
Warna gigi dapat disesuaikan dengan warna gigi asli yang masih ada. Hal- hal

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna gigi adalah background saat

memilih gigi

harus netral, shade guide dalam keadaan basah dan gigi asli terbasahi oleh saliva

serta pencahayaan (memakai perpaduan antara lampu fluoresens dan candelila

light)

c. Uji Coba Gigi Anterior

Uji coba gigi tiruan lilin ke dalam mulut pasien (anterior), dengan memperhatikan

hal-hal

berikut:

1. Perhatikan garis median

2. Lihat tepi sayap dari lilin apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa

3. Periksa oklusi gigi anterior

4. Perhatikan apakah dimensi vertikal pasien berubah

d. Uji Coba Gigi Posterior

Uji coba gigi tiruan lilin ke dalam mulut pasien (posterior), dengan memperhatikan

hal-hal berikut:

1. Perhatikan garis median

2. Lihat tepi sayap dari lilin apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa

(peripheral seal)

3. Periksa oklusi gigi anterior-posterior

4. Pasien diminta untuk mencoba gerakan mulut seperti mengunyah serta bicara

5. Perhatikan apakah dimensi vertikal pasien berubah. Setelah try in geligi tiruan

lilin di dalam mulut pasien, kedua geligi tiruan atas dan bawah ditempatkan

kembali pada model kerja articulator


Gambar 65 Uji Coba GTSL ke dalam mulut pasien

I.6.5 Kontur Gusi

Kontur gusi dari gigi tiruan adalah memberi bentuk landasan lilin gigi tiruan semirip

mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak di mulut. Bentuk permukaan ini akan

memberikan retensi dan estetik pada gigi tiruan.

Kontur gusi harus meliputi:

1. McCall Festoon

2. Interdental papilla

3. Root promience

4. Rugae palatina

Cara Kontur Gusi

1. Lilin lunak diadaptasikan pada permukaan bukal, labial, dan lingual kemudian tanda-

tanda anatomi dibentuk atau diukir sesuai dengan yang ditentukan

2. Menghaluskan lilin yang sudah dibentuk

3. Setelah waxing selesai permukaannya dihaluskan memakai api spirtus atau dengan

alkohol torch kemudian digosok dengan kain halus sampai permukaannya mengkilap.
I.6.6 Desain pembuatan GTSL

Pembuatan desain merupakan tahapan penting dan merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan sebuah gigi tiruan. Desain yang baik dapat membentuk retensi,

stabilisasi, support, dan estettika, sehingga antara lain mencegah kerusakan jaringan dalam

mulut, akibat ketidaktepatan pola perencanaan, kesalahan yang tidak seharusnya terjadi dan

yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Desain harus memenuhi persayaratan sebagai berikut:

1. Retensi: yaitu kemampuan GT bertahan terhadap gaya yang melepaskan.

Untuk GTSL terutama dari cangkolan (retainer) pada gigi sandaran.

2. Stabilisasi: Kemampuan GT agar tidak goncang/bergeser pada pemakaian.

Stabilisasi terutama berhubungan dengan dukungan/support (dari gigi/mukosa),

dan dari oklusi

3. Estetika: aitu keindahan yang sesuai dengan kepribadian.

4. Support: kemampuan gigi tiruan untuk menahan tekanan dalam arah apikal.

5. Arah pemasangan.

Membuat desain GTSL pada model:

1. Tentukan gigi sandaran (surveying)

2. Buat garis survei (surveying)

3. Tetukan arah pemasangan (dari surveying)


4. Tentukan perluasan landasan

*Catatan

Penutupan daerah gerong: daerah gerong yang harus ditutup adalah daerah gerong yang tidak

diperlukan untuk retensi gerong yaitu bagian yang akan kontak dengan bagian kaku GTSL

(landasan;konektor).

Penutupan daerah gerong dalam GTSL akrilik dipakai bahan gips yang berwarrna

berbeda dari warna gips model. Agar sesuai dengan arah pemasangan GTSL, dilakukan

sesuai dengan hasil survei dengan surveyor.

I.6.7 Pembuatan Cangkolan

Cangkolan adalah bagian dari GTSL yang biasanya dibuat dari kawat khusus (kawat

klamer) atau dari logam cor, melingkari dan menyentuh sebagian besar, keliling gigi,

memberi retensi, stabilisasi dan support bagi GTSL tersebut.

Bentuk cangkolan kawat yang biasa dipergunakan dalam GTSL:

1. Cangkolan C

2. Cangkolan bukal

3. Cangkolan E

4. Cangkolan bola (ball clasp)

Alat dan bahan:

1. Model rahang yan sudah disurvei

2. Kawat (wrough wire) 0,7 dan 0,8

3. Tang klamer dan tang potong

4. Pensil/spidol
Syarat – syarat cangkolan:

1. 1/3 – ½ ujung lengan retentif berada didaerah gerong, dan ujungnya kira-kira 1-2mm

diatas tepi gusi.

2. 1/3 awal lengan retentif harus berada didaerah non gerong

3. Kontak cangkolan dengan pemukaan gigi harus kontak berkesinambungan.

4. Cangkolan harus beradapatasi dan tidak menekan gigi.

5. Bila memakai occlusal rest tidak boleh menggangu oklusi

6. Ujung lengan dibuat sepanjang mungkin

7. Ujung lengan dibentuk sehingga tidak tersangkutnya sisa makanan, bibir, pipi serta lidah.

8. Cangkolan tidak boleh cacat bekas tang.

9. Untuk tangan cangkolan yang terlalu panjang (misal pada gigi molar) gunakan diameter

kawat klamer 0.8mm

I.6.7.1 Prosedur Pembuatan Cangkolan

1. Gambar desain cangkolan pada model

2. Ukur serta potong kawat sesuai kebutuhan

3. Bengkokan salah satu ujung kawat sesuai dengan desain, lalu tandai dengan spidol.

4. Pembengkokan selanjutnya sesuai dengan desain yang sudah dibuat.

5. Sandaran oklusal dibuat dari kawat klamer yang ujungnya dibengkokan 360 derajat.

6. Cangkolan yang sudah sesuai ujungnya dibulatkan dan dihalskan sehingga tidak tajam.

Selama pembengkokan jangan sampai merusak model.

a. Pembengkokan kawat yang berulang ulang pada satu tempat akan memudahkan

kawat patah.

b. Bila sandaran oklusan akan mengganggu oklusi buat rest seat.


I.6.7.2 Lengan Retentif pada Cangkolan

Lengan retentif adalah bagian dari cangkolan yang ujungnya berada dibawah garis

survei atau pada daerah gerong retentif. Bagian sepertiga terminal (ujung) fleksibel dan

terletak di bawah garis survei. Bagian sepertiga tengah semi-fleksibel dan bagian pangkal

lengannya tegar.

Gambar 1.3 Bagian-bagian lengan cengkeram (Sumber: Haryanto, dkk, 1991)

Fungsi lengan retentif yaitu sebagai berikut:

1. Melawan pergerakan geligi tiruan ke vertikal atau oklusal (diperoleh melalui ujung

lengan yang ada dibawah garis survei).

2. Menetralisasi gaya yang akan memutar atau memiringkan gigi penyangga.

3. Stabilisasi protesa dengan mengurangi pergerakan horizontal.

Cara Menentukan Arah Cangkolan

Arah pasang dan arah lepas adalah suatu arah yang mendekati arah masuknya gigi

tiruan ke dalam mulut dan arah lepas dari mulut. Arah ini harus ditentukan sewaktu

pembuatan desain gigi tiruan. Arah pasang merupakan arah dimana restorasi harus

dimasukkan dan dilepas dari gigi penyangga, yang biasanya sejajar dengan tangkai vertikal
surveyor sewaktu model disurvei. Faktor yang menentukan arah pemasangan dan arah

pelepasan :

1. Bidang bimbing (guiding plane)

Permukaan-permukaan proksimal gigi yang berhubungan secara sejajar satu sama lain

harus ditentukan, atau bila tidak ada maka harus sengaja dibuat sehingga dapat digunakan

sebagai bidang bimbing. Bidang bombing diperlukan untuk mempermudah pemasangan

dan pengeluaran geligi tiruan tanpa paksa dan/atau merusak gigi pendukung, protesanya

sendiri maupun jaringan yang ada di bawahnya. Permukaan bidang ini idealnya berkisar

antara 2-4 mm dalam arah okluso-gingival dan berkontak dengan bagian kaku rangka

geligi tiruan. Kontak seperti ini akan memberikan efek resiprokasi.

2. Daerah retensi (retentive undercuts)

Bagian ini dibutuhkan untuk memberikan retensi pada cengkeram. Lengan cengkeram

harus dapat melentur melewati permukaan cembung gigi, tetapi memberikan cukup

retensi sehingga geligi tiruan tidak lepas dari tempatnya bila terdapat gaya-gaya pelepas

atau pemindah (dislodging or displacing forces). Permukaan gigi yang tidak

menunjukkan adanya gerong, dapat diberi cekungan sehingga memberikan retensi.

3. Hambatan (interference)

Hambatan dalam pemasangan dan pelepasan geligi tiruan dapat berupa gigi yang

malposisi atau tonjolan tulang yang menyolok. Interferensi dapat dikurangi atau

dihilangkan dalam suatu tindakan persiapan mulut (mouth preparation) dengan jalan

pembedahan, ekstraksi, mengikis permukaan atau mengubah kontur gigi dengan

pemasangan restorasi tuang.

4. Esthetik (esthetics)

Pertimbangan estetik berhubungan dengan posisi (anterior, posterior) yang paling

estetik dalam peletakan gigi tiruan, terutama untuk komponen metal dan basis. Dari hasil
surveying, ujung cangkolan berada di bawah garis survey. Dimensi buccolingual

(horizontal) merupakan penentu ujung lengan cengkram akan berakhir, diukur dengan alat

pengukur gerong (undercut gauge).

I.6.7.3 Pembuatan landasan dan tanggul gigit

Pembuatan GTS ini bahwa pelat landasan dan tanggul gigi digunakan sebagai

petunjuk kedudukan gigi dan untuk menentukan hubungan mandibula - maksila, serta

informasi lain yang diperlukan.

Tanggul gigitan terdiri dua bagian:

1. Pelat landasan dari lilin tipe keras

2. Tanggul gigi dari lilin tipe sedang

Alat bahan yang diperlukan:

A. Alat:

1. Pisau lilin

2. Lampu spirtus

3. Lembaran lilin merah tipe keras

B. Bahan:

1. Lembaran lilin tipe sedang

2. Lembaran lilin tipe keras

3. Model kerja

Kegiatan Tanggul Gigit:

1. Mendapatkan hubungan rahang atas dan bawah

2. Untuk menentukan dukungn bibbir dan pipi dan lidah

3. Menentukan bidang oklusal

4. Petunjuk menempatkan gigi


cara membuat landasan/tanggul gigitan

1. Buat gambar pada model sesua luas landasan yang direncanakan

2. Basahkan model kerja dengan air

3. Lunakkan satu lapis malam pada nyala api lampu spiritus

4. Adaptasikan pada model kerja

5. Potong sesuai batas tepi landasan yang telah ditentukan

6. Selembar lilin secukupnya dilunakan, diglung, disesusaikan dengan lengkung daerah

tidak bergigi

7. Gulungan lilin dilunakan pada pelat landasan yang sebelumnya kedua permukaannya

dipanaskan dulu.

8. Sesuaikan dengan ukuran yang ditemukan:

a. Tingginya klebih tinggi dar gigi tetangganya (1-2mm)

b. Lebar sesuai gigi yang akan diganti

c. Permukaan oklusal datar

d. Dirapikan dan dihaluskan. Permukaan bukal mengikuti lengkung bukal gigi yang

masih ada.

Pertimbangan Menentukan Garis Fulkrum

Garis fulkrum adalah garis khayal yang membagi bagian anterior dan posterior sama

besar untuk membagi beban kunyah yang diterima gigi tiruan seimbang. Garis fulkrum atau

garis rotasi juga merupakan pusat rotasi gigi tiruan dalam arah vertikal. Sumbu rotasi adalah

garis imajiner yang ditarik melalui sandaran oklusal yang ditarik melalui sandaran oklusal

yang ada pada gigi penyangga utama.

a. Pada kasus Kennedy kelas I, garis fulkrum adalah garis yang melalui sandaran pada gigi

penyangga paling posterior dari kedua sisi.


b. Pada kasus Kennedy kelas II, garis ini ditarik melalui sandaran-sandaran oklusal gigi

penyangga pada sisi berujung bebas dan gigi penyangga paling distal dari sisi lainnya.

Bila pada sisi ini terdapat daerah modifikasi, maka gigi penyangga sekunder yang

letaknya jauh dari garis fulkrum, dianggap sebagai pendukung penahan tak langsung

(indirect retainer).

c. Pada kasus Kennedy kelas III, bila ada gigi yang tak sanggup menahan tekanan kunyah

karena sudah lemah, maka gigi ini dianggap tidak ada, sehingga kasus ini dianggap

seperti kasus berujung bebas.

d. Pada kasus Kennedy Kelas IV garis ini melalui kedua sandaran pada gigi penyangga yang

membatasi daerah tak bergigi.

Gambar 1.4 Garis Fulkrum Kasus Kennedy Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelas IV

I.6.8 Hubungan Rahang Atas Dan Rahang Bawah

A. Dimensi vertikal Pada pasien yang telah hilang semua gigi baik di salah satu rahang

saja ataupun semua, dimensi vertikalnya telah hilang, sehingga harus dilakukan

pencarian kembali dengan menggunakan rumus:

Dimensi vertikal = physiological rest position – free way space


a. Pertama-tama kita ukur dimensi vertikal pasien dalam keadaan istirahat

dengan bite rim rahang atas tidak berada dalam mulut (DVI). Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik subnation sampai titik

gnation. Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut dikurangi dengan free way

space (besar free way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi

vertikal oklusi (DVO).

b. Pedoman pengukuran dimensi vertikal : Glabellasubnation= subnation-

gnation= pupil mata-stomion. Penderita mengambil physiological rest position

saat bite rim dimasukkan kedalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat,

Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran DVO dimana bite rim berada di

dalam mulut. pegukuran DVO dengan menggunakan titik-titik pada

pengukuran DVI yaitu sub nationgnation. Dengan bantuan jangka sorong,

DVO diukur dari titik-titik tersebut.

B. Penentuan relasi sentrik Relasi sentrik pasien ditentukan dengan pasien diminta untuk

melakukan ;

a. Gerakan menelan

b. Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang,dengan

mendorong rahang bawah dalam keadaan otot kendor.

c. Menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.

C. Penentuan midline

D. Memfiksir bite rim rahang atas dan rahang bawah

a. Setelah relasi sentrik didapat, kita tarik garis-garis orientasi diantaranya : High lip

line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low lip line dan

median line. Dimensi vertikal = physiological rest position – free way space
b. Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan steples yang

telah dipanaskan pada lampu spiritus. Kalau sulit, bagian anterior difiksasi

terlebih dahulu tanpa merusak tanda median line dan posisi kaninus

c. Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari dalam mulut pasien, kemudian

dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada artikulator.

I.6.9 Insersi dan Pasca Insersi

A. Prinsip insersi Sebelum dilakukan insersi harus diamati :

 Permukaan kontak jaringan harus bebas dari gelembung dan goresan tajam,

dilakukan dengan perabaan jari tangan

 Permukaan poles harus halus dan mengkilat sehingga mampu meningkatkan

toleransi pasien terhadap protesa

 Cengkeram harus retentif dan ujung cengkeram tidak tajam Pemasangan

protesa

 Menghilangkan hambatan pada permukaan gigi dan jaringan dengan cara

pengasahan permukaan gigi tiruan

 Pemeriksaan stabilitas protesa dengan cara menekan bagian depan-belakang

dan kanan-kiri gigi tiruan secara bergantian, protesa tidak boleh bergerak saat

pemeriksaan ini.

 Pemeriksaan oklusi dan artikulasi dengan cara meletakkan kertas okusi pada

oklusal gigi tiruan dan gigi asli, kemudian diminta mengatupkan mulutnya 3-4

kali, idealnya warna biru atau merah merata pada gigi tiruan dan gigi asli. Bila

sudah merata dilanjutkan dengan gerakan ke lateral, protusif, dan retrusif,

idealnya setiap kontak oklusal tidak menghalangi pergerakan tersebut.


 Pelepasan protesa tidak diperkenankan pada cengkeram karena akan

menyebabkan distorsi. Pelepasan dilakukan menggunakan ibu jari atau

telunjuk melalui tepi bukal sayapnya. Penggunaan cermin sangat membantu

pasien untuk mempelajari arah masuk-keluar protesa.

B. Evaluasi pasca insersi

 Gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan disikat tanpa menggunakan pasta

gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari, hendaknya saat menyikat dilakukan

diatas wadah berisi air untuk mencegah jatuhnya protesa.

 Bila tidak digunakan malam hari protesa sebaiknya ditempatkan pada wadah

tertutup yang berisi air

 Pada saat kontrol, diperiksa mengenai stabilitas dan retensi, oklusi,

cengkeram, serta kondisi jaringan pendukung. Bila terdapat kerusakan akan

lebih cepat ditangani sehingga mengurangi kerusakan lebih lanjut.

C. Perbaikan

a. Reparasi

 Mereparasi protesa yang patah pada basisnya

 Memasang kembali anasir gigi yang terlepas dari basis protesa

 Mengganti cengkeram yang lengannya patah

 Penambahan elemen gigi tiruan

b. Pencekatan kembali

 Relining adalah perbaikan terhadap permukaan yang menghadap jaringan

mukosa (fitting surface), dengan cara menambah sebagian fitting surface

dengan bahan basis, sehingga kontak protesa dengan jaringan mukosa

menjadi cekat kembali.


 Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengancara

membuang basis yang lama, tanpa mengubah hubungan oklusi yang ada.
BAB II

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi Haryanto A, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta: Hipokrates. 1991.
2. Veeraiyan, D. N. (2017). Textbook of Prosthodontics (2nd ed.). Jaypee Brothers
Medical Pub.
3. Davenport, J. C. (1988). A Color Atlas of Removable Partial Dentures (New edition).
Mosby-Year Book.
4. Allan, B.C (2015). McCracken’s Removable Partial Prosthodontics (13th ed.).
Mosby.
5. E. Carlsson, G. (1996). Prosthodontics: Principles and Management Strategies (1st
ed.). Mosby Ltd.

6. Carr, A.B., McGivney, G.P., and Brown D.T. McCracken’s Partial Removable
Prosthodontics: 11th edition. Elsevier Mosby.
7. Siagian, Veronika. 2009. Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kasus Kehilangan

Gigi Sebagian Lepasan Kompleks. Manado: Unsrat.

8. Yunisa, Fahmi. 2019. Modul Dental Prosthetic. Yogyakarta: UMY.

9. Haryanto, A.G., dkk (1995): Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1, 2. Penerbit

Hipokrates, Jakarta.

10. Sowter, J. B. (1986): Removable Prosthodontics Techniques. The University Of North

Carolina Press.

11. Itjiningsih (1980): Dental Teknologi, FKG Trisakti, Jakarta.

12. Gunadi Haryanto A, dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid

I: Hipokrates, Jakarta. 241 Halaman.

Anda mungkin juga menyukai