OLEH :
Kelompok 7
Dosen Pembimbing:
ILHAM, S.Pt., M.Si
199005102020021101
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin agar
memperoleh hasil yang memuaskan. Namun, sebagai penulis kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan karena dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, baik dalam hal penyampaian maupun adanya penunjang buku-buku
(referensi) yang kurang dalam hal pemberian informasi dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami selaku penulis meminta maaf apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan dalam penulis makalah ini dan kami berharap adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun yang bertujuan memperbaiki makalah yang telah kami susun ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri selaku
penulis dan umumnya bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai wawasan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. 2 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Deskripsi Umum Biji Kapuk .......................................................................... 2
2.2 Kadar Komposisi dan Minyak Biji Kapuk ..................................................... 3
2.3 Minyak Biji Kapuk ......................................................................................... 3
2.4 Pemanfaatan Bungkil Biji Kapuk Sebagai Pakan Ternak...............................4
2.5 Penggunaan Biji Kapuk Sebagai Pakan Unggas............................................5
BAB III. PENUTUP…......................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Kapuk randu merupakan pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili
Malvaceae, berasal dari bagian utara Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia. Biji
kapuk memiliki kandungan minyak murni yang dapat dipisahkan dari biji kapuk dengan
cara ekstraksi (Oktaviani dkk, 2014). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah
kapuk dengan menawarkan manfaat lain kapuk yang lebih menguntungkan seperti
melalui upaya memproduksi kapuk halus, kapuk bersih, kapuk daur ulang dan sejumlah
jenis lainnya. Selain itu kapuk mempunyai potensi yang cukup besar dengan
memanfaatkan biji kapuk dan bungkil kapuk. Biji kapuk mengandung minyak yang dapat
menghasilkan minyak nabati dan biodiesel dengan nilai ekonomis lebih tinggi dari biji
kapuk. Namun belum banyak yang memanfaatkan potensi itu (Yuniawati, 2012).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan komposisi Biji Kapuk.
2. Untuk mengetahui penggunaan Biji Kapuk dalam pakan unggas.
1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Umum Biji Kapuk
Kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan pohon tropis yang tergolong ordo
Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah
Bomba-caceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan
Karibia, dan (untuk varitas C. 6 Pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat
Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang
dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa,
atau pohon kapas sutra. Juga disebut sebagai ceiba. Pohon ini tumbuh hingga setinggi
60-70 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai
diameter 3 m. Pohon ini banyak ditanam di Asia, terutama dipulau Jawa, Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan ( Juanda & Cahyono, 2003).
2
Famili : Malvaceaea
Genus : Ceiba
Spesies : C.pentandra
1. BK 90,73 % 8. P 0, 87 %
2. Abu 6,94 % 9. Energi 492 kcal
3. Protein 31,37 % 10. Vitamin 0,0055 gr
4. Lemak 5,83 % 11. Mineral 1,7942 gr
5. SK 31, 81 % 12. Selulosa 21,83 %
6. BENT 32,42 % 13. Hemiselulosa 23,24 %
7. Ca 0, 40 % 14. Lignin 10,37 %
Biji kapuk memiliki kandungan utama minyak murni yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Minyak dalam biji kapuk dapat dipisahkan dari biji kapuk
dengan cara ekstraksi (Murni Yuniwati,2012). Berikut ini tabel karakteristik dari
minyak biji kapuk yaitu:
3
Tabel 2 Minyak Biji Kapuk
Karakteristik Keterangan
Warna Kekuningan Hingga Kecoklatan
Fase Pada Suhu 25oC Cair
Berat Jenis pada 15oC 0,910-0,912 gr/ml
Minyak kapuk berwarna kuning dan tidak berbau dan rasanya tawar.
Kandungan asam lemak, sama dengan minyak biji kapas, sementara persentase asam
linoleat lebih rendah. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Bungkil hasil
pengepresan digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan Nitrogen 4-5% dan
2% asam fosfat. Kegunaan bungkil yang pokok untuk makanan ternak,
kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara mengatasi bungkil tersebut
dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil mengandung 13% air, 6% abu,
20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat.
4
Bungkil biji kapuk merupakan bahan pakan yang kurang disukai oleh ternak
ruminansia, namun demikian konsumsinya tidak berbeda nyata jika dibandingkan
dengan bungkil kedelai atau bungkil kelapa. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
bungkil biji kapuk tidak bisa berperan sebagai perangsang bau yang baik karena
baunya tidak tajam. Selain itu rasanya yang hampir tidak terasa, disamping bentuk
fisiknya agak keras dibandingkan dedak, bungkil kelapa dan bungkil kedelai. Oleh
karena itu untuk pemberiannya pada ternak ruminansia sebaiknya dikombinasikan
dengan bahan lain yang lebih merangsang bau dan rasanya (Ariani, 2012).
Bungkil biji kapuk mengandung serat kasar yang tinggi sehingga jarang
digunakan sebagai pakan ternak non ruminan-sia. Jika bungkil biji kapuk tersebut
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia hambatannya adalah palatabilitasnya
rendah dan terdapatnya senyawa beracun asam lemak siklo propenoat. Kandungan zat
racun dari bungkil biji kapuk sangat tergantung dari cara pengolahan biji kapuk
menjadi minyak. Asam siklopropenoat dapat berakumulasi dalam jaringan lemak
ternak dan akan terbawa sebagai makanan manusia. Berdasarkan hasil penelitian
Ayuningsih (2007), Penggunaan bungkil biji kapuk sampai taraf 30% dalara
konsentrat kambing perah belum memberikan pengaruh terhadap kualitas susu dan
Penggunaan bungkil biji kapuk sampai taraf 10% dalaro konsentrat kambing perah
sampai dengan empat minggu, cukup aman karena tidak menyebabkan terdapatnya
asam siklopropenoat di dalam susu.
5
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan banyaknya ransum
pada anak-anak ayam dapat diberikan antara 2-5% bungkil biji kapuk.
Bagaimana pakan itu bekerja dalam sistem metabolisme tubuh unggas itu sendiri,
disini gambarannya adalah siklopropinoid karena sifatnya berefek penenang (obat
bius) akibatnya adalah dapat merubah metabolisme lemak dimana komposisi lemak
berubah yaitu lebih banyak asam lemak yang mengandung stearat daripada oleat, dan
akhirnya asam lemak stearat ini sulit terdegradasi dan diserap oleh usus sehingga
terjadi penimbunan lemak yang tinggi. Selain itu adanya gangguan pada metabolisme
pakan sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lambat.
Gejala-gejala keracunan yang terlihat pada ternak unggas mengkonsumsi bungkil
biji kapuk antara lain seperti, penurunan produksi telur, penurunan efisisiensi
penggunaan pakan, penurunan selera makan, penurunan bobot badan, penurunan
fertilitas, penurunan daya tetas, penurunan pertumbuhan, penurunan tekanan darah,
perubahan warna putih telur, muntah-muntah, dilatasi dinding pembuluh darah, dan
terjadi kematian.
Dengan adanya gejala keracunan diatas sangat jelas sekali menimbulkan efek
negatif yang mempengaruhi ternak tersebut. Oleh karena itu, cara pencegahan yang
dapat dilakukan dalam mengatasi masalah keracunan diatas adalah apabila sebelum
digunakan, dinetralkan terlebih dahulu dengan berbagai cara misalnya dengan proses
sulfitasi yaitu dengan cara mengalirkan sulfur dioksida terhadap minyak stercula
faebida (pada minyak biji kapuk) yang mengandung asam sterculat yang dapat
merusak cincin siklopropena dan merusak reaktifitas Halpen atau memberikan reaksi
negatif terhadap uji Halpen dari minyak secara total. Jadi apabila bungkil bini karet
tersebut digunakan sebagai pakan ternak maka siklopropinoid sudah bersifat netral
dan sudah tidak berbahaya bagi ternak.
6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang jenis bahan pakan biji kapuk dapat
disimpulkan bahwa bunggil biji kapuk dapat digunakan sebagai bahan pakan pada
ternak unggas bukan pada ternak ruminansia, hal ini karena bungkil biji kapuk
mengandung serat kasar yang tinggi. Jika bungkil biji kapuk tersebut digunakan
sebagai pakan ternak ruminansia hambatannya adalah palatabilitasnya rendah dan
terdapatnya senyawa beracun asam lemak siklo propenoat. Kegunaan bungkil yang
pokok untuk makanan ternak, kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara
mengatasi bungkil tersebut dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil kapuk
mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20%
karbohidrat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, F. 2012. Analisis Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di Perairan Sekitar
Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat. Jurnal. Universitas Riau.
Dewajani, Heny. (2008). Potensi Minyak Biji Randu (Ceiba pentandra) sebagai Alternatif
Bahan Baku Biodiesel. Distilat-Jurnal teknologi Separasi.1.(2). Hlm. 101-117.
Juanda, D., dan Cahyono, B. 2003. Kapuk. Budidaya dan Usahatani. Penerbit Kanisius. 93 p.
Kadirvel, R., R. Natanam and K. Udasurian. 1984. Use of kapok as a poultry feed. Poultry
Sci. 65 : 2363.
Melwita.E., Fatmawati, & Oktaviani.S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk dengan Metode
Ekstraksi Soxhlet.Jurnal Teknik Kimia Vol.20 No.1.Universitas Sriwijaya.
Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung
(Calophyllum Inophyllum L.). Disertai. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Siregar dan Syarif, T. H. 1989. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar
Swadaya. Jakarta. 69 Hal.
Yuniwati, Murni. 2012. Produksi minyak Biji kapuk Dalam Usaha Pemanfaatan Biji Kapuk
Sebagai Sumber Minyak Nabati. Jurnal Teknologi Technoscientia Vol.4 No. 2
Februari 2012. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.