Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Pakan

MAKALAH JENIS BAHAN PAKAN BIJI KAPUK (Ceiba Petanra)

OLEH :
Kelompok 7

Siti Balqis (2005104010007)


Yufa Mulyani (2005104010025)

Dosen Pembimbing:
ILHAM, S.Pt., M.Si
199005102020021101

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur dan kami panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pengetahuan Bahan Pakan
yang berjudul JENIS BAHAN PAKAN BIJI KAPUK (Ceiba Petanra) ini dapat diselesaikan.
Makalah ini diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh
Bapak ILHAM, S.Pt., M.Si sebagai dosen mata kuliah Pengetahuan Bahan Pakan.

Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin agar
memperoleh hasil yang memuaskan. Namun, sebagai penulis kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan karena dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, baik dalam hal penyampaian maupun adanya penunjang buku-buku
(referensi) yang kurang dalam hal pemberian informasi dalam makalah ini.

Oleh karena itu, kami selaku penulis meminta maaf apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan dalam penulis makalah ini dan kami berharap adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun yang bertujuan memperbaiki makalah yang telah kami susun ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri selaku
penulis dan umumnya bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai wawasan.

Banda Aceh, 27 Maret 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. 2 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Deskripsi Umum Biji Kapuk .......................................................................... 2
2.2 Kadar Komposisi dan Minyak Biji Kapuk ..................................................... 3
2.3 Minyak Biji Kapuk ......................................................................................... 3
2.4 Pemanfaatan Bungkil Biji Kapuk Sebagai Pakan Ternak...............................4
2.5 Penggunaan Biji Kapuk Sebagai Pakan Unggas............................................5
BAB III. PENUTUP…......................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pohon Kapuk .......................................................................................................................... 2


Gambar 2 Biji Kapuk .............................................................................................................................. 2

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kadar Komposisi Biji Kapuk ..................................................................................................... 3


Tabel 2 Minyak Biji Kapuk .................................................................................................................... 4

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup berlimpah.


Pemanfaatan berbagai jenis sumber daya alamnya yang kurang efektif merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas hasil industri di Indonesia semakin menurun.
Untuk mendukung optimalisasi diperlukan kemampuan dalam berinovasi untuk
meningkatkan efektivitas. Salah satu komoditas di Indonesia yang memiliki potensi besar
terhadap kemajuaan industri yang selama ini masih kurang diperhatikan adalah tanaman
randu (Ceiba Petanra).

Kapuk randu merupakan pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili
Malvaceae, berasal dari bagian utara Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia. Biji
kapuk memiliki kandungan minyak murni yang dapat dipisahkan dari biji kapuk dengan
cara ekstraksi (Oktaviani dkk, 2014). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah
kapuk dengan menawarkan manfaat lain kapuk yang lebih menguntungkan seperti
melalui upaya memproduksi kapuk halus, kapuk bersih, kapuk daur ulang dan sejumlah
jenis lainnya. Selain itu kapuk mempunyai potensi yang cukup besar dengan
memanfaatkan biji kapuk dan bungkil kapuk. Biji kapuk mengandung minyak yang dapat
menghasilkan minyak nabati dan biodiesel dengan nilai ekonomis lebih tinggi dari biji
kapuk. Namun belum banyak yang memanfaatkan potensi itu (Yuniawati, 2012).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan komposisi Biji Kapuk.
2. Untuk mengetahui penggunaan Biji Kapuk dalam pakan unggas.

1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Umum Biji Kapuk
Kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan pohon tropis yang tergolong ordo
Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah
Bomba-caceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan
Karibia, dan (untuk varitas C. 6 Pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat
Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang
dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa,
atau pohon kapas sutra. Juga disebut sebagai ceiba. Pohon ini tumbuh hingga setinggi
60-70 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai
diameter 3 m. Pohon ini banyak ditanam di Asia, terutama dipulau Jawa, Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan ( Juanda & Cahyono, 2003).

Gambar 1 Pohon Kapuk

Gambar 2 Biji Kapuk


Menurut (Oktaviani dkk, 2014), Klasifikasi tanaman biji kapuk :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales

2
Famili : Malvaceaea
Genus : Ceiba
Spesies : C.pentandra

Kapuk merupakan tanaman pekarangan, pinggir-pinggir jalan atau di galengan


sawah. Seperti halnya dengan kapas, yang penting dipandang dari segi ilmu makanan
ternak adalah bijinya (produk dari biji). Biji tersebut mempunyai daging yang dapat
mencapai 50% dan daging biji itu mengandung protein yang lebih tinggi (dibanding
dengan biji kapuk yang lengkap dengan kulit) yakni 52 – 56%. Minyak yang
dikandungnya berkisar antara 22 – 25% dari bahan kering. Setelah lemak dikeluarkan,
tinggal bungkilnya yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik ataupun sebagai
pakan ternak. Bungkil biji kapuk merupakan limbah pabrik dan belum banyak digunakan
sebagai ransum ternak karena masih belum populer di Indonesia. Bungkil biji kapuk
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena mempunyai nilai gizi yang tinggi
salah satunya adalah kandungan protein yang cukup tinggi. Seperti halnya bungkil-
bungkilan lain, bungkil biji kapuk mempunyai protein kasar yang cukup tinggi (+ 28%).

2.2 Kadar Komposisi dan Minyak Biji Kapuk


Tabel 1 Kadar Komposisi Biji Kapuk
No Komposisi Kadar Komposisi No Komposisi Kadar Komposisi

1. BK 90,73 % 8. P 0, 87 %
2. Abu 6,94 % 9. Energi 492 kcal
3. Protein 31,37 % 10. Vitamin 0,0055 gr
4. Lemak 5,83 % 11. Mineral 1,7942 gr
5. SK 31, 81 % 12. Selulosa 21,83 %
6. BENT 32,42 % 13. Hemiselulosa 23,24 %
7. Ca 0, 40 % 14. Lignin 10,37 %

2.3 Minyak Biji Kapuk

Biji kapuk memiliki kandungan utama minyak murni yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Minyak dalam biji kapuk dapat dipisahkan dari biji kapuk
dengan cara ekstraksi (Murni Yuniwati,2012). Berikut ini tabel karakteristik dari
minyak biji kapuk yaitu:

3
Tabel 2 Minyak Biji Kapuk

Karakteristik Keterangan
Warna Kekuningan Hingga Kecoklatan
Fase Pada Suhu 25oC Cair
Berat Jenis pada 15oC 0,910-0,912 gr/ml

Menurut Dewajani,2008 minyak biji kapuk memiliki beberapa keunggulan


untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodisel yaitu:
1. Biji kapuk mengandung 24 – 40 % berat minyak.
2. Bahan bakunya mudah didapat karena masa panennya 6 bulan sekali.
3. Harganya relatif murah (Rp.1000 /kg biji).
4. Kadar asam lemak tak jenuhnya relatif tinggi (80-85%).
5. Mempunyai bilangan iodine sebesar 88 g/g.
Biji buah kapuk memiliki kandungan utama minyak sebesar 25,67% sampai
43,64%. Selain itu kandungan utama yang konsentrasinya cukup besar adalah
kandungan protein dan gossypol (pigmen warna biji kapuk). Minyak yang didapat
dari biji kapuk ini memiliki kandungan protein 36 hingga 44%. Biasanya minyak ini
digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan dan bahan baku dalam industri
pembuatan minyak diesel. Minyak biji kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan
salah satu jenis minyak nabati. Minyak nabati tersusun dari unsur-unsur C, H, O.
Minyak biji kapuk randu merupakan campuran triesther gliserol dan asam lemak,
yang secara umum disebut trigliserol. Asam lemak gliseridnya memiliki 15-20% asam
lemak jenuh dan 80-85% asam lemak tak jenuh. (Sahirman,2009).

2.4 Pemanfaatan Bungkil Biji Kapuk Sebagai Pakan Ternak

Minyak kapuk berwarna kuning dan tidak berbau dan rasanya tawar.
Kandungan asam lemak, sama dengan minyak biji kapas, sementara persentase asam
linoleat lebih rendah. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Bungkil hasil
pengepresan digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan Nitrogen 4-5% dan
2% asam fosfat. Kegunaan bungkil yang pokok untuk makanan ternak,
kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara mengatasi bungkil tersebut
dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil mengandung 13% air, 6% abu,
20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat.

4
Bungkil biji kapuk merupakan bahan pakan yang kurang disukai oleh ternak
ruminansia, namun demikian konsumsinya tidak berbeda nyata jika dibandingkan
dengan bungkil kedelai atau bungkil kelapa. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
bungkil biji kapuk tidak bisa berperan sebagai perangsang bau yang baik karena
baunya tidak tajam. Selain itu rasanya yang hampir tidak terasa, disamping bentuk
fisiknya agak keras dibandingkan dedak, bungkil kelapa dan bungkil kedelai. Oleh
karena itu untuk pemberiannya pada ternak ruminansia sebaiknya dikombinasikan
dengan bahan lain yang lebih merangsang bau dan rasanya (Ariani, 2012).

Bungkil biji kapuk mengandung serat kasar yang tinggi sehingga jarang
digunakan sebagai pakan ternak non ruminan-sia. Jika bungkil biji kapuk tersebut
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia hambatannya adalah palatabilitasnya
rendah dan terdapatnya senyawa beracun asam lemak siklo propenoat. Kandungan zat
racun dari bungkil biji kapuk sangat tergantung dari cara pengolahan biji kapuk
menjadi minyak. Asam siklopropenoat dapat berakumulasi dalam jaringan lemak
ternak dan akan terbawa sebagai makanan manusia. Berdasarkan hasil penelitian
Ayuningsih (2007), Penggunaan bungkil biji kapuk sampai taraf 30% dalara
konsentrat kambing perah belum memberikan pengaruh terhadap kualitas susu dan
Penggunaan bungkil biji kapuk sampai taraf 10% dalaro konsentrat kambing perah
sampai dengan empat minggu, cukup aman karena tidak menyebabkan terdapatnya
asam siklopropenoat di dalam susu.

Kadirvel,et al. (1984) menyatakan bahwa ransum yang mengandung 10%


bungkil biji kapuk atau ransum yang mengandung 2% minyak biji kapuk keduanya
mengandung racun yang tinggi dan bila diberikan pada ayam dapat mengakibatkan
penurunan bobot badan. Berdasarkan hasil penelitian Hidajati dan Siregar (1989)
bungkil biji kapuk dapat digunakan hingga taraf 20% pada konsentrat sapi perah dara
tanpa mempengaruhi pertambahan bobot badan harian, konsumsi ransum dan daya
cerna. Sedangkan Martawidjaja dan Rangkuti (1989), berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan bahwa pemberian bungkil biji kapuk pada domba muda sebanyak 100
gr/ekor/hari nyata meningkatkan berat badan, konsumsi ransum dan daya cerna.

2.5 Pengunaan Biji Kapuk sebagai Pakan Unggas


Ayam broiler menurut hasil yang diteliti oleh Gunawan (1981) dinyatakan bahwa
pemberian bungkil biji kapuk 5% dalam ransum pada ayam umur 1 minggu tidak

5
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan banyaknya ransum
pada anak-anak ayam dapat diberikan antara 2-5% bungkil biji kapuk.
Bagaimana pakan itu bekerja dalam sistem metabolisme tubuh unggas itu sendiri,
disini gambarannya adalah siklopropinoid karena sifatnya berefek penenang (obat
bius) akibatnya adalah dapat merubah metabolisme lemak dimana komposisi lemak
berubah yaitu lebih banyak asam lemak yang mengandung stearat daripada oleat, dan
akhirnya asam lemak stearat ini sulit terdegradasi dan diserap oleh usus sehingga
terjadi penimbunan lemak yang tinggi. Selain itu adanya gangguan pada metabolisme
pakan sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lambat.
Gejala-gejala keracunan yang terlihat pada ternak unggas mengkonsumsi bungkil
biji kapuk antara lain seperti, penurunan produksi telur, penurunan efisisiensi
penggunaan pakan, penurunan selera makan, penurunan bobot badan, penurunan
fertilitas, penurunan daya tetas, penurunan pertumbuhan, penurunan tekanan darah,
perubahan warna putih telur, muntah-muntah, dilatasi dinding pembuluh darah, dan
terjadi kematian.
Dengan adanya gejala keracunan diatas sangat jelas sekali menimbulkan efek
negatif yang mempengaruhi ternak tersebut. Oleh karena itu, cara pencegahan yang
dapat dilakukan dalam mengatasi masalah keracunan diatas adalah apabila sebelum
digunakan, dinetralkan terlebih dahulu dengan berbagai cara misalnya dengan proses
sulfitasi yaitu dengan cara mengalirkan sulfur dioksida terhadap minyak stercula
faebida (pada minyak biji kapuk) yang mengandung asam sterculat yang dapat
merusak cincin siklopropena dan merusak reaktifitas Halpen atau memberikan reaksi
negatif terhadap uji Halpen dari minyak secara total. Jadi apabila bungkil bini karet
tersebut digunakan sebagai pakan ternak maka siklopropinoid sudah bersifat netral
dan sudah tidak berbahaya bagi ternak.

6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang jenis bahan pakan biji kapuk dapat
disimpulkan bahwa bunggil biji kapuk dapat digunakan sebagai bahan pakan pada
ternak unggas bukan pada ternak ruminansia, hal ini karena bungkil biji kapuk
mengandung serat kasar yang tinggi. Jika bungkil biji kapuk tersebut digunakan
sebagai pakan ternak ruminansia hambatannya adalah palatabilitasnya rendah dan
terdapatnya senyawa beracun asam lemak siklo propenoat. Kegunaan bungkil yang
pokok untuk makanan ternak, kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara
mengatasi bungkil tersebut dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil kapuk
mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20%
karbohidrat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, F. 2012. Analisis Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di Perairan Sekitar
Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat. Jurnal. Universitas Riau.

Dewajani, Heny. (2008). Potensi Minyak Biji Randu (Ceiba pentandra) sebagai Alternatif
Bahan Baku Biodiesel. Distilat-Jurnal teknologi Separasi.1.(2). Hlm. 101-117.

Juanda, D., dan Cahyono, B. 2003. Kapuk. Budidaya dan Usahatani. Penerbit Kanisius. 93 p.

Kadirvel, R., R. Natanam and K. Udasurian. 1984. Use of kapok as a poultry feed. Poultry
Sci. 65 : 2363.

Melwita.E., Fatmawati, & Oktaviani.S. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk dengan Metode
Ekstraksi Soxhlet.Jurnal Teknik Kimia Vol.20 No.1.Universitas Sriwijaya.

RANGKUTI, M. and M. MARTAWIDJAJA. 1989. The addition of onggok (tapioka waste)


to a napier grass-gliricidia diet for sheep Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Jilid 2.
Hal. 93-97. Puslitbangnak, Bogor.

Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung
(Calophyllum Inophyllum L.). Disertai. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siregar dan Syarif, T. H. 1989. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar
Swadaya. Jakarta. 69 Hal.

Yuniwati, Murni. 2012. Produksi minyak Biji kapuk Dalam Usaha Pemanfaatan Biji Kapuk
Sebagai Sumber Minyak Nabati. Jurnal Teknologi Technoscientia Vol.4 No. 2
Februari 2012. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Yuniwati, Murni.; Frendy Iskarima.; Adiningsih Padulemba.: Optimasi kondisi proses


pembuatan kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi menggunakan EM-4,
Jurnal Teknologi Vol. 5, No.2 Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta,
2012.

Anda mungkin juga menyukai