Anda di halaman 1dari 33

MHD DENNIS ANZARRY

2111070350

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

IFRS 1 FIRST-TIME ADOPTION OF IFRS

A. PENDAHULUAN
IFRS merupakan suatu standar akuntansi global. Dalam pengaplikasiannya di suatu entitas yang pertama-
kali mengadopsi IFRS, entitas mengacu pada IFRS 1 sebagai panduannya.
IFRS 1 memberikan suatu panduan bagi entitas dalam proses peralihan dari standar akuntansi yang lama
ke IFRS.

TUJUAN
IFRS 1 memerikan suatu prosedur yang harus diikuti oleh entitas yang baru pertama-kali mengadopsi IFRS
(keseluruhan) sebagai basis dalam penyajian Laporan Keuangannya, sehingga mengandung informasi
yang:
1. Transparan dan dan dapat diperbandingkan;
2. Menyediakan basis akuntansi terhadap adopsi IFRS secara keseluruhan ; dan
3. Biaya menghasilkannya tidak melebihi manfaatnya.

B. RUANG LINGKUP
Entitas mengaplikasikan IFRS 1 pada:
1. Laporan keuangan bertujuan umum yang pertama-kali berbasis IFRS
2. Laporan keuangan interim pada periode yang sama ketika pertama kali penerapan IFRS dan
disajikan berdasarkan IAS 34 Interim Financial Reporting.

Maksud dari entitas yang pertama-kali mengadopsi (First-time adoption) adalah entitas yang untuk
pertama-kalinya menyatakan secara tegas dan yakin bahwa laporan keuangan entitas tersebut mematuhi
seluruh IFRS.
Entitas dapat disebut sebagai entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS jika :
1. Laporan keuangan pada periode sebelumnya:
• Belum berbasis pada IFRS;
• hanya sebagian IFRS saja;
• Berbasis pada IFRS secara penuh namun berlum memberikan pernyataan secara tegas dan
yakin telah mematuhi seluruh IFRS; atau
• Menyatakan secara tegas mematuhi sebagian IFRS.
2. Laporan keuangan pada periode sebelumnya yang berbasis IFRS disajikan hanya untuk kalangan
internal entitas tersebut.
3. Paket laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi tanpa menyiapkan set laporan keuangan lengkap
sesuai dengan IAS 1 Presentation of Financial Statements.
4. Tidak menyiapkan Laporan keuangan sama sekali.

Entitas tidak dapat disebut mengadopsi IFRS untuk pertama-kali jika:


1. berhenti menyajikan laporan keuangan sesuai dengan persyaratan nasional, sebelumnya telah
menyajikan mereka serta satu set laporan keuangan yang berisi pernyataan tegas dan yakin tentang
kepatuhan terhadap IFRS;
2. telah meyajikan laporan keuangan tahun sebelumnya sesuai dengan persyaratan nasional dan
laporan keuangan tersebut terdapat pernyataan tegas dan yakin tentang kepatuhan terhadap IFRS;
atau
3. telah meyajikan laporan keuangan tahun sebelumnya yang berisi pernyataan tegas dan yakin
tentang kepatuhan terhadap IFRS, bahkan jika auditor memberikan opini "Qualified" dalam laporan
audit mereka atas laporan keuangan.

C. PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS adalah :

1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi


2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uasng asing, muhibah (goodwill), dan penyesuain
nilai wajar
5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging).
D. LAPORAN POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN KEUANGAN
Neraca, secara umum, menyajikan informasi mengenai kekayaan perusahaan dan klaim-klaim
sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa berupa utang atau kepemilikan
saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).

Penyajian Laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :

• Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


• Laporan Laba Rugi Komprehensif
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan
• Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap
penerapan kebijakan akuntansi

Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu

1. Aset Lancar (current assets)


Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila memenuhi salahsatu
kriteria berikut ini:

• Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi


(untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan); atau
• Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (=tanggal neraca); atau
• Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun untuk
dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan; atau
• Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset diklasifikasikan
ke dalam kelompok “aset tak lancar”.
Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok
aset lancar adalah item-item berikut ini:

a. Kas dan Setara Kas


Apapun yang bisa ditabung di bank dan bisa ditarik dalam wujud kas sewaktu waktu,
dianggap “Kas“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk
kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, bukan kas, sebab ada
pembatasan jangka waktu penarikan.
Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents) adalah
investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai pasti; dan
(2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka waktu
pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan—
akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan
reksadana pasar uang.
b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan
Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek—
guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”.Masuk kelompok ini
antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk maksud
diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam kelompok ini,
kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging).
c. Piutang Dagang (Piutang)
“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan
kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.
Masuk dalam kelompok ini antara lain : piutang pada pelanggan, piutang pada
perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan
piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang
tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”.
d. Persediaan
“Persediaan” (inventory) adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal:
bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan
barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO
dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus disebutkan
dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan manufaktur,
bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah,
entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”.
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)
“Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat pembayaran
muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode. Bisa juga
disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar
dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.
2. Aset Tak Lancar (noncurrent assets)
Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to maturity
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga jatuh
tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt
securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain
(istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya
teramortisasi.
b. Property Investasi
Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah property
(tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional
perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya:
dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya, seiring
waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value atau
model pengukuran berdasarkan biaya perolehan.
c. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang digunakan
dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki umur
ekonomis lebih dari satu tahun buku.
Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan,
furniture, dan kendaraan.
Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam laporan
keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:
Bangunan = Rp xxx
Akumulasi Penyusutan = (Rp xxx)
Nilai Buku Bangunan = Rp xxx
Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian
“penjelasan laporan keuangan”.
d. Aset Tak Berwujud
“Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang tidak
memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—baik di
masa kini maupun di masa yang akan datang.
Masuk dalam klasifikasi ini adalah:

• Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan


• Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, patent,
copyrights, dan biaya oragnisasional).
e. Aset Dimiliki untuk Dijual
Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual” tidak
harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual sekelompok
aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset tersebut harus
diklasifikasikan sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.
f. Aktiva Lain – lain
Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas, masuk
ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan dalam
jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu pemulihannya lama
atau tidak pasti.

Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu


1. Liabilitas Lancar (current liabilities)
Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila :

• Diharapkan bisa diselesaikan (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional


normal perusahaan; atau
• Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal neraca); atau
• Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
• Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.

Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain :

a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam
operasional normal perusahaan, diantaranya :
• Utang Dagang

• Utang Tertulis Jangka Pendek


• Utang Upah dan Gaji Pegawai
• Utang Pajak
• Utang Lain-lain
b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk
menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya :
• Pendapatan Diterima Dimuka

• Deposit Dari Pelanggan


• Sewa Diterima Dimuka
c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya : promes
yang akan segera jatuh tempo.

Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah:
liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk
diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki
untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya :

• Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk


diperdagangkan;
• Cerukan bank;
• Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;
• Dividen terutang;
• Pajak penghasilan terutang; dan
• Terutang nonusaha lainnya
2. Liabiltas Tak Lancar (noncurrent liabilities)
Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain :

• Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan


berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes, kewajiban
sewa jangka panjang.
• Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya:
kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya belum
diketahui secara pasti.

E. PENYESUAIAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN LAPORAN POSISI


KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan menurut
IFRS 1 antara lain :

1. Pendahuluan dan kerangka dasar


a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan SME (Small
Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk perusahaan
berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud menggunakan nilai
wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true and fair (IFRS Framework
par 46)
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip kehati-hatian
(Prudence)
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
• Laporan posisi keuangan (neraca)
• Laporan laba rugi komprehensif
• Laporan perubahan ekuitas
• Laporan arus kas
• Catatan atas laporan keuangan
• Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi
b. Berdasar ilustrasi IFRS :
Asset : Asset Tidak Lancar
Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling interest (hak
non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Laibilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah
periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan
3. Laporan Arus Kas
a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung tetap
diperbolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai realisasi
bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba ditahan serta
adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan Prior
period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan penyesuaian atas
laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba rugi periode yang akan
datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa baik
yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir periode
pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal neraca) direvisi
menjadi Events after reporting period (Peristiwa setelah periode pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date when the
financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan keuangan
setelah diterbitkan jika ada
7. Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban jika
realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan pedoman yang
sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara basis pajak
dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aktiva atau kewajiban
pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah (government grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk dari
penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiscal dan
komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur dalam
IAS 16
9. Aktiva Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva dapat diukur dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi akibat
penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan juga perubahan
terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat perubahan signifikan
dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva setiap
tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan IAS 8
10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan:
• Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
• Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di akhir
masa sewa
• Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
• Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum mendekati
nilai wajar aktiva
• Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang menggunakannya tanpa perlu
modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang probable.
Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan diakui jika resiko
dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka pendek dan
imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat kepastian bahwa
entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang diharuskan dalam
ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periodeperiode pelaporan dimana entitas
mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut

14. Mata Uang Asing


a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di IAS 21
tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder. Indicator primer
terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan baku, upah, dan biaya
lain. Indicator sekunder terdiri dari mata uang dominan dalam pendanaan, operasional,
dan hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan yang
digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar entitas bisnis dalam
menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu ekonomi yang
sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan harus disajikan kembali
sesuai IAS 29 tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi, atau
produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aktiva tersebut.
16. Hubungan Istimewa
a. Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang kompensasi
yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan kunci dalam bentuk
imbalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan jangka panjang, pemutusan
hubungan kerja dan imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan harus
diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan program pension
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
• Dana pension iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih yang tersedia untuk
manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan.
• Dana pension manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi aktiva bersih, nilai
sekarang manfaat yang dijanjikan, serta surplus dan deficit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non controlling interest yang
disajikan sebagai bagian ekuitas
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali dapat dibuktikan
bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan, kecuali jika
akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk criteria sebagai dimiliki untuk dijual, maka
harus disajikan sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentang Non-current Assets Held for
Sale and Discontinued Operations
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika :
• Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimilikiseluruhnya, atau entitas
anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya dan pemilik lain, termasuk
pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang telah diinformasikan dan
tidakmenolak entitas induk tersebut untuk tidak menyajikanlaporan keuangan
konsolidasian;
• Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut tidak
diperdagangkan di pasar public
• Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke public
• Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu pendekatan proporsi
kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata uang asing
terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan suatu perusahaan
sehingga perusahaan investee dikategorikan sebagai perusahaan asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
• penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk
aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata
uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya
beli;
• penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang
lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga mungkin
dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
• harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan
dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode
kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;
• suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
• tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun akun dalam laporan
keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara komparatif dengan periode
interim tahun sebelumnya untuk laporan laba rugi, arus kas dan laporan perubahan
ekuitas. Namun neraca periode interim dibandingkan dengan neraca tahunan yang
terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan format ringkas (condensed
financial statement) dengan selected explanatory notes
23. Penurunan Nilai Aktiva
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai Goodwil
pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta pelaporannya yang
menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi). Selisihnya
dimasukkan dalam laporan laba rugi
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang Borrowing
Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Asset
26. Kuasi Reorganisasi
Tidak diatur dalam satu standar khusus
F. KEBIJAKAN AKUNTANSI (ACCOUNTING POLICY)
Entitas diwajibkan menggunakan Kebijakan Akuntansi yang sama pada Laporan Posisi Keuangan IFRS
Pembuka (Opening IFRS Statement of Financial Position) dalam sepanjang periode Laporan Keuangan
IFRS Pertama-kali (first IFRS financial statements) ini disajikan. Kebijakan Akuntansi tersebut harus
mematuhi seluruh IFRS, efektif pada akhir periode Laporan Keuangan IFRS Pertama-kali, kecuali ada
pengecualian wajib untuk penerapan retrospektif atau optional exemption dari persyaratan IFRS.
Entitas dapat menerapkan IFRS baru yang belum wajib diterapkan jika IFRS tersebut memperbolehkan
pengaplikasian awal. Provisi transisi (transitional provisions) dalam IFRS tidak berlaku bagi entitas yang
baru pertama-kali mengadopsi IFRS.

G. PERIODE PELAPORAN
Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk laporan keuangan pertama
yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan tersebut sesuai dengan IFRS. Laporan
keuangan disusun sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Jika entitas mengubah periode
pelaporan dan menyusun laporan keuangan untuk periode yang bukan satu tahun, entitas harus
mengungkapkan alasan perubahan itu dan menegaskan bahwa jumlah – jumlah yang disajikan
tidak sepenuhnya dapat dibandingkan.

H. PENGECUALIAN WAJIB UNTUK PENGAPLIKASIAN RETROSPEKTIF DARI IFRS


LAINNYA (MANDATORY EXCEPTIONS TO THE RETROSPECTIVE APPLICATION OF
OTHER IFRSS)
1. Estimasi (Estimates)
Estimasi entitas sesuai dengan IFRS pada tanggal transisi ke IFRS harus konsisten dengan estimasi
yang dibuat untuk tanggal yang sama sesuai dengan GAAP sebelumnya (setelah penyesuaian untuk
mencerminkan perbedaan dalam kebijakan akuntansi), kecuali ada bukti obyektif bahwa estimasi
tersebut adalah kesalahan.
Contoh Kasus :
ABC Ltd. Adalah perusahaan Kanada yang menyajikan hanya satu periode laporan keuangan
komparatif. Sesuai dengan IFRS No.1, laporan keuangan IFRS pertama kali :
• Tanggal transisi ke IFRS yaitu 1 Januari 20X2
• Periode pelaporan IFRS pertama adalah Laporan keuangan yg berakhir pada 31 Desember
20X3
Asumsi :
• ABC Ltd. Telah mengakui adanya liabilitas karena masalah hukum, yang sebelumnya diukur
dengan GAAP, dicantumkan dalam laporan posisi keuangan per 1 Januari 20X2 dan 31
Desember 20X2
• ABC Ltd. Telah menerima informasi baru tentang masalah hukum tersebut pada 15 Maret
20X3
• Dalam menyiapkan laporan posisi keuangan pembuka sesuai IFRS tangga 1 Januari 20X2 dan
laporan posisi keuangan komparatif pada31 Desember 20X2, ABC.Ltd harus menerapkan
pengecualian mandatori terhadap estimasi liabilitas tersebut. Jadi informasi baru tersebut tidak
boleh merubah estimasi terhadap liabilitas tersebut.

2. Penghentian pengakuan terhadap asset keuangan dan liabilitas keuangan (Derecognition of


financial assets and financial liabilities)
Entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS menerapkan persyaratan penghentian pengakuan di
IFRS 9 secara prospektif untuk transaksi yang terjadi pada atau setelah tanggal transisi ke IFRS.
Sebagai contoh, jika Entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS menghentikan pengakuannya aset
keuangan non-derivatif atau liabilitas keuangan non-derivatif sesuai dengan GAAP sebelumnya
sebagai hasil dari transaksi yang terjadi sebelum tanggal transisi ke IFRS, Entitas tidak akan
mengakui aset dan liabilitas tersebut sesuai dengan IFRS (kecuali mereka memenuhi syarat untuk
pengakuan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa kemudian
Contoh Kasus:
ABC Ltd. Adalah perusahaan Kanada yang menyajikan hanya satu periode laporan keuangan
komparatif. Sesuai dengan IFRS No.1, laporan keuangan IFRS pertama kali :
• Tanggal transisi ke IFRS yaitu 1 Januari 20X2
• Periode pelaporan IFRS pertama adalah Laporan keuangan yg berakhir pada 31 Desember
20X3
ABC.Ltd melakukan penghentian pengakuan terhadap suatu aset keuangan berdasarkan GAAP
pada 23 November 20X1 dan aset keuangan lain pada 30 Januari 20X2
Analisis :
ABC.Ltd berhenti mengakui aset keuangan pada tanggal 23 November 20X1. Namun penghentian
pengakuan pada tanggal 30 januari 20X2 tidak memenuhi kriteria penghentian pengakuan pada
IAS 39 (IFRS 9), karena penghentian pengakuan dilakukan setelah tanggal transisi IFRS pada 1
Januari 20X2.

3. Akuntansi lindung nilai (Hedge accounting)


Jika, sebelum tanggal transisi ke IFRS, entitas telah menetapkan suatu transaksi sebagai lindung
nilai, tetapi lindung nilai tersebut tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai dalam IFRS
9, entitas harus menghentikan akuntansi lindung nilai. Transaksi yang muncul sebelum tanggal
transisi ke IFRS tidak akan retrospektif ditetapkan sebagai lindung nilai.
Contoh Kasus:
ABC Ltd. Adalah perusahaan Kanada yang menyajikan hanya satu periode laporan keuangan
komparatif. Sesuai dengan IFRS No.1, laporan keuangan IFRS pertama kali :
• Tanggal transisi ke IFRS yaitu 1 Januari 20X2
• Periode pelaporan IFRS pertama adalah Laporan keuangan yg berakhir pada 31 Desember
20X3
Asumsi:
• ABC.Ltd tidak mengakui suatu transaksi yang muncul pada 16 Januari 20X1 sebagai transaksi
lindung nilai.
• ABC Ltd. Mengakui transaksi lain yang muncul pada 23 Nopember 20X1 sebagai sebuah
transaksi lindung nilai yang diperbolehkan berdasarkan GAAP, akan tetapi tidak
diperpebolehkan berdasarkan IFRS.
Analisis:
ABC Ltd. Tidak dapat mengakui secara restropective atas transaksi yang muncul pada 16 Januari
20X1 sebagai lindung nilai karena transaksi yang muncul pada sebelum tanggal transisi penerapan
IFRS.
Pada transaksi yang muncul 23 Nopember 20X1, ABC Ltd. Harus melengkapi penunjukan dan
dokumentasi atas hubungan lindung nilai pada atau sebelum 1 Januari 20X2, jika transaksi tersebut
dapat dikategorikan sebagai akuntansi lindung nilai.

4. Kepentingan non-pengendali (Non-controlling interests)


Bagi Entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS berlaku persyaratan berikut IFRS 10 prospektif
dari tanggal transisi ke IFRS:
• persyaratan dalam ayat B94 yang menyatakan bahwa total laba rugi komprehensif
diberikan untuk pemilik entitas induk dan kepentingan non-pengendali bahkan jika ini
mengakibatkan kepentingan non-pengendali memiliki saldo defisit;
• persyaratan dalam paragraf 23 dan B93 untuk akuntansi untuk perubahan kepemilikan
orang tua pada anak perusahaan yang tidak mengakibatkan hilangnya kontrol; dan
• persyaratan dalam paragraf B97-B99 untuk menghitung kehilangan kontrol atas anak
perusahaan, dan persyaratan terkait ayat 8A IFRS 5 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
Namun, jika Entitas yang pertama-kali mengadopsi IFRS memilih untuk menerapkan IFRS 3
retrospektif untuk penggabungan bisnis masa lalu, hal itu berlaku pula IFRS 10 sesuai dengan ayat
C1 tentang penggabungan bisnis IFRS ini.

5. Klasifikasi dan pengukuran atas asset keuangan (Classification and measurement of financial
assets)
Entitas harus menilai apakah aset keuangan memenuhi persyaratan dalam ayat 4.1.2 dari IFRS 9
atas dasar fakta-fakta dan keadaan yang ada pada tanggal transisi ke IFRS.

6. Derivatif melekat (Embedded derivatives)


Baru pertama kali adopter akan menilai apakah derivatif melekat (embedded derivatives)
diperlukan untuk dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif berdasarkan kondisi
yang ada pada akhir dari tanggal pertama kali menjadi pihak dalam kontrak dan tanggal ulang
diperlukan berdasarkan IFRS 9.

7. Pinjaman pemerintah (Government loans)


Semua pinjaman pemerintah akan klasifikasi baik sebagai liabilitas keuangan atau instrumen
ekuitas mengikuti persyaratan IAS 32 Instrumen Keuangan - Penyajian. Suatu entitas akan
mengikuti bimbingan berdasarkan IFRS 9 dan IAS 20 Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah prospektif dari tanggal transisi untuk pinjaman pemerintah
yang ada pada tanggal transisi dan tidak akan mengakui benefit yang sesuai dari pinjaman
pemerintah dibawah suku bunga pasar sebagai hibah pemerintah. Jika entitas di bawah GAAP
sebelumnya, tidak mengenali dan mengukur pinjaman pemerintah dibawah tingkat suku bunga
pasar secara konsisten dengan persyaratan IFRS, itu akan menggunakan GAAP jumlah sebelumnya
tercatat kredit pada tanggal transisi ke IFRS sebagai nilai tercatat hutang dalam pembukaan IFRS
laporan posisi keuangan. Entitas harus menerapkan IFRS 9 dengan pengukuran pinjaman tersebut
setelah tanggal transisi ke IFRS. Suatu entitas dapat, bagaimanapun, menerapkan IFRS 9 dan IAS
20 retrospektif untuk pinjaman pemerintah yang berasal sebelum tanggal transisi, memberikan
informasi yang tersedia untuk melakukannya pada saat awalnya mengakui pinjaman.

I. OPTIONAL EXEMPTIONS FROM THE REQUIREMENTS OF IFRSS


1. Penggabungan Bisnis (Business combinations) [IFRS 1 paragraf C1 – C5, IFRS 3]
Entitas dapat memilih untuk tidak mengaplikasikan IFRS 3 retrospektif untuk penggabungan bisnis
masa lalu yang terjadi sebelum tanggal transisi ke IFRS. Namun jika entitas mengubah suatu
penggabungan bisnis sesuai dengan IFRS 3, entitas harus mengubah semua penggabungan bisnis
yang terjadi di kemudian hari dan harus mengaplikasikan IFRS 10 pada tanggal yang sama.
2. Transaksi yang dibayar dengan saham (Share-based payment transactions) [IFRS 1 paragraf D2 –
D3, IFRS 2]
3. Kontrak Asuransi (Insurance contracts) [IFRS 1 paragraf D4, IFRS 4]
4. Nilai Wajar atau Nilai Revaluasi sebagai Biaya Perolehan (Fair value or revaluation as deemed
cost) [IFRS 1 paragraf D5 – D8B]
Entitas dapat menggunakan nilai wajar sebagai biaya perolehan pada tanggal transisi ke IFRS.
Entitas juga dapat menggunakan nilai revaluasi berdasarkan GAAP sebelum atau pada tanggal
transisi ke IFRS sebagai biaya perolehan pada tanggal revaluasi.
Aset yang dapat mengunakan nilai wajar atau nilai revaluasi antara lain:
• Properti, pabrik, dan peralatan (Property, Plant, and Equipment)
• Properti investasi (Investment Property) berdasarkan IAS 40
• Asset tidak berwujud (Intangible Asset) berdasarkan kriteria pengakuan asset dan revaluasi
pada IAS 38
5. Biaya Perolehan Aset Perminyakan dan Gas (Deemed cost of oil and gas assets) [IFRS 1 paragraf
D8A, IFRS 6 dan IAS 36]
6. Biaya Perolehan atas Operasi Dibawah Peraturan tentang Nilai (Deemed cost for operations
subject to rate regulation) [IFRS 1 paragraf D8B, IAS 36]
7. Leases [IFRS 1 paragraf D9 – D9A, IFRIC 4 dan IAS 17]
8. Cumulative translation differences [IFRS 1 paragraf D12 – D13, IAS 21]
9. Investasi di anak perusahaan, join venture, dan rekanan (Investments in subsidiaries, joint ventures
and associates) [IFRS 1 paragraf D14 – D15, IAS 27]
10. Aset dan liabilitas anak perusahaan, rekanan dan join venture (Assets and liabilities of subsidiaries,
associates and joint ventures) [IFRS 1 paragraf D16 – D17]
11. Instrumen Keuangan Gabungan (Compound financial instruments) [IFRS 1 paragraf D18, IAS 32]
12. Designation of previously recognized financial instruments [IFRS 1 paragraf D19 – D19D, IFRS
9]
13. Fair value measurement of financial assets or financial liabilities at initial recognition [IFRS 1
paragraf D20, IFRS 9]
14. Decommissioning liabilities included in the cost of property, plant and equipment [IFRS 1 paragraf
D21 – D21A, IFRIC 1 dan IAS 37]
15. Financial assets or intangible assets from service concession arrangements [IFRS 1 paragraf D22,
IFRIC 12]
16. Borrowing costs [IFRS 1 paragraf D23, IAS 23]
17. Transfer asset dari customer (Transfers of assets from customers) [IFRS 1 paragraf D24, IFRIC 18]
18. Extinguishing financial liabilities with equity instruments [IFRS 1 paragraf D25, IFRIC 19]
19. Inflasi parah (Severe hyperinflation) [IFRS 1 paragraf D26 – D30]
20. Joint arrangements [IFRS 1 paragraf D31, IFRS 11]
21. Stripping costs in the production phase for a surface mine [IFRS 1 paragraf D32, IFRIC 20]

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN (PRESENTATION AND DISCLOSURE)


Informasi Komparatif (Comparative Information)
Laporan keuangan IFRS pertama entitas sekurang-kurangnya mencakup:
1. tiga laporan posisi keuangan,
2. dua laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain,
3. dua pernyataan terpisah laba rugi (jika disajikan),
4. dua laporan arus kas, dan
5. dua laporan perubahan ekuitas dan catatan yang terkait, termasuk informasi komparatif untuk
semua pernyataan yang disajikan.
Penjelasan Transisi ke IFRS (Explanation of Transition to IFRSs)
Entitas menjelaskan bagaimana transisi dari GAAP sebelumnya ke IFRS mempengaruhi posisi keuangan
yang dilaporkan, kinerja keuangan dan arus kas tersebut.

1. Rekonsiliasi
Entitas dalam Laporan Keuangan IFRS Pertama harus melampirkan :
• Rekonsiliasi ekuitas berdasarkan GAAP dan ekuitas berdasarkan IFRS pada tanggal
transisi dan pada akhir periode GAAP,
• Rekonsiliasi laba rugi komprehensif berdasarkan IFRS pada akhir periode laporan
keuangan IFRS pertama,
• Jika entitas mengakui atau membalik suatu rugi karena impairment (Impairment losses)
ketika persiapan Laporan Posisi Keuangan IFRS Awal (opening IFRS statement of
financial position), informasi tersebut harus dicantumkan (disclose).
2. Penunjukan aset keuangan atau kewajiban keuangan
Entitas harus mencantumkan informasi (disclose) nilai wajar asset keuangan yang direklasifikasi
pada tanggal reklasifikasi dan klasifikasi serta nilai asset keuangan di laporan keuangan
sebelumnya.

3. Penggunaan nilai wajar sebagai biaya perolehan


Laporan Keuangan IFRS Pertama entitas harus mencantumkan informasi setiap item di Laporan
Posisi Keuangan IFRS Awal (opening IFRS statement of financial position) tentang:
• Agregat (rata-rata) dari nilai wajar, dan
• Agregat (rata-rata) dari penyesuaian nilai awal yg dilaporkan berdasarkan GAAP
4. Penggunaan biaya perolehan untuk investasi pada entitas anak, usaha patungan dan rekan
Laporan Keuangan Terpisah IFRS Pertama entitas harus mencantumkan informasi:
• Agregat (rata-rata) biaya perolehan investasi tersebut, yang mana biaya perolehan adalah
nilai awal berdasarkan GAAP;
• Agregat (rata-rata) biaya perolehan investasi tersebut, yang mana biaya perolehan adalah
nilai wajar;
• Agregat (rata-rata) penyesuaian terhadap nilai awal yang dilaporkan berdasarkan GAAP.

5. Penggunaan biaya perolehan aset minyak dan gas


Jika entitas menggunakan pengecualian opsional tentang biaya perolehan asset minyak dan gas
maka Entitas harus mencantumkan informasi tentang fakta dan basis dimana nilai awal
dialokasikan berdasarkan GAAP.

6. Penggunaan biaya perolehan atas operasi dibawah peraturan tentang nilai (Operations subject to
rate regulation)
Jika entitas menggunakan pengecualian opsional tentang biaya perolehan atas operasi dibawah
peraturan tentang nilai (Operations subject to rate regulation) maka entitas harus mencantumkan
informasi tentang fakta dan basis dimana nilai awal berdasarkan GAAP.

7. Penggunaan biaya perolehan setelah hiperinflasi parah


Jika entitas memilih untuk mengukur nilai asset dan liabilitas pada nilai wajar dan menggunakan
nilai wajar tersebut sebagai biaya perolehan di Laporan Posisi Keuangan IFRS Awal (opening IFRS
statement of financial position) karena hiperinflasi parah maka dalam Laporan Keuangan IFRS
Pertama entitas harus mencantumkan informasi tentang bagaimana, dan mengapa entitas harus,
kemudian berhenti menggunakan nilai mata uang yang terkena hiperinflasi.

8. Laporan keuangan interim


Jika entitas menerbitkan laporan keuangan interim pada tengah periode Laporan Keuangan IFRS
Pertama entitas, laporan interim tersebut harus memenuhi:
• Setiap laporan keuangan interim mencatumkan laporan komparasi periode interim tersebut
dari tahun sebelumnya, termasuk:
o Rekonsiliasi ekuitas berdasarkan GAAP pada akhir periode komparasi interim
terhadap ekuitas berdasarkan IFRS pada tanggal laporan interim tersebut,
o Rekonsiliasi laba rugi komprehensif berdasarkan IFRS pada periode komparasi
interim tersebut;
• Tambahan rekonsiliasi menurut IAS 34 paragraf 24(a) dan ditambah detil yang disebutkan
pada IAS 34 paragraf 25 dan 26, atau referensi silang terhadap dokumen lain yang
mencantumkan rekonsiliasi tersebut;
• Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi atau menggunakan pengecualian yang
tercantum di IFRS 1, maka entitas harus menjelaskan akibat dari perubahan diatas terhadap
laporan keuangan interim.

RECOGNITION and MEASUREMENT


Laporan Posisi Keuangan IFRS Pembuka (Opening IFRS Statement of Financial Position)
Entitas dalam Laporan Posisi Keuangan IFRS Pembuka (Opening IFRS Statement of Financial Position),
kecuali yang dijelaskan dalam paragraph 13–19 dan Apendix B–E:
1. mengakui semua asset dan liabilitas yang disyaratkan oleh IFRS;
2. tidak mengakui suatu item sebagai asset atau liabilitas jika IFRS tidak membolehkan pengakuan;
3. reklasifikasi item yang diakui mengunakan GAAP sebelumnya sebagai suatu tipe asset, liabilitas
atau komponen ekuitas, tetapi berbeda tipe asset, liabilitas atau komponen ekuitas jika
menggunakan IFRS; dan
4. menerapkan IFRS dalam mengukur semua asset dan liabilitas yang diakui.

Penyesuaian yang muncul dari penerapan IFRS menggantikan Standar Akuntansi yang sebelumnya pada
Laporan Posisi Keuangan IFRS Pembuka (Opening IFRS Statement of Financial Position) diakui langsung
pada retained earnings (atau pada kategori lainnya) pada tanggal transisi IFRS.

Entitas Laporan Keuangan IFRS Pertama-kali harus termasuk setidaknya dibawah ini (diasumsikan
perusahaan mengadopsi IFRS di tahun fiscal yang berakhir pada Desember 31, 20X3 dan tanggal transisi
pada 1 Januari 20X2):
Tanggal Transisi (Date of Transition)
Tanggal transisi ke IFRS didefinisikan sebagai permulaan dari periode paling awal dimana entitas
menyajikan informasi komparatif secara penuh berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan IFRS yang
pertama-kali.

Anda mungkin juga menyukai