Bawang merah telah dibudidayakan oleh petani sejak lama. Komoditas ini termasuk dalam komoditas unggulan Indonesia yang memiliki banyak manfaat. Kontribusi yang diberikan bawang merah terhadap perkembangan ekonomi di beberapa wilayah Indonesia cukup tinggi sehingga menjadikannya sebagai komoditas sayuran unggulan. Bawang merah ditetapkan sebagai komoditas yang berperan penting dalam pengendalian inflasi negara selain cabai dan bawang putih pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (Astuti et al., 2019). Umumnya bawang merah dibudidayakan dengan kondisi yang optimal, seperti terdapat pengairan yang cukup sehingga tanaman memperoleh hasil yang baik. Ketika tanaman mengalami cekaman kekeringan, maka bawang merah akan beradaptasi untuk menyesuaikan fisiologi dan morfologi sebagai respons terhadap kondisi tersebut. Adaptasi yang dilakukan oleh bawang merah bergantung pada tingkat cekaman yang dialami, durasi cekaman, tahap pertumbuhan saat mengalami cekaman, dan jenis tanaman. Adaptasi yang dilakukan tanaman Adaptasi tanaman terhadap pengaruh kekeringan merupakan bentuk adaptasi untuk bertahan hidup pada kondisi cekaman kekeringan. Adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan mempunyai dampak yang signifikan terhadap hasil tanaman tersebut. Cekaman kekeringan merupakan suatu kondisi lingkungan tanaman tidak mendapat air yang cukup, sehingga tanaman tidak dapat melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal sehingga mengakibatkan produksi berkurang. Cekaman kekeringan adalah masalah utama pada hasil produksi tanaman di seluruh dunia (Farooq et al., 2009). Kondisi musim dan pola hujan yang berubah-ubah menyebabkan kondisi lingkungan tanaman mengalami kekeringan. Untuk mendapatkan hasil bawang merah yang baik, terdapat syarat tumbuh yang harus dipenuhi, yaitu iklim dan tanah. a. Iklim Bawang merah tumbuh optimal di daerah yang beriklim kering. Bawang merah peka terhadap curah hujan, intensitas hujan yang tinggi, dan cuaca berkabut. Tanaman ini memerlukan sinar matahari maksimal (minimal 70%), suhu 25-32°C, dan kelembaban relatif 50-70%. Bawang merah dapat membentuk umbi di daerah dengan suhu udara rata-rata 22°C, namun hasilnya tidak sebaik di daerah dengan suhu udara yang lebih panas. Menurut Rismunandar (1986), bawang merah tidak dapat membentuk umbi di daerah dengan suhu udara di bawah 22°C. Oleh karena itu, tanaman ini lebih optimal tumbuh di daerah dataran rendah yang beriklim cerah. b. Tanah Bawang merah dapat tumbuh pada tanah yang subur dan gembur, serta banyak mengandung bahan organik. Selain itu, tanah lempung berpasir atau lempung berdebu juga tanah yang sesuai untuk bawang merah. Pada daerah lahan yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik. Waktu yang paling baik untuk menanam bawang merah adalah pada musim kemarau, tetapi ketersediaan air untuk pengairan harus cukup agar tidak mengalami kekeringan. Pada bulan April/Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli/Agustus adalah waktu yang sesuai untuk menanam bawang merah pada musim kemarau. Bawang merah dapat ditanam dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben, 1995).