Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR STUDI ILMU AL-QUR’AN

BAB 9 : TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF

Dosen Pengampu : Al-Ustadz Meichio Lesmana, S.E, M.E

Oleh:
Gading Asmara Novandrini
442023413088

Program Studi : Ekonomi Islam 1/ C3

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
MANTINGAN NGAWI JAWA TIMUR

1
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 2

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.4 Tujuan Pembahasan …………………………………………………..... 5

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Materi Pertama………………….............................................................. 7
2.2 Materi Kedua…………………................................................................. 11

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 16

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep judul dari materi kita kali ini yakni akan membahas mengenai
peristiwa Turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf. Mungkin, judul ini masih
kurang awam bagi kita yang belum mendalami betul sejarah peristiwa dari
turunnya Al-Quran-u-l-Kariim. Sebelum kita membahas lebih dalam, kita akan
menelaah terlebih dahulu asal muasal dari peristiwa Turunnya Al-Qur’an dengan
Tujuh Huruf.
Pada zaman Arab terdahulu, bahasa Arab sudah muncul dengan berbagai
macam lahjah atau yang biasa kita sebut dengan dialek. Munculnya beragam
versi dialek Arab ini dikarenakan di setiap kabilah Arab memiliki irama tersendiri
dalam mengucapkan berbagai kata dengan irama yang berbeda dan tentunya
berbeda dengan satu kabilah dengan kabilah lainnya.
Diketahui banyaknya ragam bahasa Arab ini dapat kita lihat dari beberapa
kitab-kitab sastra Arab yang sudah diterangkan secara komprehensif. Kitab-kitab
sastra ini bersumber dari kabilah-kabilah Arab zaman terdahulu yang memang
pada dasarnya mereka memiliki dialek, irama, pengucapan huruf yang berbeda
satu sama lainnya. Bisa dikatakan satu bahasa akan tetapi rumpun lahjah atau
dialek.
Beragamnya lahjah yang terdapat dalam bahasa Arab menimbulkan
beberapa perbedaan pendapat dalam pendapat dalam pengucapan ataupun
pemaknaan beberapa kalimat. Faktor inilah yang menyebabkan bahasa Arab
Quraisy lebih unggul dibandingkan bahasa Arab lainnya.
Namun, bahasa Arab kaum Quraisy juga memiliki beberapa faktor lain yang
membuat bahasa mereka lebih unggul, antara lain tugas yang dimiliki oleh kaum
mereka. Bisa dikatakan tugas mereka adalah menjaga Baitullah, menjamu para
jamaah Haji, memakmurkan Masjidil Haram, hingga menguasai perdagangan.

3
Bisa dilihat, semua kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang banyak
berhubungan dengan orang banyak dan beberapa orang dari luar Arab. Secara
tidak langsung mereka akan menggunakan bahasa yang lebih baik, sopan dan
teratur dari bahasa Arab pada umumnya. Dari sinilah terjadi peningkatan
kualitas bahasa yang signifikan untuk digunakan berinteraksi dengan jamaah dari
seluruh penjuru dunia yang mendatangi Baitullah.
Dengan karakteristik yang dimiliki oleh bahasa kaum Quraisy tersebut,
seluruh suku Arab menjadikan bahasa Arab kaum Quraisy sebagai bahasa ibu
bagi bahasa-bahasa mereka.
Wajarlah jika Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa kaum Quraisy, kepada
Rasul yang Quraisy pula, untuk mempersatukan bangsa Arab untuk mewujudkan
kemukjizatan Al-Qur’an sekaligus kelemahan ketika mereka diminta untuk
mendatangkan satu surat yang seperti Al-Qur’an. Sisi kemukjizatan inilah yang
membuat Al-Qur’an memiliki posisi yang sangat kuat pada saat itu. Bagaimana
tidak? Sejatinya tidak ada yang sanggup dan tidak ada yang bisa untuk membuat
atau menulis bahasa Arab seperti yang sudah tertulis dalam KItab Al-Qur’an.
Intinya Al-Qur’an sebagai penengah ditengah berbagai perbedaan bahasa
dalam pelafdzan dan pemaknaan. Ditengah beragamnya dialek bahasa Arab Al-
Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT datang untuk menyempurnakan
kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan ragam qia’ah diantara
lahjah-lahjah tersebut. Hal inilah yang menjadikan salah satu sebab yang
memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam rangka menfokuskan permasalahan, oleh karena itu makalah ini hanya
membahas dua topik kajian utama yaitu :
1. Perbedaan apa sajakah yang timbul dikalangan para Ulama mengenai Makna
Tujuh Huruf (Sab’atu Ahruf) ?

4
2. Apa hikmah dari Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui perbedaan pendapat yang muncul dari makna Tujuf Huruf
tersebut.
b. Untuk mengetahui hikmah dari peristiwa Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh
Huruf.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf merupakan awal mula dari peristiwa
penyampaian wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW melalui perantara malaikat
Jibril. Hal ini dikuatkan dengan perkataan Ubay bin Ka’ab. Hadits riwayat muslim
tersebut meriwayatkan bahwasanya pada mulanya malaikat Jibril menyampaikan
wahyu kepada Rasulullah SAW yaitu perintah daru Allah SWT untuk membacakan
Al-Qur’an kepada umat hanya dengan satu huruf. Lalu Rasulullah SAW berkata
bahwasanya umatnya tidak akan bisa melaksanakan perintah Allah SWT tesebut,
Kemudian Jibril datang lagi kepada Rasulullah yang kedua kalinya.
Di pertemuan yang kedua ini malaikat Jibril meminta kepada Rasullah dengan
permintaan yang sama, tetapi meminta kepada Rasulullah untuk membacakannya
dengan dua huruf. Rasulullah pun menjawab bahwa umatnya tidak akan sanggup.
Penyampaian wahyu pun terus berlanjut hinga 3 hurf. Dan untuk pertemuan yang
keempat kalinya seraya malaikat Jibril berkata bahwa Allah SWT memerintahkannya
untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatnya dengan Tujuh Huruf dengan huruf
mana saja mereka membaca dan mengatakan bahwa mereka tetap benar.
Peristiwa turuunny wahyu tersebut juga dibuktikan dengan beberapa
kejadian pada zaman Rasulullah karena Tujuh Huruf ini. Dari Umar bin Al-Khatab
berkata, ia mendengar Hisyam bin Hakim mmebaca surat Al-Furqan di masa hidup
Rasulullah SAW. Akan tetapi Umar mendengar bacaan yang hurufnya belum pernah
didengar olehnya ketika Rasulullah SAW membacakan kepadanya. Umar pun marah
dan akhirnya membawa Hisyam kehadapan Rasulullah SAW.
Sesampainya dihadapan Rasulullah, Umar menerangkan apa yang sudah ia
dengan dari bacaan Hisyam. Lalu Rasulullah SAW meminta Hisyam untuk

6
membacakan surat Al-Furqan tersbeut. Setelah Hisyam selesai membaca, Rasulullah
SAW meminta Umar juga untuk membaca sutat tersebut. Rasulullah SAW menjawab
“Begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan
Tujuh Huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu diantaranya” 1
Dalam masalah ini banyak hadits-hadits yang membahas dalam jumlah yang
banyak dan sebagian besar telah diselidiki oleh Ibnu Jarir dalam pengantar Tafsirnya
As-Suyuthi.2

2.1 Perbedaan Pendapat dalam Makna Tujuh Huruf (Sab’atu Ahruf)


Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan yang dimaksud dengan
Tujuh Huruf tersebut dengan perbedaan yang bermacam-macam. Dari banyaknya
perbedaan pendapat tersebut, terdapat beberapa pendapat yang dianggap paling
mendekati kebenaran.
1) Yang dimaksud dengan Tujuh Huruf ialah tujuh macam dari bahasa-bahasa
Arab imengenai satu makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-
beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur’an datang dengan satu
lafazh saja atau lebih. Ketujuh bahasa itu ialah :

▪ Quraisy

▪ Hudzail

▪ Saqif

▪ Hawazin

▪ Kinanah

1
As-Suyuthi berkata “Penafsiran Ulama Tentang Makna Hadits ini tidak kurang dari empat
puluh pendapat (Al-Itqan, 1/45)”
2
Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2015, Pengantar Studi Ilmu
Al-Qur’an (Edisi Indonesia). Hal.196

7
▪ Tamim

▪ Yaman

2) Yaitu tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab yang ada, yang mana
dengannyalah Al-Qur’an diturunkan dan maksud Al-Qur’an disini ialah kata-
kata yang ada di dalam Al-Qur’an tidak keluar dari tujuh macam bahasa yang
tadi. Bahasa Al-Qur’an merupakan bahasa yang paling fasih di kalangan
bangsa Arab. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat sebelumnya, yaitu
yang dimaksud dengan tujuh yaitu tujuh huruf yang terdapat dalam Al-Qur’an
bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam satu kata tapi memiliki satu makna.
3) Sebagian Ulama berpendapat bahwa, tujuh yang dimaksud adalah dari segi :

▪ Amr (Perintah)

▪ Nahyu (Larangan)

▪ Wa’d (Ancaman)

▪ Jadal (Perdebatan)

▪ Qashah (Cerita)

▪ Matsal (Perumpamaan)

4) Sebagian Ulama yang lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan


tujuh huruf ialah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi beberapa ikhtilaf
(Perbedaan), yaitu :

▪ Ikhtilaf asma’ (Perbedaan Kata Benda)

Dalam bentuk Mufrad, mudzakkar, dan cabang-cabangnya seperti


tatsniyah, jamak, dan ta’nits.

8
▪ Perbedaan dalam segi I’rab

▪ Perbedaan dalam segi tashrif

▪ Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta’khir (mengakhirkan)

▪ Perbedaan dalam segi Ibdal (Penggantian), baik penggantian huruf

dengan huruf.

▪ Perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan

▪ Perbedaan Lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq

(tipis), fathah dan imalah, izhar dan idhgam, hamzah dan tas-hil,
isymam, dan lain-lain.

▪ Sebagian ulama berpendapat bahwa makna tujuh huruf itu tidak bisa

diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut merupakan sebagai


sebuah simbol kesempurnaan bagi orang Arab. Jadi makna tujuh
merupakan sebuah isyarat bahwa Al-Quran bahasa dan susunan
didalamnya sudah mencapai kesempurnaan tertinggi.

▪ Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah qira’at sab’ah

Dari semua pendapat tersebut, pendapat yang terkuat ialah pendapat yang
pertama, yaitu yang dimaksud dengan tujuh bahasa yang berbeda dalam satu kata
tetapi mengungkapkan satu makna yang sama.
Contohnya : Aqbala – ta’al – halumma – ‘ajala – asra’a.

6 Pendapat Para Ulama


I. Pendapat Pertama
Sejatinya, pada zaman Arab terdahulu banyak sekali terjadi peristiwa
pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dikalangan para sahabat ketika Rasulullah

9
SAW hidup yaitu berbeda dalam pembacaan surat yang mereka dengar dari
Rasulullah dan dari orang selain Rasulullah yang memiliki perbedaan bacaan
dengan Rasulullah. Rasulullah pun berkata “Sesungguhnya Al-Qur’an
diturunkan dengan tujuh huruf, maka janganlah kamu saling berdebat
tentang Al-Qur’an karena perdebatan mengenainya merupakan suatu
kekufuran”3
II. Pendapat Kedua
Disini menyatakan bahwa bahasa Al-Qur’an bukanlah ketujuh bahasa yang
dimaksud tersebut. Karena bahasa Al-Qur’an sudah mencakupnya. Perbedaan
itu datang dari perbedaan beberapa lafazh yang penyebutan atau pembacaan
yang berbeda-beda akan tetapi memiliki satu makna yang sama.
III. Pendapat Ketiga
Pendapat ini menyatakan bahwa yang dimaksud ialah tujuh macam hal yaitu
Amr (Perintah), Nahyu (Larangan), Wa’d (Ancaman), Jadal
(Perdebatan),Qashah (Cerita), Matsal (Perumpamaan) yang dapat dijawab
dengan jelas atau zhahir oleh hadits-hadits tersebut.
IV. Pendapat Keempat
Yang dimaksud dengan tujuh huruf yaitu tujuh macam hal yang didalamnya
terjadi ikhtilaf. Pendapat ini cukup popular dan diterima oleh masyarakat,
namun tidak bertahan cukup lama karena berhadapan dengan argumentasi-
argumentasi yang tegas mengenai pembacaan lafazh yang berbeda dan
memiliki satu makna yang sama. Namun mereka berpendapat bahwa mushaf
Utsmani mencakup tujuh huruf tersebut seluruhnya dengan pengertian bahwa
mushaf tersebut memuat huruf-huruf tersebut seluruhnya yang dimungkinkan
penulisannya.4
V. Pendapat Kelima

3
Ibid, hal.202
4
Ibid, hal.205

10
Menyatakan bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan secara harfiah. Hal ini
dapat dijawab bahwasanya nash-nash hadits menunjukkan hakikat bilangan
tersebut secara tegas, seperti dalam hadits :
“Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf kemudian
berulangkali aku memohon agar huruf itu ditambah, ia pun
menambahkannya padaku sampai tujuh huruf”(H.R Al-Bukhari dan Muslim)5
“Sesungguhnya Tuhanku mengutusku untuk membaca Al-Qur’an dengan satu
huruf. Lalu berulang-ulang aku memohon kepada-Nya untuk memberi
kemudahan. Maka ia mengutusku agar membaca Al-Quran dengan tujuh
huruf”(H.R Muslim)6
VI. Pendapat Keenam
Maksud tujuh huruf adalah tujuh qira’at. Pendapat ini dapat dijawab. Al-
Qur’an itu bukanlah qira’at. Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah SWT
melalui perantara malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW sebagai bukti
risalah kebenaran dan kekuatan mukjizat yang dimilikinya. Sedangkan qira’at
merupakan cara melafazhkan atau mengucapkan lafazh-lafzah wahyu tesebut
seberti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), mad (membaca
panjang), dan sebagainya.

Dengan semua pendapat yang muncul dari para Ulama, jelaslah bahwa
pendapat yang pertama yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Tujuh Huruf
disini ialah tujuh bahasa dari bahasa Arab yang memiliki pelafazhan atau pengucapan
yang berbeda namun memiliki satu makna yang sama. Dan pendapat ini sangat sesuai
dengan nash-nash yang zhahir dan sudah didukung dengan bukti-bukti yang shahih.7

2.2 Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf


Hikmah diturunkannya l-Qur’an dengan tujuh huruf dapat disimpulkan
sebagai berikut :
5
Ibid, hal.207
6
Ibid, hal. 207
7
Ibid. hal.208

11
1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang
setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, dan belum
terbiasa menghafal syariat.
2. Bukti kemujizatan Al-Qur’an bagi naluri kebahasaan orang Arab. Al-
Qur’an memiliki banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan
segala macam dialek bahasa yang telah menjadi naluri orang Arab.
3. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan huku-hukumnya,
sebab perubahan bentuk lafzah pada sebagian huruf dan kata-kata
memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan berbagai hokum
daripadanya. Karena itu para fuqaha’ dalam istimbat dan ijtihadnya
berhujjah dengan qira’at tujuh huruf ini.Disini kita dapat melihat sisi
lain dari peran pendidikan yang diterapkan oleh Pesantren. Yaitu
pendidikan karakter yang kuat namun juga disertai dengan
kemampuan untuk mempersiapkan secara intelektual yang diharapkan
dapat mencetak lulusan yang berkualitas, mumpuni dan mampu terjun
sebagai figur atau sosok penting di tengah masyarakat.

12
Kontribusi lain yang dapat diambil dari sistem pendidikan karakter Pesantren
apabila diterapkan pada Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi mampu menghasilkan

13
teknologi di era modern seperti ini demi kemajuan bangsa.
Tak jarang banyak generasi muda sekarang yang hanya menganggap bahwa
Pesantren merupakan sistem pendidikan kuno atau lebih mendekati kepada
ketradisionalan dibandingkan dengan sistem perguruan tinggi yang memang terletak
di kota-kota besar dan lebih menjurus kepada kada modern. Tak banyak yang tahu
juga bahwa pendidikan karakter yang ditanamkan dan diajarkan oleh Pesantren lebih
efektif dalam rangka penguatan karakter, sikap dan perilaku ketimbang hanya focus
dengan pendidikan akademis saja.
Perlu diketahui bahwa, kecerdasan manusia itu haruslah seimbang antara
Intelligence Quotient (IQ) dan juga Emotional Quotient (EQ).8 Seperti yang
diketahui, banyak orang yang hanya mengejar untuk mendapatkan IQ setinggi
mungkin. Mereka beranggapan bahwa kunci agar hidup sukses di masyarakat adalah
dengan memiliki kepintaran intelektual atau kata lain memiliki IQ tinggi, padahal
anggapan mereka sebenarnya salah. Mengapa ?
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlalu membutuhkan suatu gagasan
pikiran yang cerdas dsb. Masayarakat secara umum tidak terlalu mementingkan teori
dan gagasan dalam kesehariannya. Disinilah kita ditantang untuk bersikap secara
langsung, tetap menggunakan gagasan ditambah dengan action yang meyakinkan
masyarkat. Dalam dunia kerja juga diperhatikan tingkat Disinilah kita ditantang untuk
bersikap secara langsung, tetap menggunakan gagasan ditambah dengan action yang
meyakinkan masyarkat. sosial para pekerja, para pekerja yang memiliki hard skill
umumnya mendapat pekerjaan berat atau bisa kita katakana pekerjaan yang lebih
menekankan kepada tenaga. Namun, lihatlah pekerja yang memiliki soft skill yang
tidak dimiliki oleh banyak orang. Soft Skill merupakan suatu kemampuan
bersosialisai dengan lainnya seperti leadership, public speaking, dsb. Sesorang yang
memiliki Soft Skill secara otomatis bisa meningkatkan life skill untuk terjun di tengah
masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari EQ (Emotional Quotient).
EQ bisa ditingkatkan jika pendidikan karakter yang didapatkan tertanam kuat
dalam diri seseorang, inilah yang menjadi kelebihan Pesantren dalam mendidik
8

14
santrinya dalam kesehariannya lebih intens terhadap pendidikan karakter hingga
santri tersebut dapat menjiwai nilai-nilai dari karakter yang sudah ditanamkan dan
dibimbing dengan tindakan-tindakan yang disipin dan sesuai. Beda halnya dengan
sistem Perguruan Tinggi yang lebih menekankan kata kebebasan dalam artian ada
batasannya, namun apakah semua orang memiliki pandangan yang sama dalam artian
batasan tersebut?. Perguruan Tinggi menekankan persaingan kecerdasan intelektual
saja, mereka mendapatkan pendidikan karakter melalui kehidupan sehari-hari yang
mereka jalani dan dari proses sosial tersebut mereka bisa belajar sedikit demi sedikit
untuk memahami situasi dan kondisi kehidupan serta tanggapan untuk
mengghadapinya. Namun satu hal yang berbeda, didalam Perguruan Tinggi tidak
dtemukannya sosok atau figur yang dapat dicontoh atau yang membersamai mereka
dalam memaknai nila-nilai kehidupan sosial yang bermoralitas.
Berbeda dengan Pesantren yang memiliki sistem Kyai sebagai figur atau
sosok penting bagi para santrinya, seorang Kyai yang disegani, memiliki pribadi
sebagai panutan atau contoh bagi para santrinya. Dengan sendirinya santri akan
belajar untuk saling menghormati, menghargai, menegaskan tanpa menyakiti,
memimpin dan siap dipimpin, dsb. Pendidikan-pendidikan karakter tersebutlah yang
harus didapat oleh setiap mahasiswa untuk memperkuat kepribadian karakter mereka.
Manfaat yang didapat tentu saja bekali-kali lipat, munculnya SDM yang berkualitas,
berwawasan Agama dengan landasan kuat dan tentunya intelektual kecerdasan yang
mumpuni.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari sini bisa ambil kesimpulan besar bahwa peristiwa Turunnya Al-Qur’an
dengan Tujuh Huruf memiliki sejarah yang besar dan sangat berperan penting
terhadap perkembangan kualitas bahasa Arab. Jelas disini peran Al-Qur’an sebagai
pemersatu dan penengah diantara beragam dialek bahasa ataupun lafazh-lafzah yang
berbeda namu jika diartikan dalam satu makna.
Tak hanya itu, makna tujuh huruf pun muncul banyak perndapat dari kalangan
Ulama dan Ijtihad. Namun, pendapat-pendapat tersebut juga berdasarkan nash-nash
yang zhahir dan hadits-hadits yang shohih. Maka dari itu, banyak pendapat-pendapat
yang muncul namun beberapa diantaranya ada yang tidak dapat bertahan ditengah
argumentasi dan bukti-bukti yang lebih zhahir.
Pemaknaa peristiwa Turunnya Al-Qur’an alangkah hendaknya kita makanai
dengan mentoleransi keberagaman bahasa Arab yang ada yaitu bahasa Al-Qur’an
akan tetapi bahasa yang satu dan shohih hanyalah bahasa Al-Qur’an yang fasih dan
jelas kebenarannya. Karena bahasa yang digunakan sejatinya merupakan bahasa
kaum Quraisy yang memiliki karakteristik bahasa yang lebih tinggi dari bahasa Arab
lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pustaka Al-Kautsar, April (2015), Pengantar Studi Ilmu
Qur’an dan Tafsir (Edisi Indonesia).

17

Anda mungkin juga menyukai