Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUJUH HURUF DALAM KHAZANAH ILMU AL-QUR’AN


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah”STUDI AL-QUR’AN”

Dosen pengampu :
Mas Tajuddin Ahmad, M.hum.

Disusun oleh :
Anisa Nurus Sholikah 210601011

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS SYARI’AH DAN ADAB
UNUGIRI BOJONEGORO
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini .
Sholawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada Rasulullah SAW.
Makalah dengan judul “Tujuh huruf dalam khazanah ilmu Al-qur’an “ ini
saya susun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca dan menambah
pengetahuan.Tidak lupa pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada Ustadz Mas Tajuddin Ahmad M,hum. selaku dosen
pengampu mata kuliah Studi Al-Qur’an.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna.baik dari segi EYD,kosa
kata,tata bahasa,etika,maupun isi. Oleh karena itu,saya sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk saya
jadikan bahan evaluasi . Semoga pembahasan tugas makalah ini bermanfaat
bagi saya dan semua pihak yang membaca makalah ini.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bojonegoro, 26 November 2021

Penulis

2
ABSTRAK

Al-Qur‟an telah menjelaskan hikmah adanya suatu bangsa dan lahirnya kabilah-kabilah
yaitu untuk saling mengenal satu sama lain. Bangsa Arab merupakan bangsa yang sangat
memperhatikan dan menjaga nasab, itu sebabnya mereka selalu mengaitkan nama mereka
dengan nama ayah dan kakek-kakek mereka, seperti Fulan bin Fulan bin Fulan bin Fulan
dan seterusnya.
Dari tradisi Bangsa Arab dalam menjaga nasab, di sini peneliti melihat diperlukannya
pemahaman tentang kabilah Arab dan dialeknya, khususnya yang terdapat dalam al-
Qur‟an, karena dengan mempelajari dialek kabilah-kabilah Arab dapat mengetahui taraf
kehidupan kabilah-kabilah Arab, di mana faktor kehidupan mempengaruhi dialek suatu
kaum. Oleh karena itu peneliti akan mengkajinya dengan menggunakan jenis penelitian
kepustakaan dan metode penelitian kualitatif.
Hubungan dialek dan bahasa adalah hubungan khas (khusus) dan `aam (umum). Setiap
dialek adalah bahasa, tapi tidak sebaliknya, di mana kabilah-kabilah di jazirah Arab secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua, kabilah baaidah (yang sudah punah) dan baaqiah
(yang masih ada) begitu juga dialek dikelompokkan menjadi dua, yaitu al-`arabiyah
albaaidah (bahasa Arab yang telah punah) dan al-`arabiyah al-baaqiyah (bahasa Arab yang
masih lestari), sedangkan dalam jumlah dialek dalam al-Qur`an terdapat perbedaan, ada
yang mengatakan lebih dari tujuh, ada juga yang mengatakan sampai empat puluh dan
sab`atu ahruf diartikan dengan lahjah yang banyak.

Kata Kunci:Kabilah, Arab, Dialek

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................1
ABSTRAK............................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang............................................................4
B.Rumusan Masalah.......................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Tujuh Huruf..............................................5
B.Hikmah Dalam Al-Qur’an Tujuh Huruf.....................8
C.Dialek Bangsa Arab....................................................8

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan...............................................................12
B.Saran..........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................14

4
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat abadi yang di turunkan oleh Allah SWT kepada
Rasulullah SAW.Sebagai hidayah bagi seluruh ummat dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk-petunjuk serta pembeda antara yang hak dan bathil . Al-Qur’an di
turunkan oleh Allah SWT dalam bahasa Arab yang memiliki balaghoh yang tinggi dan
susunan bahasanya yang indah.Serta di turunkan di tengah-tengah bangsa Arab yang terdiri
dari banyak kabilah dan suku.setiap kabilah dan suku mempunyai lahjah (dialek ) yang
berbeda,baik dari segi intonasi,bunyi, maupun hurufnya.namun bahasa Arab Quraisy
memiliki keunggulan dan keistimewaan yang tersendiri di bandingkan dengan bahasa
dialek lainya.
Ada beberapa faktor yang membuat bahasa Quraisy lebih unggul dari bahasa Arab
lainnya, salah satunya karena kaum Quraisy hidupnya berdampingan dengan
baitullah,menjadi pengabdi urusan haji, memakmurkan masjidil haram dan menguasai
perdagangan.oleh karena itu bangsa Arab menjadikan bahasa Quraisy sebagai ibu bahasa
bagi bahasa-bahasa Arab lainya.1karena banyaknya perbedaan dan keragaman dialek-
dialek bangsa Arab maka Al-Qur’an yang di Wahyukan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW akan lebih Sempurna kemukjizatannya apabila di dalamnya terdapat dialek dan
macam-macam cara membaca Al-Qur’an sehingga memudahkan mereka
membaca,menghafal,dan memahaminya.2Dengan demikian Al-Qur’an di turunkan dengan
tujuh huruf merupakan wujud dari kesempurnaan kemukjizatan Al-Qur’an.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang dirumuskan diatas
sebagai berikut :
1.Apakah yang di maksud dengan tujuh huruf?

1
Manna' Al-qathathan, penngantar studi ilmu Al-Qur’an.terj Aunur Rofiq El-mazni,(Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2006)hal.194
2
Ahmad Fathoni , Qoidah Qiroat Tujuh,(jakarta: institut PTIQ institut Ilmu Al-Qur’an dan Darul Ulum
press,2005)hal.1

5
2.Hikamah apa saja yang terdapat di dalam Al-Qur’an tujuh huruf?
3.pendapat apa saja tentang dialek yang terdapat di dalam ilmu Al-Qur’an?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Tujuh Huruf
Tujuh Huruf merupakan makna dari Ahruf Sab’ah. Kata Ahruf adalah jamak dari kata
harf, dalam bahasa indonesia di artikan dengan kata huruf. Sementara dalam bahasa Arab
kata harf adalah lafaz yang musytarak (mempunyai banyak arti). Sesuai dengan
penggunaannya kata harf dapat diartikan sebagai pinggir dari sesuatu, puncak, Unta yang
kurus, satu huruf ejaan3, salah satu huruf Hijaiyah4 , makna, saluran air, wajah, kata,
bahasa, dan lain sebagainya. Sedangkan kata Sab’u dalam bahasa Arab berarti bilangan
tujuh atau dapat juga diartikan dengan tidak terbatas. Dengan demikian, Ahruf Sab’ah
dapat diartikan dengan tujuh bahasa, tujuh Ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh
bentuk ( awjuh)5dan lain sebagainya.
Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan makna tujuh huruf tersebut. Menurut
Imam As-Suyuthi makna tersebut tidak kurang dari 40 Penafsiran6. Diantaranya adalah
Tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang terkenal dikalangan bangsa Arab, yaitu bahasa
Quraisy, bahasa Huzail, bahasa Tsaqif,Bahasa Hawazin, bahasa Kinanat, bahasa Tamim
dan bahasa Yaman7.
Menurut sebagian ulama yang lain, bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa Arab yang ada, artinya bahwa kata-kata dalam Al-Qur’an secara
keseluruhan ini tidak keluar dari ketujuh macam bahasa Arab yaitu bahasa yang paling
fasih dikalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy.
Dengan demikian, secara keseluruhan AlQur’an mencakup ke tujuh bahasa tersebut.
Namun bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan setiap bahasa, tetapi tujuh bahasa itu
tersebar dalam Al-Qur’an. Diantara Ulama yang lain mengatakan bahwa tujuh huruf itu
adalah tujuh aspek hukum yaitu perintah, larangan, halal, Haram, muhkam, Mutasyabih,
dan Amtsal. Selain itu ada juga yang menjelaskan tujuh aspek hukum tersebut adalah
muhkam, mutasyabih, Nasikh, mansukh, khas, ‘am dan qashash. Ada juga ulama yang
lebih mengkhususkan lagi seperti Imam Abu Al-Fadl Al-Razi menjelaskan bahwa
keragaman lafaz atau kalimat yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak terlepas dari tujuh hal
berikut8 yaitu:
3
Ramli Abdul Wahid,ulumul Qur'an (Jakarta:PT Raja Grafindo,1996) hal 132.
4
Nasruddin Baidan , Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004)hal 98.
5
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an(Jakarta:PT Raja Grafindo,1996)hal 132.
6
Ahmad Fathoni ,kaidah Qoriaat Tujuh,jilid 1(Jakarta: Institut PTIQ dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan
Darul Ulum press,2005) hal 3.
7
Manna' Al Qaththan Pengantar Studi Al-Qur’an ,Terj.Aunur Rafiq El-mazni (Jakarta: pustaka Al-Kautsar ,
2006) hal 197.
8
Hasanuddin , Anatomi Al Qur’an: Perbedaan Qiro’at dan Pengaruhnya terhadap istibsth hukum dalam Al-
Qur’an (Jakarta:PT Raja Grafindo Oersada ,1995) hal 99-103.

6
1. Keragaman yang berkenaan dengan ( ‫ )االسم‬atau kata benda seperti mufrad, jamak,
muzakkar dan muannas, sebagai contoh dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun.
2. Keragaman yang berkenaan dengan Fiil. Yaitu Fiil Madhi, Mudhari’ dan Fiil Amar.
3. Keragaman dalam bentuk Ibdal ‫االبدال‬Penggantian suatu huruf atau lafaz tertentu
dengan huruf atau lafaz lain yang maknanya sama.
4. Keragaman dalam bentuk Taqdim dan ta’khir yaitu mendahulukan dan
mengakhirkan .
5. Keragaman dari segi I’rab( ‫ )االعراب‬yaitu kedudukan atau status suatu lafaz tertentu
dalam suatu kalimat.
6. Keragaman dalam bentuk penambahan ‫الزیادة‬atau pengurangan ‫ النقص‬maksudnya
adanya penambahan atau pengurangan pada lafaz-lafaz tertentu dalam suatu
kalimat.
7. Keragaman yang berkenaan dengan lahjah9.seperti izhar, idgham, tafkhim, tarqiq,
imalah, dan lain-lain.
Berkenaan dengan perbedaan lahjah, lahir beberapa macam istilah dalam bacaan
diantaranya adalah bacaan Imalah10,Tashil11,Izhar, Idgham .
Dalam istilah para imam Qurra Imalah terbagi dua yaitu Imalah kubra dan Imalah
Shugra. Imalah kubra adalah bunyi harakat Fathah miring ke bunyi harakat kasrah yang
tidak sampai menyentuh bunyi penuh, melainkan seperti bunyi huruf E misalnya pada kata
sate. Sedangkan Imalah shugra adalah bunyi antara bunyi harakat Fathah dan imalah
kubro.Model kedua ini biasanya disebut dengan taqlil baina-baina ( antara-anatara) yakni
dua bunyi antara harkat Fathah dan imalah kubra.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat dipahami bahwa tujuh huruf tersebut
memiliki makna yang beragam. Definisi tersebut dijelaskan sesuai dengan sudut pandang
orang yang menjelaskannya. Akan tetapi yang perlu diketahui bahwa Tujuh Huruf itu
bukanlah Qiraat Sab’ah. Istilah Tujuh Huruf telah ada semenjak al-Qur’an diturunkan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadits Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Artinya:“Rasulullah berkata: Jibril membacakan (Al-Qur’an) kepadaku dengan satu huruf.
Kemudian berulangkali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan ia pun
menambahnya kepada ku sampai dengan tujuh huruf.” (HR.Bukhori Muslim)

9
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada ,1996 ) hal 136.
10
Imalah adalah menurut bahasa berarti miring. Sedangkan menurut istilah berarti menyondongkan (suara)
fathah kearah kasrah atau (suara alif ke ya) Bacaan Imalah ini hanya dibacakan simbolnya saja, artinya tidak
ada dalam tulisan. Pada dasarnya huruf berbaris fatah, ketika dibaca berbunyi dengan huruf e yaitu antara
fatah dan kasrah. Bacaan tersebut dapat dilihat dalam surat Hud ayat 41 .
11
Bacaan Tashill menurut bahasa adalah memudahkan. Menurut istilah berarti mengeluarkan suara antara
Hamzah dan Alif.15 Dalam bahasa Indonesia berarti mempermudahkan atau memperlunakkan. Bacaan
tersebut biasanya terjadi pada ketika terkumpulnya dua hamzah dalam satu suku kata. Jika hamzah
pertama berbaris fatah, maka hamzah kedua seolah diperlunakkan menjadi antara hamzah dan alif yang
dimatikan. Jika mempermudahkan atau memperlunakkan. Bacaan tersebut biasanya terjadi pada ketika
terkumpulnya dua hamzah dalam satu suku kata. Jika hamzah pertama berbaris fatah, maka hamzah kedua
seolah diperlunakkan menjadi antara hamzah dan alif yang dimatikan. Jika hamzah pertama berharkat
kasrah maka hamzah kedua digantikan dengan huruf ya mati yang dibaca panjang. Bacaan tersebut dapat
dilihat dalam surat Fushilshiat ayat 44.

7
Dalam Hadits yang lain juga dijelaskan:
Artinya: Umar ibn Khattab berkata: ‘Aku mendengar Hisyam ibn Hakim membaca surah
al-Furqan di masa hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacanya
dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir
saja aku “melabraknya” pada saat sedang salat, tetapi aku sabar menunggu sampai selesai
salam (selesai salat). Begitu selesai aku tarik selendangnya dan bertanya: ‘siapa yang
membacakan surah ini kepadamu?’ Ia pun menjawab: ‘Rasulullah yang membacakan
kepadaku’. Lalu aku berkata: ‘Engkau berdusta, Demi Allah Rasulullah pernah
membacakan surah yang aku dengar tadi kepadaku, tetapi bacaannya tidak seperti yang
kau baca’.Kemudian aku bawa dia menghadap Rasulullah, dan aku ceritakan kepadanya
bahwa ‘Aku telah mendengar orang ini membaca surah al-Furqan dengan huruf-huruf yang
tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surah
al-Furqan kepadaku’. Maka Rasulullah berkata: ‘Lepaskan dia (Hisyam) wahai Umar.
Bacalah surah tadi, Hisyam’. Hisyam pun kemudian membacakan dengan bacaan seperti
yang kudengar waktu salat tadi. Maka Rasulullah berkata: ‘Begitulah surah ini diturunkan.
Nabi berkata lagi: ‘Bacakanlah wahai Umar’. Lalu aku membacanya dengan bacaan
sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Rasul pun menjawab: ‘Begitulah surah itu
diturunkan ‘. Dan Rasul berkata kembali: ‘Sesungguhnya al-Qur’an itu diturunkan dengan
tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu diantaranya.’ ( H.R.Bukhari /
Muslim)
Sedangkan istilah Qiraah Sab’ah muncul jauh setelah wafatnya Rasulullah saw yaitu
setelah masa Tabi’in pada sekitar penghujung Abad ke 2 Hijriyah. Lahirnya Qiraah Sab’ah
tersebut adalah hasil dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh para Ulama atau para ahli
Qurra, terhadap bacaan-bacaan AlQur’an yang muncul dengan berbagai macam bentuk,
akibat dari pemahaman terhadap Ahruf Sab’ah.Untuk menjaga dan memelihara kemurnian
kemukjizatan Al-Qur’an ditetapkanlah beberapa ketentuan, diantaranya adalah
bersambungnya sanad sampai kepada Rasulullah saw, sesuai dengan Rasm Ustmani, dan
sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Setelah dilakukan penelitian dengan beberapa
ketetapan tersebut, maka ada tujuh bacaan yang dianggap sah dan sesuai dengan ketetapan
yang telah ditetapkan tersebut. Bacaan- bacaan tersebut di kembangkan dan diabadikan
namanya sesuai dengan nama Imam yang mengembangkannya.Bacaan tersebut dikenal
dengan istilah Qiraat. Setelah dilakukan penelitian bacaan tersebut bukan hanya tujuh atau
yang dikenal Qiraat Sab’ah, malah ada sepuluh.Dan empat belas. Akan tetapi, oleh Ibnu
Mujahid menyaringnya hingga yang dianggap mutawatir hanya 7 Qiraat. Ke tujuh imam
Qiraat tersebut adalah:
1. Imam Nafi’ Al-Madani (w. 169 H). Dia memiliki dua orang murid yang meriwayat
qiraatnya yaitu Qalun (w. 220 H) di Madinah dan Warasy (w. 198 H) di Mesir.
2. Ibnu Katsir, nama aslinya adalah Abdullah bin KatsirAl-Makki (w.120 H) . Dia
memiliki dua orang murid yaitu Al-Bazzi (w.250 H) di Mekah dan Qunbul (w291
H) di Mekah.
3. Imam Abu Amr bin Al-Ala Syaikh Al-Rurah meninggal di Kuffah pada tahun 154
H. Dia memiliki dua orang murid adalah Ad-Duri (w. 246 H) di Baghdad dan As-
Susi (w. 261 H).
4. Imam Ibnu ‘Amir Asy-Syami (w.118 H). Dia memiliki dua orang muridnya yaitu
Hisyam (w. 245 H) di Damaskus dan Ibnu Zakwan (w. 242 H) di Damaskus.

8
5. Imam ‘Asim Al-Kufi (w. 128 H). Dia memiliki dua orang muridnya adalah
Syu’bah (w. 193 H) di Kufah dan Hafash (w. 180 H) di Kufah.

6. Imam Hamzah Al-Kufi (w.156 H). Dia memiliki dua orang muridnya adalah
Khalaf (w. Di Baghdad dan Khallad (w. 220 H) di Kufah.

7Imam Al-Kisai Al-Kufi (w. 189 H). Dia memiliki dua orang muridnya adalah Abu
Al-Haris (w. 240 H) di Baghdad dan Ad-Duri (w. 246 H) di Baghdad

B.Hikmah Al-Qur’an Dalam Tujuh Huruf


Hikmah diturunkan Al-Qur’an dengan tujuh huruf (ahruf Sab’ah) dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang
setiapkabilahnya mempunyai dialek masing-masing dan belum terbiasa
menghafal syariat, apalagi mentradisikannya.
2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi naluri kebahasaan orang Arab. Al-
Qur’an banyak mempunyai pola sususnan bunyi yang sebanding dengan
segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa
orang-orang Arab, sehingga setiap orang Arab dapat mengalunkan huruf-
huruf dan kata-katanya irama naluri mereka dan lahjah kaumnya, tanpa
menganggu kemukjizatan AlQur’an yang di tantang Rasulullah kepada
mereka.
3. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.
Sebab, perubahan bentuk lafaz pada sebagian huruf dan kata-kata
memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan berbagai hukum
daripadanya. Hal inilah yang menyebabkan Al-Qur’an relevan untuk setiap
masa. Oleh karena itu, pada fuqaha dalam istimbat dan ijtihatnya berhujjah
dengan tujuh huruf ini.
4. Menyatukan umat Islam dalam satu bahasa yang disatukan dengan
bahasaQuraisy yang tersusun dari berbagai bahasa pilihan dikalangan suku-
suku bangsa Arab yang berkunjung ke Mekkah pada musim Haji dan
lainnya.

C.Dialek Bangsa Arab


1.Pengertian Dialek
Dialek (dari bahasa Yunani διάλεκτος, dialektos), adalah varian-varian sebuah bahasa
yang sama. Varian-varian ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan
kemiripan satu sama lain sehingga belum pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda.
Biasanya pemerian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan faktor
lain, misalkan faktor sosial. Sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa,
dan pengucapan.

9
Dialek (‫ ) اللهجات‬menurut para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang
digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya
perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.

2.Faktor Terjadinya Dialek


Dalam kehidupan masyarakat secara inhern tentu memiliki adat istiadat, budaya,
pemikiran, dan rasa yang berbeda-beda. Masyarakat Arab Mesir tentu memiliki kebiasaan-
kebiasan dan warna budaya yang berbeda dengan masyarakat Arab Yaman, Saudi, Iran,
Irak, Oman, dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa faktor psikososial
sangat menentukan perbedaan lahjah. Perbedaan seperti ini menjadikan aneka ragam dialek
Arab.
Perubahan sosial kebudayaan yang terjadi di wilayah tertentu akan mempengaruhi
karakteristik bahasa yang digunakan. Bahasa merupakan bagian dari budaya, maka dalam
pendekatan sosiolinguistik, perubahan budaya ini secara langsung akan mempengaruhi
penggunaan bahasa, dan di sisi lain perubahan yang terjadi pada bahasa merupakan respon
bagi perubahan sosial budaya itu. Setelah revolusi Mesir tahun 1952 dan setelah masa
kemerdekaan bangsa-bangsa arab dari kolonialisme, bahasa Arab mengalami perubahan
yang diakibatkan perubahan sosial tersebut.
Pada tataran lahjah, perbedaan secara fisiologis ini juga merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi perbedaan lahjah Arabiyah, baik secara personal maupun
sosiokultural. Kata qahwah, bagi orang Mesir dibaca gahwah (qaf dibaca ga), sedangkan
orang Arab Saudi membaca ahwah (qaf dibaca hamzah).
3.Ragam Dialek Bahasa Arab
Fenomena ragam dialek Arab umumnya sangat dipengaruhi oleh kebiasaan artikulasi
bunyi.Adapun bentuk-bentuk fenomena ragam dialek tersebut akan diuraikan secara
sederhana disertai nama-nama ragam yang masyhurnya berikut ini;
1.Lahjah al-Kisykisyah .Lahjah al-Kisykisyah adalah bentuk perubahan kaf khithảb
muannats dalam waqaf menjadi syin, misalnya kata ‘biki’ dibaca ‘bikasy’, dan kata ‘alaiki
dibaca ‘’alaikasy’. Lahjah semacam ini hanya digunakan pada saat waqaf. Selain itu, ada
juga yang menggunakan pada saat washal dengan cara tidak menyebutkan kaf khithab dan
mengkasrahkannya ketika washal dan mensukunkannya pada saat waqaf. Misalnya, kata
‘’alaiki’ dibaca ‘’alaisyi’ ketika washal, dan dibaca ‘’alaisy’ ketika waqaf. Penggunaan
lahjah semacam ini hanya ditemukan pada kabilah Rabi’ah dan kabilah Mudhor.
2.Lahjah al-Kaskasah.Lahjah al-Kaskasah adalah perubahan kaf khithab mudzakkar
menjadi sin. Misalnya, kata ‘’alaika’ dibaca ‘’alaikas’; kata ‫‘ منك‬minka’ dibaca ‫منكس‬

10
‘minkas’. Istilah al-kaskasah merupakan wujud perubahan bacaan kaf khitab menjadi sin.
Penggunaan lahjah ini, hanya ditemukan pada kabilah Rabi’ah dan kabilah Mudhor.
3.Lahjah al-‘An’anah.Lahjah al-‘An’anah adalah perubahan hamzah yang terletak diawal
kata menjadi ‘ain. Misalnya, kata ‫‘ أسلم‬aslama’ yang berarti masuk Islam, berubah menjadi
‫’‘ عسلم‬aslama’ dengan makna yang sama; kata ‫‘ أكل‬akala’ yang berarti makan, berubah
menjadi ‫’‘ عكل‬akal’ dengan makna yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan
pada bahasa Tamim, bahasa Qays, Asad, dan Mesir.

4.Lahjah al-Fahfahah.Lahjah al-Fahfahah adalah perubahan ha menjadi ‘ain. Misalnya,


kata ‫‘ تحته‬tahtahahu’ yang berarti menggerakkan, berubah menjadi ‫’ تعتعه‬ta’ta’ahu’ dengan
makna yang sama; kata ‫‘ حارسة‬Harisah’ yang berarti penjaga, berubah menjadi ‫عارسة‬
‘Arisah’ dengan yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Huzail.
5.Lahjah al-Wakm.Lahjah al-Wakm adalah perubahan harakah kaf menjadi kasrah apabila
didahului huruf ya atau harakah kasrah. Misalnya, kata ‫‘ علي ُكم‬alaikum’ berubah menjadi
‫‘ علي ِكم‬alaikim’ dengan makna yang sama; kata ‘bikum’ berubah menjadi ‘bikim’ dengan
makna yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabi’ah dan
bahasa Qalb
6.Lahjah al-Wahm.Lahjah al-Wahm adalah perubahan harakah ha menjadi kasrah apabila
tidak didahului huruf ya atau harakah kasrah. Misalnya, kata ‫‘ عنهُم‬anhum’ berubah menjadi
‫‘ عن ِهم‬anhim’ dengan makna yang sama; kata ‘minhum’ berubah menjadi ‘minhim’ dengan
makna yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabi’ah dan
bahasa Qalb.
7.Lahjah al-‘Aj’ajah.Lahjah al-‘Aj’ajah adalah perubahan ya musyaddadah (bertasydid)
yang terletak diakhir kata menjadi jim. Misalnya, kata ‫‘ تميمى‬tamimy’ (doble huruf ya)
yang berarti orang yang berasal dari suku Tamim, berubah menjadi ƒ‫‘ تميميج‬tamimij’ dengan
makna yang sama. Contoh lain adalah kata ‫‘ مكاسرى‬Makassary’ yang berarti orang berasal
dan bersuku Makassar, berubah menjadi ‫‘ مكاسرج‬Makassarij’ dengan makna yang sama.
Penggunaan lahjah ini, menurut al-Suyuti hanya ditemukan pada bahasa Qadh’ah.
4. Dialek-dialek kabilah yang ada dalam Al-Qur`an
Abu Bakr al-wasithy menyebutkan dalam kitabnya al-Irsyad yang di nukil oleh
Jalaluddin As-suyuthy dalamal-Itqon menyebutkan bahwa dalam al-Qur`an ada 50 dialek,
yaitu: dialek Quraisy, Hudzail, Kinanah, Khats`am, Khazraj, Asy`ar, Numair, Qais `Ailan,
Jurhum, Yaman, Azd Syanuw-ah, Kindah, Tamim, Himyar, Madyan, Lakhm, Sa`d Al-
`asyiirah, Hadhromaut, Sadus, `Amaaliqah, Anmaar, Gassaan, Madzhij, Khuzaa`ah,
Ghathafaan, Saba, `Uman, Bani Haniifah, Taglib, Thayyi, `Aamir bin Sho`sho`ah, Aus,
Muzainah, Tsaqiif, Judzaam, Baliy, `Udzrah, Hawaazin, Annamir dan Al-Yamaamah .
Quraisy.
5.Contoh Dialek Kabilah Di Dalam Al-Qur’an
12
Al-Qur’an1 ‫تبتنس‬ (Dialek kindah) Makna; ‫ تحزن‬kamu bersedih

12
Surat hud :36

11
13
2‫والرجز‬ (Dialek hudzail) Makna; ‫ العذاب‬Sedih
14
3) ‫ السفهاء‬Dialek kinanah). Makna;‫ الجهال‬Orang-orang yang bodoh
15
4) ‫شططا‬ Dialek Khants'an). Makna;‫ كذبا‬Dusta
16
5 ‫ينفضوا‬ (Dialek Khazraj) Makna; ‫ يذهبوا‬Mereka pergi(bubar)
17
6 ‫تارة‬ (Dialek Asy'ar) Makna; ‫مرة‬sekali
18
7 ‫سفا هة‬ (Dialek himyar). Makna;‫ جنون‬Gila
19
8 ‫نحلة‬. (Dialek Qois ‘Ailan). Makna;‫ فريضة‬Kewajiban
20
9‫شقاق‬ ( Dialek Jurhum). Makna;‫ ضالل‬kesesatan
21
10 ‫أمة‬ (Dialek Tamim). Makna;‫ نسيان‬Lupa

Dari beberapa contoh di atas bisa kita simpulkan bahwa dialek di dalam Al-Qur’an
itu lebih dari tujuh.22 Lalu bagaimana dengan pendapat para ulama’ tentang sab’atu
ahruf itu adalah tujuh lahjah dari bangsa Arab?. Dan bagaimana dengan hadits-
hadits shohih tentang tujuh huruf yang sudah mencapai derajat mutawatir? Seperti
yang di tulis oleh Suyuthi di dalam Al-itqan ada sebanyak dua puluh satusahabat
yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut, diantaranya hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radiyallahu `anhuma, beliau berkata:
Rasulullah shallallaahu `alaihi wasallam bersabda:
“Jibril membacakan (Al-Qur`an) kepadaku, dengan satu huruf, kemudian berulang
kali aku meminta agar huruf itu ditambah, Ia pun menambahnya kepadaku sampai
dengan tujuh huruf”.
Kita mengatakan dihadapan hadits ini “sami`na wa atho`na” (kami dengar dan
kami taati), tapi bukan berarti kita sepakat dengan pendapat yang mengatakan
makna dari tujuh huruf itu adalah tujuhlahjah, karena pada kenyataannya lahjah-
lahjah Arab yang terdapat dalam al-Qur`an itu lebih dari tujuh lahjah. Lalu apa
maksud dari bilangan tujuh dihadits tersebut?

Bilangan tujuh dalam hadits tersebut tidak diartikan secara harfiyah( bukan
bilangan antara enam dan delapan) tetapi bilangan tujuh itu diartikan secara
maknawi,yang berarti tidak terbatas bilangan tujuh, angka tujuh tersebut hanya
sebagai angka untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan
satuan, seperti 70 dalam bilangan puluhan dan 700 dalam ratusan. Dengan
demikian sab`atu ahruf diartikan dengan lahjah yang banyak dan hikmahnya untuk

13
Surat Al Mudatsir ayat 5
14
Al Baqarah ayat 142
15
Al Kahfi ayat 14
16
Al-munafiqun ayat 7.
17
Thoha ayat 55
18
Al a’raf ayat 66
19
An-nisa ayat 4
20
Al-Baqarah ayat 138
21
Surat Yusuf ayat 45
22
As-syuyuthi Al itqan mengumpulkan tiga puluh pendapat bab 1 nau’ ke 16 masalah ke 3 jilid 1 halaman ke
3 halaman 306.

12
mempermudah, memberi keringanan dan ke kelonggaran bagi umat yang membaca
Al-Qur`an . 23
Di dalam Al-Qur`an kita mendapatkan uslub seperti itu:

“(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak
memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan
bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka.
Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. ( Q.S. At-Taubah,
ayat:80).

Memintakan ampunan untuk orang kafir tujuh puluh kali atau lebih tetap tidak akan
mengubah hukum Allah terhadap orang kafir, yaitu,

‫ك لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ٰ َٓرى اِ ْث ًما َع ِظ ْي ًما‬ َ ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يَ ْغفِ ُر اَ ْن يُّ ْش َر‬
َ ِ‫ك بِ ٖه َويَ ْغفِ ُر َما ُدوْ نَ ٰذل‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukanNya


(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang
Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah
berbuat dosa yang besar”. (Q.S. An-Nisa, ayat 48).

Dan contohnya di hadits Nabi Muhammad Saw.

“Setiap amal manusia akan di lipat gandakan pahalanya, satu kebaikan akan
berlipat menjadi sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat” (H.R. Muslim).
Makna tujuh ratus di hadits ini adalah tentang kesempurnaan kebaikan,
sebagaimana diumpamakan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 261 seperti habbah
(biji) yang menumbuhkan tujuh tangkai.

‫ُض ِعفُ لِ َم ْن‬ ٰ ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِ ْي ُك ِّل ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهّٰللا ُ ي‬
ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة اَ ۢ ْنبَت‬
‫يَّ َش ۤا ُء َۗوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir


biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas, Maha
Mengetahui”. (Q.S. al-Baqarah: 261).

23
. As-suyuti, al-itqan, bab I , nau` ke 16, masalah ke 3 , jilid 1, halaman 309.

13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf adalah mengundang banyak perbedaan
pendapat para Ulama. Diantaranya adalah tujuh bahasa. Namun perbedaan-perbedaan
tersebut tidak keluar dari tujuh wajah yaitu: perbedaan dalam bentuk Isim, Fi’il, I’rab,
Naqis dan Ziyadah, Taqdim dan Ta’khir, Tabdil,
Dan bentuk Lahjah (dialek). Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut muncul
beragam bacaan di kalangan para sahabat yang dikenal bacaan Qiraat. Bacaan tersebut
diabadikan dengan nama imam yang mengembangkannya. Setelah dilakukan penelitian
terhadap bacaan-bacaan imam tersebut, ternyata ada tujuh imam yang sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetap, sehingga bacaan tesrebut dikenal dengan bacaan Qiraat
Sab’ah. Berdasarkan hal tersebut, muncul kekeliruan dalam memahami makna tujuh huruf
yaitu menganggap bahwa tujuh huruf itu adalah Qiraat sab’ah.Keberagaman lahjah (dialek)
dalam membaca Al-Qur’an mempunyai banyak hikmahnya diantaranya dapat memudah
bagi mereka dalam membaca, menghafal dan memahami isi yang terkandung dalam Al-
Qur’an

B.Saran
Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan asal usul yang sama yakni keturunan dari nabi
Adam as, kemudian Allah menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
mereka saling mengenal, sebagaimana firman-Nya ٖٔ

“wahai manusia ! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha mengetahui , Maha teliti”. (Q.S.
Al-Hujurat: 13).

14
Untuk mewujudkan tujuan itu (saling mengenal) manusia membutuhkan bahasa, jika
ingin mengenal orang Arab, maka harus mempelajari bahasa Arab, dan dalam mempelajari
bahasa Arabakan menemukan ragam dialek yang berbeda, kemudian dari ragam dialek
iniakan mengetahui kabilah-kabilah mana yang memakai dialek tersebut dan akan
mengetahui dialek dari kabilah mana saja yang ada dalam al-Qur`an, begitu juga ragam
dialek itu yang membuat perbedaan dalam Qira‟at.
Dan diantara hikmah mempelajari dialek kabilah-kabilah Arab, dapat mengetahui taraf
kehidupan kabilah-kabilah Arab, karena faktor kehidupan mempengaruhi dialek suatu
kaum, dialek perkotaan (hadlari) berbeda dengan dialek di pedesaan (badawi), karena gaya
hidup yang berbeda melahirkan dialek yang berbeda pula. Demikianlah yang dapat saya
sampaikan mengenai materi yang menjadi Bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak
kekurangan dan kelemahan Kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau
referensi yang saya Peroleh hubungannya dengan makalah ini.saya sebagai Penulis
banyak berharap kepada Para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada saya Demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
Penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qiraat Ashim
Jakarta: Amzah, 2008
Ahmad An Nuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, Jakarta: Al-
Kautsar, 2010
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Institut PTIQ, Institut Ilmu Al-Qur’an, dan
DarulUlum Press, 2005.
Al Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Idar Al-Thiba At Al-Muniriyyat, t.t.), Juz ke 6.
Hasanuddin, Anatomi Al Qur’an; perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath
hukum dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo Oersada, 1995
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Aunur Rafiq El-Mazni,
Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2006
Muhammad Aly Ash-Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an (At-Tibyan), Terj. Moch.
Chudlori Umar dkk, Bandung: Al Maarif, 1996
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996
As-syuyuthi Al itqan mengumpulkan tiga puluh pendapat bab 1 nau’ ke 16 masalah ke 3
jilid 1 halaman ke 3 halaman 306.
As-suyuti, al-itqan, bab I , nau` ke 16, masalah ke 3 , jilid 1, halaman 309.

15
16

Anda mungkin juga menyukai