Anda di halaman 1dari 93

10 Juli 2023

PROFIL NARASUMBER

DATA PROFIL
Tempat / Tanggal Lahir : 14 Januari 1974
Pendidikan Terakhir : S1 Teknik Sipil – Universitas Sebelas Maret
Posisi/Jabatan : Project Manager – Proyek Construction of WTP Simoro 300 LPS
Perusahaan : PT. Amarta Karya (Persero)
Bidang Kompetensi : Gedung, Instalasi Pengolahan Air, Jalan, Jembatan dan Pembangkit
Sutarno, S.T.
Pengalaman : Project Manager – Proyek Jembatan Gantung PUPR (2020 dan 2021)
: Project Manager – Proyek Pelabuhan Tanjung Mas Semarang (2019)
: Project Manager – Proyek Gedung Rawat Inap RSUD Pekanbaru (2018)
: Construction Manager – Proyek IPA Teritip Balikpapan (2017)
No Telepon : 0877 – 8816 – 9009
DAFTAR ISI

1 RINGKASAN PORSES PENGOLAHAN AIR BERSIH

PENGAWASAN K3 PROYEK
2 KONSTRUKSI

PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON DAN BAJA

3 • Pengawasan Konstruksi Pondasi


• Pengawasan Konstruksi IPA Beton
• Pengawasan Konstruksi IPA Baja

4 PENGAWASAN KONSTRUKSI DAN KONTRAK KRITIS


PENGAWASAN KONSTRUKSI RINGKASAN PORSES
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PENGOLAHAN AIR BERSIH
(SPAM)
UMUM

SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu penyediaan air
minum mulai dari perencanaan sumber air baku (kualitas & kuantitas), transmisi air baku dari intake
(sumber air baku) ke instalasi pengolahan air (IPA), teknologi Instalasi Pengolahan Air/ IPA yang efektif dari
segi performance/fungsi dan biaya, transmisi air olahan (air minum) dari lokasi IPA ke reservoir (offtake),
sampai distribusi air minum ke masyarakat atau daerah pelayanan. Hal-hal teknis maupun administrasi
yang terkait dengan proses penyediaan air minum dimasukkan dalam sistem pengelolaan SPAM.
PROSES PENGOLAHAN

Bangunan-bangunan/unit-unit pengolahan yang ada dalam Unit Paket


Instalasi Pengolahan Air (IPA) antara lain terdiri dari:

No Komponen Jenis
A Komponen Utama
1) Unit pengambilan air baku 1) Air permukaan, Air Tanah
2) Pengukur aliran Air (flow meter) 2) Ambang tajam, Turbin, Elektromagnetik, dan Ultrassonik
3) Pembubuhan Larutan Kimia 3) Pompa dosing
4) Mixer 4) Mekanis, hidrolis, in Line dan kompresor
5) Koagulasi 5) Hidrolis, Mekanis dan Dynamic
6) Flokulasi 6) Hidrolis, Mekanis dan Dynamic
7) Sedimentasi 7) Gravitasi, floating, sludge blanket
8) Filtrasi 8) Saringan pasir cepat media tunggal atau ganda
9) Desinfektan 9) Pompa Dosing
B Komponen Pendukung
Penampung Reservoir
PROSES PENGOLAHAN
A. Air Baku

 Kekeruhan lebih kecil dari 600 NTU atau 400 mg/L.


 Dalam hal kandungan kekeruhan melebihi dari 600
NTU maka ke dalam paket pekerjaan perlu
dilengkapi pengolahan pendahuluan
(prasedimentasi)
 Kandungan warna asli (appearent colour) tidak
melebihi dari 100 Pt
 Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air
baku sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 tahun
2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
 Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai
kandungan warna, besi dan atau bahan organik
melebihi syarat tersebut di atas tetapi kekeruhan
rendah (< 50 NTU) maka digunakan IPA sistem
DAF (Dissolved Air Flotation) atau sistem
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. Contoh Bangunan Intake
PROSES PENGOLAHAN
B. Unit Koagulasi

FUNGSI :
 Untuk mencampur bahan kimia yang akan bereaksi dengan air baku,
membentuk partikel koloid yang disebut flok.

KINERJA :

 pH Air Baku antara 5-11 (tergantung dari jenis koagulan yang digunakan
(misalnya : alum 5-7, garam besi 5-11, PAC 6-9)
 Energi untuk pencampuran dapat menghasilkan gradien kecepatan G
>750/det , sesuai dengan SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket
unit IPA
 Waktu detensi 1 – 3 detik, sesuai dengan SNI 19-6774-2002, tata cara
perencanaan paket unit IPA
 Untuk stabilitas aliran, dicek dengan bilangan Reynold Nre > 10.000, sesuai
dengan SNI 196774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA
 Bentuk dan ukuran peralatan pengaduk cepat disesuaikan dengan teknologi Bangunan Koagulasi
IPA paket yangditawarkan namun mampu menghasilkan kinerja
sebagaimana ditetapkan dalam butir A.
PROSES PENGOLAHAN
C. Unit Flokulasi

FUNGSI : KINERJA :
 Untuk membentuk flok-flok yang merupakan penggabungan  Waktu kontak (td) : 15 - 40 menit, sesuai dengan SNI 19-6774-2002,
partikel tidak stabil setelah pembubuhan koagulan dan tata cara perencanaan paket unit IPA
pengadukan pada proses koagulasi sehingga terbentuk flok yang  Gradien Kecepatan (G) : 80 – 20/det, sesuai dengan SNI 19-6774-
mudah mengendap. 2002, tata cara perencanaan paket unit IPA D3.3.5

Bangunan Flokulasi
Tampak Atas FLokulasi
PROSES PENGOLAHAN
D. Unit Sedimentasi

FUNGSI :
 Untuk memisahkan flok yang sudah terbentuk dari unit flokulasi sehingga mudah dibuang
KINERJA :

 Dalam bangunan unit sedimentasi, umumnya menggunakan tambahan


komponen yang berfungsi untuk memaksimalkan proses pengedapan dalam
bangunan unit sedimentasi. Komponen tersebut adalah settler yang dapat
berupa High Rate Plate Settler yang terbuat dari bahan Stainless Steel ataupun
Tube Settler yang terbuat dari bahan PVC.
 Untuk mendapatkan hasil sedimentasi yang baik maka kondisi pengaliran harus
dapat diatur sehingga flok-flok yang sudah terbentuk tidak pecah kembali dan
dapat mengendap semaksimal mungkin. Faktor yang sangat berpengaruh (sesuai
dengan SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA ) adalah:
• Beban permukaan : 1 – 4 m/m2/jam
• Waktu detensi (td) : > 25 menit
• Nilai reynolds : < 500
• Nilai Froude : > 10-5
• Beban pelimpah : 6,2 – 11,5 m3/jam
PROSES PENGOLAHAN
D. Unit Sedimentasi

Plate Settler (SS 304) Tube Settler (PVC)

Keunggulan Keunggulan
• Material yang lebih awet dan tahan lama • Material lebih ringan dan lebih mudah dipasang
• Tidak ada keterbatasan untuk berbagai desain Panjang • Biaya pemasangan lebih murah
Kekurangan • Pekerjaan perawatan yang lebih mudah
• Biaya pembuatan lebih mahal Kekurangan
• Biaya pemasangan lebih mahal karena perlu alat bantu dan lebih • Keterbatasan dimensi maksimum (h = 41 inch)
lama • Karena material PVC, maka harus di proteksi dari paparan UV.
PROSES PENGOLAHAN
E. Unit Filtrasi

FUNGSI :  Untuk menyaring sisa-sisa flok yang sangat halus dengan menggunakan beberapa media filter.

KINERJA :
 Dalam bangunan unit filtrasi, pada umumnya dibagi menjadi beberapa bak untuk
memastikan proses produksi air bersih masih bisa berjalan pada saat dilakukan Antrasit
proses backwash pada salah satu bak filtrasi.
 Media filter yang digunakan diantarnya adalah sebagai berikut:
Pasir Silika

Nozzler Filter Kerikil


PROSES PENGOLAHAN
E. Unit Filtrasi

Jenis-jenis Nozzle Filter

• Nozzle filter berfungsi untuk mencegah jatuh atau lolosnyanya media


filter (pasir silika, kerikil, ataupun antrasit) ke outlet filter pada saat Ilustrasi Pemasangan Nozzle Filter Pada Bangunan Filtrasi
proses produksi ataupun proses backwash media filter.
• Nozzle filter ini dipasang pada struktur filter slab yang dapat dibuat
dari bahan beton bertulang ataupun FRP
PROSES PENGOLAHAN
F. Proses Backwash

Proses Backwash Pencucian Media Filter Proses Drain Air Backwash Filter

• Proses Backwash adalah proses yang dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan atau mencuci media filter (Antrasit, Pasir Silika dan Kerikil) dari
endapan flok halus yang terakumulasi selama proses produksi.
• Pada saat proses backwash dilakukan, maka salah satu bak filtrasi dipastikan tidak memproduksi air bersih.
• Proses backwash terdiri dari 3 tahapan utama yaitu 1) pengurangan elevasi muka air hingga mendekati top level media filter, 2) pengadukan media filter
dengan angin dari air scouring, 3) pengadukan media filter dengan air dari pompa backwash untuk menaikan level air yang tercampur flok, dan yang terakhir
4) proses pembuangan air yang bercampur dengan flok/sedimen (drain/outlet backwash)
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN K3 PROYEK
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KONSTRUKSI
(SPAM)
HSSE PLAN

No Daftar Isi No Daftar Isi


Cover III. ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Lembar Pengesahan III.1 Struktur Organisasi (Corporate, QHSSE, P2K3 & UKK
Daftar Isi III.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
I UMUM IV MANAJEMEN REISKO (RISK MANAGEMENT)
I.1 Tujuan IV.1 Identifikasi Potensi Bahaya & Pengendalian Risiko
I.2 Uang Lingkup
IV.2 Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
I.3 Gambaran Umum Proyek
IV.3 Job Health Safety and Environment Analysis (JHSEA)
I.4 Referensi Standar HSSE
V PERENCANAAN DAN PROSEDUR
II KOMITMEN & KEBIJAKAN HSSE
V.1 Matriks Program Kerja HSSE
II.1 Komitmen
II.2 Kebijakan V.2 Schedule HSS Meeting
II.3 Kebijakan MIRASANTIKA dan Sosial V.3 Daftar Prosdur & Instruksi Kerja HSS
II.4 Tujuan Sasaran Program V.4 Daftar Peralatan HSSE
II.5 KPI
HSSE PLAN
No Daftar Isi
V PERENCANAAN DAN PROSEDUR
V.1 Matriks Kebutuhan & Standar APD
V.2 Pelaporan Bulanan HSSE
VI RENCANA KEADAAN DARURAT
VI.1 Identifikasi Kondisi Darurat & Kecelakaan
VI.2 Struktur Organisasi TTD
VI.3 Job Descriptiion (TTD)
VI.4 Nomor Telepon Penting
VI.5 Peta Halur Evakuasi & Titik Kumpul
VI.6 Jadwal Simulasi TTD
VI.7 P3K
VII INCIDENT, ACCIDENT AND INVESTIGATION REPORT
VII.1 Sistem Pelaporan Kecelakaan, Investigasi, Tindak Lanjut dan Perbaikan
VIII INSPEKSI
VIII.1 Jadwal Inspeksi
HSSE PLAN
A. Daftar Referensi
HSSE PLAN
B. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN K3
HSSE PLAN
B. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN K3
HSSE PLAN
C. STRUKTUR ORGANISASI QHSSE

Ka.QHSSE

Paramedis QHSSE Admin Quality OFFICER HSSE OFFICER

Quality Inspector HSSE Inspector


HSSE PLAN
D. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dasar Hukum : Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987

Ketua

GM/PM

Sekretaris

Ahli K3 Umum

Anggota
HSSE PLAN
E. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Peluang
HSSE PLAN
F. Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
HSSE PLAN
B. Safety Induction, Safety Talk, Tool Box Meeting, Safety Meeting & Inspection

Safety Induction Safety Talk Tool Box Meeting

Safety Meeting Weekly HSSE Meeting Safety Inspection


HSSE PLAN
C. Schedule Pelaksanaan HSSE
WAKTU PELAKSANAAN WAKTU
NO. KEGIATAN
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU PELAKSANAAN

1 SAFETY INDUCTION
- PEKERJA BARU SETIAP SAAT
- SEBELUM BEKERJA SETIAP SAAT

2 SAFETY TALK 07.30 s.d. 08.00

3 INSPECTION 08.00 s.d. 10.00

4 - SAFETY PATROL 08.00 s.d. 17.00


- TOOLBOX MEETING 07.00 s.d. 08.00

5 HSSE MEETING 08.00 s.d. 10.00


- INTERNAL
- EKSTERNAL

6 PEMBERSIHAN AREA 16.00 s.d. 17.00


PROYEK
HSSE PLAN
D. Monitoring Evaluasi

Membuat JOB safety analisis sebelum memulai proyek


Analisa dampak yang akan terjadi di lapangan sehingga dapat diterapkan kelengkapan APD dan APK serta prosedur kerja
yang baik saat melaksanakan pekerjaan di lapangan
HSSE PLAN
C. Monitoring Evaluasi

Membuat rencana tindak lanjut pengendalian bahaya sebelum memulai proyek


Analisa dampak yang akan terjadi di lapangan sehingga dapat diterapkan kelengkapan APD dan APK serta prosedur kerja
yang baik saat melaksanakan pekerjaan di lapangan

RENCANA TINDAK LANJUT


PENGENDALIAN BAHAYA
HSSE PLAN
C. Monitoring Evaluasi
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
BETON DAN BAJA
(SPAM)
JENIS-JENIS IPA

Proyek SPAM Wae Mese II Proyek WTP Simoro

IPA Baja (1 – 50 liter/detik) IPA Beton (>50 liter/detik)


Persyaratan Umum Konstruksi IPA :
 Produk Unit IPA Baja harus mendapat pengesahan dari instansi/Lembaga yang berwenang (Tersertifikasi)
 Unit Paket IPA harus mampu memproduksi air dengan kualitas air minum, sesuai Permenkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 tentang
PersyaratanAir Minum
 Harus dipasang/dibangun diatas tanah yang stabil
 Permukaan Bagian Luar dan dalam tidak cacat dan kedap air
 Pemilihan jenis proses pengolahan berdasarkan kualitas air baku ( kekeruhan, warna, Ph, kadar oksigen terlarut, kandungan anorganik
Fe, Mn, Kesadahan dsb nya)
TAHAPAN KONSTRUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR

START
PCM
(Dokumen RMK, RMPK, ITP, Quality
Plan, HSE Plan, Quality Target) Pengukuran dan Pemetaaan

Pekerjaan Grading (Cut and Fill)

Penyelidikan Tanah

Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan Struktur Instalasi Pengolahan Air

Pekerjaan Mekanikal Pekerjaan Elektrikal Pekerjaan Instrumentasi (SCADA)

Commissioning and
FINISH
TIDAK Running Test YA
QUALITY PLAN

Dalam Penerapan ISO 9001, setiap proyek harus memiliki Project Quality Plan atau Rencana Mutu Proyek. Dokumen ini merupakan
dokumen perencanaan mutu yang harus disiapkan sebelum pelaksanaan proyek dimulai. Manajer Operasi di Kantor pusat dan
Manajer Proyek yang ditunjuk bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merumuskan rencana mutu Proyek ini.
Tujuan
 Pengendalian pelaksanaan aktifitas.
 Kejelasan dan koordinasi pelaksana dan pengawasan pelaksanaan inspeksi dan statusnya.
 Mengidentifikasi dan mengendalikan non conformance product.
 Pengendalian tindakan perbaikan untuk setiap masalah mutu yang mungkin terjadi di proyek.

• Data Umum
• Administrasi dan Keuangan
Deskripsi Proyek • Peta Lokasi
• Tahapan Aktifitas
• Rencana Mobilisasi

• Struktur Proyek
• Daftar Sub Kontraktor
Organisasi dan Tanggung
• Daftar Supplier
Jawab
• Daftar nominated sub kontraktor/supplier
• Daftar personil proyek
QUALITY PLAN

• Master Schedule (S-Curve)


• Format Kemajuan/Progres Proyek
• Jadwal Mobilisasi Personil dan Tenaga Kerja
Jadwal Proyek • Jadwal Tenaga Kerja
• Jadwal Peralatan
• Jadwal Material
• Jadwal Rapat Proyek

• Dokumen Kontrak
Pengendalian Dokumen • Daftar Induk Gambar
Proyek • Daftar Pengarahan Pelanggan
• Daftar Prosedur Instruksi Kerja Terkait

• Rencana Inspeksi dan Test (ITP)


Pengendalian Mutu • Rencana Inspeksi Material
• Kalibrasi alat ukur

• Daftar catatan yang digunakan atau dihasilkan oleh pelanggan


Persyaratan
• Pertimbangan lingkungan dan kendala lapangan
Khsusus/Tambahan
• Kondisi khsusus yang dipersyaratkan
QUALITY PLAN
B. Inspection and Test Plan
NO URAIAN PEKERJAAN ITEM YANG DITINJAU INSPEKSI KRITERIA PENILAIAN PERIODE JENIS RECORD PIC
1 Elevasi Grading Beda elevasi lahan Pengukuran/stake out di Elevasi lahan sesuai dengan Setelah Pekerjaan Data ukur dan data kontur Surveyor
lapangan shopdrawing grading
2 Pondasi Bore Pile  Kedalaman bor  Pengukuran langsung  Sesuai shopdrawing  Selesai bor  Data ukur Surveyor,
 Titik lokasi bor  Pengukuran langsung  Sesuai shopdrawing  Sebelum bor  Data ukur Tim Teknik
 Pembesian pondasi  Pemeriksaan langsung  Sesuai shopdrawing dan  Selesai fabrikasi  Dokumentasi foto dan dan Quality
ikatan spiral kuat berita acara Control
 Nilai Slump Beton  Slump Test  Sesuai spek. dan JMD  Saat cor  Berita acara
 Kuat tekan beton  Uji kuat tekan  Sesuai spek. dan JMD  Umur 3, 7 14 &  Laporan pengujian
 Daya Dukung Pondasi  PDA Test  mencapai daya dukung 28 hari  Laporan uji tes PDA
rencana  Umur 28 hari
3 Pondasi Tiang Pancang  Material tiang pancang  Saat material on site  Sesuai spesifikasi teknis  Material tiba  Berita acara Surveyor,
 Titik pemancangan  Sebelum pemancangan  Sesuai shopdrawing  Sebelum  Data ukur Tim Teknik
 Sesuai spesifikasi teknis pemancangan dan Quality
 Kedalaman tiang pancang  Setelah pemancangan  mencapai daya dukung  Setelah  Data ukur Control
rencana pemancangan
 Daya dukung tiang pancang  PDA Tes  Setelah  Laporan Uji tes PDA
pemancangan
4 IPA BETON
4.A Lantai Beton (Koagulasi, Flokulasi,  Pembesian lantai  Pemeriksaan langsung  Sesuai shopdrawing  Setelah fabrikasi  Dokumentasi foto Tim Teknik
Sedimentasi, dan Filtrasi)  Slump Beton  Slump Tes  Sesuai spek. dan JMD  Saat cor  Berita acara dan Quality
 Tebal hasil pengecoran  Pengukuran langsung  Sesuai shopdrawing  Setelah cor  Dokumentasi foto Control
 Kuat tekan beton  Uji Kuat Tekan  Sesuai spek. dan JMD  Umur 3, 7 14 &  Laporan uji kuat tekan
28 hari
 Permukaan beton  Pemeriksaan langsung  Permukaan halus & rata  Setelah cor  Dokumentasi foto
QUALITY PLAN
B. Inspection and Test Plan

NO URAIAN PEKERJAAN ITEM YANG DITINJAU INSPEKSI KRITERIA PENILAIAN PERIODE JENIS RECORD PIC
4 IPA BETON

4.B Dinding Beton (Koagulasi,  Pembesian lantai  Pemeriksaan langsung  Sesuai shopdrawing  Setelah  Dokumentasi foto Tim Teknik
Flokulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi)  Slump Beton  Slump Tes  Sesuai spek. dan JMD fabrikasi  Berita acara dan Quality
 Tebal hasil pengecoran  Pengukuran langsung  Sesuai shopdrawing  Saat cor  Dokumentasi foto Control
 Kuat tekan beton  Uji Kuat Tekan  Sesuai spek. dan JMD  Setelah cor  Laporan uji kuat tekan
 Umur 3, 7 14
 Permukaan beton  Pemeriksaan langsung  Permukaan halus & rata & 28 hari  Dokumentasi foto
 Setelah cor
4.C Waterstop  Kekuatan waterstop  Pemeriksaan langsung  Waterstop cukup kuat  Setelah  Dokumentasi foto Tim Teknik
 Sambungan waterstop  Pemeriksaan langsung  Sambungan kuat dan rapi dipasang dan Quality
Control

4.D Waterproofing  Kerataan waterproofing  Pemeriksaan langsung  Rapi, rata dan menyeluruh  Setelah di  Dokumentasi dan foto Tim Teknik
 Tebal waterproofing  Pemeriksaan Langsung  Sesuai standar aplikasikan dan Quality
Control
QUALITY PLAN
B. Inspection and Test Plan

NO URAIAN PEKERJAAN ITEM YANG DITINJAU INSPEKSI KRITERIA PENILAIAN PERIODE JENIS RECORD PIC
5 IPA BAJA

5.A Angkur pedestal  Jumlah dan kualitas angkur  Pemeriksaan Langsung  Sesuai spek. Dan  Saatdan  Dokumentas ifoto Tim Teknik
shopdrawing setelah dan Quality
dikerjakan Control
5.B Pelat Baja  Kualitas pelat baja  FAT ke workshop, Uji  Sesuai spesifikasi teknis  Sebelum  Mill Certificate dan Tim Teknik,
Tarik, bending dan tekuk fabrikasi laporan hasil uji tim fabrikasi
material dan Quality
 Ketebalan pelat baja  Pengukuran langsung  Sesuai spek dan shopdrawing  Sebelum  Berita acara Control
fabrikasi
5.C Sambungan Las dan Baut  Kerapihan dan kualitas las  Pemeriksaan Langsung  Sambungan las rapi dan baik  Setelah  Dokumentasi foto dan Tim Teknik,
fabrikasi berita acara tim fabrikasi
 Jumlah dan diameter baut  Pemeriksaan Langsung  Sesuai shopdrawing  Setelah dan Quality
fabrikasi Control
5.D Coating  Kerataan dan kerapihan  Pemeriksaan langsung  Coating rapi dan menyeluruh  Setelah  Dokumentasi foto dan Tim Teknik,
 Tebal coating  Pengujian electometer  Sesuai spesifikasi fabrikasi berita acara tim fabrikasi
dan Quality
Control
QUALITY PLAN
C. Quality Target
QUALITY PLAN
C. Quality Target

From Quality Target


PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR PONDASI IPA
A. Diagram Alir Pekerjaan Pondasi
START

Penyelidikan Tanah

Marking Titik Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan Pondasi (Bor Pile / Pancang)

TIDAK

Uji Daya Dukung


Pondasi (PDA / PIT
test)

YA

FINISH Lanjut Pekerjaan Struktur Atas


PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
A. Penyelidikan Tanah

Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah dan jenis struktur geologis di dalam tanah.
Dari data hasil penyelidikan tanah, maka dapat ditentukan jenis pondasi, kedalaman, jumlah, dimensi dan
desain pembesian yang diperlukan. Sehingga pondasi struktur IPA dapat didesain dengan aman, efektif dan
efesien. Beberapa jenis metode penyelidikan tanah yang dapat dilakukan yaitu Uji Sondir dan Uji Standart
Penetration Test (SPT)

Uji Sondir (CPT) Uji SPT (Bor Log)


PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
A. Penyelidikan Tanah

Pengujian Standar Kelebihan Kekurangan


Uji Pengeboran (Standard SNI 4153-2008 • Dapat dilakukan untuk semua jenis • Mobilisasi peralatan lebih
Penetration Test) Tanah sulit karena variasi
• Dpat digunakan untuk mendapatkan peralatan yang digunakan
pramater tanah secara kualitatif cukup banyak
melalui korelasi empiris
Uji Sondir (Cone Penetration SNI 2827-2008 • Pengolahan data untuk menentukan • Ke dalam uji maksimum
Test) daya dukung tanah relait mudah 30 meter
• Lebih cocok untuk pengujian pada • Tidak cocok untuk
tanah yang lunak (Sulit diambil pengujian tanah yang
Sampel) berbatu/kerikil
• Jenis Tanah tidak dapat
diketahui secara langsung
PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
B. Pekerjaan Pondasi (Substructure)

Pondasi IPA terbuat dari beton bertulang dengan definisi sesuai SNI 2847-2013
tentang Persyaratan Beton Struktur Bangunan Gedung yaitu :
“Beton struktural yang ditulangi dengan tidak kurang dari jumlah baja prategang atau
tulangan non-prategang minimum yang ditetapkan”
PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
C. Metode Kerja Pekerjaan Pondasi Bore Pile

1 2 3 4 5

Mesin Bore Pile Machine

Urutan Pekerjaan Pondasi Bore Pile


1. Pekerjaan boring dengan spiral/auger
2. Pekerjaan pemasukan casing
3. Pekerjaan Pemasukan Besi Bore Pile
4. Pekerjaan Pengecoran dengan Tremi
5. Pekerjaan pengangkatan casing
PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
C. Metode Kerja Pekerjaan Pondasi Bore Pile

Mesin Pile Diesel Hammer

Urutan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang


1. Mobilisasi peralatan dan material
2. Penentuan lokasi pemancangan
3. Pengangkatan material precast pile
4. Pemukulan tiang pancang dengan diesel atau hydraulic hammer
5. Pembobokan kepala tiang pancang
PENGAWASAN STRUKTUR PONDASI IPA
C. Pengujian Daya Dukung Pondasi

PDA Test PIT Test

Pile Driving Analyzer (PDA Test) Pile Integrity Test (PIT Test)
Mengacu SNI 8459:2017 dan ASTM D 4945 ASTM D-5882
Tujuan Pengujian PDA Test adalah: Tujuan Pengujian PIT Test adalah:
• Daya dukung aksial tiang pancang (pile) • Mendeteksi keutuhan dan kerusakan tiang
• Menilai efisiensi energi yang disalurkan • Mengetahui Panjang, profile dan dimensi tiang
• Menganalisa integritas tiang Syarat Pengujian PDA Test :
Syarat Pengujian PDA Test : • kepala tiang harus rata, bersih, mudah dicapai, dan bebas dari
• Umur tiang harus 5 hari setelah masa pemancangan genangan air.
• Beton berumur 21 hari terhitung setelah pengecoran • Untuk tiang bor, pengujian dapat dilakukan minimum setelah 7
• Bagian kepala tiang yang diuji harus dalam keadaan rata hari pengecoran.
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
BETON
(SPAM)
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
A. Ketentuan Umum Beton Kedap Air

Konstruksi beton bertulang untuk bangunan air mengikuti pedoman SNI 032914-1992
Tentang Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air.

Spesifikasi beton bertulang kedap air memiliki nilai kuat tekan beton minimum f’c = 20 MPa setara K=250 (SNI 03-2914-
1992 dan Peraturan Menteri PUPR No. 28-2016) di uji dengan SNI 1974-2011 tentang uji tekan beton dengan silinder.
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
B. Baja tulangan beton menurut SNI 2052-2017

• Baja karbon atau baja paduan yang berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip/ulir
dan digunakan untuk penulangan beton. Baja ini diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot
rolling).
• Sifat Tampak: Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna dan hanya
diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
• Baja Tulangan Polos: Batang baja tulangan beton berpenampangbundar dan permukaan harus rata tidak
bersirip/berulir.
• Baja Tulangan Berulir/Sirip: Permukaan batang baja tulangan beton harus bersirip/berulir secara teratur. Setiap
batang dapat mempunyai sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus mempunyai sirip-sirip dengan arah melintang
terhadap sumbu batang.
• Baja tulangan beton yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 2052-2017 tentang Baja Tulangan
Beton, diantaranya memenuhi Karakteristik (melalui Uji Lab) :

Uji Tarik Besi Beton


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
C. Pengecoran Beton
Sebelum Pekerjaan pengecoran dengan menggunakan beton ready mix atau site mix, ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan
untuk memastikan campuran adukan beton yang digunakan dapat mencapai spesifikasi mutu yang disyaratkan.

Start

Uji Material
• Agragat Kasar (BJ, BV, Kadar Air, Sieve Analysis, Los Angles Test dll)
• Agregat Halus (BJ, BV, Kadar Air, Kadar Lumpur dan Sieve Analysis)

Pembuatan JMD

Pembuatan Sampel Trial Mix

NO
Uji Slump Test

YES
NO
Uji Kuat Tekan

YES
Material dan JMD dapat digunakan
Selesai Untuk Pekerjaan pengecoran
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
C. Pengecoran Beton

• Pengecoran pondasi beton bertulang mengikuti pedoman SNI 03:3976-1995 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran
Beton.
• Campuran adukan beton harus sesuai dengan JMD (Job Mix Design) yang telah dilakukan di batching plant.
• Pada saat pengecoran beton, perlu diperhatikan juga tinggi jatuh beton sehingga adanya kemungkinan untuk membagi proses
pengecoran menjadi beberapa fase, sehingga dibutuhkan adanya pemasangan waterstop pada sambungan beton antar fase
tersebut.
• Untuk pertemuan antara beton lama dan beton baru, diperlukan pelapisan zat perekat atau calbond
• Untuk pengecoran dinding IPA Beton, agar dapat memperoleh hasil yang yang baik, maka disarankan menggunakan bekisting
dengan perkuatan tie rod atau bekisting system (PERI Formwork)

Uji Slump Beton

Nilai Slump untuk jenis-jenis elemen struktur


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
C. Pengecoran Beton

Jumlah dan frekuensi Pembuatan Benda Uji


• Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji
• Pada saat awal pelaksanaan sampai terkumpulnya 20 benda uji = 1 benda uji
per 3 m3
• Setelah terkumpulnya 20 benda uji pertama:
 Volume total pengecoran di atas 60 m3 : 1 benda uji per 5 m3 beton
 Volume total pengecoran 60 m3 atau lebih kecil : diatur pembagiannya
supaya dalam keseluruhan pekerjaan diperoleh minimal 20 benda uji
dengan randomisasi yang baik dan merata
 Apabila volume pengecoran sangat kecil sehingga tidak memungkinkan
membuat 20 benda uji, maka pembuatan benda uji boleh kurang dari 20
buah, namun harus menjamin keterwakilan secara keseluruhan beton
yang digunakan (dalam interval jumlah pengecoran yang sama)
KONSTRUKSI IPA BETON

Alat Kerja Alat Pelindung Diri

Concrete Pump Concrete Mixer Truck


Helm Safety Sarung Tangan

Bar Bender Bar Cutter

Rompi Reflective Light Sepatu Safety

Vibrator Internal Bensin (Dalam) Vibrator Internal Listrik (Dalam) Vibrator External (Luar)
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
D. Tahapan Pekerjaan Struktur IPA Beton

Cor Dinding Fase II


Waterstop Waterstop Waterstop Waterstop

Cor Dinding Fase I


Waterstop Waterstop Waterstop Waterstop

Cor Lantai Beton


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
D. Tahapan Pekerjaan Struktur IPA Beton

1. Pekerjaan Pembesian 3. Pemasangan Waterstop

2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting 4. Pekerjaan pengecoran


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
E. Waterstop
Waterstop Swellable (dodol)

KEUNGGULAN WATERSTOP PVC KEUNGGULAN WATERSTOP SWELLABLE


1. Tidak mudah sobek dan rusak 1. Mudah dipasang dan juga diaplikasikan
2. Memiliki ketahan terhadap air limbah, asam dan basa 2. Minim resiko terjadinya kegagalan waterstop
3. Tidak bereaksi terhadap sentuhan air 3. Mudah penanganan perbaikan
4. Mampu menahan tekanan akibat penyusutan yang terjadi pada beton 4. Material bersifat mengembang dapat menciptakan sambungan tanpa celah
5. Mampu menahan tegangan geser karena perubahan sambungan struktur 5. Tidak akan berubah bentuk setelah bereaksi walupun terjadi siklus basah/kering
6. Dapat mengakomodir expansion dan contraction

KEKURANGAN WATERSTOP PVC KEKURANGAN WATERSTOP SWELLABLE


1. Pekerjaan pemasangan yang lebih rumit dan membutuhkan material 1. Sangat reaktif terhadap air, sehingga kurang efektif apabila dikerjakan saat curah
tambahan hujan sedang tinggi
2. Harga yang lebih mahal
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
F. Bekisting

Bekisting Perkuatan Tie Rod Bekisting Sistem PERI

Tie rod adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk mengamankan Bekisting Sistem (PERI) Bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang
bekisting pada kolom suatu bangunan. dibuat di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja
1. Menetralkan tekanan pada kolom atau rangka beton. Rangka beton 1. Mudah dipasang dan dibongkar
yang tengah dibuat tentu saja tidak bisa langsung mengeras, sehingga 2. Ringan
harus dicetak dulu menggunakan bekisting. 3. Dapat dipakai berulang kali
2. Mempertahankan bentuk rangka atau kolom pada saat proses 4. Kualitas penegcoran baik dengan silus pembongkaran yang cepat serta dapat
pengecoran (bunting). Penggunaan sabuk cetakan ini harus terlebih Pada Pekerjaan konstruksi beton yang besar.
dahulu diukur seakurat mungkin. Ukuran terlalu kecil maupun besar 5. Namun kekurangan dari bekisting system (PERI) adalah mahal dan butuh
dapat menyebabkan beton berubah bentuk. Keahlian dan peralatan berat.
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
G. Pengawasan Saat Pengecoran dan Pemadatan
Internal Concrete Vibrator
Dalam pelaksanaan Pekerjaan pengecoran terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya segeregasi. Hal-hal tersebut diantaranya
adalah :
• Nilai slump test memenuhi JMD yang telah dibuat (10 ± 2 cm atau lainnya)
• Tinggi jatuh campuran beton saat pengecoran (max. 1,5 m)
• Kelebihan air pada campuran beton
• Saat proses pemadatan, penggunaan concrete vibrator yang kurang optimal
• Penggunaan concrete vibrator yang terlalu lama
• Kesalahan penggunaan campuran agregat (Job Mix Design)

External Concrete Vibrator

Permukaan beton segregasi Permukaan beton yang baik


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
H. Uji Kuat Tekan dan Perendaman Bak IPA Beton
Pada saat proses pengecoran struktur IPA Beton, maka harus dilakukan pengambilan sampel untuk uji kuat tekan. Sampel yang diambil pada umumnya
berbentuk silinder (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) atau kubus (sisi 15 cm). Sampel-sampel tersebut kemudian dilakukan pengujian kuat tekan dengan
alat CTM (Compression Testing Machine). Sampel yang diambil harus cukup untuk dilakukan pengujian pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari.

Setelah pengecoran bak koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan clearwell selesai
dilakukan serta umur beton telah mencapai umur rencana yaitu 28 hari. Serta hasil
pengujian kuat tekan sampel beton yang diambil saat pengecoran mencapai mutu
rencana. Maka selanjutnya perlu dilakukan pengujian perendaman bak-bak IPA beton
untuk memastikan bahwa tidak adanya kebocoran yang terjadi saat pengoperasian
Instalasi Pengolahan Air (IPA) nantinya. Proses Uji Prendaman Bak Sedimentasi
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
H. Water Proofing
• Waterproofing adalah prosedur untuk mengaplikasikan bahan pelapis anti bocor yang digunakan
untuk mencegah terjadinya kebocoran pada dinding, atap beton, kamar mandi, balkon, ground water
tank, basement, dan area lainnya yang kemungkinan akan terjadi kebocoran.
• Cara kerjanya, bahan pelapis anti bocor ini melapisi, menutup pori-pori atau meresap pada
permukaan dinding, atap bangunan, media atau objek lainnya sehingga aliran air akan terhalang dan
tidak bisa menembus permukaan objek.
• Jenis-jenis waterproofing :
1. Waterproofing Coating (Foodgrade Material)
Waterproofing Crystalline
2. Waterproofing membrane
3. Waterproofing integral
4. Waterproofing crystalline

Waterproofing Coating Waterproofing Membran Waterproofing Integral


PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
I. Jenis-jenis Kerusakan
Honeycomb (selimut Terkelupas)
• Honeycomb atau umumnya disebut pengelupasan selimut beton merupakan jenis kerusakan yang paling
sering terjadi. Penyebabnya bermacam – macam, bias disebabkan karena melekatnya material asing,
erosi oleh air atau abrasi oleh benda-benda pdat sehingga menyebabkan permukaan beton terkelupas.
Honeycomb
Retak lantai (cracking)
• Keretakan beton adalah kerusakan yang seringkali terjadi akibat perubahan cuaca dan temperature yang
ekstrem. Retakan bersifat dangkal dan saling terhubung membentuk garis-garis yang relative Panjang
Crack/Retak
dan sempit pada permukaan beton.

Beton keropos
• Beton keropos disebabkan karena pada saat pengerjaanya proporsi air sebagai pelarut dan campuran
bahan kurang tepat, partikel campuran yang tidak sempurna. Beton keropos juga bias disebabkan
karena factor usia

Beton Tidak Rata


• Beton tidak rata merupakan jenis cacat beton ditandai dengan hasil pengecoran beton yang
menggembung di satu sisi sehingga permukaanya tidak rata. Disebebkan karena danya kotoran yang
menumpuk atau tersembunyi di bahan campuran beton maupun di dalam cetakan, namun bisa juga
karena bekisting yang kurang kuat menahan berat campuran beton Keropos
PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA BETON
H. Perbaikan pada kebocoran dinding IPA
Patching
Patching
• Metode ini biasa dilakukan untuk memperbaiki kerusakan sederhana seperti honeycomb, retak beton, beton
keropos, hingga beton tidak rata dengan syarat kerusakan yang terjadi tidak terlalu dalam dan mempunyai
area yang tidak terlalu luas. Metode perbaikan ini dilakukan dengan melapisi bagian yang cacat dengan
campuran pasir, semen dan bahan yang lain secara manual.

Grouting
Grouting
• Grouting adalah salah satu proses sementasi yang dapat meningkatkan stabilitas pada konstruksi. Teknik
ini dapat diaplikasikan dengan cara memasukan bahan grouting ke dalam lubang yang dibuat
menggunakan bor maupun retakan pada konstruksi yang tidak stabil. Melalui teknik ini, pori pori pada
konstruksi akan terisi dan tertutup dengan bahan grouting. Tentunya, grouting dapat membatasi daya lolos
air pada dalam tanah dan dapat memperbaiki kekuatan dari bangunan Anda.

Injection
• upaya untuk memperbaiki struktur beton dari konstruksi bangunan. Perbaikan telah dilakukan untuk
Injeksi
mengembalikan fungsi dan kekuatan beton yang terkait erat dengan pekerjaan bocor dan kedap air.
Dengan cara ini, konstruksi bangunan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi mereka. Selain
itu, kondisi ruangan yang sebelumnya bermasalah mungkin normal. Contohnya adalah area basement
bangunan. Retak pada bagian atas beton tidak akan berisiko jatuhnya bagian tersebut.
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
BAJA
(SPAM)
STRUKTUR IPA BAJA
A. Standar Mutu Material
STRUKTUR IPA BAJA
B. Standar Tebal Pelat Baja

• SNI 7505-2011 Tentang Spesifikasi Material Baja Untuk IPA Pelat baja yang digunakan minimum memiliki spesifikasi
seperti Mild Steel SS-400 atau yang setara dengan karakteristik.
STRUKTUR IPA BAJA
C. Standar Pekerjaan Pengelasan

Jenis-jenis dan Standar Pengelasan

Contoh Hasil Pengelasan Yang Baik


STRUKTUR IPA BAJA
C. Standar Coating Pelat Baja

Pelapisan Pelat Baja menurut SNI 6773-2008

Electometer adalah alat yang memanfaatkan


gelombang ultrasonik untuk mengukur
ketebalan lapisan coating pada pelat baja/ pipa
STRUKTUR IPA BAJA
D. Pengetesan Material
Uji Tarik (Tensile Test)
merupakan pengujian untuk menguji kekuatan suatu bahan dengan cara memberi beban gaya dari dua arah yang berlawanan. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja. Benda uji yang digunakan adalah batang logam yang
berpenampang bulat atau persegi empat dengan ukuran sesuai standard benda uji menurut Standarisasi Industri Indonesia (SII) atau PUBI
1982.
STRUKTUR IPA BAJA
D. Pengetesan Material
Uji Bending (Bending Test)
Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan
mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan mandrel atau
pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan
uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang
telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah
gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan.

a) Face bend b) Root Bend c) Slide Bend

Uji Tekuk Melintang (Transversal Bend)

a) Face bend b) Root Bend

Uji Tekuk Memanjang (Longitudinal Bend)


STRUKTUR IPA BAJA
D. Pengetesan Material
Uji Penetrant (Penetrant test)
Liquid Penetrant Test merupakan salah satu uji tidak merusak (Non Destructive Test) yang bertujuan untuk mengetahui cacat yang terjadi
pada bagian surface (permukaan) benda uji. Pengujian ini biasa dilakukan pada material setelah dilakukan pengelasan. Metode pengujian
penetrant ini menggunakan pinsip kapilaritas, dimana kapilaritas ini lah yang nantinya akan menunjukkan letak-letak discontinuitas yang
terjadi.
STRUKTUR IPA BAJA
D. Pengetesan Material
Uji Ultrasonik
Ukuran ketebalan di dalam bahan kontruksi dapat diketahui dengan cara uji tak merusak (Non Destructive Test) yaitu dengan metode
Ultrasonic test. Ultrasonic Testing (UT) merupakan salah satu metode Non Destructive Testing yang menggunakan energi suara frekuensi
tinggi untuk melakukan proses pengujian atau proses pengukuran. Prinsip kerja dari Ultrasonic Test adalah dengan menembakkan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi sekitar 0.25 sampai 10 Mhz pada material melalui jalur yang bisa diprediksi. Gelombang suara
yang ditembakkan akan merambat melalui material dan akan dipantulkan apabila mengenai sisi lain material atau cacat yang ada di dalam
material. Kemudian dibutuhkan pula Couplant yang berfungsi untuk melindungi dari udara sehingga dapat memudahkan merambatnya
gelombang dari probe ke bahan yang di uji. Dalam pengujian ini koplan yang dipakai adalah Oli, Air, dan Gel.
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
(PEKERJAAN ELEKTRIKAL)
(SPAM)
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
METER PLN

Photo Voltac Genset


Sollar Cell DOL 164 KvA 50 kVa
100 kWp
(On Grid) Ultra Silent

LV MDP P-KAP
On
Fabrication
Process

SDP/MCC-BW PP-WS PP-SCD SDP/MCC-DOS LP-RP PP-RES SDP-DEC


PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN KONSTRUKSI IPA
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
(PEKERJAAN MEKANIKAL)
(SPAM)
PEKERJAAN MEKANIKAL
A. Pekerjaan Instalasi Perpipaan

Pipa PVC Pipa HDPE Pipa GIP


PEKERJAAN MEKANIKAL
B. Alat Ukur Aliran

Woltman/Turbine/Vane Meter

Kelebihan :
Tetap akurat terhadap variasi perubahan debit & tekanan air,
mudah didapat di pasaran dengan harga terjangkau.

Kekurangan :
Komponen bergerak relatif cepat aus sehingga perlu kalibrasi
rutin setiap ±5 tahun, bila terdapat kotoran dalam air
pengukuran mudah terganggu (tidak cocok utk air baku/ air
limbah), bila terdapat gelembung udara dalam air akurasi
pengukuran dapat terpengaruh, sensitif terhadap getaran
sehingga sebaiknya meter air dipasang pada pipa yang cukup
kaku seperti pipa besi/GIP.
PEKERJAAN MEKANIKAL
B. Alat Ukur Aliran

Ambang/Pelimpah/Weir: (V-Notch, Cipoletti, U-Notch)

Kelebihan :
Sederhana, dapat dibuat sendiri (pedoman Permen PUPR No. 27 thn
2016), biaya rendah, cocok untuk air baku

Kekurangan :
Berdimensi cukup besar, bila dimensi tidak sesuai ketentuan akurasi
pengukuran diragukan
PEKERJAAN MEKANIKAL
B. Alat Ukur Aliran

Meter Air Model Katup/Flap

Kelebihan :
Akurat untuk air yang tekanan nya sering berubah, konstruksi meter
sederhana tidakmudah terpengaruh kotoran dalam air karenadebit
pengukuran berdasarkan besarnya bukaaan katup (flap) di dalam
meter, cocok untuk air baku

Kekurangan :
Berdimensi cukup besar, bila dimensi tidak sesuai ketentuan akurasi
pengukuran diragukan
PEKERJAAN MEKANIKAL
B. Alat Ukur Aliran

Elektromagnet Flow Meter (Gelombang Elektromagnet)

Kelebihan :
Tidak mudah terpengaruh suhu, kekentalan air, tidak terpengaruh
kotoran dalam air, tidak adakomponen bergerak, cocok untuk air baku

Kekurangan :
Gelembung udara dalam air mempengaruhi akurasi, harga relatif
mahal
PEKERJAAN MEKANIKAL
C. Mekanikal Pencucian Filter dan Sludge Treatment

Pompa Pencucian Filter Centrifugal Split Case Submersible Pump Air Compressor

Air Receiver

Air Dryer Air Blower


Screw Press
PENGAWASAN KONSTRUKSI PENGAWASAN PEKERJAAN DAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KONTRAK KRITIS
(SPAM)
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

1. Metode Kerja:
a) Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang telah disetujui,
b) Memperhatikan titik tunggu (holding point), dimana pekerjaan dapat dilanjutkan bila tahap
pekerjaan
c) sebelumnya telah selesai dan disetujui,
2. Tenaga kerja yang terlibat: Pemeriksaan terkait jumlah tenaga kerja sesuai dengan rencana.
3. Peralatan yang dibutuhkan: Pemeriksaan ketersediaan SILO (Surat Izin Laik Operasi) dan SIO
(Surat Izin Operator) untuk operator masing – masing alat telah sesuai.
4. Material yang digunakan: Pengawasan terhadap kualitas (sesuai spesifikasi) dan kuantitas material
dasar serta material olahan.
5. Pemeriksaan material di lapangan dilakukan pada saat penerimaan di lapangan oleh penyedia jasa
pekerjaan konstruksi melalui pemeriksaan secara visual dan pengukuran (bila diperlukan), dan
disaksikan oleh pengawas pekerjaan, untuk memastikan bahwa materil yang dikirim ke lapangan
sesuai dengan material yang telah disetujui
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
BAGAN ALIR PEMERIKSAAN MATERIAL DI LAPANGAN
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

6. Keselamatan Konstruksi (mengacu analisis K3 tiap pekerjaan):


a) Dokumen analisis K3 sudah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK;
b) Implementasi keselamatan konstruksi per pekerjaan.
7. Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya: Pemeriksaan terkait ketersedian sumber daya tiap
pekerjaan sesuai jadwal mobilisasi.
8. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP): Pengawasan terhadap
kegiatan pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan rencana pada metode kerja
9. Hasil Pekerjaan Pengawasan terkait hasil tiap-tiap kegiatan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan/spesifikasi
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

Contoh Formulir Permintaan


Pemeriksaan
Atau Pengujian

Hasil Pekerjaan Pengawasan Terkait Hasil Tiap-tiap


Kegiatan Pekerjaan Sesuai Dengan
Persyaratan/Spesifikasi.
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

Contoh Format Laporan


Ketidaksesuaian
(Oleh Pengawas Pekerjaan)
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

Bagan Alir
Pelaksanaan Inspeksi
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
A. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN

Contoh Format
Perubahan di Lapangan
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
B. Penanganan Kontrak Kritis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi Melalui Penyedia Kontrak dinyatakan kritis apabila:

a) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak), selisih keterlambatan antara
realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 10%;
b) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), selisih keterlambatan antara
realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 5%;
c) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), selisih keterlambatan antara
realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan kurang dari 5% dan akan melampaui tahun
anggaran berjalan.
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
B. Penanganan Kontrak Kritis

d) Apabila Penyedia gagal pada uji coba kedua, maka Pengguna Jasa menerbitkan Surat Peringatan
Kontrak Kritis II dan harus diselenggarakan SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia dalam waktu tertentu (uji coba ketiga) yang
dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap III;
e) Apabila Penyedia gagal pada uji coba ketiga, maka Pengguna Jasa menerbitkan Surat Peringatan
Kontrak Kritis III dan Pengguna Jasa dapat melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dengan
mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata;
f) Apabila uji coba berhasil, namun pada pelaksanaan pekerjaan selanjutnya Kontrak dinyatakan kritis
lagi maka berlaku ketentuan SCM dari awal;
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
B. Penanganan Kontrak Kritis

g) Dalam hal diperkirakan Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai Masa Pelaksanaan berakhir,
namun Pengguna Jasa menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, Pengguna Jasa
dapat memberikan kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan;
h) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dimuat dalam addendum
Kontrak yang didalamnya mengatur:
1) Waktu pemberian kesempatan penyelesaian pekerjaan;
2) Pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia;
3) Perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan; dan
4) Sumber dana untuk membiayai penyelesaian sisa pekerjaan yang akan dilanjutkan ke Tahun
Anggaran berikutnya dari DIPA Tahun Anggaran berikutnya, apabila pemberian kesempatan
melampaui Tahun Anggaran.
PENGAWASAN PEKERJAAN DAN KONTRAK KRITIS
B. Penanganan Kontrak Kritis

i) Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender, sejak Masa Pelaksanaan berakhir;
j) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui Tahun
Anggaran.
B E S T R E G A R D S ,

PROYEK WTP SIMORO 300 LPD


PT. AMARTA KARYA ( PERSERO )

Anda mungkin juga menyukai