Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu

Calvijn Axel Panjaitan


1201190288
TI-43-GABBAS

1. Jelaskan konsep manajemen kinerja kaitannya dengan lingkup area fungsi dan
kerangka kerja perusahaan!

Konsep manajemen kinerja adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengelola dan meningkatkan kinerja individu, tim, dan organisasi secara
keseluruhan. Ini melibatkan proses perencanaan, pengukuran, evaluasi, umpan balik,
pengembangan, dan penghargaan kinerja karyawan.

Lingkup area fungsi dalam manajemen kinerja mencakup:

1. Penetapan Tujuan: Perusahaan menetapkan tujuan yang jelas dan terukur untuk setiap
individu dan tim. Tujuan ini harus sesuai dengan tujuan strategis organisasi secara
keseluruhan.
2. Pengukuran Kinerja: Kinerja individu dan tim diukur berdasarkan tujuan yang
ditetapkan. Pengukuran kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode, seperti penilaian kinerja, pengukuran kuantitatif, atau evaluasi 360 derajat.
3. Evaluasi Kinerja: Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana individu atau
tim mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara periodik,
biasanya dalam bentuk tinjauan tahunan atau tinjauan kinerja berkala.
4. Umpan Balik: Setelah evaluasi, umpan balik diberikan kepada individu atau tim
mengenai kinerja mereka. Umpan balik yang efektif membantu dalam pengenalan
kekuatan dan kelemahan kinerja serta memberikan panduan untuk perbaikan.
5. Pengembangan Kinerja: Manajemen kinerja melibatkan upaya untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan individu atau tim yang dapat
meningkatkan kinerja mereka di masa depan. Ini dapat melibatkan pelatihan,
mentoring, atau pengalaman belajar lainnya.
6. Penghargaan dan Pengakuan: Kinerja yang baik diakui dan dihargai oleh perusahaan.
Penghargaan dan pengakuan dapat berupa promosi, bonus, penghargaan non-moneter,
atau pengakuan publik.

Kerangka kerja perusahaan untuk manajemen kinerja dapat bervariasi tergantung pada
kebutuhan dan budaya organisasi. Namun, kerangka kerja ini umumnya mencakup
langkah-langkah berikut:

1. Perencanaan Kinerja: Menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, mencapai


kesepakatan, dan mengidentifikasi indikator kinerja yang jelas.
2. Pemantauan Kinerja: engukur dan memantau kinerja individu dan tim dengan
menggunakan metrik yang relevan dan objektif.
3. Evaluasi Kinerja: Melakukan evaluasi periodik terhadap kinerja individu dan tim
berdasarkan tujuan yang ditetapkan.
4. Umpan Balik: Memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan arahan
untuk perbaikan kinerja.
5. Pengembangan Kinerja: Memberikan peluang pengembangan keterampilan dan
pengetahuan melalui pelatihan, mentoring, atau program pengembangan lainnya.
6. Pengakuan dan penghargaan: Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada
individu atau tim yang mencapai kinerja yang baik atau melampaui harapan.
7. Perbaikan Kinerja: Mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan merancang
rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Melalui konsep manajemen kinerja dan kerangka kerja yang tepat, perusahaan dapat
memastikan bahwa kinerja individu dan tim terkait dengan tujuan strategis organisasi dan
terus ditingkatkan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.

2. Apa Key Success Factors dari manajemen kinerja perusahaan?


Key Element dalam Performance Management
a. People : bermanfaat dalam reporting dan komunikasi dalam sebuah organisasi.
Dalam sebuah perusahaan juga dibutuhkan sesuatu yang dapat memimpin dan serta
memiliki kempampuan.

b. Purpose : dalam sebuah manajemen kinerja dibutuhkan tujuan agar stakeholder dalam
sebuah perusahaan/organisasi dapat membuat tujuan yang akan dicapai, sehingga
sebuah perusahaan/organisasi tersebut memiliki target yang harus didapatkan.
Menentukan tujuan juga memiliki peran dalam menentukan dan menjaga key
performance indicator apa saja yangs udah ditentukan.

c. Processes : tahapan yang dirangkai dalam mencapai sebuah tujuan. Hal ini juga
menjadi key element dalam sebuah kinerja perusahaan. Dalam menentukan sebuah
proses, dalam tahapannya dapat terbentuk juga sebuah manajemen resiko yang akan
terjadi, serta dapat terbentuk aturan-aturan dasar dalam perusahaan/organisasi.

d. Information :

e. Model / Framework : Model atau Framework adalah ringkasan proses dan komponen
internal utama yang digunakan Stakeholder untuk menetapkan, menyampaikan,
memantau, melaporkan prioritasnya yang mencakup seperti elemen strategi, keungan,
manajemen resiko serta pelaporan dan akuntabilitas.

f. Measures : Untuk menentukan ukuran-ukuran yang menjadi parameter dalam kinerja


sebuah perusahaan.

3. Apa perbedaan antara BSC dan Performance PRISM!

Balance Score Card (BSC) dan Performance PRISM adalah dua pendekatan manajemen
kinerja yang digunakan dalam organisasi untuk mengukur dan mengelola kinerja mereka.
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kinerja organisasi,
ada perbedaan utama antara BSC dan Performance PRISM dalam hal pendekatan dan
fokus.
1. Pendekatan:

 Balance Score Card: BSC adalah kerangka kerja yang menyediakan panduan
tentang bagaimana mengukur dan mengelola kinerja organisasi dengan
memperhatikan empat perspektif utama, yaitu keuangan, pelanggan, proses
internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Pendekatan BSC lebih berfokus
pada pengukuran dan pengelolaan kinerja secara seimbang dari berbagai aspek
organisasi.
 Performance PRISM: Performance PRISM adalah pendekatan yang lebih luas
yang melibatkan pemahaman dan pengelolaan kinerja organisasi dari berbagai
perspektif, termasuk pelanggan, pemangku kepentingan internal dan eksternal,
proses internal, serta kapabilitas dan sumber daya organisasi. Pendekatan
Performance PRISM lebih berfokus pada mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan dan harapan semua pemangku kepentingan organisasi.
2. Fokus:
 Balance Score Card: BSC berfokus pada pengukuran kinerja yang seimbang dan
komprehensif dari empat perspektif yang berbeda. Ini mencakup pengukuran
keuangan tradisional seperti pendapatan dan keuntungan, serta pengukuran non-
keuangan seperti kepuasan pelanggan, efisiensi proses internal, dan kemampuan
inovasi dan pembelajaran organisasi.
 Performance PRISM: Performance PRISM lebih berfokus pada mencapai kinerja
yang memadai dari sudut pandang pemangku kepentingan organisasi secara
keseluruhan. Ini melibatkan memahami dan mengelola hubungan dengan
pelanggan, karyawan, pemasok, mitra bisnis, dan masyarakat secara holistik.
3. Pengukuran:
 Balance Score Card: BSC menggunakan berbagai indikator kinerja, baik
keuangan maupun non-keuangan, untuk mengukur kinerja organisasi dalam empat
perspektif. Indikator keuangan meliputi pendapatan, laba, dan ROI (Return on
Investment), sementara indikator non-keuangan meliputi tingkat kepuasan
pelanggan, waktu siklus proses, dan tingkat inovasi.
 Performance PRISM: Performance PRISM juga menggunakan berbagai indikator
kinerja, tetapi lebih menekankan pada pengukuran kualitatif seperti kepercayaan
pelanggan, loyalitas karyawan, kepuasan pemangku kepentingan, serta
pengukuran kuantitatif seperti pendapatan dan pertumbuhan pasar.

Meskipun terdapat perbedaan di atas, penting untuk dicatat bahwa BSC dan Performance
PRISM tidak saling eksklusif. Beberapa organisasi mungkin memilih untuk
menggunakan elemen-elemen dari kedua pendekatan ini untuk mencapai pengukuran dan
pengelolaan kinerja yang lebih holistik.

4. Jelaskan secara singkat model dan penggunaan Baldrige Excellence Framework


(BEF)!

BEF berfungsi sebagai panduan bagi organisasi untuk mengukur dan meningkatkan
kinerja mereka di berbagai aspek, termasuk kepemimpinan, strategi, fokus pelanggan,
pengukuran kinerja, manajemen sumber daya, proses operasional, dan hasil yang dicapai.
Model ini mendorong organisasi untuk mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam
mencapai keunggulan, dengan penekanan pada inovasi, pembelajaran organisasi, dan
kepuasan pelanggan.

Penggunaan BEF melibatkan langkah-langkah seperti mengidentifikasi tujuan strategis,


mengembangkan metrik kinerja yang relevan, menerapkan praktik terbaik, melibatkan
karyawan dan pelanggan dalam proses perbaikan, dan mengukur hasil yang dicapai
secara teratur. Melalui penerapan BEF, organisasi dapat meningkatkan efisiensi
operasional, kualitas produk atau layanan, kepuasan pelanggan, dan keberlanjutan jangka
panjang.

Selain sebagai kerangka kerja untuk peningkatan kinerja organisasi, BEF juga digunakan
sebagai alat pengukuran dan pembanding kinerja dalam kompetisi penghargaan Baldrige
Excellence. Organisasi yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip BEF dan mencapai
tingkat keunggulan yang tinggi dapat memperoleh pengakuan dan penghargaan dari
penghargaan Baldrige Excellence, yang dapat meningkatkan reputasi mereka di industri
dan masyarakat luas.

Secara singkat, BEF adalah model yang membantu organisasi meningkatkan kinerja
mereka melalui pendekatan berkelanjutan, pengukuran kinerja yang komprehensif, dan
penggunaan praktik terbaik. Model ini digunakan dalam berbagai sektor dan dapat
membantu organisasi mencapai keunggulan operasional, kepuasan pelanggan, dan
kesuksesan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai