MODUL 3
Perancangan Pemesinan pada Pembuatan Punch
Pelat Logam
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari Modul 3 PPST I/PMR I adalah:
1. Mahasiswa mengetahui metode yang digunakan dalam membentuk produk pelat logam.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi produk lembar logam yang dihasilkan dari proses stamping.
3. Mahasiswa mampu merancang pola produk lembar logam dalam bentuk CAD.
4. Mahasiswa mampu merancang pola dari punch untuk membuat produk lembar logam dalam bentuk CAD.
5. Mahasiswa memahami konsep CAM dalam proses manufaktur.
6. Mahasiswa mampu mengoperasikan perangkat CAM sederhana.
TEORI DASAR
PROSES STAMPING
Stamping adalah proses untuk membentuk lembar logam menjadi bentuk tertentu dengan menggunakan operasi
cutting dan forming. Lembar logam yang biasanya digunakan adalah low carbon steel. Lembar logam jenis ini
digunakan karena mudah dibentuk serta memiliki kekuatan yang baik untuk dibentuk menjadi berbagai macam
produk dalam kehidupan sehari-hari. Mesin yang digunakan untuk proses stamping disebut mesin press. Lembar
logam terbentuk menjadi produk akhir melalui beberapa proses stamping.
Proses stamping biasanya dilakukan pada suhu ruangan (cold working). Secara garis besar, proses stamping
adalah sebagai berikut. Lembar logam diletakkan di antara upper die dan lower die, kemudian upper die
menutup dan menekan lembar logam sehingga lembar logam terdeformasi permanen.
Proses stamping banyak digunakan dalam kegiatan produksi massal. Hal ini disebabkan kapabilitas proses untuk
membentuk produk dengan waktu yang lebih singkat, serta biaya yang relatif lebih rendah. Kebutuhan akan
produk yang terbuat dari lembar logam semakin tinggi. Produk tersebut digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti otomotif, peralatan konstruksi, peralatan rumah tangga, peralatan kantor, dan lain-lain. Penggunaan proses
stamping dapat membantu perusahaan untuk memenuhi demand dan meningkatkan produktivitas. Selain itu,
harga die mesin press relatif mahal sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan dalam produksi massal.
Gambar 9 menunjukan contoh produk yang dibuat dengan proses stamping.
Gambar 7 (a) Straight flanging (b) Stretch flanging (c) Shrink flanging
3. Operasi Drawing
Operasi drawing dilakukan dengan meletakkan lembar logam pada die cavity kemudian menekan logam
tersebut ke rongga yang tersedia dengan punch. Lembar logam biasanya perlu ditahan terhadap die dengan
menggunakan suatu blankholder. Ilustrasi dari proses drawing dapat dilihat pada Gambar 9.
MESIN PRESS
Mesin press merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan pemotongan dan memproduksi lembar logam.
Fungsi mesin press adalah melakukan proses press, memotong benda kerja, membentuk lembar logam, dan
melakukan proses penempaan. Prinsip kerja mesin press adalah benda yang akan diproses diletakkan di atas bed.
Kemudian, ram atau slide akan melakukan gaya tekan pada benda kerja. Ketelitian dari produk yang dihasilkan
oleh mesin press akan sangat bergantung pada kualitas dari pressing die dan lembar logam, tetapi kecepatan
produksi bergantung pada kecepatan turun-naik dari ram mesin press atau stroke per minute (SPM).
Pada umumnya mesin press jenisnya dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jumlah pergerakan ram dan sumber
tenaga yang digunakan. Berdasarkan jumlah pergerakan ram yang digunakan, mesin press terbagi atas:
1. Single Action Press
Pada pengaturan untuk menjalankan mesin press terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh operator
mesin, sebagai berikut:
1. Kecepatan turun-naik ram, pengaturan kecepatan ini hanya dapat dilakukan pada mesin press hidrolik karena
pada mesin press mekanik pada umumnya kecepatan turun-naik ram merupakan bagian dari spesifikasi mesin.
Pada proses pemotongan digunakan kecepatan turun-naik ram yang tinggi dibandingkan dengan proses
pembentukan. Di samping itu kecepatan yang digunakan bergantung pada ketebalan benda kerja yang
digunakan, semakin tebal benda kerja yang digunakan maka semakin rendah kecepatan naik turun ram yang
digunakan. Kecepatan turun-naik ram ini dalam satuan stroke per minute (SPM).
2. Ketinggian die, ketinggian ini adalah jarak antara die bagian atas (upper die) yang dipasang pada ram mesin
press dengan die bagian bawah (lower die) yang dipasang pada meja mesin press (bolster plate). Secara umum
ketinggian cetakan ini harus lebih besar dari tinggi benda yang dihasilkannya dengan mempertimbangkan
ruang untuk mengambil benda kerja yang dihasilkan.
3. Tekanan penjepit, penjepit yang digunakan akan mempengaruhi bentuk deformasi yang terjadi. Tekanan yang
digunakan harus optimum untuk menjamin terjadinya aliran gaya material yang tepat dan mencegah terjadinya
kerutan atau robek.
PRESSING DIES
Pressing die adalah suatu alat perkakas tekan yang digunakan untuk memotong atau membentuk suatu lembar
logam atau plat lembaran sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dalam pengoperasiannya, pressing die ini
digerakkan oleh mesin press. Tujuan dari pembuatan pressing die adalah untuk membuat komponen secara
massal dengan ukuran dan bentuk yang sama dalam waktu yang relatif singkat. Jadi pressing die berfungsi untuk
menghemat waktu pengerjaan dan penghematan biaya produksi. Secara umum pressing die terbagi menjadi dua
bagian besar yaitu lower die dan upper die.
Dalam proses mendesain sebuah pressing die perlu diperhatikan aspek-aspek berikut yang meliputi:
• Kekuatan dari konstruksi die yang direncanakan, sebab die dibuat untuk produksi massal dengan laju
produksi yang tinggi.
• Pemilihan material yang tepat dari bagian-bagian die, dengan pemilihan material yang tepat dapat
memperpanjang lifetime die dan memperlama proses kerusakan karena pemakaiannya.
• Aspek safety dalam pengoperasian die oleh operator, safety adalah hal yang penting perlu diperhatikan
dalam perancangan awal suatu die untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dalam pengoperasiannya.
• Mudah dalam proses manufakturnya dan mampu dikerjakan oleh mesin-mesin yang tersedia di perusahaan.
• Biaya pembuatan yang rendah, dengan adanya biaya yang rendah maka akan menurunkan harga pressed
part yang dijual ke customer. Dengan harga yang rendah, hasil produksi lembar logam akan mampu
berkompetisi di pasaran.
• Kualitas die yang baik, kualitas yang baik dari die dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang baik
dan akan meningkatkan kepuasan pelanggan atas produk yang dihasilkan.
• Mudah untuk dibongkar pasang ketika dibutuhkan maintenance atau penggantian spare part pada die.
10. Baut pengikat, berfungsi untuk mengikat die ke pelat bawah dan punch holder ke pelat atas. Baut pengikat
dipilih berdasarkan standar baut pengikat dan ketebalan die.
11. Pin penepat, berfungsi untuk menempatkan die pada pelat bawah dan punch holder ke pelat atas, sehingga
posisinya dapat terarah dan kokoh.
12. Bush, berfungsi untuk mengarahkan tiang pengarah dan mencegah cacat pada pelat atas.
13. Baut Pemegang, berfungsi untuk mengikat stripper dengan punch holder.
Secara umum jenis-jenis pressing die dibagi berdasarkan jumlah operasi yang dilakukan pada satu kali
dilakukannya stroke. Adapun jenis-jenis pressing die terdiri atas:
1. Single Operation Die
Single operation die atau biasa disebut single die adalah pressing die sederhana yang dirancang untuk hanya
melakukan satu jenis pekerjaan pada satu stasiun kerja. Dalam operasinya hanya satu jenis pemotongan
atau pembentukan yang dilakukan, misalnya blanking saja atau bending saja. Macam-macam single
operation die, sebagai berikut:
a. Cut Off Die
c. Progressive Die
Gambar 21 Dampak Kelonggaran yang Terlalu Kecil (a); Dampak Kelonggaran yang Terlalu Besar (b)
𝑐 = 𝐴𝑐𝑡
Dengan:
c = clearance (mm)
𝐴𝑐= clearance allowance
t = ketebalan logam (mm)
Nilai clearance allowance ditentukan berdasarkan jenis logamnya. Logam dapat digolongkan menjadi 3 kelompok.
Tabel dibawah ini menunjukkan nilai clearance allowance untuk setiap kelompok jenis logam.
Tabel 1 Clearance Allowance
Perhitungan clearance dapat digunakan dalam perhitungan operasi blanking dan punching untuk menentukan
ukuran punch dan die yang sesuai. Pada dasarnya, ukuran die harus lebih besar daripada ukuran punch. Nilai
clearance dapat digunakan untuk menambah ukuran die atau sebaliknya mengurangi ukuran punch sebesar nilai
clearance. Rumus untuk menghitung diameter punch dan die blanking (𝐷𝑏) dan punching (𝐷ℎ) yang diberikan
penyesuaian sebesar clearance (c) adalah setelah sebagai berikut.
1. Blanking
𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑢𝑛𝑐ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐷𝑏 − 2𝑐
2. Punching
𝐻𝑜𝑙𝑒 𝑝𝑢𝑛𝑐ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐷ℎ
Operasi Bending
BEND ALLOWANCE
Bend allowance merupakan panjang dari sumbu netral untuk mengantisipasi stretching sebelum operasi bending
dilakukan. Rumus yang digunakan untuk menghitung bend allowance adalah sebagai berikut.
Gambar 23 (a) Bending of Sheet Metal; (b) Elongation of The Metal Occur in Bending
∝
𝐴𝑏 = 2π 360
(𝑅 + 𝐾𝑏𝑎𝑡)
Dengan:
𝐴𝑏 = bend allowance (mm)
∝ = bend angle ( o )
R = jari-jari tekuk (mm)
t = ketebalan logam (mm)
𝐾𝑏𝑎 = faktor untuk mengestimasi stretching
Nilai faktor untuk mengestimasi stretching dapat ditentukan dengan cara berikut.
1. Jika R < 2t, maka 𝐾𝑏𝑎 = 0,33
2. Jika R ≥ 2t, maka 𝐾𝑏𝑎 = 0,50
FORCE
Berikut merupakan rumus untuk menghitung bending force maksimum (dalam Newton):
2
𝐾𝑏𝑓(𝑇𝑆)𝑤𝑡
𝐹= 𝐷
Dengan:
Kbf = konstanta, 1.33 untuk V-bending dan 0.33 untuk edge bending
TS = tensile strength (MPa)
w = lebar dari bagian yang akan di-bending
t = ketebalan logam (mm)
D = bukaan dari die yang tergantung pada jenis bending, dapat dilihat pada Gambar 32.
Operasi Drawing
CLEARANCE
Clearance pada operasi drawing merupakan jarak antara punch dan die. Rumus untuk menghitung kelonggaran
pada operasi drawing adalah sebagai berikut.
Dengan:
TS = tensile strength (MPa)
t = ketebalan awal logam (mm)
Db = Diameter awal logam (mm)
Dp = Diameter punch (mm)
Selanjutnya, terdapat holding force sebagai gaya yang dibutuhkan untuk menahan lembar logam di awal operasi.
Biasanya, holding force bernilai satu per tiga dari drawing force.
Berikut ini adalah beberapa format penulisan operasi pemesinan pada LRP:
Turning : Nama Operasi (L=… , Do=… , Df=… ) Contoh : Turning (L= 5mm, Do= 10mm, Df= 8mm)
Milling : Nama Operasi (L=.... , d=.... ) Contoh : End Milling Roughing (L=15mm, d=2mm)
Drilling : Nama Operasi (D=... , d=... ) Contoh : Drilling (D=5mm, d=2mm)
Punching : Nama Operasi (Ǿ =.... , t=.... , TS=.... ) Contoh : Punching (Ǿ = 8mm, t= 1.5 mm, TS=401.8 Mpa)
Blanking : Nama Operasi (L= ..., t= ...., TS=....) Contoh : Blanking (L= 465.38 mm, t= 1,5 mm, TS=401.8 Mpa)
Embossing : Nama Operasi (L=..., t=..., TS=....) Contoh : Embossing (L= 100 mm, t= 1.5 mm, TS=401.8 Mpa)
Note: format penulisan operasi pemesinan dapat berubah tergantung operasi yang dilakukan, missal: untuk
chamfering pada mesin bubut diperlukan parameter tambahan yaitu besar sudut.
Pada proses manufaktur modern, proses otomasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas hasil. Proses otomasi didasari oleh penggunaan teknologi komputer berupa software dalam merancang
model, proses produksi, dan validasi. Proses ini dikenal dengan istilah computer aided process. CAD dan CAM
merupakan perangkat lunak yang membantu proses perancangan dan manufaktur beserta otomasinya. Pada modul
ini, CAM menjadi fokus utama praktikum dalam merancang produk berbasis proses pemesinan.
Computer-aided design (CAD) adalah sebuah sistem desain bangun yang memungkinkan para engineer
merencanakan, memodelkan dan mengevaluasi suatu model produk sebelum diproduksi. Singkatnya, CAD
merupakan software untuk merancang suatu part atau produk. Contoh software CAD adalah Solidworks,
AutoCAD, Inventor, Catia, dan CADmeister. Format universal dari software CAD adalah STL dan IGES. Hasil dari
proses CAD adalah sebuah model dari part yang ingin dibentuk yang selanjutnya akan diidentifikasi proses
manufaktur pada tahap CAM.
1. Sketching, yaitu pembuatan sketsa dua dimensi yang akan menjadi panduan drafting.
2. Drafting, yaitu pembuatan bentuk tiga dimensi melalui persamaan matematis yang dikonversi ke dalam bentuk
grafis.
3. Drawing, yaitu dokumentasi draft yang telah dibuat ke dalam gambar yang sesuai standar.
Hasil drafting disimpan dalam bentuk kumpulan titik yang dihubungkan menjadi garis, kumpulan garis yang
dihubungkan menjadi permukaan, dan kumpulan permukaan yang menjadi bentuk dasar part. Hasil inilah yang
akan menjadi input pada proses CAM yang selanjutnya digunakan pada mesin Computer Numerical Control (CNC).
CAM (Computer-Aided Manufacturing) secara singkat merupakan software yang digunakan untuk merancang
proses produksi produk. Contoh software CAM ialah SolidCAM atau CADmeister CAM. Adapun output dari CAM
ialah program NC (Numerical Control) untuk menggerakkan machining center (MC) secara otomatis. Program NC
merupakan program yang berisikan kode-kode perintah yang digunakan untuk menggerakkan MC, yaitu mesin yang
dapat beroperasi melalui kendali numerik. Karena itu, mesin ini sering disebut mesin computer numerical control
(CNC). MC yang digunakan pada praktikum ini adalah mesin milling.
Program NC menggunakan bahasa yang disebut G-code. Kumpulan G-code yang dihasilkan merupakan representasi
dari pergerakan tool pada path, penggunaan tools, dan pahat yang akan dijalankan oleh mesin. G-code ini akan
menjadi representasi lembar rencana proses yang telah dibuat. Path adalah jalur pergerakan pahat dalam proses
pemesinan. Sebuah path terdiri atas dua atau lebih elemen path. Setiap titik yang terdapat pada elemen path
disebut dengan path point.
Pada umumnya, setiap software CAM memiliki mekanisme proses CAM yang terdiri dari CAM open, define process,
path calculation, path data import, NC output, dan verify NC data. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
mekanisme tersebut.
1. CAM open, adalah proses input model CAD yang telah dibuat.
2. Define process, adalah penentuan urutan, jenis, dan parameter-parameter pemesinan yang diperlukan untuk
membentuk produk awal menjadi bentuk model yang diinginkan.
3. Path calculation, adalah proses penentuan jalur pergerakan pahat berdasarkan proses yang telah didefinisikan.
4. Path data import, adalah proses import dan konversi path yang telah dibuat menjadi lembar rencana proses
pembuatan model yang diinginkan.
5. NC output, adalah konversi lembar rencana proses menjadi kumpulan kode G-Code yang akan dijadikan
program NC untuk mesin CNC.
6. Verify NC data, adalah verifikasi NC Code melalui interference check pada jalur-jalur yang akan dilewati pahat.
Verifikasi dilakukan untuk memastikan tools tidak akan menabrak benda kerja pada saat eksekusi nantinya.
Dalam pengaplikasiannya di dunia nyata, mekanisme yang perlu dilalui dalam proses produksi yang memanfaatkan
teknologi computer-aided tidak sesederhana yang dilakukan dengan memanfaatkan CAM. Diperlukan validasi atas
proses yang telah dibuat untuk memastikan efektivitas dari proses tersebut, dan salah satu cara untuk memastikan
hal tersebut adalah dengan melakukan simulasi dalam dunia nyata dan melakukan pemeriksaan terhadap hasil
simulasi tersebut. Dengan melakukan simulasi, dapat diketahui mengenai bagian-bagian proses yang tidak sesuai
dengan hasil perancangan produk sehingga dapat dilakukan revisi dan penyesuaian terhadap proses dan simulasi
harus kembali dilakukan hingga hasil yang diperoleh sesuai dengan standar produk yang akan dibuat.
1. Penentuan toleransi disesuaikan dengan fungsi komponen dengan mempertimbangkan kemampuan proses
pemesinan. Jika fungsi tidak terlalu vital dan tidak membutuhkan toleransi yang ketat, sebaiknya toleransi yang
ketat dihindari karena dapat meningkatkan biaya yang perlu dikeluarkan. Hal yang sama juga berlaku untuk
kehalusan permukaan.
2. Sudut-sudut yang tajam sebaiknya dihindari. Pada umumnya, tools memiliki bentuk silinder sehingga
permukaan yang bundar tersebut tidak dapat mencapai pojok-pojok sudut yang tajam.
3. Hindari lubang yang terlalu dalam. Setiap tools memiliki batas kemampuannya masing-masing tergantung
dengan jenis material dan panjang pahat. Lubang yang terlalu dalam dan sempit dapat membuat pahat menjadi
patah.
4. Hindari undercut. Berikut ini adalah contoh penanganan terhadap undercut.
5. Rancang fitur pemesinan yang meminimasi setup dan dapat diproses menggunakan pahat-pahat standar.
Pada Gambar 28a, tools yang digunakan harus memiliki bentuk khusus yang sesuai dengan bentuk lubang.
Selain itu, karena lubang berada pada bagian atas dan bawah permukaan benda kerja, maka mesin harus
melakukan dua kali setup, yaitu untuk bagian atas dan bagian bawah. Perbaikan untuk kedua fitur tersebut
ditunjukkan pada Gambar 28b.
KEGIATAN PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum pada Modul 3: Perancangan Pemesinan Pelat Logam adalah sebagai berikut.
1. Setiap praktikan mencari 2 produk pelat logam yang dibuat melalui rangkaian proses stamping berukuran
maksimal 20x20x20 cm3 (tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu kompleks).
2. Verifikasi produk dilakukan sesuai panduan yang diberikan.
3. Mahasiswa melakukan pembuatan desain produk pelat logam menggunakan aplikasi SolidWorks
4. Mahasiswa melakukan pembuatan desain punch pelat logam dengan aplikasi SolidWorks beserta proses
pemesinan dan NC Code.
5. Mahasiswa menyusun proses pemesinan manual untuk punch dalam bentuk Lembar Rencana Proses, tanpa
perhitungan parameter.
2. Pengumpulan Akhir
Pengumpulan akhir bersifat wajib. Pengumpulan akhir terdiri
● Laporan akhir
● CAD produk pelat logam
● CAD punch
● NC Code
● Lembar Rencana Proses pemesinan manual untuk punch
Batas waktu pengumpulan akhir adalah Senin, 3 April 2023 pukul 07.00 WIB. Pengumpulan akhir dilakukan melalui
assignments Microsoft Teams.
4. Asistensi
Asistensi bersifat opsional, tetapi praktikan sangat dianjurkan untuk melakukan asistensi. Feedback hanya akan
diberikan bagi kelompok yang mengajukan asistensi. Asistensi dilakukan sesuai rentang hari dan jam kerja (07.00 –
18.00 WIB) yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan asisten dengan kelompok praktikan dalam format
offline. Semua komunikasi praktikan dan asisten wajib dilakukan melalui Microsoft Teams.
LAPORAN
Laporan diketik pada kertas A4, dengan format sebagai berikut:
1. Margin: kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah 2 cm, spacing Multiple 1.3, rata kanan kiri
2. Font
Judul Bab : Cambria 14 (bold)
Subbab : Calibri 12 (bold)
Isi : Calibri 11
4. Isi laporan:
COVER
LEMBAR ASISTENSI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Flowchart Praktikum
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONTRIBUSI
REFERENSI
Bolianovic,Vukota. (2004). Sheet Metal Forming Processes and Die Design. Industrial Press Inc.
Groover, M. P. (2010). Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials, Processes, and Systems 4th ed. New
Jersey: John Wiley & Sons.
GuoGuang Electric Company Ltd. (2014). CAD Support. Diambil kembali dari GGEC:
http://www.ggec.com/cad.html
Hilman, Azmi. (2005). Perancangan dan Analisis Stamping Die untuk Pembuatan Produk Bracket Bumper Dengan
Proses Press Multi Forging. Depok: Universitas Gunadarma.