Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN GEOLOGI REGIONAL

DAN
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
LONGSORAN
JALAN TOL CIPULARANG
KM 112+600 – 121+800

2021

Lokasi Kajian
Kabupaten Bandung Barat - Purwakarta,
Provinsi Jawa Barat
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI …..………………………………………………………… i

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. iii

PENDAHULUAN …………………………………………………...…... 1

MAKSUD DAN TUJUAN .……………………………………………... 2

METODOLOGI ………………………………………………………….. 2

FISIIOGRAFI REGIONAL ………………………………………………. 2

MORFOLOGI DAN GEOMORFOLOGI ………………………………… 4

STRATIGRAFI GEOLOGI REGIONAL ………………………………… 9

STRUKTUR GEOLOGI ………………………………………………….. 12

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LONGSORAN ……………………. 18

CPL LSR 1 ………………………………………………………………… 20

CPL LSR 2 ………………………………………………………………… 21

CPL LSR 3 ………………………………………………………………… 23

CPL LSR 4 ………………………………………………………………… 24

CPL LSR 5 ………………………………………………………………… 25

CPL LSR 6 ………………………………………………………………… 26

CPL LSR 7 ………………………………………………………………… 28

CPL LSR 8 ………………………………………………………………… 29

CPL LSR 9 ……………………………………………………………… 30

i
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
CPL LSR 10 ……...……………………………………………………… 31

CPL LSR 11 ……………………………………………………………… 33

KESIMPULAN …………………………………………………………… 35

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 36

LAMPIRAN LEPAS ……………………………………………………… 38

ii
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
DAFTAR ISI

Halaman

Gambar 1. Pembagian fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) ….. 3

Gambar 2. Peta topografi daerah kajian ………………………………… 4

Gambar 3. Bentangalam vulkanik (gunungapi) …………………………. 5

Gambar 4. Peta geomorfologi daerah kajian …………………………….. 8

Gambar 5. Sayatan penampang geomorfologi daerah kajian …………….. 9

Gambar 6. Hubungan stratigrafi satuan batuan atau endapan daerah kajian 9

Gambar 7. Peta geologi regional daerah kajian ………………………….. 11

Gambar 8. Sayatan penampang geologi regional daerah kajian ………….. 12

Gambar 9. Peta pola struktur regional jawa ………………………………. 13

Gambar 10. Peta geologi regional yang memperlihatkan struktur geologi

Yang terdapat di daerah kajian ……………………………………………. 14

Gambar 11. Hasil analisa struktur geologi daerah kajian …………………. 15

Gambar 12. Jenis kekar berdasarkan genesa ……………………………….16

Gambar 13. Pergerakan relative blok-blok sesar ……………….....……… 18

Gambar 14. Macam-macam jenis longsoran atau gerakan tanah …………. 19

iii
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
PENDAHULUAN

Jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (disingkat Jalan Tol Cipularang) adalah jalan


tol di Indonesia yang menghubungkan kabupaten Purwakarta dan Bandung. Jalan tol ini selesai
dibangun pada akhir April 2005. Tol ini membentang dari Cikampek - Purwakarta sampai
Padalarang. Jalan Tol ini melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten
Bandung Barat. Tol ini berada di pegunungan sehingga jalannya naik-turun dan juga mempunyai
banyak jembatan yang panjang dan tinggi.

Pembangunannya dibagi 2, yaitu:

 Tahap 1: Cikampek-Sadang (dibuka pada 1 Agustus 2003) dan Padalarang-Cikamuning


(dibuka pada 21 September 2003) (17,5 km).
 Tahap 2: Sadang-Cikamuning (dibuka pada 26 April 2005) (41 km).

Melalui tol ini, jarak Jakarta-Bandung hanya membutuhkan waktu 1 jam 30 menit (jika
tidak macet) dan dihitung dari Cawang. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Purbaleunyi
(90 km).

Geologi regional merupakan informasi tentang tatanan geologi suatu daerah dengan
cakupan dan skala yang relatif luas. Geologi regional perlu dipelajari untuk memberikan gambaran
umum kondisi geologi di daerah kajian dan menjadi dasar untuk dilakukannya interpretasi awal
faktor-faktor geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah kajian. Faktor-faktor geologi
yang dapat ditinjau secara regional yaitu fisiografi, morfologi, stratigrafi, dan struktur geologi
regional.

Kajian ini merangkum beberapa aspek yaitu, tentang keadaan geologi regional sebagai
acuan untuk mengetahui keadaan geologi daerah terindikasi longsor. Keadaan geologi regional
seperti bentuk morfologi dan struktur geologi untuk mengetahui antisipasi bencana geologi yang
mungkin dapat terjadi di daerah kajian didasarkan pada referensi-referensi oleh peneliti terdahulu
dan keadaan sebenarnya dilapangan berupa data geologi regional dan data hasil survei lapangan.
Terutama pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 untuk mengetahui daerah terindikasi
longsor dan rekomendasi teknik penanganannya.

1
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kajian geologi ini adalah untuk mengetahui keadaan geologi regional yang
mencakup pengkajian geologi secara regional dan pemerian data geologi berupa stratigrafi,
struktur geologi serta gejala-gejala geologi lainnya, khususnya pada Jalan Tol Cipularang Km
112+600 – 121+800 di Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
Barat.

Tujuan dari kajian geologi ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi pada daerah
terindikasi longsor sehingga dapat diketahui karakteristiknya dan dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penanganan longsor pada daerah terindikasi pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 –
121+800 di Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

METODOLOGI

Metode kajian geologi yang dilakukan memiliki tahapan-tahapan yang jelas dan teratur.
Sehingga tahapan yang dilakukan selama penyusunan kajian geologi ini dapat mencapai apa yang
diharapkan dari tujuan kajian geologi tersebut. Metode kajian geologi yang digunakan adalah
dengan cara studi geologi regional dan menggunakan data hasil survei langsung dilapangan

FISIOGRAFI REGIONAL

Jawa Bagian Barat terbagi menjadi 4 zona fisiografi menurut van Bemmelen (1949),
yaitu :

1. Zona Dataran Aluvial Utara Jawa


2. Zona Antiklinorium Bogor atau Zona Bogor
3. Zona Depresi Tengah atau Zona Bandung
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat

Penyebaran keenam zona tersebut dapat dilihat pada (Gambar 1). Pada gambar tersebut,
terdapat juga bagian –bagian yang berada di dalam zona tersebut yang dipisahkan sendiri,

2
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
yaitu Gunungapi Kuarter serta Kubah dan Punggungan di Zona Depresi Tengah. Keduanya
bukanlah zona tersendiri melainkan bagian dari keempat zona fisiografi Jawa Bagian Barat.

Gambar 1. Pembagian fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949).

Berdasarkan posisi geografis, lokasi Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 berada
pada Zona Gunungapi kuarter (van Bemmelen, 1949). Zona-zona ini meliputi gunung-gunung
yang berumur Kuarter seperti Gunung Ciremai, Salak, Gede, Pangrango, Tangkuban Perahu dan
gunung-gunung lainya. Zona ini menempati bagian tengah fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen,
1949) yang memanjang longitudinal dengan arah barat-timur bahkan memanjang sampai ke Jawa
Tengah hingga Jawa Timur yang didominasi oleh gunung api tipe A.

3
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
MORFOLOGI DAN GEOMORFOLOGI

Morfologi pada daerah kajian yaitu berupa bentangalam vulkanik, bentangalam


denudasional, dan bentangalam struktural dilihat dari bentukan topografi (Gambar 2). Akantetapi
Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 berupa bentangalam vulkanik dan bentangalam
denudasional.

Gambar 2. Peta topografi daerah kajian

4
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
1. Bentangalam Vulkanik

Bentangalam vulkanik adalah bentangalam yang terbentuk sebagai akibat dari


proses atau kegiatan vulkanisme/gunung berapi. Berdasarkan penampakan morfologi,
bentangalam gunungapi (Gambar 3) diklasifikasikan menjadi:

 Depresi vulkanik; umumnya berupa bentang alam cekungan. Depresi vulkanik


dapat berupa danau vulkanik, kawah, dan kaldera.
 Kubah vulkanik; bentang alam yang memiliki bentuk cembung ke atas, berupa
Parasite cone, Cinder cone.
 Vulkanik semu; bentang alam yang mirip gunungapi, bahkan dapat terbentuk
karena proses vulkanisme yang berdekatan.
 Dataran vulkanik; dicirikan dengan puncak vulkanik yang datar dan memiliki
perbedaan/variasi perbedaan ketinggian yang tidak terlalu mencolok. Dataran
vulkanik berupa dataran rendah basal, plato basal, dan dataran plato basal.

Gambar 3. Bentangalam vulkanik (gunungapi).

5
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
2. Bentangalam Denudasional

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi
berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Denudasi cendurung akan menurunkan
bagian permukaan bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi yang
hampir datar membentuk dataran nyaris (pineplain). Denudasi meliputi dua proses
utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng
bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

 Pelapukan

Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan


dipermukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa disertai perpindahan material.
Pelapukan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, dan pelapukan biotik. Pelapukan
fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa
diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses
berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder.

Faktor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism,


topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentang lahan yang menghasilkan bentuk
lahan denudasional M.W. Davis mengemukakan adanya 3 (tiga) faktor yang
mempengaruhi perkembangan bentuk lahan struktur geologi, proses geomorfologi,
waktu. Dengan adanya faktor tersebut maka dalam evolusinya, bentuk lahan
melewati beberapa stadium; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.

 Perpindahan material

Perpindahan material secara kecepatan dibedakan menjadi:

 Gerakan lambat, Tipe ini disebut tipe rayapan; (rayapan tanah,


rayapan batuan, rayapan batuan gletsyer, dan solifluction.
 Gerakan cepat, Tipe ini disebut tipe aliran; (aliran lumpur, aliran
tanah).
 Gerakan sangat cepat, Tipe gerakan ini disebut longsor lahan
(landslide) yang terdiri dari Jatuh bebas: rock-fall, earth-fall.

6
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
 Longsoran: rockslide, earthslide, debrisslide.
 Terban Jatuhnya material batuan secara vertikal tanpa adanya
gerakan horizontal.

Berdasarkan ciri-ciri morfologi daerah kajian yang berupa perbukitan morfologi


bergelombang lemah - tersayat kuat, maka menurut fisiografi R. W. van Bemmelen (1949), daerah
kajian geologi masuk ke dalam Zona Gunungapi Kuarter.

Pembagian satuan geomorfologi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan mengacu pada


klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (Van Zuidam-Cancelado, 1979) dan
klasifikasi bentukan asal berdasarkan genesa dan sistem pewarnaan (Van Zuidam, 1983).
Berdasarkan hal tersebut daerah kajian dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi
(Gambar 4), yaitu:

1. Satuan geomorfologi Bergelombang Lemah Denudasional (D7)

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 16% dari daerah kajian yang mempunyai
pelamparan relatif Timur Laut-Barat Daya. Secara morfometri satuan ini mempunyai
perbedaan tinggi ± 45 m dengan kemiringan lereng ± 7%. Litologi penyusunnya yaitu
berupa endapan danau.

2. Satuan geomorfologi Bergelombang Kuat Vulkanik (V12)

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 8% dari daerah kajian yang mempunyai


pelamparan relatif Timur Laut - Barat Daya. Secara morfometri satuan ini mempunyai
perbedaan tinggi ± 175 m dengan kemiringan lereng ± 18%. Litologi penyusunnya yaitu
berupa tufa, batupasir, breksi, lahar, lava.

3. Satuan geomorfologi Perbukitan Vulkanik (V7)

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 53% dari daerah kajian yang mempunyai
pelamparan relatif Timur Laut - Barat Daya. Secara morfometri satuan ini mempunyai
perbedaan tinggi ± 250 m dengan kemiringan lereng ± 31%. Litologi penyusunnya yaitu
berupa tufa, batupasir, breksi, lahar, lava.

7
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
4. Satuan geomorfologi Tersayat Kuat Struktural (S13)

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 23% dari daerah kajian yang mempunyai
pelamparan relatif Barat-Timur. Secara morfometri satuan ini mempunyai perbedaan tinggi
± 200 m dengan kemiringan lereng ± 43%. Litologi penyusunnya yaitu berupa Lempung,
napal, batupasir kwarsa dan batugamping berumur Oligosen.

Gambar 4. Peta geomorfologi daerah kajian

8
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 geomorfologi berupa Satuan
geomorfologi Bergelombang Lemah Denudasional (D7), Satuan geomorfologi Bergelombang
Kuat Vulkanik (V12), dan Satuan geomorfologi Perbukitan Vulkanik (V7) terlihat pada sayatan
penampang (Gambar 5).

Gambar 5. Sayatan penampang geomorfologi daerah kajian

STRATIGRAFI GEOLOGI REGIONAL

Berdasarkan peta geologi regional lembar Cianjur, Skala 1 : 100.000 pada bagian barat dan
peta geologi regional lembar Bandung, Skala 1 : 100.000 pada bagian timur (Gambar 7), maka
daerah kajian terdapat 8 (delapan) satuan Formasi batuan atau endapan, dari tua ke muda (Gambar
6), yaitu:

Gambar 6. Hubungan stratigrafi satuan batuan atau endapan daerah kajian.

9
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
1. Endapan - Endapan Danau Bersifat Tufaan (0-125 m) (Qt)

Berupa lempung tufaan, batupasir tufaan, kerikil tufaan dan konglomerat tufaan.
Membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di dataran Batujajar. Mengandung
konkresi-konkresi gamping, sisa-sisa tanaman, moluska air tawar dari tulang-tulang
binatang bertulang belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.

2. Tufa dari G. Dano dan G. TangkubanPrahu (0-100 m) (Qyd)

Berupa tufa sarang berwarna coklat, lahar yang lapuk kemerah-merahan, aglomerat
C menurut van Bemmelen, 1934).

3. Tufa dari G. TangkubanPrahu (Qyt)

Berupa pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-kepingan


andesit-basal padat yang bersudut dengan banyak bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan
batuapung. Berasal dari G. Tangkubanprahu (erupsi “A”, van Bemmelen, 1934) dan G.
Tampomas.

4. Hasil Gunungapi Tua (0-150 m) (Qob)

Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan lahar dan lava
menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya antara andesit dan basal.

5. Breksi Tufaan, Lava, Batupasir, Konglomerat (0-350 m) (Pb)

Berupa breksi bersifat andesit dan basal, lava, batupasir tufaan dan konglomerat.
Membentuk punggung-punggung tak teratur, puncak-puncaknya tersendiri, kadang-
kadang sangat curam. Di utara Rajamandala terdiri dari aliran basal berstruktur amigdaloid,
breksi aliran, breksi gunungapi dan batupasir tufaan keras, berlapis, dengan sisa-sisa
tanaman dan moluska. Di beberapa tempat, breksi gunungapi dengan hornblenda yang
melimpah.

6. Formasi Citarum, Anggota Breksi dan Batupasir (800 + m) (Mtb)

Berupa breksi polimik dengan komponen-komponen bersifat basal, andesit dan


batugamping, konglomerat, batupasir, dan batulanau. Kristal-kristal hornblenda terdapat di
banyak tempat.

10
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
7. Formasi Rajamandala, Anggota Batugamping (0-650 m) (Oml)

Berupa batugamping pejal dan batugamping berlapis, kebanyakan berwarna muda


dengan foraminifera besar berlimpah.

8. Formasi Rajamandala, Anggota Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa (1150 m) (Omc)

Lempung abu-abu tua sampai hitam, lempung napalan, napal globigerina, batupasir
kuarsa dan konglomerat kerakal kuarsa. Mengandung lembar-lembar mika, jalur-jalur
batubara dan ambar.

Gambar 7. Peta geologi regional daerah kajian


11
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 geologi regional berupa Endapan -
Endapan Danau Bersifat Tufaan (0-125 m) (Qt), Tufa dari G. Dano dan G. TangkubanPrahu (0-
100 m) (Qyd), dan Hasil Gunungapi Tua (0-150 m) (Qob) terlihat pada sayatan penampang
(Gambar 8).

Gambar 8. Sayatan penampang geologi regional daerah kajian

STRUKTUR GEOLOGI

Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah timur laut – barat daya (NE -
SW) yang disebut pola Meratus, arah utara – selatan (N - S) atau pola Sunda dan arah timur – barat
atau pola Jawa (E - W) (Pulunggono dan Martodjojo, 1994). Perubahan jalur penunjaman berumur
Kapur yang berarah timur laut – barat daya (NE - SW) menjadi relatif timur – barat (E - W) sejak
kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang
sangat rumit di samping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut.
Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.

Secara umum terdapat tiga arah dominan pola struktur Paleogen – Neogen di Pulau Jawa
menurut (Pulunggono dan Martodjojo, 1994) (Gambar 9), yaitu:

1. Arah Meratus yang berarah timur laut – barat daya, di bagian barat diwakili oleh Sesar
Cimandiri di Jawa Barat, di bagian tengah terekspresikan dari pola penyebaran singkapan
batuan Pra-Tersier di daerah Karangsambung, sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh
sesar pembatas Cekungan Pati dan Tuban serta tercermin dari pola konfigurasi Tinggian
Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih
dominan terekspresikan di bagian timur. Pola Meratus merupakan pola yang paling tua.
Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar

12
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karangsambung hingga di daerah
Cimandiri Jawa Barat.
2. Pola Sunda yang berarah utara – selatan, diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi
Cekungan Asri, dan Cekungan Sunda. Pola Sunda pada umumnya berupa struktur
regangan. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola
Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir
hingga Oligosen Akhir.
3. Pola Jawa yang berarah barat – timur, diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis, serta
sesar-sesar naik di dalam Zona Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang
terdapat pada Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian timur ditunjukkan oleh
arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Pola Jawa menunjukkan pola
termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya. Data seismic
menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat - timur masih aktif hingga sekarang.

Gambar 9. Peta pola struktur regional jawa (modifikasi dari Pulunggono dan Martodjojo,

1994)

Pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800, struktur geologi dipengaruhi pola
sunda dengan arah relatif Utara – Selatan (Gambar 9). Struktur geologi yang terdapat pada terdapat
pada daerah kajian dapat diinterpretasikan berdasarkan pada pengamatan dan pengkajian data peta

13
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
geologi regional, citra SRTM dan pengukuran dari data-data struktur beserta unsur-unsur penyerta
yang terdapat pada daerah kajian.

A. Analisa Peta Geologi Regional

Berdasarkan data dari hasil analisa peta geologi regional lembar Cianjur, Skala 1 :
100.000 pada bagian barat dan peta geologi regional lembar Bandung, Skala 1 : 100.000
pada bagian timur, struktur geologi yang bekerja pada daerah kajian berupa sesar naik
berarah Barat – Timur akan tetapi berada pada bagian Barat dari Jalan Tol Cipularang Km
112+600 – 121+800 (Gambar 10).

Gambar 10. Peta geologi regional yang memperlihatkan struktur geologi yang
terdapat di daerah kajian

14
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
B. Analisa Citra SRTM

Berdasarkan hasil analisa data struktur geologi terhadap citra SRTM di daerah
kajian, maka ditemukan beberapa indikasi adanya struktur geologi meliputi beberapa
kelurusan yang tercerminkan pada bentukan morfologi dari daerah kajian yaitu 11 pola
kelurusan. Yang keseluruhan pola berarah relatif Barat Laut - Tenggara (Gambar 11).

Gambar 11. Hasil analisa struktur geologi daerah kajian berdasarkan data citra
SRTM (http//gdem.ersdac.jspacesystems.or.jp)

15
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
C. Analisa Data Lapangan

Analisa berdasarkan data lapangan yaitu dengan cara pengukuran dari data-data
struktur beserta unsur-unsur penyerta yang terdapat pada daerah kajian. Konsep struktur
geologi menitikberatkan pada pergerakan relatif sebenarnya sehingga sangat berguna
dalam menafsirkan tektonik yang terjadi di daerah kajian serta orientasi terhadap tegasan
pembentuknya.

 Kekar

Struktur geologi yang bekerja di daerah kajian yaitu berupa kekar. Kekar
adalah struktur rekahan dalam batuan yang belum mengalami pergeseran.
Pemodelan dan analisa kekar menggunakan pendekatan klasifikasi Billings (1974)
yang menerangkan mengenai struktur geologi pada batuan sebagai akibat adanya
gaya kompresi yang disebabkan oleh tektonik (Gambar 12).

Gambar 12. Jenis kekar berdasarkan genesa (Billings, 1974).

16
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Kekar karena tektonik dapat dikelompokkan berdasarkan cara terjadinya
menjadi dua, antara lain:

1. Tekanan disebut compression atau shear fractures

Sifat-sifat khas kekar gerus antara lain: sifat tertutup, bidangnya


licin/rata, memotong seluruh, memotong bidang perlapisan dengan sudut
tertentu, pada batuan metamorf akan memotong foliasi, berpasangan dan
tertutup.

2. Tarikan disebut gash fracture

Sifat-sifat khas kekar Tarik (tension joints) antara lain: bentuk terbuka,
bidang yang tidak rata dan pola kekar tidak teratur, mengelilingi butir-butir
komponen pada konglomerat, dapat terisi oleh mineral sekunder.

 Sesar

Sesar atau patahan merupakan suatu rekahan yang memperlihatkan


pergeseran yang cukup besar dan sejajar terhadap bidang rekahan (Ragan, 1973).
Suatu sesar dapat berupa bidang sesar (fault plane) atau rekahan tunggal. Tetapi
lebih sering berupa jalur sesar (fault zone) yang terdiri dari lebih dari satu sesar.
Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi sesar yang umumnya berdasarkan
Pergerakan blok sesar (Gambar 13). Berdasarkan pergerakan blok sesar (Twiss dan
Moore, 1992), sesar dapat dibagi menjadi beberapa kelas sebagai berikut:

 Umum : normal/turun, reverse/naik (termasuk “thrust” sesar)


 anjakan/sungkup), sesar mendatar.
 Sifat pergeseran : slip (gerak sebenarnya), separation (gerak semu).
 Sifat gerak terhadap bidang sesar : dip slip, strike slip, oblique slip.

17
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Gambar 13. Pergerakan relatif blok-blok sesar (Twiss dan Moore, 1992).

Gejala-gejala ini merupakan bukti-bukti yang dapat dipakai untuk menduga


kelurusan dan kemenerusan dari jalur sesar. Arah-arahnya misalnya didapatkan dari
orientasi memanjangnya fragmen atau jalur breksiasi, arah bidang-bidang gerusan
(shearing) dan milonit dan sebagainya, arah ini akan membantu untuk menentukan
bidang sesar.

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LONGSORAN

Gerakan tanah atau tanah longsor adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah
tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula yang terjadi apabila terdapat gangguan
kesetimbangan massa pada saat itu. Ada 6 (enam) jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi,
longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan
(Gambar 14).

 Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
 Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

18
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
 Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
 Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
 Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu
yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon,
atau rumah miring ke bawah.
 Aliran Bahan Rombakan adalah jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak.

Gambar 14. Macam – macam jenis longsoran atau gerakan tanah.

19
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 terdapat 11 titik indikasi longsoran.
Berdasarkan dari fisiografi, morfologi, geologi regional dan struktur geologi, longsoran dapat
terjadi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya yaitu :

 Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang
laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam.
 Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
 Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut.
 Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu.
 Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.
 Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

Dari 11 titik indikasi longsoran pada Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800
memiliki karakteristik didasarkan dari fisiografi, morfologi, geologi regional dan tipe
longsorannya.

1. CPL LSR 1

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 776 919 Y : 9 242 389
Panjang teridentifikasi : ± 50 m
Geomorfologi : Bergelombang kuat vulkanik (V12)
Geologi Regional : Tufa dari G. TangkubanPrahu (Qyt)
Komposisi endapan/ : Berupa pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-
batuan kepingan andesit-basal padat yang bersudut dengan banyak
bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran flow
Kecepatan Pergerakan : Sedang

20
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Ada Alur Alam


- Setelah Pagar, Pada Bagian Timbunan sudah terjadi penurunan
tanah yang akan berakibat terjadinya longsoran
- Pada Badan timbunan sudah terjadi gerusan

Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang


pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 1 bor dan
1 sondir

2. CPL LSR 2

Letak : Galian
Koordinat : X : 776 334 Y : 9 242 348
Panjang teridentifikasi : ± 80 m
Geomorfologi : Bergelombang kuat vulkanik (V12)
Geologi Regional : Tufa dari G. TangkubanPrahu (Qyt)

21
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Komposisi endapan/ : Berupa pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-
batuan kepingan andesit-basal padat yang bersudut dengan banyak
bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Pada Bagian Jalan terjadinya retakan pada perkerasan jalan
- Setelah Pagar, Pada Bagian Timbunan sudah terjadi penurunan
tanah yang akan berakibat terjadinya longsoran
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 1 bor dan
1 sondir

22
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
3. CPL LSR 3

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 775 691 Y : 9 243 861
Panjang teridentifikasi : ± 300 m
Geomorfologi : Bergelombang kuat vulkanik (V12)
Geologi Regional : Tufa dari G. TangkubanPrahu (Qyt)
Komposisi endapan/ : Berupa pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-
batuan kepingan andesit-basal padat yang bersudut dengan banyak
bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Pada Bagian Jalan terjadinya retakan pada perkerasan jalan
- Setelah Pagar, Pada Bagian Timbunan sudah terjadi penurunan
tanah yang akan berakibat terjadinya

23
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 4 bor dan
3 sondir

4. CPL LSR 4

Letak : Galian
Koordinat : X : 775 088 Y : 9 244 617
Panjang teridentifikasi : ± 60 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Tufa dari G. TangkubanPrahu (Qyt)
Komposisi endapan/ : Berupa pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-
batuan kepingan andesit-basal padat yang bersudut dengan banyak
bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

24
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Galian Tinggi


- Setelah Pagar, Pada Bagian Galian sudah terjadi penurunan tanah
yang akan berakibat terjadinya longsoran
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 1 bor dan
1 sondir

5. CPL LSR 5

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 774 709 Y : 9 245 473
Panjang teridentifikasi : ± 100 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan/Translasi

25
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Timbunan Tinggi


- Setelah Pagar, Pada Bagian Timbunan sudah terjadi penurunan
tanah yang akan berakibat terjadinya longsoran
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 1 bor dan
1 sondir

6. CPL LSR 6

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 773 719 Y : 9 246 183
Panjang teridentifikasi : ± 200 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)

26
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Timbunan Tinggi


- Posisi pagar bergeser karena adanya penurunan pada bagian badan
timbunan, dan kedepanya dapat terjadi kelongsoran karena
penurunan tersebut
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 4 bor dan
3 sondir

27
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
7. CPL LSR 7

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 773 500 Y : 9 246 381
Panjang teridentifikasi : ± 50 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - ROW sangat sempit untuk pelebaran,


- Galian tinggi dan berindikasi longsor debris

28
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 2 bor

8. CPL LSR 8

Letak : Galian
Koordinat : X : 772 955 Y : 9 246 818
Panjang teridentifikasi : ± 80 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

29
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - GalianTinggi


- Adanya gerusan pada badan Galian

Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang


pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 1 bor dan
1 sondir

9. CPL LSR 9

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 772 568 Y : 9 247 061
Panjang teridentifikasi : ± 200 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang

30
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Timbunan Tinggi


- Posisi pagar bergeser karena adanya penurunan pada bagian badan
timbunan, dan kedepanya dapat terjadi kelongsoran karena
penurunan tersebut
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 4 bor dan
3 sondir

10. CPL LSR 10

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 772 229 Y : 9 247 210
Panjang teridentifikasi : ± 300 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)

31
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Timbunan Tinggi


- Posisi pagar bergeser karena adanya penurunan pada bagian badan
timbunan, dan kedepanya dapat terjadi kelongsoran karena
penurunan tersebut

32
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 4 bor dan
3 sondir

11. CPL LSR 11

Letak : Timbunan
Koordinat : X : 772 006 Y : 9 247 268
Panjang teridentifikasi : ± 300 m
Geomorfologi : Perbukitan vulkanik (V7)
Geologi Regional : Hasil Gunungapi Tua (Qob)
Komposisi endapan/ : Berupa breksi, lahar, lava - breksi gunungapi, breksi aliran, endapan
batuan lahar dan lava menunjukkan kekar lempung dan tiang. Susunannya
antara andesit dan basal
Tipe Longsoran : Rotasi/ Aliran bahan rombakan
Pola Pergerakan : Aliran (Flow)
Kecepatan Pergerakan : Sedang
Foto Lapangan :

33
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Sketsa :

Hasil Survei Lapangan : - Timbunan Tinggi


- Posisi pagar bergeser karena adanya penurunan pada bagian badan
timbunan, dan kedepanya dapat terjadi kelongsoran karena
penurunan tersebut
Tindak lanjut : -Diperlukan Survei Topografi untuk mendapat potongan melintang
pada area tersebut
- Diperlukan penyelidikan tanah lebih lanjut dengan detail 4 bor dan
3 sondir

Berdasarkan pedoman konstruksi dan bangunan (pd T-09-2205-B) tentang rekayasa


penanganan keruntuhan lereng pada tanah residual dan batuan diperlukan langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan penanganan keruntuhan lereng jalan

2. Kegiatan penyelidikan tanah/batuan

3. Interpretasi hasil penyelidikan tanah/batuan

4. Penetapan penyebab terjadinya longsoran

5. Analisa balik kestabilan lereng eksisting

6. Penentuan parameter desain

7. Pembuatan gambar rencana dan spesifikasinya

8. Pelaksanaan kontruksi

9. Pemeliharaan

34
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
KESIMPULAN
Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 berada pada Zona Gunungapi kuarter (van
Bemmelen, 1949). Zona-zona ini meliputi gunung-gunung yang berumur Kuarter seperti Gunung
Ciremai, Salak, Gede, Pangrango, Tangkuban Perahu dan gunung-gunung lainya. Zona ini
menempati bagian tengah fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) yang memanjang
longitudinal dengan arah barat-timur bahkan memanjang sampai ke Jawa Tengah hingga Jawa
Timur yang didominasi oleh gunung api tipe A.

Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 geomorfologi berupa Satuan geomorfologi


Bergelombang Lemah Denudasional (D7), Satuan geomorfologi Bergelombang Kuat Vulkanik
(V12), dan Satuan geomorfologi Perbukitan Vulkanik (V7). Jalan Tol Cipularang Km 112+600 –
121+800 geologi regional berupa Endapan - Endapan Danau Bersifat Tufaan (0-125 m) (Qt), Tufa
dari G. Dano dan G. TangkubanPrahu (0-100 m) (Qyd), dan Hasil Gunungapi Tua (0-150 m)
(Qob). Struktur geologi yang bekerja pada daerah kajian berupa sesar naik berarah Barat – Timur
akan tetapi berada pada bagian Barat dari Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800.

Berdasarkan dari hasil identifikasi karakteristik longsoran yang berjumlah 11 titik indikasi
longsoran dapat disimpulkan bahwa Jalan Tol Cipularang Km 112+600 – 121+800 secara garis
besar terdapat pada bentangalam vulkanik dengan penyusun litologi berupa hasil letusan
gunungapi berumur Kuarter. Memiliki tipe longsoran rotasi/ aliran bahan rombakan, pola
pergerakan aliran (flow), dengan kecepatan pergerakan sedang. CPL LSR 1 – CPL LSR 4 dengan
litologi berupa hasil letusan gunungapi (Qyt), kompaksi lebih kecil jika dibandingkan dengan CPL
LSR 5 – CPL LSR 11 yang mempunyai litologi dari hasil letusan gunungapi (Qob) sehingga
memiliki kompaksi yang lebih baik. Dari hasil CPL LSR 1 – CPL LSR 11 dari hasil identifikasi
segera ada tindakan penanganan berupa kegiatan topografi dan kajian geoteknik sehingga
antisipasi terhadap longsoran dapat berjalan dengan baik.

35
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
DAFTAR PUSTAKA

Billings, M. P., 1974, Structural Geology, Prentice-Hall of india Private Limited, New Delhi.

Bothé, A.Ch.D., 1929, Jiwo Hills and Southern Range Excursion Guide, IVth Pacific Science
Congress, Java, Bandung, pp. 1-14.

Dunham, R. J., 1962, Classification of Carbonat Rock According to Depositional Texture,


Houston, Texas, USA.

Hartono, G., 2010, Peran Paleovulkanisme Dalam Tatanan Produk Batuan Gunungapi Tersier

di Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa Tengah, Program Pascasarjana, Universitas

Padjajaran Bandung.

Lehmann, H., 1936, Morphologische Studien auf Java. Geographische Abhandlungen, 3

Reihe, Heft 9.

Moody, J. D and Hill, M. J., 1956, Wrench Fault Tectonic, Geological Soc. America Buletin,

volume 61.

Pannekoek, A. J., 1949, Outline of the Geomorphology of Java. Reprint from Tijdschrift van

Het Koninklijk Nederlandsch Aardrijskundig Genootschap, vol. LXVI part 3, E. J. Brill,

Leiden, pp. 270-325.

Priest, S. D., 1993, Discontinuty Analysis for Rock Engineering, London.

Pulunggono, A., dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene – Neogene

Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi dan Geotektonik

Pulau Jawa, Percetakan NAFIRI, Yogyakarta.

Ragan, D. M., 1973, Structural Geology an Introduction to Geometrical Techniques, 2nd, John

Wiley & Sons, New York, London, Sidney.

36
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
Silitonga, P.H., 1973, Peta Geologi Lembar Bandung, Skala 1:100.000, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Geologi, Bandung.

Sudjatmiko, 1972, Peta Geologi Lembar Cianjur, Skala 1:100.000, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Geologi, Bandung.

Twiss, Robert, J., dan Moores Eldridge M., 1992, Structural Geology. W. H. Freeman

Company, New York.

Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I.A. General Geology. Martinus

Nyhoff, The Hague.

Van Zuidam, R. A., - Cancelado F. I., 1979, Terrain Analysis and Classification Using Aerial

Photographs, ITC, Netherlands.

Van Zuidam, R. A., 1983, Guide to Geomorphologic Aerial Photographic Interpretation and

Mapping, ITC, Netherlands.

37
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800
LAMPIRAN LEPAS (BERUPA PETA)

38
Kajian Geologi Regional dan Identifikasi Longsoran Jalan Tol Cipularang KM 112+600-121+800

Anda mungkin juga menyukai