ANGGOTA KELOMPOK:
1. Kamila Arning Tias
2. Nur Asiska Supriadi
3. Ega Pratiwi
4. Nailah Syiffana P
5. Rosalia Yunianty
6. Fitriya Amelia
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang
telahmemberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
sertasalam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan
dankesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan
dari para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun
demikesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tim Penyusun
……………………..
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
D. Berakhirnya Kabinet..........................................................................................
A. Kesimpulan..……………………….…………………………………………..…6
Daftar Pustaka...........................................................................................................
Lampiran 1.................................................................................................................8
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Tujuan
• Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
• Menambah wawasan dan pengetahuan kami terhadap sejarah-sejarah yang ada di
Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tokoh pencetus sistem tanam paksa adalah van den Bosch. Usul cultuurstelsel
membuat van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tugas utama
van den Bosch adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari negeri jajahan
untuk mengisi kas Belanda yang kosong dan membayar utang-utang Belanda.
Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch Belanda memperkenalkan
culturstelsel atau Cultivation System (tanam paksa). Sistem tanam paksa pertama kali
diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Tujuan Sistem
Tanam Paksa adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya.
Cultuurstelsel sebenarnya berarti kewajiban rakyat (Jawa) untuk menanam tanaman ekspor
yang laku dijual di Eropa. Rakyat pribumi menerjemahkan cultuurstelsel dengan sebutan
tanam paksa karena pelaksanaannya dilakukan dengan pemaksaan.
Pelanggar tanam paksa dikenakan hukuman fisik yang berat, seperti dikutip dari
buku Sejarah untuk Kelas 2 SMA oleh M. Habib Mustopo. Uangnya untuk mengisi
kekosongan kas Belanda yang pada saat itu terkuras habis akibat perang.
2
2. Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman
ekspor, sehingga banyak tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
3. Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.
4. Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktutanam padi (tiga bulan) sebab
tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan yang terus-menerus.
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali
kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petanI.
3
E. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
Sistem tanam paksa pemerintah kolonial Belanda dilaksanakan karena sejumlah peristiwa
dan kondisi saat itu, di antaranya sebagai berikut:
1. Belanda menghabiskan biaya yang besar karena terlibat dalam peperangan di masa
kejayaan Napoleon Bonaparte di Eropa.
2. Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari
Belanda pada 1830.
3. Belanda menghabiskan biaya hingga sekitar 20 juta gulden untuk menghadapi
Perang Diponegoro (1825-1830). Perang Diponegoro adalah perlawanan rakyat
jajahan termahal bagi Belanda.
4. Kas negara Belanda kosong dan utang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan upaya mempraktikkan gagasan liberal (1816-1830) dalam
mengeksploitasi tanah jajahan agar memberikan keuntungan yang besar bagi negeri
induk (Belanda).
1) Golongan pendeta
Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan. Adapun tokoh yang mempelopori
penentangan ini adalah Baron Van Hovel.
2) Golongan liberal
a) Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli yang menentang tanam paksa
dengan mengarang buku berjudul Max Havelaar.
b) Frans Van de Pute dengan mengarang buku berjudul Suiker Constracten (Kontrak
Kerja).
Di Sumatra Barat, sistem tanam paksa dimulai sejak tahun1847, ketika penduduk yang telah
lama menanam kopi secara bebas dipaksa untuk menanam kopi untuk diserahkan kepada
pemerintah kolonial. Begitu juga di Jawa, pelaksanaan sistem tanam paksa ini dilakukan
4
melalui jaringan birokrasi lokal. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya
pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap:
1) Tahun 1860 tanam paksa lada dihapus.
2) Tahun 1865 tanam paksa nila dan teh dihapus.
3) Tahun 1870 tanam paksa semua jenis tanaman, dihapus kecuali kopi di Priangan. Selain
di Pulau Jawa, kebijaksanaan yang hampir sama juga dilaksanakan di tempat lain seperti
Sumatra Barat, Minahasa, Lampung, dan Palembang. Kopi merupakan tanaman utama di
dua tempat pertama. Adapun lada merupakan tanaman utama di dua wilayah yang kedua.
Di Minahasa, kebijakan yang sama kemudian juga berlaku pada tanaman kelapa.
5
BAB III
PENUTUP
Demikian susunan makalah ilmiah sistem masa pemerintahan Johannes Van Den
Bosch kami susun sebagai pemenuhan tugas sejarah Indonesia Terimakasih
kepada para anggota kelompok yang telah berkonstribusi dalam penyusunan
makalah ini. Terimakasih juga kepada Shafa Hayuning Pramesti yang sudah
meminjamkan laptopnya.
Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi para
pembaca. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri Sudarmi . 2008. Galeri pengetahuan sosial terpadu2: SMP/MTs Kelas VIII/,
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
7
Lampiran 1
8
diangkat menjadi Menteri Urusan Daerah Jajahan
In his early years (1798–1810), Bosch served in the army in Batavia (now
Jakarta, Indon.) in the Dutch East Indies, and on this experience he based his
Nederlandsche bezittingen in Azië, Amerika, en Afrika (1818; “Dutch Possessions in
Asia, America, and Africa”), in which he argued against a liberal colonial system and
for a strongly paternalistic one, claiming that people unaccustomed to a work ethic
needed strong guidance. From 1828 to 1833, he was governor-general in the Dutch
East Indies, and, from 1834 to 1839, minister of the colonies. He instituted a “Culture
System” that made Indonesian noblemen semiautonomous rulers, exacted
compulsory labour from villagers, and required each village to devote at least one-
fifth of its land to export crops.