Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGARUH SISTEM TANAH PAKSA

GURU MATPEL IPS


Rahmawati,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Kirani Aqdawiyah (19)


2. Nihayatuz Zakiati Akmala (28)
3. Nailah Humairah Salsabila (26)
4. Faisal Azwar Ali (12)
5. Cecep Hilman (10)
6. M Farel Efendi (22)

SMP NEGERI 98 JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini.

Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan sumber – sumber info yang masih terbilang terbatas.
Namun bimbingan dan bantuan dari semua pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Bapak Guru Mata Pelajaran Sejarah yang telah memberikan kami tugas ini. Semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila ada
kekurangam ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi
lebih baik serta berguna di masa yang akan datang

Wassalamuaikum Wr. Wb.

Selasa, 14 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Johannes Van den Bosch ...................................................................... 3
B. Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) .................................. 4
C. Latar Belakang Terjadinya Sistem Tanam Paksa .................................. 5
D. Aturan – Aturan Sistem Tanam Paksa .............................................. 6
E. Reaksi Rakyat terhadap Sitem Tanam Paksa ............................... 7
F. Dampak/Akibat Sitem Tanam Paksa .................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 10
B. Saran .................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak tahun 1816, Belanda berusaha memeras kekayaan Indonesia dengan
segala macam cara. Hingga tahun 1870 Belanda berusaha mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Pemerintah Belanda
mengubah politik ekonominya, yaitu melepaskan politik monopoli diganti dengan
politik bebas. Sejak pemerintahan dipegang oleh Van der Cappelen sampai diganti
oleh Du Bus se Gisignies, pemerintah Hindia Belanda sedang berusaha memperbaiki
keadaan perekonomian negerinya dengan memeras negara-negara jajahannya.
Peperangan yang berlangsung di Indonesia, seperti Perang Paderi dan Perang
Diponegro telah menggerogoti buruknya keuangan Belanda. Selama Perang
Diponegoro yang berkecemuk pada tahun 1825-1830, pemerintah Belanda terus
berusaha memperbaiki keadaan ekonominya, namun tidak berhasil. Akhirnya
pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes Van
den Bosch ke Indonesia. Setelah mengadakan penelitian di Hindia Belanda, ia mulai
menerapkan rencananya yang dinamakan Sistem Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Johannes Van den Bosch itu?
2. Apakah sistem tanam paksa (cultuur stelsel) itu?
3. Bagaimana latar belakang terjadinya sistem tanam paksa (cultuur
stetsel) di Nusantara?
4. Bagaimana aturan – aturan tanam paksa yang diterapkan di Nusantara?
5. Bagaimana reaksi rakyat Indonesia tentang adanya sistem tanam paksa
(cultuur stelsel)?
6. Apakah akibat tanam paksa bagi negara Belanda dan negara
Nusantara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Johannes Van den Bosch.
2. Untuk mengetahui pengertian sistem tanam paksa (cultuur stelsel).
3. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya sistem tanam paksa
(cultuur stetsel) di Nusantara.
4. Untuk mengetahui aturan – aturan tanam paksa yang diterapkan di
Nusantara.
5. Untuk mengetahui reaksi rakyat Indonesia tentang adanya tanam
paksa.
6. Untuk mengetahui akibat tanam paksa bagi negara Belanda dan negara
Nusantara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Johannes Van den Bosch


Johannes graaf Van den Bosch (lahir di Herwijnen, Lingewaal, 1 Februari
1780 – meninggal di Den Haag, 28 Januari 1844 pada umur 63 tahun) adalah seorang
Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-43. Pada masa pemerintahannya Tanam
Paksa (Cultuur stelsel) mulai direalisasi, setelah sebelumnya hanya merupakan
konsep kajian yang dibuat untuk menambah kas pemerintah kolonial maupun negara
induk Belanda yang kehabisan dana karena peperangan di Eropa maupun daerah
koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatera).
Pada mulanya sistem kultur atau Cultuurstesel adalah sistem yang digunakan untuk
mengisi kas negara Belanda yang kosong pada tahun 1930 ketika perang  Jawa berakhir yaitu
perlawanan Diponegoro. Perang timbul di Eropa, pemberontakan rakyat Belgia terhadap
pemerintahan Raja Williem I menimbulkan konflik bersenjata. Selama sembilan tahun perang
ini berlangsung, keuangan Belanda kosong sampai kedasar-dasarnya, di Belanda maupun di
Jawa. Dalam keadaan darurat ini Johannes Van den Bosch menawarkan cara untuk
mendapatkan penghasilan yang diperlukan untuk memulihkan keadaan keuangan kerajaan itu.
Dan Van den Bosch mengenalkan sistem “cultuurestelsel” kepada raja William I, ia optimis
akan menutupi utang-utang kerajaan akibat perang tersebut melalui sistemnya ini.

B. Pengertian Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)


Tanam Paksa (Cultuur stelsel) secara harfiah yaitu “Sistem Kultivasi” atau
secara kurang tepat diterjemahkan sebagai “Sistem Budaya” yang oleh sejarawan
Indonesia disebut sebagai Sistem Tanam Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan
oleh Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan
setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor,
khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada
pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan
kepada pemerintah kolonial.
Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun
(20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak. Pada
praktiknya peraturan itu dapat dikatakan tidak berarti karena seluruh wilayah
pertanian wajib ditanami tanaman laku ekspor dan hasilnya diserahkan kepada
pemerintahan Belanda. Wilayah yang digunakan untuk praktik cultuurstelstel pun
tetap dikenakan pajak. Warga yang tidak memiliki lahan pertanian wajib bekerja
selama setahun penuh di lahan pertanian.
Tanam paksa adalah era paling eksploitatif dalam praktik ekonomi Hindia
Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem
monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat
dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada jaman VOC wajib menjual komoditi
tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya
dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset tanam paksa inilah yang
memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal
Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.

C. Latar Belakang Terjadinya Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)


1. Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan – peperangan pada masa kejayaan
Napoleon sehingga menghabiskan biaya yang sangat besar.
2. Terjadinya perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia
dari Belanda pada tahun 1830.
3. Terjadinya perang Diponegoro (1825 – 1830) yang merupakan perlawanan rakyat
jajahan termahal bagi Belanda. Perang Diponegoro menghabisakan biaya ±
20.000.000 gulden.
4. Kas negara Belanda kosong dan utang yang ditanggung Belanda sangat besat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Terhentinya produksi tanaman ekspor selama sistem sewa/pajak tanah
berlangsung.
7. Kegagalan usai mempraktikkan gagasan liberal 1816 – 1830 dalam
mengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan jajahan keuntungan yang besar
terhadap negara induk.

D. Aturan – Aturan Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)


Ketentuan – ketentuan pokok sistem tanam paksa terdapat dalam Lembaran Negara
(Staatsblad) tahun 1834 No. 22, beberapa tahun setelah tanam paksa di jalankan di
pulau Jawa. Bunyi dari ketentuan tersebut adalah sebagi berikut :
1. Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan Tanam Paksa.
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan Tanam Paksa tidak
boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman Tanam Paksa
tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak.
5. Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika
harganya di tafsir melebihi pajak tanah yang harus di bayar oleh rakyat maka
kelebihan itu diberikan kepada penduduk.
6. Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani akan menjadi tanggung jawab
pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja di tanah – tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa
berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedang pegwai –
pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum.
8. Bagi yang tidak mempunyai tanah akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik
milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
9. Adanya cultuur prosenten (presentasi keuntungan) yang diberikan kepada
pengawas tanam paksa.

Dalam mempraktikkan ketentuan – ketentuan tersebut pasti terdapat hal – hal yang
menyimpang sehingga rakyat banyak yang merasa dirugikan. Penyimpangan –
penyimpangan tersebut adalah :
1. Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan sukarela, tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara – cara paksaan.
2. Luas tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah mereka.
Seringkali semua tanah rakyat digunakan untuk tanam paksa.
3. Pengerjaan tanaman – tanaman ekspor sering kali jauh melebihi pengerjaan
tanaman padi.
4. Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek tanam
paksa.
5. Kelebihan hasil panen seringkali tidak dikembalikan kepada petani.
6. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
7. Buruh yang seharusnya dibayar oleh pemerintah malah dijadikan tenaga paksaan.

E. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Adanya Sistem Tanam Paksa (Cultuur


Stelsel)
1. Rakyat Indonesia
a. Di Sumatra timbul perlawanan Pariaman 1941 dan Padang 1944 yang
dipimpin oleh para ulama. Perlawanan tersebut dapat dipadamkan dengan
susah payah.
b. Di Jawa pada tahun 1846 perlawanan dilakukan meskipun dengan pembakaran
7 buah kebun tembakau.
2. Kaum Pengusaha Kapitalis
Golongan pengusahan menghendaki sistem tanam paksa dihapuskan diganti
dengan kebebasan berusaha mereka menganggap tanam paksa tidak sesuai
dengan prinsip – prinsip ekonomi liberal yang sedang berkembang.

3. Kaum Humanis Belanda


a. BARON VAN HOEVEL
Seorang misionaris yang pernah tinggal di Nusantara sekitar tahun 1847 dalam
perjalanannya berkeliling Jawa, Madura, dan Bali. Ia melihat penderitaan
rakyat Indonesia akibat pelaksanaan tanam paksa dia memprotes melalui
gedung perlemen di Belanda bahwa tanam paksa sebagi tindakan tidak
manusiawi.
b. ARDUARD DOWES DEKKER.
Seorang mantan asisten resdien Lebak, Banten memprotes pelaksanaan tanam
paksa melalui tulisannya yang berjudul “Max Heveelar”. Tulisan tersebut
mengisahakan penderitaan sejarah dan nama samaran Multatuli yang artinya
saya sangat menderita.

F. Dampak/Akibat Adanya Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)


1. Bagi Belanda
a. Meningakatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di
pasaran di Eropa.
b. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis setelah adanya
tanam paksa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
c. Pabrik gula yang semula disediakan oleh kaum swasta Cina kemudian juga
dikembangkan oleh Belanda.
d. Belanda mendapatkan keuntungan bati slot yang besar. Keuntungan tanam
paksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3 juta gulden, pada tahun
berikutnya sekitar 12 juta sampai 18 juta gulden.
2. Bagi Indonesia
a. Dampak positif
 Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis – jenis tanaman
baru.
 Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi
ekspor.
b. Dampak Negatif
 Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mentalyang berkepanjangan.
 Pertanian khusunya padi, banyak mengalami kegagalan panen.
 Kelaparan dan kematian terjadi di mana – mana seperti yang terjadi di
Cirebon 1834 sebagai akibat pemungutan pajak tambah dalam bentuk
beras. Di Demak (1884) dan di Grobogan (1849 – 1850) sebagai akibat
kegagalan panen.
 Jumlah penduduk Indonesia menurun.
 Beban pajak yang berat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Johannes graaf Van den Bosch adalah Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda
yang ke-43. Ia memerintah antara tahun 1830 – 1834. Pada masa pemerintahannya
Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai direalisasi, setelah sebelumnya hanya merupakan
konsep kajian yang dibuat untuk menambah kas pemerintah kolonial maupun negara
induk Belanda yang kehabisan dana karena peperangan di Eropa maupun daerah
koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatera).
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah
terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), Gubernur Jenderal
Van den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur
Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau
menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan.
Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini,
Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda, pada 25
Desember 1839. Cultuurstelsel kemudian dihentikan setelah muncul berbagai kritik
dengan dikeluarkannya UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870, yang mengawali era
liberalisasi ekonomi dalam sejarah penjajahan Indonesia

B. SARAN
 Indonesia adalah Negara yang kaya akan sejarah,budaya ras dan lainnya sebgai
warga Negara yang baik tentunya kita harus mengek ke belakang bagaiaman
sajarah nusantara terjadi agar menjadi pedoman dalam melaksanakan Indoensia
yang menghargai sejarah bnagsanya sendiri.
 Karena itulah penyusun berharap agar sejarah dapat membuat seseorang berpikir
lebih bijaksana dalam memahami sejarah negaranya sendiri. Tentu kita merasa
benci terhadapa penjajah pada amsa dulu namun apa yang dilakukan penjajah zan
dahulu juga berdampak pada kehidupan kita sekarang ini. Dan kita harus
berterimakasih kepada nenek moyang kita terdahulu yang secara terpaksa
melaksanakan sistem tanam paksa sehingga hasilnya berdampak bagi kita
sekarang dan kedepannya.
 Selain itu sebagai warga Negara yang menghargai sejarah bangsanya sudah
sepatutnya kita mengukir prestasi gemilang sebagai perwujudan rasa terima kasih
kita kepada nenek moyang kita terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Habib, M Mustopa.2007.Sejarah. Jakarta:Yudhistira. Nugroho Notosuntoso. 1993. Sejarah Nasional


Indonesia 3. Jakarta. Balai Perpustakaan.

http://bagusdewan.blogspot.co.id/2011/03/politik-kolonial-Van-den-bosch-sistem.html

http://kemalasan-kemalasan.blogspot.co.id/2014/10/van-den-bosch-dan-kebijakan-tanam-
paksa.html

http://kopicopi.blogspot.co.id/2014/01/van-den-bosch-gubernur-jenderal.html

Anda mungkin juga menyukai