Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini.
Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan sumber sumber info yang masih terbilang terbatas.
Namun bimbingan dan bantuan dari semua pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Ibu Guru Mata Pelajaran Sejarah yang telah memberikan kami tugas ini. Semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila ada
kekurangam ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi
lebih baik serta berguna di masa yang akan datang
Penyusun
Kelas : XI IIS 4
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Johannes Van den Bosch ...................................................................... 3
B. Latar Belakang Pengangkatan Van den Bosch .................................. 4
C. Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) .................................. 5
D. Latar Belakang Terjadinya Sistem Tanam Paksa .................................. 6
E. Aturan Aturan Sistem Tanam Paksa .............................................. 6
F. Reaksi Rakyat terhadap Sitem Tanam Paksa .................................. 7
G. Dampak/Akibat Sitem Tanam Paksa .................................. 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1816, Belanda berusaha memeras kekayaan Indonesia dengan
segala macam cara. Hingga tahun 1870 Belanda berusaha mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Pemerintah Belanda
mengubah politik ekonominya, yaitu melepaskan politik monopoli diganti dengan
politik bebas. Sejak pemerintahan dipegang oleh Van der Cappelen sampai diganti
oleh Du Bus se Gisignies, pemerintah Hindia Belanda sedang berusaha memperbaiki
keadaan perekonomian negerinya dengan memeras negara-negara jajahannya.
Peperangan yang berlangsung di Indonesia, seperti Perang Paderi dan Perang
Diponegro telah menggerogoti buruknya keuangan Belanda. Selama Perang
Diponegoro yang berkecemuk pada tahun 1825-1830, pemerintah Belanda terus
berusaha memperbaiki keadaan ekonominya, namun tidak berhasil. Akhirnya
pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes Van
den Bosch ke Indonesia. Setelah mengadakan penelitian di Hindia Belanda, ia mulai
menerapkan rencananya yang dinamakan Sistem Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Johannes Van den Bosch itu?
2. Bagaimana latar belakang pengangkatan Johannes Van den Bosch?
3. Apakah sistem tanam paksa (cultuur stelsel) itu?
4. Bagaimana latar belakang terjadinya sistem tanam paksa (cultuur
stetsel) di Nusantara?
5. Bagaimana aturan aturan tanam paksa yang diterapkan di Nusantara?
6. Bagaimana reaksi rakyat Indonesia tentang adanya sistem tanam paksa
(cultuur stelsel)?
7. Apakah akibat tanam paksa bagi negara Belanda dan negara
Nusantara?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Johannes Van den Bosch.
2. Untuk mengetahui latar belakang pengangkatan Johannes Van den
Bosch?
3. Untuk mengetahui pengertian sistem tanam paksa (cultuur stelsel).
4. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya sistem tanam paksa
(cultuur stetsel) di Nusantara.
5. Untuk mengetahui aturan aturan tanam paksa yang diterapkan di
Nusantara.
6. Untuk mengetahui reaksi rakyat Indonesia tentang adanya tanam
paksa.
7. Untuk mengetahui akibat tanam paksa bagi negara Belanda dan negara
Nusantara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada mulanya sistem kultur atau Cultuurstesel adalah sistem yang digunakan
untuk mengisi kas negara Belanda yang kosong pada tahun 1930 ketika perang Jawa
berakhir yaitu perlawanan Diponegoro. Perang timbul di Eropa, pemberontakan
rakyat Belgia terhadap pemerintahan Raja Williem I menimbulkan konflik bersenjata.
Selama sembilan tahun perang ini berlangsung, keuangan Belanda kosong sampai
kedasar-dasarnya, di Belanda maupun di Jawa. Dalam keadaan darurat ini Johannes
3
Van den Bosch menawarkan cara untuk mendapatkan penghasilan yang diperlukan
untuk memulihkan keadaan keuangan kerajaan itu. Dan Van den Bosch mengenalkan
sistem cultuurestelsel kepada raja William I, ia optimis akan menutupi utang-utang
kerajaan akibat perang tersebut melalui sistemnya ini.
Sebelum ia menjadi Gubernur, ia pernah datang ke Indonesia pada masa
sebelum Deandels, Kapal yang membawanya, tiba di Pulau Jawa pada tahun 1797.
Dalam perjalanan pulang, dia ditawan oleh Britania dan menghabiskan dua tahun di
Inggris, tapi pada tahun 1813, Eropa bangkit melawan dominasi Prancis, kemudian
Van den Bosch bergabung dengan gerakan Nasional di Belanda. Dia memegang polisi
militer tinggi di Negara Belanda. Untuk para penganggur, yang tampaknya tidak ada
harapan untuk memperoleh masa depan lebih baik. Van den Bosch mengorganisasi
suatu masyarakat Budiman untuk masyarakat miskin. Setelah itu kemudian ia
mendapat tugas dari raja William I dan mendapat misi khusus ke Hindia Barat. Ketika
kembali, ia diberi tugas untuk pergi ke Hindia Timur dan mereorganisasi struktur
ekonomi diwilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Ketika ia sampai di Hindia Belanda ia menerapakan sistem yang ia
rencanakan. Pada masa tanam paksa itu, Ia mengenalkan berbagai macam tanaman
kepada penduduk pribumi untuk dikembangkan di Indonesia. Jenis tanaman tersebut
dipisahkan dalam dua kategori tanaman yaitu tanaman tahunan sepertitebu, nila,
tembakau, dan tanaman keras seperti kopi, teh, lada, kina, kayu manis.
4
Konsep Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan Cultuur stelsel (Tanam
Paksa). Dalam salah satu tulisan Van den Bosch membuat suatu perkiraan bahwa
dengan Tanam Paksa, hasil tanaman ekspor dapat ditingkatkan sebanyak kurang lebih
f.15. samapi f.20. juta setiap tahun. Van den Bosch menyatakan bahwa cara paksaan
seperti yang pernah dilakukan VOC adalah cara yang terbaik untuk memperoleh
tanaman ekspor untuk pasaran Eropa.
Raja Willem tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch
tersebut. Tahun 1830 Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di
Jawa. Setelah sampai di Jawa Van den Bosch segera mencanangkan sistem dan
progam Tanam Paksa.
5
memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal
Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.
6
6. Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani akan menjadi tanggung jawab
pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja di tanah tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa
berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedang pegwai
pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum.
8. Bagi yang tidak mempunyai tanah akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik
milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
9. Adanya cultuur prosenten (presentasi keuntungan) yang diberikan kepada
pengawas tanam paksa.
Dalam mempraktikkan ketentuan ketentuan tersebut pasti terdapat hal hal yang
menyimpang sehingga rakyat banyak yang merasa dirugikan. Penyimpangan
penyimpangan tersebut adalah :
1. Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan sukarela, tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara cara paksaan.
2. Luas tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah mereka.
Seringkali semua tanah rakyat digunakan untuk tanam paksa.
3. Pengerjaan tanaman tanaman ekspor sering kali jauh melebihi pengerjaan
tanaman padi.
4. Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek tanam
paksa.
5. Kelebihan hasil panen seringkali tidak dikembalikan kepada petani.
6. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
7. Buruh yang seharusnya dibayar oleh pemerintah malah dijadikan tenaga paksaan.
7
2. Kaum Pengusaha Kapitalis
Golongan pengusahan menghendaki sistem tanam paksa dihapuskan diganti
dengan kebebasan berusaha mereka menganggap tanam paksa tidak sesuai
dengan prinsip prinsip ekonomi liberal yang sedang berkembang.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Johannes graaf Van den Bosch adalah Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda
yang ke-43. Ia memerintah antara tahun 1830 1834. Pada masa pemerintahannya
Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai direalisasi, setelah sebelumnya hanya merupakan
konsep kajian yang dibuat untuk menambah kas pemerintah kolonial maupun negara
induk Belanda yang kehabisan dana karena peperangan di Eropa maupun daerah
koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatera).
Kapal yang membawanya tiba di Pulau Jawa tahun 1797, sebagai seorang
letnan; tetapi pangkatnya cepat dinaikkan menjadi kolonel. Pada tahun 1810 sempat
dipulangkan ke Belanda karena perbedaan pendapat dengan Gubernur Jenderal
Herman Willem Daendels. Setelah kepulangannya ke Belanda pada bulan November
1813, Van den Bosch beragitasi untuk kembalinya Wangsa Oranje. Dia diangkat
kembali sebagai kolonel di ketentaraan dan menjadi Panglima Maastricht.
Pada tahun 1827, dia diangkat menjadi jenderal komisaris dan dikembalikan
ke Batavia (kini Jakarta), hingga akhirnya menjadi Gubernur Jenderal pada tahun
1830. Van den Bosch kembali ke Belanda sesudah lima tahun. Dia pensiun secara
sukarela pada tahun 1839.
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah
terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), Gubernur Jenderal
Van den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur
Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau
menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan.
Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini,
Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda, pada 25
Desember 1839. Cultuurstelsel kemudian dihentikan setelah muncul berbagai kritik
dengan dikeluarkannya UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870, yang mengawali era
liberalisasi ekonomi dalam sejarah penjajahan Indonesia
10
B. SARAN
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sejarah,budaya ras dan lainnya sebgai
warga Negara yang baik tentunya kita harus mengek ke belakang bagaiaman
sajarah nusantara terjadi agar menjadi pedoman dalam melaksanakan Indoensia
yang menghargai sejarah bnagsanya sendiri.
Karena itulah penyusun berharap agar sejarah dapat membuat seseorang berpikir
lebih bijaksana dalam memahami sejarah negaranya sendiri. Tentu kita merasa
benci terhadapa penjajah pada amsa dulu namun apa yang dilakukan penjajah zan
dahulu juga berdampak pada kehidupan kita sekarang ini. Dan kita harus
berterimakasih kepada nenek moyang kita terdahulu yang secara terpaksa
melaksanakan sistem tanam paksa sehingga hasilnya berdampak bagi kita
sekarang dan kedepannya.
Selain itu sebagai warga Negara yang menghargai sejarah bangsanya sudah
sepatutnya kita mengukir prestasi gemilang sebagai perwujudan rasa terima kasih
kita kepada nenek moyang kita terdahulu.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://bagusdewan.blogspot.co.id/2011/03/politik-kolonial-Van-den-bosch-sistem.html
http://kemalasan-kemalasan.blogspot.co.id/2014/10/van-den-bosch-dan-kebijakan-tanam-
paksa.html
http://kopicopi.blogspot.co.id/2014/01/van-den-bosch-gubernur-jenderal.html
12