MIKROBIOLOGI
PEMBUATAN YOGURT
Disusun Oleh:
NIM : K4321015
Kelas :A
SURAKARTA
2022
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Susu adalah substansi cair yang disekresikan oleh kelenjar mamae oleh semua
mamalia. Bagian utamanya adalah air, lemak, protein, gula, dan abu. Susanto (2003)
menyatakan susu merupakan sumber kalsium, fosfor, vitamin B, dan protein yang
sangat baik. Mutu protein susu setara dengan protein daging dan telur. Protein susu
sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan
tubuh. Susu sapi segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau
ditambah apapun. Ciri-cirinya adalah berwarna putih kekuning-kuningan, tidak tembus
cahaya. Kekuningan karena memiliki kandungan vitamin A yang tinggi (Puspardoyo,
1997).
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi, sehingga
menjadi medium yang sangat disukai oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Adanya pertumbuhan berbagai mikroba tersebut dapat merubah
mutu susu yang ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna dan penampakan yang
menyebabkan susu menjadi rusak. Susu dalam waktu yang cepat menjadi tidak layak
dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan pengolahan dan pengawetan, salah satunya ialah dengan fermentasi susu
menjadi yoghurt.
pH 6,5 7
4. Aspek Rasa
Rasa yoghurt yang diamati adalah melalui pemberian yoghurt polos
(tanpa ditambahi perasa apapun) kepada panelis. Yoghurt biasanya memiliki
citarasa asam menyegarkan yang tajam dan aroma yang khas. Yoghurt hasil
praktikum memiliki rasa yang sangat asam dan berbau tengik. Rasa asam pada
yoghurt merupakan indikasi perkembangbiakan dari percampuran bakteri yang
berjalan baik dan cepat (Driessen, 1981). Rasa asam pada yoghurt juga
menunjukkan bahwa adanya asam laktat yang telah terbentuk sebagai hasil kerja
dari bakteri (Eckles, 1980).
Hasil yoghurt pada praktikum tergolong gagal namun, tetap memiliki
rasa asam, mengapa? Karena pada aspek ini memiliki kategori tersendiri.
Berhubungan dengan pH, tingkat keasaman susu sebelum difermentasi adalah
6,5-7. Meskipun yoghurt gagal dalam banyak aspek dan tidak memenuhi,
namun rasa yang tercipta pada yoghurt tetap asam karena kondisi yang tidak
terlalu asam ini memungkinkan kedua bakteri asam laktat ini untuk tumbuh
membentuk rasa. Bakteri asam laktat akan mengubah laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa mesuk jalur glikolisis membentuk asam piruvat kemudian asam
piruvat diubah menjadi produk akhir berua asam laktat. Dengan kata lain susu
dalam keadaan basi karena memiliki bau yang menyengat dan rasa asam. Tanpa
dipasteurisasi, susu yang didiamkan selama beberapa hari pun akan menjadi
basi, sehingga apabila dua bakteri asam laktat tidak dapat menjalankan
fungsinya untuk mengasamkan susu dalam pembentukan yoghurt, maka ada
bakteri pathogen lain yang membuat susu menjadi asam seperti Streptococcus
lactis, Escheria coli, Pseudomonas, dan lain-lain. Apalagi dalam pembuatannya
banyak terdapat kontaminan karena di luar ruangan.
.
5. Aspek pH
Yoghurt normal memiliki pH berkisar 4,15 – 4,18, kisaran normal yang
merupakan efek dari aktivitas Lactobacillus yang menurunkan pH menjadi 3,8
- 4,4 (Insyiroh dkk, 2016). Namun pH yoghurt hasil praktikum berkisar antara
6,5-7. Kemungkinan kertas pH yang digunakan tidak akurat karena seharusnya
yoghurt memiliki pH yang lebih asam dari sebelumnya.
Utami, K. B., Radiati, L. E., & Surjowardojo, P. (2014). Kajian kualitas susu sapi perah
PFH (studi kasus pada anggota Koperasi Agro Niaga di Kecamatan
Jabung Kabupaten Malang). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian
Journal of Animal Science), 24(2), 58-66.
WIBISONO, M. A. A., ABDUH, S. B. M., & PRAMONO, Y. B. (2016). Perubahan
Total Bakteri, pH dan Intensitas Pencoklatan Susu Selama Pemanasan
Suhu 70° C.(The Change in Bacteria Number, pH, and Browning
Intensity of Milk an Influenced by Heating at 70° C) (Doctoral
dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).
Wigati, D., Sari, W. K., & Kristantri, R. S. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Yoghurt
Susu Sapi Dan UHT terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 2(2), 9-12.
IX. Lembar Pengesahan