Ini kisah seorang anak yang bernama Yosi, yang terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya adalah seorang tailor yang membuka usaha jahitan di sebuah kecamatan bernama Sungai Pakning. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang baik hati dan sangat penyayang kepada anak-anaknya. Yosi memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki. Masa kecil yosi dilalui dengan sangat bahagia walaupun yosi bukan dimanja dengan kemewahan. Yosi kecil adalah anak yang periang dan tekun dalam belajar. Keseharian Yosi dilalui dengan kegiatan yang bermanfaat, pagi hari Yosi ke sekolah umum, siangnya dia mengikuti sekolah madrasah, untuk membantu perekonomian keluarga Yosi membantu orang tuanya dengan membawa jualan ke sekolah, yaitu berjualan es manis dan kerupuk ubi yang diberi cabe, atau biasa disebut kerupuk pedas.Setiap hari Yosi menjalani rutinitasnya tanpa mengeluh. Suatu hari di sekolah dasar Yosi mendapat tugas dari guru bahasa Indonesia untuk membuat karangan yang bercerita tentang cita-cita kalau sudah besar nanti. Yosi menceritakan dalam karangannya itu kalau sudah besar dia bercita-cita ingin menjadi seorang guru, dalam karangannya Yosi menceritakan bagaimana kelak guru impiannya. Ketertarikan Yosi pada profesi guru berawal dari kecintaannya pada guru agama Islam yang ada di sekolahnya, guru agama Islamnya adalah sosok guru yang menyenangkan, beliau dalam mendidik murid-muridnya dengan penuh kasih sayang, setiap pembelajaran yang diberikannya selalu berhubungan dengan kisah para Nabi dan Rasul, beliau selalu memberikan keteladanan yang dimiliki Nabi dan Rasul sehingga Murid-murid tidak merasa dihakimi ketika melakukan kesalahan. Sikap gurunya ini memberi kesan yang mendalam ke hati Yosi sehingga dia kelak ingin menjadi guru seperti guru agamanya ini. Yosi tidak membiarkan cita-citanya itu hanya tinggal karangan tetapi dia membuktikan bahwa dia serius dengan cita-citanya itu dengan selalu tekun belajar dan ini terbukti Yosi selalu mendapat nilai yang baik di setiap jenjang sekolah yang dilaluinya, yaitu mulai SD Yosi selalu mendapatkan rangking 1. Sekolah dasar dilalui Yosi dengan mulus tanpa ada kendala apapun, ini berlanjut ke jenjang SMP, di SMP pun demikian Yosi selalu menduduki peringkat Pertama, begitulah cara Yosi untuk terus melangkah guna menggapai cita-citanya menjadi seorang Guru. Masa masa SMP Yosi adalah masa-masa penuh kisah cinta, walaupun masih duduk di bangku SMP Yosi mulai merasakan suka pada seorang laki-laki, dia adalah ketua kelas Yosi ketika di kelas 1 SMP. Nama anak laki-laki itu adalah Wira. Wira terlahir dari keluarga berada dia adalah anak seorang kepala transito. Kesukaan Yosi kepada Wira karena dia adalah anak yang pintar, namun sayang rasa suka Yosi bertepuk sebelah tangan, ternyata Wira menyukai teman sebangku Yosi yang bernama Evi. Yosi tidak patah hati walaupun cintanya hanya cinta sepihak, justru ini menjadi pemicu Yosi untuk terus belajar guna mencapai cita-citanya untuk menjadi seorang Guru. Yosi menamatkan SMP dengan nilai yang sangat memuaskan sehingga dengan mulus Yosi dapat melanjutkan sekolah ke SMA favorit yang ada di kecamatannya. Lagi-lagi Yosi mulai memiliki rasa suka, kali ini cintanya bersambut. Yosi jatuh Cinta pada kakak kelasnya yang bernama Ijul. Ijul adalah kakak kelas Yosi yang sudah duduk di kelas 3 SMA. Ijul setamat SMA harus melanjutkan pendidikannya jauh dari Sungai Pakning, sehingga kisah cinta mereka harus dijalani dengan surat-suratan. Hari-hari yang dijalani Yosi seperginya Ijul yaitu dengan menunggu surat-surat dari Ijul. sehingga pada suatu saat ketika Yosi sudah duduk di kelas 2 SMA surat Ijul tidak lagi jadi sesuatu yang ditunggu Yosi, karena kesibukan sebagai anak Fisika Yosi harus lebih tekun lagi belajar, sehingga kisah cinta Yosi dan Ijul terputus begitu saja disebabkan tidak ada lagi komunikasi. sampai akhirnya Yosi menamatkan SMA nya dan harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi. Menjadi anak Fisika membuat Yosi mulai mengaburkan cita-cita awalnya yaitu ingin menjadi seorang guru, karena ketika itu tertanam di hatinya bahwa kuliah di fakultas keguruan adalah tempat pelarian, ketika tidak diterima di fakultas lain, sehingga ini menyebabkan Yosi melenceng dari cita-cita masa SD nya. Yosi malah memilih fakultas Pertanian karena dianggap fakultas Pertanian lebih menjanjikan