Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

KELOMPOK A PKU YOGYAKARTA

Kelompok:
1. Vitta Chusmeywati (2016 4030 030)
2. Winardi Junianto (2016 4030 068)
3. Indah Depriyanti (2016 4030 051)
4. Ratri Fahmi Ardanti (2016 4030 117)
5. Fajar Abrori (2016 4030 074)
6. Wiwi Melianita Arba (2016 4030 012)
7. Alma Ananda Alieva Noor W. (2016 4030 034)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdullilahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas berkah rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan stase manajemen keperawatan. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat kelulusanpada stase manajemen keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
dengan kerendahan hati menghaturkan banyak terimakasih kepada:
1. dr. H. Ardhi Pramono, Sp. An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun karya tulis ilmiah.
2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat. selaku kepala Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah.
3. Wulan Noviani, S.Kep., Ns., MM. selaku dosen pembimbing akademik
4. Widarti, S.Kep., Ns. selaku pembimbing klinik
5. Seluruh perawat di bangsal RAUDHAH yang telah bekerja sama dan
berkontribusi dalam penyelesaian laporan ini
6. Serta semua orang yang telah memberikan banyak konstribusi, saran,
dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan
untuk kesempurnaan laporan stase manajemen ini. Akhir kata penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya dalam
bidang ilmu keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ………………………………………….......... i
Kata Pengantar ………………………………………….......... ii
Daftar Isi ………………………………………….......... iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………….......... 1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……………………………… 3
Tujuan Umum ………………………………………….......... 3
Tuju Khusus ……………………………………………….. 3
Cara Pengumpulan Data ……………………………………….. 4
Peserta Praktek ……………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN
Perencanaan
Tujuan ………………………………………….......... 5
Sasaran ………………………………………….......... 5
Kebijakan dan Prosedur di bangsal ……………………………. 5
Alokasi Sumber ………………………………………….......... 5
Rencana Evaluasi …………………………………………....... 17
Pengorganisasian
Struktur Manajemen………………………………………. 18
Proses Komunikasi Organisasi ………………………………. 19
Membuat Jadwal Harian ………………………………. 21
Metode Pemberian Askep ………………………………. 30
Klasifikasi pasien …………………………............................... 32
Pengaturan Staf
Recruitment ……………………...……………………………48
Pelatihan ……………………...…………………………… 48
Penjadwalan ……………………...…………………………… 48
Pengembangan staf ……………………………………………. 49
Penghitungan Jumlah Tenaga ………………………………… 50
Pengarahan

iii
Delegasi ……………………...…………………………… 60
Supervisi ……………………...…………………………… 61
Motivasi ……………………...…………………………… 62
Manajemen Konflik ……………………...………………….... 62
Kepemimpinan ……………………...…………………… 64
Reward……………………...……………………………... 65
Punnishment ……………………...…………………………… 66
Komunikasi ……………………...…………………………… 68
Koordinasi ……………………...…………………………… 68
Kolaborasi ……………………...…………………………… 69
Pengendalian
Siklus manajemen keperawatan ……………………………….. 71
Kualitas pelayanan keperawatan ………………………………. 73
Pengendalian mutu …………………………………………….. 75
Standar Oprasional ……………………………………………... 77
Patient Safety
Patien Safety Oriented …………………………………………... 83
Perawatan Infus …………………………………………... 85
Terapi Obat …………………………………………... 86
Kepatuhan APD …………………………………………... 87
Universal Precaution …………………………………………... 88
Sistem Pengelolaan Askep
Pengkajian …………………………………………... 91
Diagnose …………………………………………... 92
Perencanaan …………………………………………... 93
Implementasi …………………………………………... 94
Evaluasi …………………………………………... 95
Catatan Keperawatan …………………………………………... 96
Pendidikan Kesehatan …………………………………………... 99
BAB III ANALISA DATA DAN POA
Masalah ………………………………………….......... 106
Analisa SWOT ………………………………………….......... 107

iv
POA ……………………………………………….. 108
BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Implementasi ………………………………………….......... 109
Pembahasan ………………………………………….......... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Implementasi ………………………………………….......... 110
Pembahasan ………………………………………….......... 110
Daftar Pustaka ………………………………………….......... 111
Lampiran ………………………………………….......... 115

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan asuhan professional yang bersifat humanistis
dengan menggunakan pendekatan holistik yang dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objek pasien, mengacu
pada standar operasional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan
sebagai tuntunan utama (Nursalam, 2014). Sehingga sebagai perawat dituntut
untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional,
baik serta etis dalam praktik keperawatan di rumah sakit.
Praktik keperawatan di rumah sakit merupakan tindakan keperawatan
professional menggunakan pengetahuan teoritis dari berbangai ilmu dasar dan
ilmu keperawatan sebagi landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan
diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan serta mengadakan tindakan selanjutnya (Nursalam, 2014). Dalam
melaksanakan praktik keperawatan tersebut perawat perlu memiliki otonomi
yang berarti mandiri dan berani menanggung risiko, bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukannya serta dalam penerapannya dapat
menggunakan Model Asuhan Keperawatan Professional (MKMP) (Fisbach
dalam Hidayah, 2014)
Model Asuhan Keperawatan Professional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hamid dalam Hidayah, 2014). Model Asuhan
Keperawatan Profesional yang umum dilakukan di Rumah Sakit yaitu model
keperawatan tim dan model keperawatan primer (Katz, Jacquilile dalam Hidayah,
2014). Model keperawatan tim adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaburatif (Potter, Patricia 1993). Sedangkan

1
model keperawatan primer adalah metode keperawatan primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse), pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan
(Gillies, 1989). Selain itu diperlukan juga manajemen keperawatan dalam
pelaksanaan praktik keperawatan di Rumah Sakit (Organizing of Nursing,
2003).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan
yang mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan
Controling) (Marquis dan Huston, 2010). Menurut Nursalam (2014),
manajemen keperawatan memiliki prinsip yaitu mengelola dan pengambilan
keputusan. Dalam mengelola dan pengambilan keputusan selalu dihadapkan
dengan ketidakpasitian, untuk mengurangi ketidakpastian ini diperlukan data,
informasi, dan proses pengendalian.
Proses menajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,
sehingga keduanya saling berhubungan. Sebagaimana terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawatan pun terdiri dari pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Organizing
of Nursing, 2003).
Berdasarkan hasil observasi di bangsal RAUDHAH terdapat tiga
masalah yang belum dijalankan dengan tepat sesuai dengan SOP yang ada.
Ketiga masalah tersebut sudah dilakukan oleh perawat namun masih ada
beberapa poin yang belum dilakukan seperti pengelolaan infus secara rutin 3
kali sehari, pemberian lebel pada infus yang jarang dilakukan,

2
Belum menggunakan pengalas atau perlak saat pemasangan infuse atau
penggantian infuse dan belum mengganti plester pavidon iodine setiap hari.
Dalam hal mobilisasi juga masih beberapa perawat saja yang melakukan
keada pasien post-operasi atau pasien yang membutuhkan bantuan. SOP tujuh
benar obat sudah dilakukan perawat dengan baik namun masih ada beberapa
yang kurang.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa/mahasiswi Coners PSIK FKIK
UMY dituntut untuk dapat mengaplikasihan pengetahuan dan kemampuannya
di dalam bidang manajerial di bangsal RAUDHAH RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan bimbingan receptor akademik dan preceptor klinik.
Dengan adanyan praktik di lapangan ini, diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu selama perkuliahan maupun saat profesi ini untuk mengelola
ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktik mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
dilaksanakan di Ruang RAUDHAH RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
berlangsung mulai 27 Maret 2017 - 15 April 2017.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen selama 4 minggu
diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan di
ruang RAUDHAH RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di ruang


RAUDHAH mahasiswa mampu:
a. Melakukan analisa tentang gambaran umum ruang RAUDHAH RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Melakukan analisa aspek manajemen di ruang RAUDHAH RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di
ruang RAUDHAH RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

3
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada
di ruang RAUDHAH RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah disusun sesuai prioritas di ruang RAUDHAH RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
D. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifikasi masalah dilakukan dengan metode:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan
yang dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer,
perawat pelaksana, keluarga pasien untuk mengumpulkan data tentang
pelayanan yang ada di bangsal RAUDHAH.
3. Penyebaran Angket
Angket yang disebar yaitu tentang kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan di bangsal RAUDHAH.
4. Studi Dokumentsi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai ketenagaan,
manajemen ruangan, dokumentasi proses keperawatan, prosedur tetap
ruangan, inventaris ruangan, hingga karakteristik pasien.
E. Peserta Praktek
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedoteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan XXIV
dengan anggota: Vitta Chusmeywati, Winardi Junianto, Indah Depriyanti,
Ratri Fahmi Ardanti, Alma Ananda Alieva N.W, Fajar Abrori, dan Wiwi
Melianita Arba.

4
BAB II
TINJAUAN
A. Perencanaan
1. Tujuan
Dari hasil pengkajian didapatkan tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek di bangsal Raudhah, yaitu:
a. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang Raudhah saat ini yaitu bed pasien.
Namun saat ini belum disetujui oleh pihak direktur sehingga tujuan
jangka panjang belum tercapai.
b. Tujuan jangka Pendek
1) SKP 1 = identifikasi gelang
2) SKP 2 = komunikasi efektif dengan menggunakan SBAR
3) SKP 6 = Pencegahan Resiko jatuh
4) Assesmen perawat dilakukan 24 jam pertama harus sudah terisi
100%
5) Kelengkapan manajemen nyeri
6) Ketepatan transfusi dengan target 3 pasien selama 1 bulan serta
menandatangani persetujuan untuk dilakukan tranfusi
2. Sasaran
Perawat di bangsal RAUDHAH RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
3. Kebijakan dan Prosedur di Bangsal
Kebijakan dan prosedur di bangsal sudah diatur oleh Rumah Sakit
dan sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Pelayanan)
4. Alokasi Sumber
a. Man/Tenaga/SDM
 Kajian Teori
Nawani (2005) SDM dibedakan antara pengertiannya secara
makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia
sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik

5
yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan sedangkan SDM
dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang
bekerja anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai,
karyawan, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain.
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus
menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners.
Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat
mengambil D3 Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK
yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan
atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari
pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan
Doktor/Konsultan (Gartinah et. al., 1999).

 Hasil Temuan
1) Kuantitas
No. Pendidikan Jumlah
1. S1 Keperawatan Ners 2
2. D3 Keperawatan 10
Total 12
Sumber: Kepegawaian RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
2017 2) Kualitas Pelayanan
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
di Ruang RAUDHAH
NO JENIS PENDIDIKAN ∑ %
1 SI NERS 2 13,33
2 DIII KEPERAWATAN 10 87,67
Jumlah 12 100
Sumber: Kepegawaian RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2017
3) Jenis Pelatihan yang Pernah Diikuti Perawat di Ruang
RAUDHAH

No Nama Pendidikan Pelatihan


1 Wiwin D3
1. Pelatihan BLS
lestari, AMK

6
2. Pelatihan
Manajemen Nyeri
3. Pelatihan DHF untuk
umum, dokter dan
perawat
4. Pelatihan penyiapan
obat aseptic
1. Pelatihan BLS
2. Pelatihan
Manajemen nyeri
3. Pelatihan
pelayanan prima
2 Lali Nur D3
4. Pelatihan
Fitriani,
managemen laktasi
AMK
5. Pelatihan DHF untuk
umum, dokter dan
perawat
6. Seminar peningkatan
konpetensi
1. Pelatihana BLS
2. Pelatihan
3 Supardo, D3
Manajemen nyeri
AMK
3. Pelatihan perawatan
tracheostomi
1. Pelatihan BLS
2. Pelatihan pemeliharaan
alat medis
Nur
4 D3 3. Pelatihan HHC
Rohmatun,
4. Pelatihan
AMK
Manajemen Nyeri
5. Pelatihan perawatan
tracheostomi
1. Pelatihan BLS
5 Rohmani
D3 2. Pelatihan
Banar, AMK
Manajemen Nyeri
1. Pelatihan BLS
2. Pelatihan
Manajemen Nyeri
Retno 3. Workshop survelans PPi
6 D3 dalam sim RS
wulandari,
AMK 4. Pelatihan penyiapan
obat aseptic
5. Penatalaksanaan
gigitaan ular

7
1. Pelatihan BLS
2. Pelatihan
Manajemen Nyeri
Nuri 3. Pelatihan penyiapan
7 D3
Handayani, obat aseptic
AMK 4. Seminar tranplantasi
ginjal
6. Workshop survelans PPi
dalam sim RS
1. Workshop PPI dalam
SIM RS
2. Pelatihan
Manajemen Nyeri
3. Work shop lean
managemen
4. Seminar Countioning
Nursing Education
5. Pelatian TB DOT dan
HIV
6. Seminar perawatan
Arniati w,
Intoksifikasi
8 S.Kep.,Ns S1
7. Pelatian pemberisihan
peralatan
8. Pelatihab HHC
9. Workshop Indikator
Mutu
10. Pelatihan BLS
11. Pelatihan DHF untuk
umum, dokter dan
perawat
12. Pelatihan penggunaan
alat2 CSSD
13. PelatihanPenanggulangan
HIV dan AIDS
1. Pelatihan BLS
9 Dwi Ariyani, D3 2. Pelatihan Manajemen
AMK Nyeri
1. PelatihanManajemen
Nyeri
2. Pelatihan BLS
Ari Budiarti, 3. Workshop Surveilene
10S.Kep.,Ns S1 PPI dalam SIM RS
4. Pelatihan Pelayanan
Prima
5. Seminar Countioning
Nursing Education

8
6. Pelatihan penyiapan obat
aseptic
7. Pelatihan
Penanggulangan HIV dan
AIDS
Ima 1. Pelatihan Manajemen
11 D3
Racmawati, Nyeri
AMK 2. Pelatihan BLS
Sumber: Daftar Ketenagaan Perawat Ruang RAUDHAH 2016
Interpretasi Data:
Berdasarkan data yang didapat, karakteristik di ruang
RAUDHAH mayoritas berada pada tingkat pendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 10 orang sebanyak 87,6% dan 2 orang S1
keperawatan sebanyak 13,3%.
b. Money/Pendanaan
 KajianTeori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non-
medis merupakan salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanannya
dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan
atau bahan medis, non-medis, dan jasa pemborongan.
 Hasil Temuan
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta bukan merupakan
RS milik pemerintah melainkan RS swasta yang berdiri sendiri dan
sumber dana berasal dari:
1. Tarif yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap
maupun rawat jalan
2. Sumbangan dari luar RS perorang, yayasan, dan
institusi c. Method/Metode
1) Model penugasanasuhan keperawatan
 Kajian Teori
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan
ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim,

9
model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan
berfokus padapasien.
1. Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi
padapenyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat
ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan
kepada semua pasien yang dirawat di ruangan.
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
danberpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya (Regestered Nurse).
3. Metode Primer.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien.
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung
jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu
perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan
untuk periode tertentu.
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer.
 Hasil Temuan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20-22
Maret 2017 dapat disimpulkan bahwa ruang RAUDHAH

10
menerapkan metode penugasan asuhan keperawatan diruang
RAUDHAH menggunakan Metode Tim Modifikasi (MTM) yang
terdiri dari metode tim, fungsional, dan metode primer, dimana
berfokus pada kesembuhan, mengurangi kecacatan dan memberikan
pelayanan keperawatan pada kasus penyakit umum.

2) Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan


Sistem pendokumentasian yang berlaku diruangan
RAUDHAH adalah sistem SOR (Source Oriented Record) yaitu
suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai
sumber tenaga kesehatan misalnya dari dokter, perawat, fisioterapi,
kerohaniawan dan lain-lain. Pendokumentasian asuhan keperawatan
oleh perawat yang bertanggung jawab pada pasien bersifat rutinitas.
Selain itu pendokumentasian yang berlaku di ruang RAUDHAH
sesuai dengan KARS, 2016 dengan sistem pendokumentasian asuhan
untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain
dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap, rencana
asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data asesmen awal
pasien, rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk
kemajuan terukur pencapaian sasaran, Kemajuan yang diantisipasi
dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan; berdasarkan hasil asesmen
ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan, rencana asuhan
untuk tiap pasien direview dan di verifikasi oleh DPJP dengan
mencatat kemajuannya, Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien
dicatat dalam rekam medis pasien oleh pemberi pelayanan
Hasil Temuan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20-22 Maret 2017
diruang RAUDHAH dengan menggunakan instrument dokumentasi
penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang
RAUDHAH menurut Depkes adalah:

11
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Dokumentasi di Ruang RAUDHAH
No Aspek yang Dinilai N Persentase (%)
1 Pengkajian Keperawatan 10 55,6%
2 Diagnosa Keperawatan 10 54,4%
3 Perencanaan Keperawatan 10 50%
4 Tindakan Keperawatan 10 47%
5 Evaluasi Keperawatan 10 40,8%
6 Catatan Askep/Dokumentasi 10 35,36%
Pencapaian Rata-rata 47,19%
Sumber: hasil pengkajian pada tanggal 20-22 Maret 2017
3) Pedoman Kerja Ruang RAUDHAH
a) Standar Operasional Ruang RAUDHAH
Berdasarkan hasil pengkajian terdapatkomponen SOP
(Standar Oparasional Prosedur) terbitan tahun 2014.Secara
keseluruhan sudah mencakup seluruh tindakan-tindakan
keperawatan pada klien. Berikut standar operasional prosedur
yang terdapat di bangsal RAUDHAH:
Panduan/SOP Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
2. Panduan Hak Pasien dan Keluarga
3. Panduan Pelayanan Kerohanian
4. Panduan Perlindungan Harta Benda
5. Panduan Kebutuhan Privasi
6. Panduan Informed Consent
7. Panduan Daftar Tindakan yang perlu di Informed Consent
8. Panduan CCTV
9. Panduan Perlindungan Kekerasan Fisik
10. Panduan Pasien Terminal
11. Panduan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
12. Panduan Discharge Planning
13. Panduan Identifikasi Pasien
14. Panduan High Alert Medication
15. Panduan Hand Hygiene

12
16. Panduan Risiko Jatuh
17. Panduan Komunikasi Efektif
18. Panduan Pelayanan Anestesi
19. Panduan Identifikasi dan Manajemen Penanganan
Hambatan dalam Populasi Pasien
20. Panduan Skrining
21. Panduan Triage
22. Panduan Transfer Pasien Internal
23. Panduan Transfer Pasien Eksternal
24. Panduan Rujukan
25. Panduan Resume Medis
26. Panduan Pelayanan Ambulans
27. Panduan Do Not Attempt Resuscitation (DNAR)
28. Panduan Pasien Koma
29. Panduan Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP)
30. Panduan PPI: Kesehatan Karyawan dan Perlindungan
Petugas Kesehatan terhadap Pajanan
31. Panduan PPI dalam Penempatan Pasien
32. Pedoman Pelayanan Berfokus Pasien
33. Panduan Pelayanan Immunosupresan RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
34. Panduan Identifikasi dan Manajemen Penanganan
Hambatan dalam Populasi Pasien
35. Panduan Etika Batuk (Hygiene Respirasi)
36. Panduan Kamar Isolasi Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
37. Panduan Pemrosesan Peralatan Perawatan Pasien
38. Panduan Pencegahan dan Pelayanan Infeksi Rumah Sakit
dalam Pelayanan Rukti Jenazah
39. Panduan Perlindungan terhadap Kerahasiaan Informasi
40. Panduan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi

13
41. Panduan Pelayanan Kemoterapi
42. Panduan PPI dalam Pengendalian Lingkungan
43. Panduan Penatalaksanaan Ventilator
44. Panduan Penatalaksanaan Restrain
45. Panduan Penundaan Pelayanan
46. Panduan Penanganan Keluhan
47. Panduan Pengelolaan Instrumen
48. Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
Rumah Sakit (Hospital Care Manager)
b) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang RAUDHAH terdapat
komponen SAK adalah sebagai berikut :
1. Diabetes Mellitus
2. Stroke
3. Hipertensi
4. Fraktur
5. BPH
6. Batu Saluran kemih
7. Demam
8. Cedera Kepala ringan, sedang
9. Apendisitis
10. Diare
d. Material
 KajianTeori
Perawat minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan,ruang
perawat jaga yang sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang perawatan
pasien, ruang ganti perawat,ruang tindakan perawatan, ruang obat dan
peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang diskusi, kamar mandi
pasien, kamar mandi perawat atau petugas. Secara kualitatif fasilitas
yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Fasilitas dan alat-alat kedokteran

14
maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan yang disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit
pelayanan. Adapun yang menjadi syarat sebuah ruangan perawatan
yang baik antara lain:
1) Tenaga
2) Terjaga Kebersihannya
3) Sirkulasi udara dan cahaya baik
4) Luas ruangan cukup nyaman
5) Privacy klien terjaga
6) Memenuhi standar keamanan pasien
 Hasil Temuan
Dari hasil observasi yang dilakukan diruang RAUDHAH,
didapatkan hasil bahwa ruang RAUDHAH memiliki 14 ruang untuk
perawatan pasien, 1 ruang perawat, 1 kamar ganti perawat, dan 2 toilet
Daftar Inventaris Alat Medis Ruang RAUDHAH
Bulan Maret 2017
No Nama Barang Jumlah
1 Ambubag 1
2 Animex 1
3 Bak injeksi 4
4 Bak korentang 1
5 Troli pengobatan 1
6 Baskom mandi 14
7 Bengkok 3
8 Glukotest 1
9 Gunting biasa 2
10 Kulkas kecil 1
11 Kursi roda 1
12 Lampu baca rontgen 1
13 Mesin nebulizer 1
14 Mesin suction portable 1
15 Midline 1
16 Pemotong kuku 1
17 Penggerus obat 1
18 Pispot 3
19 Reflek hammer 1
20 Senter 1
21 Standart infuse 14
22 Stetoskop 2

15
23 Tensimeter 3
24 Thermometer digital 1
25 Timbangan BB 1
26 Torniquet 2
27 Urinal 8
28 Syringe pump 1

Daftar Inventaris Alat Non-Medis Ruang RAUDHAH


Bulan Maret 2017
No Nama Alat Jumlah
1 Tempat tidur pasien 14
2 Kasur pasien 14
3 Bantal pasien 14
4 Guling pasien Tidak ada
5 Almari pakaian pasien 14
6 Jam dinding pasien -
7 Kursi tunggu pasien 14
8 Meja pasien 14
9 Kipas angin ruang pasien 14
10 Air conditioner ruang pasien Tidak Ada
11 Televisi pasien Tidak ada
12 Kulkas pasien Tidak ada
13 Gayung kamar mandi 2
14 Tempat sampah kecil 1
15 Water heater 1
16 Almari tempat linen 1
17 Almari tempat obat 1
18 Jam dinding ruang jaga perawat 2
19 Komputer 1
20 Kulkas obat pasien 1
21 Kursi ruang perawat 16
22 Meja ruang jaga perawat 2
23 Kipas angin tempat jaga perawat 1

Alat Tenun Ruang RAUDHAH


No Nama Alat Jumlah
1 Sprei 39
2 Stik 47
3 Sarung bantal 58
4 Selimut 43
5 Sarung guling 0
6 Perlak 6
7 Jas pasien 6
8 Jas tindakan 9
9 Handuk kecil 1

16
10 Rukuh 2
11 Sajadah 2

5. Rencana Evaluasi
Dari hasil pengkajian didapatkan tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek di bangsal RAUDHAH, yaitu: a. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang RAUDHAH saat ini yaitu bed pasien.


Namun saat ini belum disetujui oleh pihak direktur sehingga tujuan
jangka panjang belum tercapai.
b. Tujuan jangka Pendek
 SKP 1 = identifikasi gelang
 SKP 2 = komunikasi efektif dengan menggunakan SBAR
 SKP 6 = Pencegahan Risiko jatuh
 Assesmen perawat dilakukan 24 jam pertama harus sudah terisi
100%
 Kelengkapan manajemen nyeri
 Ketepatan transfusi dengan target 3 pasien selama 1 bulan serta
menandatangani persetujuan untuk dilakukan tranfusi
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat - alat, tugas
- tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan
rencana operasional sehingga suatu organisasi dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Subur,1997 ).
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi
yang diperlukan untuk obyektif divisi keperawatan, departemen, pelayanan
atau unit. Setiap unit harus melalui tipe pekerjaan , yang langsung dilakukan
terhadap klien, macam perawat sesuai dengan pekerjaan , serta jumlah
pengelola atau supervisi yang diperlukan ( Swanburg, 2000 ).
Proses pengorganisasian dapat dirinci sebagai
berikut :  Memahami tujuan

17
 Menetapkan tugas pokok dan merinci kegiatan
 Mengelompokkan tugas / jabatan
 Menyusun struktur organisasi dan departementasi
 Menyusun otoritas organisasi
 Mengisi jabatan / staffing
 Fasilitating
1. Mengidentifikasi Struktur Manajemen
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi
diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan
dan ukuran satuan kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi
yaitu :
 Strategi organisasi pencapaian tujuan.
 Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output
akan membedakan bentuk struktur organisasi.
 Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan
mereka juga lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan struktur perusahaan.
 Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur
organisasi.

Adapula struktur dalam sebuah organisasi yang mencerminkan


kegiatan sebagai berikut :
 Adanya pengorganisasian proses pekerjaan.
 Adanya deskripsi yang berkenaan dengan wilayah atau lingkup
kerja.
 Adanya deskripsi tugas kerja.
 Adanya identifikasi kompetensi.
 Adanya identifikasi kompetensi perorangan

18
2. Menyusun Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan
dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan
a. Proses Komunikasi Organisasi
Komunikasi internal adalah Pertukaran gagasan di antara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur
lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horizontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan [operasi
dan manajemen]
Dua dimensi komunikasi internal :
1) Komunikasi Vertikal yaitu Komunikasi dari pimpinan ke staff,
dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik [two way
traffic communication]. Downward Communication yaitu
komunikasi atas ke bawah. Contoh pimpinan memberikan
instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman,
rapat, majalah intern . Upward communication yaitu dari bawah
ke atas. Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan,
kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan. Hambatannya adalah
apabila saluran komunikasi dalam organisasi tidak berjalan atau
digunakan sebagaimana mestinya, karena hal ini berpengaruh
terhadap operasional organisasi. Organisasi terdiri atas sejumlah
orang; melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan
memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi.
2) Komunikasi Horizontal yaitu komunikasi mendatar, antara
anggota staf dengan anggota staf. Berlangsung tidak formal, lain
dengan komunikasi vertikal yang formal. Komunikasi terjadi
tidak dalam suasana kerja, employe relation dan sering timbul
rumours, grapevine, gossip

19
3) Komunikasi Diagonal (Cross Comunication) Komunikasi antara
pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain.
4) Komunikasi Eksternal adalah Komunikasi antara pimpinan
organisasi [perusahaan] dengan khalayak audience di luar
organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak yang
bersifat informatif Majalah, Press release/ media release, Artikel
surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers,
dll.
5) Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia
dilakukan melalui dan karena komunikasi antar pekerja.
Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi dan
opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si
pengirim dan persepsi pesan yang sama oleh si penerima pesan.
Kebanyakan ahli komunikasi percaya bahwa penangkapan pesan
tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses dan usaha
memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai
dengan mengajari manusia bagaimana mendengar secara
bersungguh - sungguh dan kritis terhadap semua aspek pesan
yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim pesan agar
mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga
memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan.
Pengirim pesan dapat diajari untuk memperkuat isi verbal
setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat untuk
menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari
si penerima pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien berdasarkan standard keselamatan
rumah sakit, salah satu metode komunikasi yang efektif adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation).

20
S(Situation): apa yang terjadi dengan pasien? B
(Background) hal hal apa yang melatarbelakangi kondisi klinis
pasien? A (Assesment): saya pikir apakah problemnya? R
(Recommendation) apa yang akan saya lakukan untuk
memperbaiki kondisi itu?. SBAR adalah alat komunikasi dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter.
Tujuan komunikasi SBAR yaitu dokter lebih
memperhatikan karena informasi yang ringkas, perawat bekerja
lebih cepat, mengkomunikasikan masalah dengan jelas, memberi
kesempatan menyampaikan saran kolaborasi, keuntungan SBAR
kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif, dokter percaya
pada anlisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien, memperbaiki komunikasi sama dengan
memperbaiki keamanan pasien.
3. Membuat Jadwal harian
a. Menghitung Waktu Kerja Tersedia
 Staf tidak bekerja setiap hari
 Staf berhak atas cuti tahunan dan libur nasional
 Kemungkinan sakit atau memiliki alas an pribadi sehingga tidak
bekerja selama beberapa hari kerja
 Perlu menghitung waktu yang benar benar tersedia bagi staf untuk
melaksanakan tugasnya
 Waktu kerja yang tersedia dapat dinyatakan sebagai hari jam dalam
setahun
Contoh:
Health Weeks in Working Possible working days in a
worker one year days in one year
52 weeks x 6 days per
A 52 6
week= 312 days
52 weeks x 5 days per
B 52 5
week= 260 days

21
Waktu kerja tersedia (WKT) dalam hari kerja pertahun WKT= K-
(L+M+P)
 K adalah jumlah hari kerja yang mungkin dalam setahun ( 52
minggu x 6 atau 5 hari kerja) 312 hari atau 260 hari
 L adalah jumlah hari libur nasional dalam setahun (15 hari)
 M adalah jumlah hari cuti tahunan (termasuk cuti bersama)
dalam setahun (12 hari)
 P adalah jumlah hari tidak masuk karena sakit, pelatihan atau
alas an lainnya dalam setahun (hari)

Waktu kerja tersedia (WKT) dalam jam kerja per tahun WKT=[K-
(L+M+P)]xR
 R adalah jumlah jam kerja dalam sehari
Jam kerja untuk beberapa kategori staf mungkin saja berbeda
pada hari hari tertentu dalam seminggu, contoh seorang staf
puskesmas mungkin bekerja dengan jam kerja yang sama dari senin
hingga kamis, tetapi berbeda pada hari jumat.
Perlu menghitung rata rata jumlah jam kerja per hari kerja.
Jumlahkan semua jam kerja staf dalam seminggu dan bagilah
jumlah tersebut dengan jumlah hari kerjanya dalam seminggu.
b. Jumlah Tenga Menurut Kualifikasi
Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja Rawat
Inap, adapun daftar kualifikasi ketenagaan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

22
Nama Jumlah
No Pendidikan Sertifikasi
Jabatan Tenaga
1 Supervisor SKep, Ners - Pelatihan BTCLS
- Pelatihan manajemen
bangsal
- Short course BLS dan
ACLS
- Pelatihan 1
ManajemenKepala Ruang
- Pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi di
RS.
2 Ko Shift D III Pelatihan Basic Life Support 5
3 Perawat S.Kep.,Ners Pelatihan Basic Life Support
6
pelaksana / D III, SPK

c. Penetapan jam kerja


Hari kerja perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja dalam
seminggu dan jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam dalam satu
minggu. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan
rumah sakit yang beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani
masyarakat umum dan disesuaikan dengan jam kerja perusahaan.
Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu kerja
akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap
mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam satu
minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang berkerja melebihi
jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam
kebijakan lembur perusahaan.
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
1. Batas keterlambatan karyawan 5 menit untuk tiap shift
2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan
maka karyawan tersebut akan mendapatkan evaluasi
keisiplinan dari atasan langsung.
3. Apabila terjadi keterlambatan sebanyak lebih dari 10x dalam
satu bulan karyawan akan diberikan surat peringatan.

23
Pengaturan tenaga kerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta terutama Unit Rawat Inap Raudoh berdasarkan shift
dibawah ini :
Karyawan shift Senin- Minggu
o Shift Pagi : 07.00-14.00
o Shift Sore : 14.00-21.00
o Shift Malam : 21.00-07.00
d. Kuantitas SDM
Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap unit Raudhoh
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan shift.
Tenaga kerja di unit Rawat Inap saat ini berjumlah 16 orang yang
memegang tanggung jawab sebagai :
 Supervisor Ruangan : 1 orang
 Koordinator Shift : 5 orang
 Perawat pelaksana : 6 orang

e. Membagi Pekerjaan/ Jobdesk


1. Jobdesk Kepala Ruang
a) Fungsi:
1) Menentukan standar pelaksanaan kerja.
2) Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.
3) Supervisi dan evaluasi tugas staf.
b) Uraian Tugas:
1) Perencanaan:
 Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-
masing.
 Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.
 Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.

24
 Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
kelolaan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2) Pengorganisasian dan ketenagaan:
 Merumuskan metode penugasan keperawatan.
 Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
 Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali diruang rawat.
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal:
membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari
sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
 Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan
dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.
 Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
 Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
 Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
3) Pengarahan:
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
 Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Melalui supervisi:

25

Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan
langsung secara lisan dari ketua tim.

 Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca


dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan.

 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang


terjadi pada saat itu juga.
 Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
 Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas
dengan baik.
 Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
4) Pengawasan:
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien.
 Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan anggota
tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing
serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
 Memberi umpan balik kepada ketua tim.
 Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
 Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
 Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
5) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik,
pseudo demokartik, situasional, dll

26
6) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.
2. Peran sebagai ketua tim
a) Fungsi:
1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota
tim/pelaksana.
3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
5) Menyelenggarakan konferensi
b) Uraian Tugas:
1) Perencanaan:
 Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama
kepala ruangan.
 Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk
anggota tim/pelaksana.
 Menyusun rencana asuhan keperawatan.
 Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
 Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
 Mengorientasikan pasien baru.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
a) Pengorganisasian dan ketenagaan:
 Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.
 Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota
tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
 Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan
tingkat ketergantungan pasien.

27
 Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
 Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.
 Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada
anggota tim/pelaksana.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
b) Pengarahan:
 Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
 Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
 Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
 Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang melaksanakan
tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional dan
kebutuhan pasien.
 Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
 Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
 Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengawasan:
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.
 Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/
pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari
anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada
saat itu juga.
 Melalui evaluasi:

28
 Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana
dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun.

 Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam


melaksanakan tugas.
 Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
 Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
 Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
 Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik, pseudo
demokartik, situasional, dll
e) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.
3. Peran sebagai anggota tim/ pelaksana
a) Perencanaan:
1) Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah terima tugas.
2) Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
3) Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan.
4) Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
5) Menerima pasien baru.
6) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
1) Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.
2) Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan perencanaan
terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian
asuhan keperawatan.
3) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
4) Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
5) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana lainnya.

29
6) Melaksanakan asuhan keperawatan.
7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan
yang dilakukan.
c) Pengarahan:
1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang tugas
setiap anggota tim/ pelaksana.
2) Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
3) Menerima pujian dari ketua tim.
4) Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas atau
membuat kesalahan.
5) Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
6) Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan:
1) Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien.
2) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

4. Metode pemberian Asuhan Keperawatan


Menurut kroon T & Gray (1977) ada 4 metode pemberian asuhan
keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan
dimasa depan dalam mengahdapi tren pelayanan keperawatan, yaitu: a
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas

30
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2002).
b Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saai ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistic dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap
asuhan keperawatan dan observasi pada pasien tertentu
c Model asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut gilies (1989) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif serta
dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer biasanya mempunyai 4-6
klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat di
rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan
juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan di
delegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasienmasuk hingga
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara sipembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat

31
d Model Asuhan Keperawatn Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(potter, patricia 1993). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
arsa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim terdiri
dari anggota yang berbeda beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari
tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu group kecil
yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelmahan dan
kelebihan. Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan,
memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim sedangkan kelemahannya
yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu waktu sibuk.
5. Klasifikasi Pasien
Metode yang sering digunakan di rumah sakit adalah metode
menurut douglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan
pasien dalam tiga kategori, yaitu perawatan minimal, perawatan
intermediate, dan perawatan maksimal atau total a. Perawatan Minimal

Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien


pada klasifikas ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, pasien bisa mandiri/hamper tidak memerlukan bantuan.

32
Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi
atau gerakan. Ciri ciri lain pada klien dengan klasifikasi ini yaitu:
 Mampu naik turun tempat tidur
 Mampu berjalan sendiri dengan pengawasan
 Observasi TTV setiap pergantian shift
 Mampu makan dan minum sendiri
 Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
 Mampu sikat gigi sendiri
 Mampu berpakaian atau berdandan dengan sedikit bantuan
 Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
 Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
 Operasi ringan
 Perawatan luka sederhana
b. Perawatan Intermediate
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien
pada klasifikasi ini adalah pasien memerlukan bantuan perawat
sebagian. Klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri,
makan dan minum. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini
memerlukan pengobatan lebih dari sekali. Ciri ciri lain pada klien
dengan klasifikasi ini yaitu:
 Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tangga
 Membutuhkan bantuan untuk berjalan
 Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
 Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap
 Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
 Membeutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
 Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
 Post operasi minor 24 jam
 Melewati fase akut dari operasi mayor
 Observasi TTV setiap 4 jam

33
 Gangguan emosional ringan
 Pengobatan dengan injeksi
 Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
 Klien dengan infus dan klien dengan pleura fungsi
c.Perawatan maksimal atau total
Perawatan ini memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Kriteria klien
pada klasifikasi ini adalah pasien memerlukan bantuan perawat
sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama. Klien
harus dibantu dengan segala sesuatunya. Ciri ciri lain pada klien dengan
klasifikasi ini yaitu:
 Membutuhkan 2 orang ataulebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
ke kursi roda
 Membutuhklan latihan pasif
 Kebutuhan cairan dan nutrisi dipenuhi melalui cairan intravena
(infus) atau NGT
 Membutuhkan bantuan kebersihan mulut, pemakaian alat
penghisap (suction)
 Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian
 Dimandikan perawat
 Dalam keadaan inkontinensia
 24 jam post operasi mayor
 Pasien tidak sadar
 Keadaan apsien tidak stabil
 Observasi TTV setiap kurang dari 2 jam

34
LAPORAN PEJABAT STRUKTURAL RS PKU MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA2016
NO SUMBER DAYA KEGIYATAN INDIKATOR TARGET DAN HAMBATAN ALTERNATIF
INSANI PELAYANAN/ KEBERHASILAN CAPAIAN YANG SOLUSI
TUGAS HARIAN PROGRAM DIALAMI
PERIODE 2016
1. a. Jumlah SDM di 1. Melaksanakan a. Skp 1, 2 dan 6 100% Tidak ada
ruang raudhoh: fungsi hambatan
1 Supervisor perencanaan: b. Kelengkapan 50% “lupa” Re-edukasi dan saling
5 Koordshif dokumentasi mengingatkan
7 Pelaksana a. Menyusun tranfusi
program kerja c. Kelengkapan rea 100% Tidak ada
b. Dengan tahunan ruangan assesmen nyeri hambatan
kualifikasi
pendidikan: d. Kelengkapan 100% Tiddak ada
S1 Keperawatan : pengkajian hambatan
2 orang perawat 24 jam
D3 keperawatan : pertama
11 orang b. Membuat usulan Jumlah tenaga di Jumlah tenaga di Pensiun, cuti Sudahada tenaga
ketenagaan ruangan terpenuhi ruang 80% melahirkan mangang yang
c. Status sesuai penghitungan berjumlah 2 orng
kepegawaian: Depkes
Pegawai tetap: 12 c. Menyusun Peralatan terpelihara Peralatan Tidak ada
orang kebutuhan serta berfungsi terpelihara & hambatan
Pegawai magang : peralatan di dengan baik berfungsi dengan
2 orang ruangan baik
d. Jenis kelamin: d. Menyusun Kebutuhan BHP di 100% Ruangan harus Anfragh di
Laki – laki : 3 kebutuhan BHP ruangan terpenuhi mengambil distribusikan sesuai
orang di ruangan Anfragh sendiri permintaan ke ruangan
ke gudang

39
Perempuan : 10 farmasi dengan
orang 2 cara(input dan
telp)

e. Menyusun jadwal Terlaksananya 100% Masih ada Penjelasan


dinas ruangan pengaturan staf beberapa
keperawatan dengan terlambat
menggunakan jadwal
dinas
f. Menyiapkan Usulan program In house training : Tidak ada feed Ada feed back prioritas
usulan program terpenuhi 50 % back dari Diklat yg dilakukandari
pelatihan di Ekhouse training : untuk usulan Diklat
ruangan 0% yang di buat unit Adanya kejelasan
Dana terbatas jumlah dana program
pelatihan
g. Menyusun RAPB RAPB ruangan 100% - -
ruangan tersusun
2. Melaksanakan
fungsi pergerakan
dan pelaksanaan:
a. Melaksanakan
tugas dan
wewenang dari
manajer
keperawatan
b. Menyampaikan Kebijakan 100% - -
kebijakan RS tersosialisasi kepada
tentang SPO staf
c. Melakukan rapat Rapat rutin ruangan Rapat rutin Kendala: jarak Rapat dilakukan secara
rutin terlaksana ruangan belum rumah karyawan insidentil
terlaklsana: 50% yg cukup jauh

40
d. Melaksanakan Pelaporan rutin 100% Informasi Informasi tidak
pelaporan berkala dilakukan sesuai mendadak, mendadak,
intruksi Tidak adanya
Adanya standar &
standar &petunjuk cara
petunjuk cara
pengisian,
penullisan Adanya batas waktu
laporan pengumpulan
pelaporan.
e. Mendistribusi staf Pelayanan pasien Beban kerja sesuai Staf belum Edukasi staf untuk
untuk pelayanan terpenuhi rasio jumlah optimal unt merger ke bangsal lain
perawat & pasien merger di yg membutuhkan,
bangsal lain Kebijakan menejemen
di sosialisasi ulang/SK
f. Membagi habis Pelayanan sesuai 100% - -
tugas kepada MPKP modifikasi
staf & memberi
pengarahan
g. Mendelegasi Pelayanan lancar & 100% - -
tugas saat SPV terakomodir dengan
tidak ada baik,melaksanakan
tugas & kewenangan
saat SPV tidk ada
h. Melaksanakan Piket SM terlaksana 100% - -
tugas Supervisi
menejerial
3. Melaksanakan
fungsi
pengendalian &
penilaian
 75 %

41
a. Mengendalikan Pelayanan pasien Pengawasan Edukasi staf unt
& mengawasi dilaksanakan sesuai terhadap melaksanakan
pelaksanaan SPO pelaksanaan pelayanan sesuai SPO,
kebijakan & SPO yg masih
prosedur kurang
pelayanan
keperawatan
b. Melaksanakan Terlaksananya  75 % Tidak adanya Evaluasi staf terhadap
pengawasan & pengawasan SPO celk lis tentang proses pelayanan
pengendalian & pelaksanaan dengan mengaktifkan
penilaian SPO kembali chek lis
terhadap SPO di pelaksanaan SPO
ruangan
c. Melakukan DP 3 terisi 100% Form penilaian Evaluasi form
penilaian DP3 belum penilaian DP 3,
terhadap kinerja sesuai Upgrate DP 3 sesuai
staf kompetensi kompetensi

42
C. Pengaturan Staf
1. Rekruitmen
Rekruitmen tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan
sumberdaya dan skill yang diperlukan oleh rumah sakit (Sabet, 2005). Di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta khususnya bangsal RAUDHAH,
rekruitmen pegawai dilakukan oleh SDI PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Proses seleksi meliputi seleksi dokumen kemudian ujian tulis dan ujian
agama. Jika lulus tes tersebut maka akan menjadi pegawai magang. Untuk
menjadi pegawai kontrak, maka harus mengikuti ujian kembali dan akan
dikontrak selama dua tahun. Kemudian untuk menjadi pegawai tetap aturan
disesuaikan oleh kebutuhan SDM.
2. Pelatihan
Melanjutkan kompetensi adalah masalah yang mempengaruhi perawat
dalam semua tempat praktek. Masyarakat menuntut bahwa perawat
menunjukkan kompetensi mereka. Peningkatan tekanan dari beberapa
lembaga regulasi kesehatan dan masyarakat memerlukan evaluasi
menyeluruh dalam staf kompetensi (Barbara, 2014).
3. Penjadwalan
Penjadwalan adalah proses menentukan kapan setiap perawat dari unit
keperawatan akan bertugas atau tidak bertugas, giliran akan bekerja, oleh siapa,
dan bagaimana akhir pekan, jumlah hari berturut-turut bekerja, permintaan kerja,
dan liburan akan dipertanggungjawabkan (Odenkamp, 1996). Penetapan staf
mengacu mengisi shift terbuka pada jadwal kerja saat ini. Model penjadwalan
terdiri dari sentralisasi (terpusat), desentralisasi, atau campuran. Pada model
terpusat, kantor mengelola strategi, anggaran, sumber daya, dan proses. Dalam
model desentralisasi, manajer unit rumah sakit masing-masing memiliki lebih
banyak fleksibilitas dan kontrol atas anggaran, sumber daya, dan proses.
Sedangkan untuk model campuran, mereka memadukan aspek dari dua lainnya:
Misalnya, unit individu dapat mengelola jadwal biasa, tetapi jika mereka tidak
dapat mengisi shift biasa melalui penjadwalan normal, mereka mungkin
meneruskan kebutuhan mereka ke pusat (Sabet, 2005).

48
Menurut Sabet (2005), penjadwalan staf dapat digunakan satu atau
lebih dari empat jenis tipe penjadwalan, yakni:
 Penjadwalan pola, staf berkomitmen untuk bekerja disejumlah tipe shif
(pagi, sore, malam) dalam jangka waktu tertentu. Pada akhir periode itu,
pola akan berulang.
 Penjadwalan preferensi (pilihan). Staf menentukan pilihannya sendiri
untuk jenis shift dalam seminggu. Aturan yang ditetapkan dapat
menimpa pilihan.
 Aturan penjadwalan. Pemilihan jadwal ini berdasarkan kebijakan dan
prosedur penjadwalan organisasi karena aturan penjadwalan tidak
mengambil pola atau pilihan sehingga jarang digunakan sendiri.
 Penjadwalan mandiri. kebutuhan penjadwalan pertama kali ditetapkan
dan kemudian staf mendaftar untuk shift yang tersedia

Penjadwalan di bangsal RAUDHAH dilakukan dengan metode aturan


penjadwalan sehingga penjadwalan dilakukan sesuai kebijakan organisasi.
4. Pengembangan Staf
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 2006 menyusun
pedoman jenjang karir bagi perawat, yang didalamnya dijelaskan
penjenjangan karir perawat profesional yang meliputi perawat klinik, perawat
manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Selanjutnya, Depkes RI
mengatur jenjang karir profesional perawat klinik kedalam lima tingkatan,
sebagai berikut:
a. Perawat Klinik I (PK I)
Perawat klinik I (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki
pengalaman kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus
pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan mempunyai
sertifikat PK-I.

b. Perawat Klinik II (PK II)

49
Perawat klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D III
Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1
Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun,
dan mempunyai sertifikat PK-II
c. Perawat Klinik III (PK III)
Perawat klinik III (competent) adalah perawat lulusan D III
Keperawatan dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners (lulusan S-1
Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun
atau Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan memiliki
sertifikat PK-III. Bagi lulusan D-III keperawatan yang tidak melanjutkan
ke jenjang S-1 keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV dan
seterusnya.
d. Perawat Klinik IV (PK IV)
Perawat klinik IV (Proficient) adalah Ners (lulusan S-1 Keperawatan
plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners
Spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun, dan memiliki sertifikat PK-IV,
atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun.
e. Perawat Klinik V (PK V)
Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman
kerja 4 tahun atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 1
tahun, dan memiliki sertifikat PK-V (Depkes, 2010).
5. Penghitungan jumlah tenaga
Penghitungan jumlah tenaga dapat dibagi menajadi beberapa metode yakni
(Nursalam, 2014):
a. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Metode penghitungan ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
pembanding dari kebutuhan perawat. Karena sederhana dan mudah, metode
ini paling sering digunakan. Namun, metode ini memiliki kelemahan yaitu
hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas perawat di rumah sakit dan kapan tenaga perawat
tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode

50
ini bisa digunakan jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan
tenaga terbatas, sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan
relatif stabil.
Tabel rasio jumlah tempat tidur dan kebutuhan perawat
RUMAH
PERBANDINGAN
SAKIT
Kelas A & B TT: Tenaga Medis = (4-7) :1
TT: Tenaga Keperawatan =1 :1
TT: Nonkeperawatan =3 :1
TT: Tenaga Nonmedis =1 :1
Kelas C TT: Tenaga Medis =9 :1
TT: Tenaga Keperawatan = (3–4) :2
TT: Nonkeperawatan =5 :1
TT: Tenaga Nonmedis =3 :4
Kelas D TT: Tenaga Medis = 15 :1
TT: Tenaga Keperawatan =2 :1
TT: Tenaga Nonmedis =6 :1
Khusus Disesuaikan

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak


rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya
beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi
rumah sakit dan profesional.
Hasil Temuan
Jumlah bed perawatan di bangsal RAUDHAH berjumlah 14 dengan
jumlah perawat di bangsal secara total adalah 12 orang. Berdasarkan
metode rasio, kebutuhan perawat di Bangsal RAUDHAH belum sesuai
dikarenakan membutuhkan 14 orang.
b. Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja.
Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit.
 Douglas
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat
inap sebagai berikut.

51
1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
2) Perawatan parsial memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
3) Perawatan total memerlukan waktu: 5−6 jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Kategori I: perawatan minimal
o Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan
ganti pakaian
o Makan, dan minum dilakukan sendiri
o Pengawasan dalam ambulasi atau
gerakan o Observasi tanda vital setiap sif
o Pengobatan minimal, status psikologi
stabil o Persiapan prosedur pengobatan
b) Kategori II: perawatan parsial
o Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi o Observasi tanda vital tiap 4 jam
o Pengobatan lebih dari satu
kali o Pakai kateter Foley
o Pasang infus intake-output dicatat
o Pengobatan perlu prosedur
c) Kategori III: perawatan total
o Dibantu segala sesuatunya, posisi
diatur o Observasi tanda vital tiap 2 jam
o Pemakaian slang NGT
o Terapi intravena
o Pemakaian suction
o Kondisi gelisah/disorientasi/tidak
sadar Catatan:

 Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari;

52
 Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klasifikasi pasien;

 Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan


pada klasifikasi di atasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per sif.
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Hasil Temuan:
Jumlah Kebutuhan Perawat Menurut Douglas di Ruang RAUDHAH
Klasifikasi Jumlah pasien Rata-rata Rata – rata x Jumlah
Shift Ketergantungan 20/3 21/3 22/3 jumlah nilai Perawat
pasien ketergantunga

Minimal 5 5 12 7 7 x 0,17 2
Pagi

Partial 2 5 0 2 2 x 0,14 1
Total 0 0 0 0 - -
Jumlah Pasien 7 10 12 9 3
Minimal 7 12 9 10 10 x 0,17 2
Siang

Partial 1 0 2 1 1 x 0,14 1
Total 0 0 0 0 - -
Jumlah Pasien 8 12 11 11 3
Minimal 9 12 11 10 10 x 0,17 2
Malam

Partial 0 0 3 1 1 x 0,14 1
Total 0 0 0 0 - -
Jumlah Pasien 9 12 14 11 3
Rata-Rata Jumlah 8 11 12 10

53
Total perawat per hari yang dibutuhkan oleh bangsal RAUDHAH adalah 9
orang/hari. Sedagkan untuk jumlah perawat yang shif ada 8 orang. Sehingga,
bangsal RAUDHAH masih kekurangan 1 orang perawat.
 Metode Gilles
a) Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah:
A×B×C =F
=H
(C – D) × E G

Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Hasil Temuan:
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 20-22 Maret 2017, didapatkan
efektifitas ruang RAUDHAH sebagai berikut:
Rata-rata klasifikasi ketergantungan pasien :
- Minimal care = 11 orang
- Partial care = 2 orang
Jadi, rata-rata jumlah pasien perhari sebanyak 13 orang.
a) Jumlah jam perawatan/efektif/hari:
- Askep minimal :11 orang x 2 jam =22 jam
- Askep partial : 2 orang x 4 jam =08 jam
Berdasarkan Rumus diatas, maka kebutuhan perawat bangsal RAUDHAH adalah:

54
7 × 13 × 365
= 14 orang
(365 –32) ×7
Catatan:
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tenaga keperawatan di bangsal


RAUDHAH kurang 2 orang. Karena kebutuhan perawat yang diperlukan adalah
14 orang sedang bangsal RAUDHAH hanya memiliki 12 orang perawat.

Prinsip perhitungan rumus Gillies:


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu sebagai berikut.
 Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care,
total care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung
setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:

Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam

Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam


Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam


Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam.

 Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana


perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan
menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di
Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies, 1996).

55
 Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15
menit/ pasien/ hari.

c. Perhitungan tenaga berdasarkan Departemen Kesehatan (Depkes)


Perhitungan berdasarkan metode yang diterapkan oleh Depkes adalah sebagai
berikut:
X = A+ B + C
Keterangan:
X : Tenaga perawat
A : Jumlah perawat yang bertugas
B : Jumlah perawat libur
C : Jumlah petugas non keperawatan

Jumlah Jam Perawatan Menurut Depkes


Kriteria pasien Jumlah jam perawatan Jumlah
Perawatan minimal 1-2 jam 11x2 = 22
Perawatan parsial 3-4 jam 2x4 = 8
Perawatan total 5-6 jam -
Jumlah 30 jam

A = Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas


A = Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
Jam efektif perawat
B = Jumlah tenaga keperawatan yang libur
B = Jumlah hari minggu/tahun+ jumlah hari libur besar/tahun x A
Jumlah hari kerja/tahun

Hasil Temuan:
A = 30/ 7
A = 5 perawat/hari

56
Jumlah hari minggu tahun 2017 : 25
Jumlah libur nasional tahun 2017 : 20
Jumlah cuti tahunan : 12

B = 25 + 12 + 20 x 5 / 365 – 57
B = 285/ 308
B = 1 orang

C = Jumlah petugas non keperawatan


C = (A + B) x25%
C = (5+1 ) x 25%
C = 2 orang

X=A+B+C
X=5+1+2
X = 8 orang
Hasil Temuan:
Berdasarkan Perhitungan tenaga berdasarkan Departemen Kesehatan (Depkes),
ukupi jumlah tenaga keperawatan di bangsal RAUDHAH setiap harinya sudah
mencukupi yakni 8 orang setiap harinya.

D. Pengarahan
1. Delegasi

 Pengertian
Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam (2014) bahwa
pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Dapat
juga diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.

57
Pendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan
latihan manajemen profesional yang dikembangkan untuk dapat menerima
pendelegasian tanggung jawab secara structural (Swanburg, RC., 2000).
Pendelegasian/ pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh
perawat tidak mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah
kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat
meyakini bahwa mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik
kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan
dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang
yang menerima pendelegasian.
 Kegiatan Delegasi Wewenang
o Manager perawat menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya
kepada orang yang diberi pelimpahan
o Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
o Perawat yang menerima delegasi baik ekspilisit maupun implisit
menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
o Manajer perawat menerima pertanggung jawaban atas hasil yang telah
dicapai
 Kegiatan yang tidak boleh Didelegasikan
o Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama
pelaksanaan.
o Pengkajian fisik, psikologis, social yang merlukan keputusan, rujukan,
dan intervensi atau tindak lanjut.
o Penyusunan dan evaluasi rencana keperawatan.


 Penerapan Pendelegasian Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam
bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim,
Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui
mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini
dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

58

o Pendelegasian terencana merupakan pendelegasian yang secara
otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di
ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa : pendelegasian tugas Kepala
Ruangan kepada Ketua Tim untuk menggantikan tugas sementara karena
alasan tertentu, pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung
Jawab Shift, pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat
Pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan

o Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan.
Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi
Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift,
tergantung pada personil yang berhalangan.
 Cara Pendelegasian

o Seleksi dan susun tugas sediakan waktu yang cukup untuk
menyusun daftar tugas-tugas yang harus dilimpahkan secara rasional
dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang harus
dikerjakan secara otomatis adalah menyiapkan laporan yang kontinu,
menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal berurutan, memesan
alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung jawab, dan
melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya. Hal yang
terpenting dalam pendelegasian tugas adalah menentukan suatu tugas
pendelegasian dan wewenag secara bertahap, hal ini akan menghindari
terjadinya suatu penyalah gunaan wewenang.

o Seleksi orang yang tepat pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan
tugas tersebut berdasarkan kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat
tidaknya menajer memilih staf bergantung dari kemampuan menajer
mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.

o Berikan arahan dan motivasi kepada staf salah satu kesalahan
dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih baik

59
pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan pula bagaimana
melaksanakan tugas tersebut.

o Lakukan supervise yang tepat manejer harus bias menentukan apa
yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan bantuan apa yang dapat
diberikan. Supervise merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya
bergantung bagaimana staf melihatnya. Ada dua macam supervise
yaitu overcontrol (control yang berlebihan) dan undercontrol (control
yang kurang).
Hasil Temuan
Bedasarkan hasil observasi, pendelegasin di bangsal Raudhoh RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan oleh beberapa pihak ke perawat
dan oleh perawat ke sesama perawat. Pendelegasian ke perawat misalnya
pendelegasian pengoplosan obat oleh apoteker, pendelegasian tindakan
invasive (menyuntikan obat) oleh dokter serta pendelegasian pengaturan
administrasi oleh pihak administrasi. Pendelegasian tersebut sebenarnya
mengurangi tindakan mandiri perawat, karena sebagian besar tugas yang
dilakukan perawat adalah merupakan tugas profesi lain. hal tersebut
merupakan pendelegasian terencana yang diatur oleh SOP rumah sakit.
Menurut Arniati, S. Kep., Ns. selaku kepala ruang Raudhoh, pendelegasian
yang tidak sesuai dengan tugas perawat adalah hal yang seharusnya tidak
terjadi. Selain menambah beban kerja perwat, tindakan mandiri keperawatan
juga akan berkurang. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas pelayanan
keperawatan yang merupakan salah satu standar mutu rumah sakit.
Pendelegasian terencana yang ada di bgsal Raudhoh juga termasuk
penentuan koordinator shif saat karu tidak jaga di rumah sakit. Kepala
bangsal Raudhoh menentukan koordinator shif dengan membagi rata jumlah
hari menjadi koordinatos shif pada tiap perawat. Cara tersebut dianggap cara
yang paling adil, sehingga karu tidak melakukan pendelegasin berdasarkan
cara yang sistematis.

60
Pendelegasian insidetil di bangsal Raudhoh dilakukan hanya jika karu
tidak dapat hadir dengan alas an yang mendadak seperti rapa, sehingga karu
mendelegasikan tugasnya kepada perawat lain.
2. Supervisi Kajian
Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien
(Nursalam, 2011).
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-
sember yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi memungkinkan seorang
supervisor keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diruang yang bersangkutan melalui
analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara
efektif dan efisien (Arwani, 2006).
Kegiatan supervisi merupakan proses memberikan bantuan,
bimbingan atau pengajaran, dukungan kepada seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur, mengembangkan
ketrampilan baru, dan memberikan pemahaman yang lebih luas untuk
melakukan tugas dengan lebih baik.
Supervisi merupakan proses formal dari belajar dan dukungan
profesional yang memungkinkan perawat praktisi untuk mengembangkan
pengetahuan, dan kompetensi, menerima tanggung jawab dalam praktiknya dan
meningkatkan perlindungan terhadap pasien dan pelayanan keperawatan yang
aman dalam situasi yang kompleks (Sitorus dan Panjaitan, 2011). Pada tahun
2013 berdasarkan data kementerian kesehatan jumlah perawat diseluruh rumah
sakit di Indonesia sebanyak 220.575 orang, jumlah tersebut belum mencakup
perawat yang ada di lembaga pendidikan dan di rumah sakit swasta (Kemenkes
RI, 2013). Sedangkan menurut data Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun
2014 jumlah perawat yang terdaftar berjumlah 724.000 orang.

61
Hasil Temuan
Supervisi di bangsal Raudhoh mengikuti jadwal dari RS. Dimana
supervise dilakukan setiap hari pada tiap shif. Supervisi dilakukan terjadwal
dan tersusun dengan rapih. Supervise dilakukan dengan melakukan
pengawasan ke masing-masing ruangan dan pengecekan dilakukan dengan
cara melihat kelengkapan rekam medis dan mendata kondisi-kondisi pasien.
Perawat yang sedang menjlani supervise bertanggung jawab atas seluruh
kejadian yang ada di rumah sakit.
3. Motivasi
Kajian Teori
Motivasi merupakan bagian penting dalam meningkatkan kinerja.
Motivasi menurut teori kebutuhan Maslow dalam Marquis dan Huston (2010)
terdiri kebutuhan fisiologis, rasa aman, kepemilikan, harga diri dan
aktualisasi diri. Teori Maslow adalah teori yang paling sering digunakan oleh
manajer praktisi karena teori ini logis dan secara intuitif mudah dijelaskan
(Robbins, 2003).
Menurut Hezberg (Siagian, 2004), kinerja dipengaruhi motivasi
perawat itu sendiri, dengan motivasi yang baik perawat akan meningkatkan
kinerjanya. Motivasi timbul karena dorongan dari dalam diri sendiri (internal
motives) maupun dari luar diri (eksternal motives) menyebabkan timbulnya
sikap antusias dalam melaksanakan kegiatan tertentu.
Temuan
Berdasarkan hasil wawancara, motivasi eksternal yang dapat
meningkatkan motivasi perawat adalah insentif yang diberikan. Insentif yang
didapatkn berupa insentif koordinator shif dan jasa perawat. hal tersebut
dianggap dapat meningkatkan motivasi perawat.
4. Manajemen Konflik
Kajian Teori
Penelitian dengan judul Conflict Resolution Styles In The Nursing
Profession (Iglesias dan Vallejo, 2012) menjelaskan bahwa manajemen
konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak

62
ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menciptakan ketenangan, mufakat, hal positif
atau agresif. Peran pemimpin dalam manajemen konflik (Marquis &
Houston, 2012):
 Adanya kesadaran untuk menyelesaikan konflik
 Kenali adanya konflik sedini mungkin
 Gunakan strategi “win-win solution” jika mungkin
 Pelajari bahwa ada persepsi yang berbeda tentang pemahaman yang
muncul
 Kerjasama dengan pihak lain dalam membuat alternatif solusi
 Mengenali dan menerima perbedaan tiap anggota
 Menggunakan teknik komunikasi asertif untuk meningkatkan pengaruh
dan lebih membuka komunikasi
 Berusaha menjadi role model yang jujur dan mampu melakukan negosiasi
yang kolaboratif
 Membangun konsensus untuk mengatasi masalah


 Menghindar Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi
konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan
tanggal untuk melakukan diskusi”

 Mengakomodasi Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi
orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang

63
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

 Kompetisi Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda
memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang
lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan
metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

 Kompromi atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan
menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
Hasil Temuan
Berdasarkan hasil wawancara, konflik di bangsal Raudhoh biasa
terjadi. Konflik yang terakhir kali terjadi adalah konflik antar bangsal
mengenai obat pasien. Namun semua masalah atau konflik yang terjadi dapat
ditangani segera melalui cara musyawarah. Walaupun sangat jarang terjadi
konflik di bangsal Raudhoh, namun penyelesaian konflik dilakukan dengan
metode musyawarah untuk menyelesaikan masalah. Biasanya semua yang
terlibat dalam konflik dikumpulkan dan dilakukan klarifikasi terkait konflik
yang terjadi, sampai menemukan jalan keluar.
5. Kepemimpinan
Kajian Teori
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Georgy R. Terry).
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan
ketrampilan seorang pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat–
perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas
dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sehingga tujuan keperawatan tercapai (Latif, 2008).

64
Perilaku kepemimpinan akan tercermin dari gaya kepemimpinannya
yang muncul pada saat memimpin bawahannya. Dalam mempengaruhi
kinerja bawahannya diperlukan gaya kepemimpinan yang efektif. K. Lewin,
R. Lippitt dan R. White mengidentifikasikan tiga gaya dasar kepemimpinan :
Otoriter (dimana pemimpin memegang semua kekuasaan dan pengaruh
dalam mengambil keputusan); Demokratis (dimana pemimpin membagi
bersama dengan kelompok kekuasaan dan pengaruh dalam mengambil
keputusan); dan kendali bebas (dimana semua kekuasaan dan pengaruh
dalam membuat keputusan diberikan kepada kelompok). Menurut riset
mereka, dalam pengertian produktivitas dan kepuasan kelompok maka gaya
kepemimpinan terbaik adalah gaya demokratis.
Menurut Kuswadi (2004) bahwa gaya menajemen atau gaya
kepemimpinan yang kurang pas atau kurang cocok dilaksanakan yang
diberikan pimpinan kepada karyawannya, dapat menurunkan motivasi,
kinerja dan akhirnya kepuasan kerja.
Hasil Temuan
Berdasarkn hasil observasi, gaya kepemimpinan yang dianut oleh
kepala ruang Raudhoh adalah gaya kepemimpinan demokratis. Kepala ruang
selalu menanyakan pendapat dan melakukan musyawarah dengan perawat
lain sebelum menentukan suatu keputusan. Perawat pelaksana di bangsal
Raudhoh juga berpendapat bahwa kepala ruang bangsal raudhoh
menggunakan gaya kepemimpinan yang demokratis, sehingga tidak ada
perawat yang tidak menyukai gaya kepemimpinan serta keputusan yang
diambil oleh kepala ruang.
6. Reward
Kajian Teori
Hasibuan (2010) mengatakan perawat sebagai pemberi pelayanan di
rumah sakit selama 24 jam memiliki beban kerja yang tinggi, oleh sebab itu
perlu diperhatikan pemberian reward/ penghargaan. Reward merupakan
sesuatu yang diberikan atau diterima oleh seseorang setelah dirinya
melaksanakan suatu pekerjaan. Reward tersebut dapat bersifat finansial

65
(pemberian uang atau insentif dan hadiah) dan nonfinansial (ucapan terima
kasih, pujian, isi kerja, dan lingkungan kerja).
Hasil Temuan
Selama 3 hari melakukan observasi di bangsal Raudhoh, pemberian
penghargaan nonfinansial antar perawat sudah sangat sering dilakukan.
Ucapan terimakasih dan reinforcement positif sudah diterapkan dengan baik.
Hal tersebut membaut bangsal raudhoh memiliki kerjasama dan motivasi
kerja yang tinggi.
7. Punishment
Kajian Teori
Menurut Mangkunegara (2000) punishment adalah ancaman hukuman
yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
Menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson dalam Gania (2006)
punishment didefinisikan sebagai tindakan menyajikan konsekuensi yang
tidak menyenangkan atau tidak diinginkan sebagai hasil dari dilakukanya
perilaku tertentu. Punishment adalah penderitaan yang diberikan atau
ditimbulkan dengansengaja oleh seseorang sesudah terjadi suatu pelanggaran,
kejahatan, atau kesalahan.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
punishment adalah bentuk penilaian negativ terhadap pegawai yang
melakukan kesalahan dan pelanggaran dengan tujuan untuk menghentikan
perilaku menyimpang dan mengarahkan pada perilaku positif.
Jika reward merupakan bentuk positif, punishment adalah penderitaan
yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang sesudah
terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan maka dari itu punishment
merupakan bentuk negatife, tetapi apabila diberikan secara tepat dan bijak
bisa menjadi alat perangsang bagi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
Secara garis besar punishment dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

66
 Punishment Preventif
Punishment preventif yaitu punishment yang dilakukan dengan
maksud tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Punishment ini bermaksud
untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu
dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran (Purwanto, 2006:189).
Dengan demikian punishment preventif adalah hukuman yang bersifat
pencegahan. Tujuan dari punishment prevetif ini adalah untuk menjaga
agar hal – hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari
proses pekerjaan bisa dihindarkan. Yang termasuk kedalam punishment
preventif adalah :
o Tata Tertib
o Anjuran dan Perintah
o Larangan
o Paksaan
o Disiplin
 Punishment Represif
Punishment represif yaitu punishment yang dilakukan oleh karena
adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang diperbuat. Jadi punishment
ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan. Punishment
represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap
bertentangan dengan peraturan – peraturan atau sesuatu perbuatan yang
dianggap melanggar aturan. Adapun yang termasuk dalam punishment
represif yaitu :
o Pemberitahuan
o Teguran
o Peringatan
o Hukuman.
Hasil Temuan
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang bangsal Raudhoh,
pemberian punishment preventif sudah berjalan sesuai dengan aturan dan tata
tertib rumah sakit. Saat seseorang melanggar peraturan dan tata tertib, maka

67
akan dikenakan sangsi berupa SP 1 (peringatan), SP 2 (panggilan), SP 3
(pemecatan).
8. Komunikasi
Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (2005), komunikasi terjadi pada tiga
tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Menurut Potter
dan Perry (2005), ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Hasil Temuan
Berdasarkan hasil observasi, komunikasi di bangsal RAUDHAH
sudah dilakukan dengan baik. Selalu dilakukan operan sebagai timbang
terima pasien. Komunikasi non-verbal dilakukan beberapa perawat kepada
pasien seperti menggunakan sentuhan terapeutik, komunikasi tertulis sudah
tercantum di rekam medis. Namun untuk komunikasi verbal, perawat
raudhoh belum melakukannya dengan maksimal. Penggunaan komunikasi
terapeutik masih belum optimal. Perawat berkomunikasi dengan pasien
hanya saat pasien memanggil dan mendatangi nurse station saja. Beberapa
perawat juga nampak kurang ramah dalam menghadapi pasien. Perawat
kadang kali tidak menggunakan komunikasi SBAR untuk berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lain.
9. Koordinasi
Kajian Teori
Program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
merupakan bagian penting dalam pelayanan keperawatan secara keseluruhan.
Hal tersebut dapat tercapai dengan baik apabila salah satu peran kepala
ruangan yaitu peran koordinasi dalam program pengendalian mutu baik
sehingga berdampak baik terhadap kinerja perawat pelaksana dalam program
pengendalian mutu.

68
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintregrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan yang terpisah (department atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sacara efisien.
Tanpa koordinasi, individu-individu dan department-departement akan
kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi.
Hasil Temuan
Koordinasi di bangsal RAUDHAH sudah baik. Hal tersebut
ditunjukan dengan dilakukannya timbang terima pasien, delegasi serta
pemberian tugas pada masing-masing anggota.
10. Kolaborasi
Kajian Teori
Komunikasi sangat dibutuhkan daam berkolaborasi karena kolaborasi
membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim. Pada
dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih kearah honor
dan harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan
hasil. Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non
verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
Feedback dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkunganserta waktu, feed back juga
dapat bersifat negatif maupun positif. Dalam melakukan kolaborasi juga akan
melakukan manajemen konflik, konflik peran umumnya akan muncul dalam
proses. Untuk menurunkan konflik maka masing-masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan,
mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta
melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya. Elemen kunci kolaborasi
dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai
tujuan kolaborasi team :
 Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
 Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya

69
 Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
 Meningkatnya kohesifitas antar profesional
 Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
 Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami
orang lain.
Hasil Temuan
Kolaborasi di bangsal Raudhoh sudah dilakukan dengan baik.
Kolaborasi dilakukan dengan tim kesehatan lain atau keluarga. Pada saat
melakukan observasi, kepala ruang sudah cukup memahami kondisi-kondisi
pasien, sehingga ketika tim kesehatan lain datang, kepala ruang dan perawat
bisa mendiskusikan keadaan pasien. Perawat juga sudah melakukan
kolaborasi terkait asupan nutrisi masing-masing klien. Hal yang
mempermudah perawat dalam melakukan kolaborasi adalah dengan adanya
lembar CPPT pada rekam medis yang akan diisi oleh seluruh tenaga
kesehatan yang sudah melakukan intervensi pada masing-masing pasien.
E. Fungsi Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu elemen menejemen keperawatan.
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
manajemen sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian
dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan agar tidak banyak terjadi
kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait
dengan manajemen. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan
terenana yang telah dibuat,pemberian instruksi,menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standart dan membandingkan penampilan dengan standart
serta memperbaiki kekurangan (Agus Kuntoro, 2010)
Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg, 2000).

70
Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya
satu sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung.
Untuk merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses
pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya membuat standar bagi
semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta hasil
yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan
tujuan yang ditentukan.
Kontrol termasuk koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan keputusan yang
berhubungan dengan perencanaan dan kegiatan organisasi, serta informasi dari
pengarahan dan pengevaluasian setiap kinerja petugas. Kron dan Gray dalam
Swansburg (2000) menunjukkan bahwa kontrol menggunakan pengevaluasian
dan keteraturan. Karakteristik suatu sistem kontrol yang baik adalah harus
menunjukkan sifat dari aktivitas, melaporkan kesalahan-kesalahan dengan
segera, memandang ke depan, menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis,
objektif, fleksibel, menunjukkan pola organisasi, ekonomis, dapat dimengerti,
dan menunjukkan tindakan perbaikan.
Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam menjamin
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-ruangan untuk
menegakkan filosofi, standar pelayanan, dan tujuan-tujuan.

Siklus manajemen keperawatan


Siklus manajemen dapat dilakukan dengan 4 tahap :
1. Plan
Perencanaan merupakan langkah utama yang mengawali seluruh rangkaian
kegiatan dari suatu organisasi kerja yang mempunyai fungsi meletakkan titik
tolak dari kegiatan organisasi selanjutnya, serta mengarahkan semua sumber,
sarana, proses serta program berdasarkan kebijaksanaan yang ditentukan
untuk mencapaitujuan dari suatu organisasi.
2. Act
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah
disetujui bersama antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka

71
sekolah perlu mengambil langkah pro aktif untuk mewujudkan sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan. Kepala ruang dan staf hendaknya mendaya
gunakan sumber daya yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan
pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan
teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Monitor
Monitor untuk menghindari berbagai penyimpangan, Pimpinan dalam hal
ini Kepala ruang perlu melakukan monitoring terhadap kegiatan – kegiatan
peningkatan mutu yang dilakukan diruangan. Selain itu,kepala ruang berhak
dan perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada
bawahan, jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur – jalur yang telah
ditetapkan.
4. Review
Tahap terakhir adalah melakukan review terhadap pelayanan yang telah
dilakukan diruangan. Proses review sebaiknya dilakukan berdasarkan
rekaman dan data yang diperoleh pengawas secara langsung ketika
melakukan observasi ruangan, dan pengawas sebaiknya menghindari untuk
menilai terlebih dahulu, tetapi hanya menunjukkan tentang apa yang telah
diobservasi. Jika perawat telah membaca dengan seksama data hasil observasi
tersebut, barulah didiskusikan dan dianalisis, pada aspek apa perawat harus
memperbaiki performanya. Hasil dari diskusi ini kemudian dicatat dan
disepakati kepala ruang dan perawat, untuk dijadikan bahan perbaikan pada
proses pelayanan berikutnya.
Hasil Temuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang RAUDHAH (2017)
diperoleh data bahwa penilaian kinerja perawat yang bertugas di bangsal
RAUDHAH dilakukan oleh supervisor RAUDHAH, teman sejawat dan
manajer keperawatan bidang keperawatan. Penilaian untuk perawat bangsal
RAUDHAH dinilai oleh supervisor dan 1 teman sejawat (bisa 1 tahun diatas
atau 1 tahun dibawah orang yang dinilai) sedangkan penilaian kepala ruang
dilakukan oleh bagian bidang keperawatan,1 kepala ruang bangsal lain dan 1

72
perawat yang bertugas dibangsal RAUDHAH. Penilaian kinerja dilakukan
setiap 2 tahun sekali untuk penetapan gaji berkala dan setiap 4 tahun sekali
untuk kenaikan pangkat perawat. Selain itu, penilaian dilakukan rutin setiap
tahun untuk menilai progress kinerja dari perawat.Penilaian dilakukan secara
objektif dan pengisian kuesioner yang terdiri dari sikap kerja, kinerja
pelayanan dan mutu pelayanan. Sistem penilaian diklasifikasikan menjadi 5
rentang yaitu sangat baik (>95), baik (86-95), cukup (66-85), kurang (51-65)
dan sangat kurang (<50).
Kegiatan bangsal yang dilakukan rutin setiap tahun adalah pelatihan para
perawat. Pelatihan yang sudah dilakukan diantaranya manajemen nyeri,
pengoplosan obat, kemoterapi, risiko jatuh dan komunikasi SBAR. Namun,
pelatihan risiko jatuh dan komunikasi SBAR beberapa bulan ini tidak
diadakan pelatihan. Sehingga diharapkan pelatihan tetap diterapkan dalam
perencanaan tahun ini agar bisa menerapkan sesuai SPO yang dilakukan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta (Arni,2017).
Kualitas Pelayanan Keperawatan
Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang
memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang
sedang menjalani proses penyembuhan dimana sikap ini merupakan
kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan menimbulkan perasaan
puas pada diri pasien (Azwar, 1996). Dalam menyelenggarakan upaya
menjaga kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit tidak terlepas dari profesi
keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan
pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin
adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus
melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit. Aspek-
aspek kualitas pelayanan keperawatan.
Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 1997) aspek-aspek mutu atau
kualitas pelayanan adalah :
1. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu,

73
ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan kepercayaan terhadap
pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.
2. Ketanggapan (responsiveness) yaitu keinginan para pegawai atau
karyawan membantu konsumen dan memberikan pelayanan itu dengan
tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat memperhatikan dan
mengatasi kebutuhan-kebutuhan.
3. Jaminan (assurance) yaitu mencangkup kemampuan, pengetahuan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas
dari bahaya, risiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan
menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).
4. Empati atau kepedulian (emphaty) yaitu meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
konsumen yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap
konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami
aspirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap
dengan penuh simpati.
5. Bukti langsung atau berujud (tangibles) yaitu meliputi fasilitas fisik,
peralatan pegawai, kebersihan (kesehatan), ruangan baik teratur rapi,
berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawan atau peralatannya
dan alat komunikasi.
Sedangkan menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan
bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat
dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar
perawatan.
Hasil Temuan
Hasil pembagian instumen berupa kuesioner yang berisi 21 pertanyaan yang
terdapat pertanyaan tentang penampilan, sikap, pelayanan perawat, komunikasi dan
tugas perawat diperoleh hasil dengan 3 kriteria hasil dari baik dalam rentan 83-63,
cukup dalam rentan 47-62, dan kurang dalam rentan <46. Didapatkan hasil bahwa
sebanyak 7 orang responden memiliki kepuasan baik, dan sebanyak 4 responden
memiliki kepuasan cukup. Namun, dari hasil tersebut penulis melakukan analisa

74
lebih mendalam terhadap item kuesioner dan terlihat bahwa sebanyak 3 pasien
dari total responden sebnyak 11 pasien menuliskan tidak puas tentang “perawat
tidak pernah menjelaskan tindakan yang dilakukan” sebanyak 27,3%dan sebanyak
4 pasien mengatakan “perawat tidak meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang
kondisi pasien” sebanyak 36,4%. Sehingga dalam pemenuhan kualitas pelayanan
keperawatan dibangsal raudah masih dibutuhkan perbaikan seperti yang tertulis
dibeberapa item kuesioner.

Program Pengendalian Mutu


Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
dialami dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang tlah ditetapkan Azwar
(1996). Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984
dalam djuhaeni, 1999). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu
adalah suatu kondisi yang menggambarkan tingkat kesempurnaan dari penampilan
suatu produk yang berupa barang atau jasa yang dibuat berdasarkan standar yang
telah ditetapkan guna menyelesaikan dengan keinginan pelanggan, yang tujuan
akhirnya adalah terciptanya kepuasan pelanggan.
Kottler (1997) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan ketika
seseorang atau suatu kelompok menawarkan kelompok / orang lain sesuatu yang
pada dasarnya tidak terwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan
dengan fisik produk sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan
merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasaan yang ditawarkan untuk dijual
sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang
ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud , namun dapat
dinikmati atau dirasakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan
keperawatan adalah bentuk tampilan pelayanan keperawatan yang dibuktikan
dengan keterampilan dan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan
tanpa mengesampingkan rasa empati, respek dan tanggap, serta ramah kepada
pasien dan keluarganya dengan demikian pelayanan keperawatan mampu
mengurangi permasalahan permasalahan kesehatan pada pelanggan (pasien).

75
Menurut Tjong (2004) menyatakan bahwa dimensi mutu pelayanan terdapat
lima dimensi antar lain sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya (Reliability)
Istilah dapat dipercaya ini sama dengan istilah keandalan untuk dapat
dipercaya pelanggan maka pelayanan harus konsisten, dan pelayanan akan
dapat diberikan jika dapat dipercaya oleh pelanggan
2. Responsif (Responsiveness)
Istilah responsive yang dimaksud sama dengan tanggapan responsive
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kecepatan dan tanggapan.
3. Buat pelanggan merasa dihargai (makes customer feel valued)
Pelanggan mempunyai pikiran bahwa merekalah yang orang yang sangat
penting saat ini sehinggaperlu diperhatikan bagaimana menghargai pelanggan.
4. Empaty (Empathy)
Empati merupakan keahlian yang sangat bermanfaat karena melalui
empati dapat menjembatani pembicaraan kepada solusi. Selain itu, melalui
empati pula pemberi pelayanan akan berada disisi yang sama dengan
pelanggan sehingga dapat lebih memahami kebutuhan pelanggan
5. Kompetensi (Competency)
Kompetensi dalam hal ini lebih difokuskan pada staf yang berhubungan
langsung dengan pelanggan. pelanggan cenderung tidak mau berhubungan
dengan manajer, tetapi mereka lebih menginginkan orang pertama yang
bertemu merekalah yag harus dapat menyelesaikan masalah mereka
Hasil Temuan
Hasil Instrumen tentang kepuasan kinerja perawat dari 17 pertanyaan yang
berisi tentang kebebasan tindakan, kemampuan kerja, motivasi, pembagian
jobdesk dan ruang kerja perawat. Namun, saat penulis melakukan analisa
mendalam diperoleh data bahwa sebagian besar perawat merasa tidak puas pada
kesempatan untuk mendapat posisi lebih tinggi (80%), ketidakpuasan pemberian
saran dan pendapat dan tidak puas terhadap kondisi ruang kerja (80%).

76
Standar Operasional
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan
untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan
dengan lancar (Sailendra, 2015). Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan
pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang
dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana
melakukannya, dan siapa yang melakukannya. Tjipto Atmoko (2011) menyatakan
bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif
dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan.
SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan,
waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam
kegiatan (Insani, 2010).
1) Tujuan dan Fungsi SOP
Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar
yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang
diselenggarakan dalam suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang
mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik, menjadi panduan untuk
karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta
mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang berlainan
dalam perusahaan.
Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Indah
Puji, 2014):
a) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi
tertentu dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan tertentu.

77
b) Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja,
dan supervisor.
c) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian
menghindari dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta
pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
d) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
e) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien
dan efektif.
f) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas yang terkait.
g) Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan
petugas.
h) Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
i) Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut (Indah Puji, 2014):
a) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
b) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
d) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
e) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Manfaat SOP
SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap) adalah
penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh
siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan
kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja organisasi (instansi
pemerintah) secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara
lain (Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008):
1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.

78
2. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam
pelaksanaan proses sehari-hari.
3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab
khusus dalam melaksanakan tugas.
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan.
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk
cepat melakukan tugasnya.
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam
melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari.
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam
berbagai situasi.
b) Prinsip-prinsip SOP
Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa
penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan
kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis,
berorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.
1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu,
oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.
3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif.

79
4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran
tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu
tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu
keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses
penyelenggaraan pemerintahan.
6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan
harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan
referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

Hasil Temuan
Tindakan atau standar operasional bangsal RAUDHAH mengikuti SPO
dari Rumah Sakit Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat komponen SOP (Standar Oparasional Prosedur) terbitan tahun 2014.
Secara keseluruhan sudah mencakup seluruh tindakan-tindakan keperawatan pada
klien. Berikut standar operasional prosedur yang terdapat di bangsal RAUDHAH:
Panduan/SOP Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
 Panduan Hak Pasien dan Keluarga
 Panduan Pelayanan Kerohanian
 Panduan Perlindungan Harta Benda
 Panduan Kebutuhan Privasi
 Panduan Informed Consent
 Panduan Daftar Tindakan yang perlu di Informed Consent
 Panduan CCTV
 Panduan Perlindungan Kekerasan Fisik
 Panduan Pasien Terminal
 Panduan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
 Panduan Discharge Planning
 Panduan Identifikasi Pasien

80
 Panduan High Alert Medication
 Panduan Hand Hygiene
 Panduan Risiko Jatuh
 Panduan Komunikasi Efektif
 Panduan Pelayanan Anestesi
 Panduan Identifikasi dan Manajemen Penanganan Hambatan dalam Populasi
Pasien
 Panduan Skrining
 Panduan Triage
 Panduan Transfer Pasien Internal
 Panduan Transfer Pasien Eksternal
 Panduan Rujukan
 Pamduan Resume Medis
 Panduan Pelayanan Ambulans
 Panduan Do Not Attempt Resuscitation (DNAR)
 Panduan Pasien Koma
 Panduan Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP)
 Panduan PPI: Kesehatan Karyawan dan Perlindungan Petugas Kesehatan
terhadap Pajanan
 Panduan PPI dalam Penempatan Pasien
 Pedoman Pelayanan Berfokus Pasien
 Panduan Pelayanan Immunosupresan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
 Panduan Identifikasi dan Manajemen Penanganan Hambatan dalam Populasi
Pasien
 Panduan Etika Batuk (Hygiene Respirasi)
 Panduan Kamar Isolasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
 Panduan Pemrosesan Peralatan Perawatan Pasien
 Panduan Pencegahan dan Pelayanan Infeksi Rumah Sakit dalam Pelayanan
Rukti Jenazah
 Panduan Perlindungan terhadap Kerahasiaan Informasi

81
 Panduan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi
 Panduan Pelayanan Kemoterapi
 Panduan PPI dalam Pengendalian Lingkungan
 Panduan Penatalaksanaan Ventilator
 Panduan Penatalaksanaan Restrain
 Panduan Penundaan Pelayanan
 Panduan Penanganan Keluhan
 Panduan Pengelolaan Instrumen
 Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) Rumah Sakit
(Hospital Care Manager)

F. Patient Safety
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang
berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan. Stakeholder mempunyai
tanggungjawab memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan pasien.
Masyarakat, pasien, dokter, tenaga perawat, tenaga kesehatan, peneliti,
kalangan professional, lembagaakreditasi rumah sakit dan pemerintah memiliki
tanggung jawab bersama dalamupaya keselamatan pasien (Ballard, 2013).
Pasien safety menjadi prioritas utamadalam layanan kesehatan dan merupakan
langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan
dengan mutu dan citra rumah sakit (Depkes R. , 2010).
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi
pelayanankesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses.
Organisasi (struktur danbudaya), manajemen, sumber daya manusia, teknologi,
peralatan, finansial adalahkomponen dari struktur. Proses pelayanan, prosedur
tindakan, sistem informasi,sistem administrasi, sistem pengendalian, pedoman
merupakan komponen proses.Keselamatan pasien merupakan hasil interaksi
antara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit dapat
dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis (pelayanan dokter,
perawat dan terkait teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan,
keselamatan pasien dan kepuasan pasien (Cahyono, 2008).

82
1. Patient safety oriented
Tabel Patient Safety Standar Prosedur Operasional di Bangsal Raudhah
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
N % N %
1 Identifikasi pasien dengan lengkap 6 100%
2 Menggunaan komunikasi terapeutik 6 100%
yang efetif
3 Keamanan high alert medication 6 100%
4 Meminimalkan kesalahan pasien, 6 100%
kesalahan prosedur dan kesalahan
posisi
5 Mengurangi resiko infeksi 6 100%
6 Mengurangi resiko pasien dengan 6 100%
hipertermi
7 Mengkaji Resiko jatuh ke pasien 6 100%
Mengedukasi dan memberikan tanda 6 100%
Resiko Jatuh
8 Mengkaji mobilisasi dini 6 100%
Mengedukasi dan mendemonstrasikan 6 100%
mobilisasi dini
Pencapaian rata-rata (%) 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 27-31 Maret 2017 (pada 6 pasien)

Interpretasi:
Pada poin mendemonstrasikan mobilisasi dini, baru dilakukan oleh satu
perawat saja. Untuk edukasi monilisasi dilakukan oleh semua perawat kepada
keluarga dan pasien.
Data konsep
Patient safety merupakan suatu inisiatif yang relatif baru dalam pelayanan
kesehatan. Pasient safety merupakan upaya-upaya pelayanan yang mengutamakan
keselamatan pasien. Penekanannya adalah pada pelaporan kejadian yang
merugikan pasien, pencegahan terhadap kesalahan medis dan pencegahan
perawatan yang merugikan kesehatan pasien (Depkes R. , 2010)
WHO memberikan solusi untuk masalah patient safety didunia dengan nama
“Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” diantaranya adalah:
 Meningkatkan kebersihan tangan di tempat kerja.

83
 Pengurangan risiko salah Nama Obat Rupa atau Ucapan Mirip (NORUM);
kesalahan pemberian obat yang banyak terjadi di dunia.
 Mengurangi kesalahan identifikasi pasien (misal nama yang sama);
menghindari kesalahan pemberian obat atau pelaksanaan prosedur.
 Memperbaiki kesenjangan komunikasi antar unit pelayanan, khususnya saat
serah terima pasien.
 Mencegah terjadinya prosedur (pembedahan) yang keliru pada sisi tubuh.
 Akurasi pemberian obat pada saat transisi atau pengalihan pasien.
 Mencegah salah penggunaan cairan elektrolit pekat yang spesifik.
 Menghindari salah sambung slang, kateter, atau spuit (syringe).
 Penggunaan alat injeksi sekali pakai untuk menghindari risiko terjadinya
penyebaran penyakit berbahaya.
Dalam penelitian Sukesih (2015) didapatkan hasil bahwa metode
komunikasi efektif dengan pendekatan komunikasi SBAR dapat membantu
perawat dan dokter maupun petugas kesehatan untuk malakukan komunikasi yang
efektif dan terstuktur serta menghemat waktu sehingga dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Metode pelatihan komunikasi SBAR merupakan komunikasi
dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien, sehingga dapat diaplikasi
dan dapat diterapkan disetiap rumah sakit
Data Kajian
Pada dokumentasi patient safety yang telah dikaji di bangsal Raudhah tanggal
21-23 Maret 2016 didapatkan hasil bahwa perawat baik dalam mengindentifikasi
pasien, mengamankan high alert medication, meminimalkan kesalahan prosedur dan
kesalahan posisi serta mengurangi resiko pada pasien hipertermi, menggunakan
komunikasi terapeutik, mengetahui untuk mengurangi resiko infeksi, resiko jatuh dan
mobilisasi sehingga didapatkan prosentase Tinggi yaitu 100%.

84
2. Perawatan infuse
Tabel Perawatan Infuse Standar Prosedur Operasional
di Bangsal RAUDHAH
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
N % N %
1 Mencabut kateter intravena bila terdapat 6 100%
tanda-tanda phlebitis (hangat, kemerahan,
nyeri, bengkak, vena teraba mengeras).
2 Membersihkan area injecton ports 6 100%
menggunakan alcohol
3 Membuka plester povidon iodin dengan 6 100%
kapas alkohol.
4 Mengganti selang infus tidak lebih dari 72 6 100%
jam
5 Mengaturtetesan infus sesuai dengan intruksi 6 100%
dokter
6 Mengganti plester povidon iodin bila 6 100%
lembab,longgar atau kotor
7 Menggunakan kassa steril atau balutan 6 100%
transparan pada daerah kateter
8 Memasang label tanggal pemasangan di leher 6 100
tabung infuse
Pencapaian rata-rata (%) 67,75% 32,25%
Data konsep
Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum,
langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium,
kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Suddarth, 2010).
Standar Prosedur Operasional (SOP) RSPKU Muhammadiyah Yogyakarta
Perawatan infus merupakan tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien yang
telah dilakukan pemasangan infus sesuai prodesur yang dilakukan dalam 24-72 jam
setelah pemasangan infus dan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi. Prinsip
perawatan infus dilakukan dengan prinsip aseptik (steril) seperti mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memakai sarung tangan tujuannya agar
pasien terhindar dari infeksi nasokomial.
Data kajian
Pada dokumentasi perawatan infuse yang telah dikaji di bangsal RAUDHAH
tanggal 21-23 Maret 2016 didapatkan hasil bahwa 100% perawat ruangan

85
mengimplementasikan perawatan infuse dengan baik dan benar. Sedangkan 0%
perawat ruangan tidak mengimplementasikan pemasangan label tanggal
pemasangan di leher tabung infuse sesuai dengan SOP yang berlaku. Pemasangan
label pada tabung infus beguna untuk mengingatkan perawat tanggal pemasangan
infus.
3. Terapi Obat
Tabel Kajian Terapi Obat Standar Prosedur Operasioal
di Bangsal RAUDHAH
Ya Tidak
No Aspek yang dinilai
N% N%
1 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar pasien
2 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar obat
3 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 benar
dosis
4 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar cara pemberian
5 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar waktu
6 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar dalam pendokumentsian
7 Penerapan prinsip tujuh benar pemberian 6 100 injeksi
benar indikasi
8 Waspada terhadap efek samping obat yang 6 100
diberikan
Pencapaian rata-rata (%) 87,5% 12,5%

Data Konsep
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) menunjukkan bahwa 64,9%
perawat melakukan benar pasien, 86,5% perawat melakukan benar obat, 64,9%
perawat melakukan benar waktu, dan 100% perawat melakukan benar dosis, benar
cara dan dokumentasi. Hasil kuesioner menunjukkan terdapat 89% perawat rawat
inap RSPN memiliki pengetahuan yang baik tentang prinsip 7 benar. Perawat juga
memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan pemberian obat berdasarkan tujuh
benar dan mau menjalankan prinsip tujuh benar dalam pemberian obat.
Hasil temuan:

86
Hasil observasi menunjukan bahwa perawat sudah melakukan 7 benar
dalam memberikan obat sesuai dengan SPO rumah sakit, namun pada hari ke tiga
observasi (29/ 03/ 2017), terjadi kesalahan pemberian obat oral pada pasien
pulang. Pada tanggal 29/ 03/ 2017, ada 2 pasien yang pulang pada waktu yang
berdekatan, yaitu Tn. N dan Tn R. obat yang dibawa pulang oleh Tn. N dan Tn. R
tertukar, padahal perawat sudah menyebutkan nama Tn. N sebelum memberikan
obat oral. Kedua orang pasien sudah membawa pulang masing-masing. Namun,
pada keesokan harinya, Tn. R menyadari obatnya tertukar. Kejadian tersebut
termasuk near miss.
4. Kepatuhan dalam menggunakan APD
Tabel Kepatuhan dalam Menggunakan APD di Bangsal RAUDHAH
NO Uraian Ya Tidak Keterangan
1. Memandikan pasien Tidak ditemukan dalam pengkajian
2. Vulva/hygiene Tidak ditemukan dalam pengkajian
3. Menolong BAB Tidak ditemukan dalam pengkajian
4. Menolong Bak Tidak ditemukan dalam pengkajian
5. Oral hygiene Tidak ditemukan dalam pengkajian
6. Penghisapan lender Tidak ditemukan dalam pengkajian
7. Mengambil darah √ Sarung tangan bersih
vena Pengambilan darah dilakukan oleh
pihak Lab RS
8. Perawatan luka mayor √ Menggunakan sarung tangan bersih
9. Perawatan luka minor √ Menggunakan sarung tangan bersih
10. Perawatan luka Tidak ditemukan dalam pengkajian
infeksius
11. Mengukur TTV √ Tidak menggunakan sarung tangan
bersih
12. Melakukan √ menggunakan sarung tangan bersih
penyuntikan
13. Memasang infus √ Mengguanakan sarung tangan bersih
14. Memasang dawer √ Menggunakan sarung tangan bersih
catheter
15. Melap meja, monitor, √ Menggunakan sarung tangan bersih
syring pump di pasien
16. Transportasi pasien √ tidak menggunakan sarung tangan
bersih
Total 7 2
Presentase 77,8% 22,2%

87
Data Konsep
Alat pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai dengan baaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan diri
dan orang disekelilingnya.(Suma'mur, 2011).

Hasil Temuan
Pada dokumentasi kepatuhan dalam menggunakan APD yang telah dikaji di
bangsal RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 didapatkan hasil bahwa 90% perawat
patuh dalam menggunakan APD dalam beberapa tindakan yang dilakukan. Perawat
hanya mengedukasi ke keluarga untuk Hygne sedangkan untuk impementasi dari
Hygne tersebut dilakukan oleh keluarga, untuk transportasi pasien dari bangsal ke
bangsal atau bangsal ke ruang bedah, perawat menggunakan sarung tangan pada saat
kondisi pasien tertentu misaalnya pasien dengan HBSag Positif atau hepatitis, pada
saat transportasi pasien dari bangsal ke Ruang Operasi atau sebaliknya perawat
mengunakan sarung tangan pada saat di Ruang Operasi.
5. UniversalPrecaution
Tabel Universal Precaution di Bangsal RAUDHAH
No Aspek yang dinilai SL SR KD TP
1 Perawat mencuci tangan ketika akan kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan ke √
pasien
2 Perawat mencuci tangan ketika selasai
kontak dengan pasien atau setelah √
melakukan tindakan terhadap pasien
3 perawat mencuci tangan dengan
sabun/deterjen/disinfektan dengan air √
mengalir di wastafel
4 Perawat menggunaan sarung tangan bersih
ketika melaukan tindakan kepadapasien √
dengan tepat
5 Perawat menggunakan sarung tangan steril
ketika melakukan tindakan kepada pasien √
dengan tepat
6 Perawat menggunakan masker ketika

melakukan tindakan kepada pasien
7 Perawat menggunakan baju pelindung

ketika melakukan tindakan kepada pasien

88
8 Perawat menggunakan alat-alat steril untuk

satu pasien
9 Setelah menggunakan alat-alat non
disposible perawat mencucinya √
dengan larutan disinfektan
10 Perawat mensterilkan alat-alat di instalasi

sterilisasi sentral
11 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan di

tempat khusus
12 Perawat membuang sampah non medis,
medis, benda tajam dan domestic ditempat √
yang sudah dsediakan
Jumlah 6x43x31x2 2x1
Perhitungan 36/48x100 = 77 %

Data konsep
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang
digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada
semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran
infeksi(Maryunani, 2011).Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan
untuk :
1) Mengendalikan infeksi secara konsisten
2) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat secara beresiko.
3) Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien.
4) Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.
Hasil Temuan
Pada dokumentasi universal precaution yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 didapatkan hasil bahwa perawat yang
berada diruangan selalu menerapkan universal precaution yang baik dalam
prosesntase 77% dengan rincian menggunakan sarung tangan sesuai dengan
prosedur yang akan dilakukan, akan tetapi perawat tidak menggunakan baju
pelindung dan sarung tangan steril pada beberapa pasien yang seharusnya
menggunakan baju pelindung dan menggunakan sarung tangan streril seperti
pemasangan dower kateter dan perawatan luka.

89
Sistem Pengelolaan Asuhan Keperawatan
Ilmu Keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
Keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan untuk memecahkan
masalah (problem-solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan
interpersonel yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan
masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi (Nursalam, 2011).
Proses keperawatan secara umum dapat dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu
Tujuan, Organisasi, dan Properti/karateristik. Tujuan proses keperawatan secara
umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu
(klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. proses
keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi
tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang
optimal, apabila keadaanya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan
keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. proses
keperawatan dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kelima tahap tersebut berperan sebagai
organisasi yang mengelola proses keperawatan secara sistematik dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien. (Nursalam, 2011)
Sistem dokumentasi keadaan pasien yang berlaku di Bangsa RAUDHAH
adalah Sitem SOR (Source Oriented Record) yaitu model dokumentasi yang
berorientasi pada sumber tenaga kesehatan. Model dokumentasi SOR terdiri dari
lima komponen yaitu lembar penerimaan berisi biodata, lembar instruksi dokter,
lembar riwayat medik atau penyakit, catatan perawat, serta catatan dan laporan
khusus yang bersifat kontinu.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21-23 Maret diruang
RAUDHAH dengan menggunakan instrument dokumentasi penerapan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang Arofah menurut Depkes adalah :

90
a. Pengkajian
Tabel Penkajian Standar Asuhan Keperawatan Bangsal RAUDHAH (N=6)
No Aspek yang dinilai F %
1 Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai
6 100%
dengan pedoman pengkajian
2 Data dikelompokkan bio – psiko – sosio –
6 100%
spiritual
3 Data dikaji dari masuk – pulang 6 100%
4 Masalah yang dirumuskan berdasarkan masalah
kesenjangan antara status kesehatan dengan 6 100%
normal dan pola fungsi kehidupan

Data konsep
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2014)
Hasil Temuan
Pada pengkajian keperawatan yang dikaji pada bangsa RAUDHAH tanggal 21-
23 Maret 2016 didapatkan hasil bahwa perawat yang berjaga pada saat pengkajian
telah mendokumentaskan data yang dikaji sesuai dengan format pengkajian rawat
inap yang telah disediakan oleh Rumah Sakit yang sesuai dengan pengkajian Bio-
Psiko-Sosio-Spiritual pada saat masuk rawat inap dan pada saat dilakukan Discharge
Planning disesuaikan dengan kesenjangan antara status kesehatan dengan normal dan
fungsi kehidupan. Dalam proses pengkajiaan kepada pasien dilakukan setiap pasien
masuk dan saat pasien pulang. Hasil observasi menunjukkan Pengkajian keperawatan
100% (tinggi) dilakukan oleh perawat.

91
b. Diagnosa
Tabel Diagnosa Standar Asuhan Keperawatan Bangsal RAUDHAH (N=6)
No Aspek yang dinilai F %
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang 6 100%
1.
telah dirumuskan
Diagnosa mencerminkan PES (problem – etiologi 6 100%
2.
– symtom)
Merumuskan diagnosis perawatan aktual 6 100%
3.
potensial.

Data Konsep
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin
dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan
medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya
dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry, 2012)
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang dikaji dibangsal RAUDHAH
pada tanggal 21-23 Maret 2017 dari 14 dokumentasi asuhan keperawatan
didapatkan hasil bahwa perawat memilih diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang dirumuskan pada sebagian pasien, diagnosa yang didapatkan
sebagian sesuai dengan PES dan perumusan diagnosa sebagian aktual potensial
dengan rerata presentase (100%).
Perumusan diagnosa keperawatan yang baik harus menggambarkan
komponen problem, etiologi, symtom serta berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan normal dengan pola fungsi kebutuhan pasien. Sedangkan dalam hasil
pengkajian yang dilakukan di bangsal RAUDHAH menunjukkan bahwa pemilahan
diagnose masihkurang sesuai dengan problem, etiologi, symptom (Nursalam, 2011)

92
c. Perencanaan
Tabel Perencanaan Standar Asuhan Keperawatan
Bangsal RAUDHAH (N=6)
No Aspek yang dinilai F %
1. Perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan 6 100%
2. Disusun menurut prioritas 6 100%
Perumusan persetujuan mengandung komponen
3. subjek perubahan perilaku kondisi klien dan atau 6 100%
Criteria
Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan
4. kalimat perintah terinci dengan jelas dan atau 66 100%
melibatkan klien atau keluarga
Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan
5. 6 100%
klien atau keluarga
Rencana intervensi menggambarkan kerjasama
6. 6 100%
dengan tim kesehatan lain

Data Konsep
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini
merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosis keperawatan.
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses
keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah
bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana,
kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam
menyusun rencana tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat
perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2014).
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 untuk perencanaan pada pengkajian asuhan
keperawatan didapatkan hasil:

93
1) Perencanaan yang ada di dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
2) Disusun menurut prioritas mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
3) Perumusan persetujuan mengandung komponen subjek perubahan perilaku
kondisi klien dan atau kriteria mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
4) Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah terinci
dengan jelas dan atau melibatkan klien atau keluarga mendapatkan hasil
Tinggi yaitu 100%
5) Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan klien atau keluarga
mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
6) Rencana intervensi menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan lain
mendapatkan hasil tinggi yaitu 100%.

d. Implementasi
Tabel Implementasi Standar Asuhan Keperawatan
Bangsal RAUDHAH (N=6)

No Aspek yang dinilai F %


Implementasi mengacu pada rencana
1. 6 100%
Keperawatan
Perawat mengobservasi respon klien terhadap
2. 6 100%
implementasi keperawatan
3. Revisi implememtasi berdasarkan evaluasi 6 100%
Semua implementasi yang telah
4. 6 100%
didokumentasikan dengan ringkas dan jelas
Data Konsep
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
katagori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di
banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian(Potter & Perry, 2012)

94
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 untuk Implementasi pada pengkajian
asuhan keperawatan didapatkan hasil::
a. Implementasi keperawatan mengacu pada rencana keperawatan
mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
b. Perawat mengobservasi respon klien terhadap implementasi keperawatan
mendapatkan hasil tinggi yaitu 100%
c. Revisi implementasi berdasarkan evaluasi mendapatkan hasil tinggi yaitu
100%.
d. Semua implementasi yang telah didokumentasikan dengan ringkas dan
jelas mendapatkan hasil Tinggi (100%)

e. Evaluasi
Tabel Evaluasi Standar Asuhan Keperawatan Bangsal RAUDHAH (N=6)

No Aspek yang dinilai F %


1 Evaluasi mengacu pada tujuan 6 100%
2 Hasil evaluasi didokumentasikan 6 100%

Data Konsep
Menurut Asmadi (2014) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

95
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 untuk Evaluasi pada pengkajian asuhan
keperawatan didapatkan hasil::
a. Mengevaluasi mengacu pada tujuan intervensi mendapatkan hasil Sedang
yaitu 100%
b. Hasil evaluasi didokumentasikan mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
sebagian impementasi tidak didokumentasikan.

f. Catatan Keperawatan
Tabel Catatan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan Bangsal
RAUDHAH (N=6)
No Aspek yang dinilai F %
1 Menulis pada format yang baku 6 100%
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan yang
2 Dilaksanakan 6 100%
Pendokumentasian ditulis jelas, ringkas, istilah
3 baku benar 6 100%
Setiap intervensi mencantumkan paraf, nama,
4 tanggal dan waktu 6 100%
5 Berkas disimpan sesuai ketentuan 6 100%
Data Konsep
Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli yang dapat dijadikan bukti
hukum, jika suatu saat ditemukan masalah yang berhubungan dengan kejadian yang
terdapat dalam catatan tersebut. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan
bukti pencatatan dan pelaporan perawat yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis(Hutahean, 2010).
Model dokumentasi keperawatan tersebut terdiri dari komponen yaitu sebagai
berikut(Hutahean, 2010) :
1. Model dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)
Model dokumentasi SOR merupakan model dokumentasi yang
berorientasi pada sumber. Model ini dapat diterapkan pada klien rawat inap,
yang didalamnya terdapat catatan pesan dokter yang ditulis oleh dokter, dan

96
riwayat keperawatan yang di tulis oleh perawat. Namun demikian, secara
umum catatan ini berisi pesan dari dokter. Catatancatatan dalam model ini
ditempatkan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pendokumentasian. Model dokumentasi SOR terdiri dari lima komponen yaitu
lembar penerimaan berisi biodata, lembar instruksi dokter, lembar riwayat
medik atau penyakit, catatan perawat, serta catatan dan laporan khusus..
Keuntungan model dokumentasi SOR :
 Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi.
 Memudahkan perawat melakukan cara pendokumentasian.
 Proses pendokumentasian menjadi sederhana.

 Sulit untuk mencari data sebelumnya.


 Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang banyak.
 Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada klien.
 Perkembangan klien sulit dipantau.
2. Model dokumentasi POR (Problem-Oriented-Record)
Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) merupakan model
dokumentasi yang berorientasi pada masalah, dimana model ini berpusat pada
data klien yang didokumentasikan dan disusun menurut maslah klien.
Komponen-komponen model dokumentasi POR adalah data dasar, daftar
masalah, daftar rencana awal asuhan keperawatan, dan catatan perkembangan.
Keuntungan Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) :
 Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien
dan proses penyelesaian masalah daripada tugas dokumentasi.
 Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara kontinu.
 Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan dengan jelas.
 Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien.

97
Kerugian Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) :
 Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan dalam
daftar masalah.
 Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat menimbulkan
pengulangan yang tidak perlu.
 Perawat yang rutin dalam memberikan asuahan keperawatan makin
diabaikan dalam pendokumentasian proses keperawatan ini.
3. Model keperawatan POR (Progress-Oriented-Record)
Model keperawatan POR (Progress-oriented-record) merupakan model
dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien.
4. Model dokumentasi CBE (Charting By Exception)
Model dokumentasi CBE (charting by exception) adalah sistem
dokumentasi yang hanya mencatat hasil atau penemuan yang menyimpang dari
keadaan normal tubuh. Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini
menyangkut keadaan yang tidak sehat yang mengganggu kesehatan klien.
5. Model dokumentasi PIE (Problem-Intervension-Evaluation)
Model dokumentasi PIE (problem-intervension-evaluation) merupakan
suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi keperawatan dengan
penekanan pada masalah keperawatan, intervensi dan evaluasi keperawatan.
6. Model dokumentasi POS (Process-Oriented-System)
Model dokumentasi POS (process-oriented-system) yang disebut juga
dengan model dokumentasi fokus adalah suatu model dokumentasi yang
berorientasi pada proses keperawatan mulai dari pengumpulan data klien,
diagnosis keperawatan, penyebab masalah, dan definisi karakteristik yang
dinyatakan sesuai dengan keadaan klien.
7. Sistem dokumentasi core
Sistem dokumentasi core merupakan sistem dokumentasi pusat yang
merupakan bagian terpenting dari sistem dokumentasi dalam proses
keperawatan. Komponen sistem dokumentasi core adalah pengkajian, flow
sheet, masalah keperawatan, catatan keperawatan atau catatan perkembangan

98
serta ringkasan (informasi mengenai diagnosis, konseling, kebutuhan untuk
follow up).
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 untuk Catatan Keperawatan pada
pengkajian asuhan keperawatan didapatkan hasil::
 Menulis pada format yang baku mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
 Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan yang dilaksanakan mendapatkan
hasil Tinggi yaitu 100%
 Pendokumentasian ditulis jelas, ringkas, istilah baku benar mendapatkan hasil
Sedang yaitu 100%
 Setiap intervensi mencantumkan paraf, nama, tanggal dan waktu mendapatkan
hasil Tinggi yaitu 100%
 Berkas disimpan sesuai ketentuan mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%

g. Pendidikan Kesehatan
Tabel Pendidikan Kesehatan Bangsal RAUDHAH (N=6)
No Aspek yang dinilai F %
1. Edukasi terkait penyakit 6 100%
2. Edukasi terkait obat yang diberikan selama 0 0%
perawatan dirumah sakit
3. Edukasi terkait perawatan yang dilakukan 6 100%
rumah sakit
4. Edukasi terkait hak dan kewajiban pasien 0 0%
5. Dokumentasi terkait edukasi yang diberikan 6 100%

Data Konsep
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur
input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan).

99
Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Hasil Temuan
Pada dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikaji di bangsal
RAUDHAH tanggal 21-23 Maret 2016 untuk Catatan Keperawatan pada
pengkajian asuhan keperawatan didapatkan hasil::
a. Edukasi terkait penyakit mendapatkan hasil Tinggi yaitu 100%
b. Edukasi terkait obat yang diberikan selama perawatan dirumah sakit tidak
pernah dilakukan mendapatkan hasil Rendah yaitu 0%
c. Edukasi terkait perawatan yang dilakukan rumah sakit mendapatkan hasil
Tinggi yaitu 100%
d. Edukasi terkait hak dan kewajiban pasien tidak pernah dilakukan dengan
mendapatkan hasil Rendah yaitu 0%
e. Dokumentasi terkait edukasi yang diberikan mendapatkan hasil Tinggi yaitu
100%

100
BAB III
ANALISA DATA DAN POA

A. Masalah
1. Pengetahuan 7 benar obat untuk pasien untuk meningkatkan kewaspadaan pasien
2. Praktik Mobilisasi Dini belum dilaksanakan oleh seluruh perawat

Prioritas Masalah Keperawatan


No Masalah A B C D E F G H I J Total Prioritas
Pengetahuan 7 benar obat untuk pasien
1 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 48 2
untuk meningkatkan kewaspadaan pasien
Praktik mobilisasi dini belum
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 1
dilaksanakan oleh seluruh perawat

Keterangan:
A. Risiko Terjadi E. Kemungkinan diatas I. Dana
B. Risiko keparahan F. Sesuai program J. Sumber Daya
C. Potensial untuk pendkes G. Tempat
D. Minat perawat H. Waktu

106
B. Analisa SWOT
No Masalah S W O T
1 Pengetahuan 7 benar  Sudah ada SOP 7 benar  Tingginya beban  Adanya  Pasien berisiko
obat untuk pasien obat kerja perawat mahasiswa mengalami
untuk meningkatkan  Adanya media untuk praktikan kejadian tidak
kewaspadaan pasien pengecekkan obat  Adanya keluarga diinginkan
 Mudah untuk yang  Meningkatkan
dilakukan mendampingi masa rawat
pasien pasien
2 Praktik mobilisasi dini  Prosedur tindakan yang  Tingginya beban  Adanya  Meningkatkan
belum dilaksanakan sederhana kerja perawat mahasiswa masa rawat
oleh seluruh perawat  Tidak memakan waktu  Kurangnya praktikan pasien
lama kesadaran  Adanya keluarga  Proses
 Prosedur mobilisasi perawat akan yang penyembuhan
dini dapat pentingnya mendampingi yang lambat
dikolaborasikan melakukan pasien
dengan keluarga mobilisasi dini

107
POA (Plan of Action)
No Masalah Rencana tindakan Sasaran Waktu PJ Keuangan
Praktik mobilisasi dini - Role play mobilisasi - Perawat RAUDHAH
Senin, 10
belum dilaksanakan oleh dini
1 April Winardi Mahasiswa
seluruh perawat - Pembuatan poster
2017
mobilisasi dini
Pengetahuan 7 benar obat - Penjelasan 7 benar obat - Pasien dan kelaurga yang
untuk pasien untuk untuk pasiendan dirawat di bangsal Sabtu, 8
2 meningkatkan keluarga RAUDHAH April Fajar Mahasiswa
kewaspadaan pasien - Pembuatan sticker 7 2017
benar obat

108
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

1. Implemantasi Kegiatan
Implementasi yang dilakukan di bangsal Raudhah adalah pemberian materi
dan role play mobilisasi dini pasien post operasi pada perawat, dari hasil implementasi
didapatkan hasil sebagai berikut
No. Kategori Pre Post
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Baik 8 88,9 % 8 88,9 %
2. Cukup 0 0,00% 1 11,1 %
3. Kurang 1 11,1 % 0 0,00%
(Sumber: Data primer)

2. Pembahasan
Tabel diatas menunjukkan hasil pengetahuan perawat sebelum diberikan
pengetahuan dan role play dengan hasil pengetahuan perawat setelah diberikan
pengetahuan dan role play. Pada tabel tersebut didapatkan hasil bahwa perawat sebelum
diberikan pengetahuan dan role play memiliki pengetahuan baik sebanyak 8 perawat
(88,9%) dan kurang sebanyak 1 perawat (11,1%), sedangkan setelah diberikan
intervensi pengetahuan dan role paly kepada perawat di bangsal Raudhah pengetahuan
perawat menjadi pengetahuan baik sebanyak 8 perawat (88,9%) dan cukup sebanyak 1
perawat (11,1%). Sehingga pemberian intervensi pengetahuan dan role play tentang
mobilisasi dini berpengaruh terhadap pengetahuan perawat dari yang perawat memiliki
pengetahuan kurang menjadi memiki pengetahuan cukup.

109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Mobilisasi dini bermanfaat bagi kesembuhan pasien dan mempengaruhi
lama rawat inap, sehingga perawat perlu mengetahui dan mempraktekan mobilisasi
dini pada pasien post operasi. Pemberian intervensi pengetahuan dan role play
tentang mobilisasi dini berpengaruh terhadap pengetahuan perawat dari yang
perawat memiliki pengetahuan kurang menjadi memiki pengetahuan cukup.

2. Saran
a. Mobilisasi dini lebih banyak dipraktikan kepada pasien
b. Penggunaan 7 benar obat bisa melibatkan pasien

110
DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arwani & Supriyatno (2006). Manajemen bangsal keperawatan. (Cetakan Pertama).


Jakarta: EGC.

Asmadi. (2014). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ballard, K. (2013). Patient safety. A shared responsibility. Online Journal of Issue in


Nursing.

Cahyono, B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik.


Yogyakarta: Kanisius.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Gillies. (1989). Nursing Management: a system approach. Diakses 22 Maret 2017, dari
https://books.google.co.id/books/about/Nursing_management.html?id=JkJtAAA
AMAAJ&redir_esc=y

Hasibuan. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayah, N. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MKMP) Tim


dalam Peningkatan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Diakses 22 Maret 2017,
dari journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/60/33

Hutahean, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Bandung: Trans Info


Media (TIM).

Iglesias, M. I. L., & Vallejo, R. B. B. (2012). Conflict resolution styles in the nursing
profession. Contemporary Nurse,43, 73–80.

Ivancevich, Konopaske Dan Matteson. 2006. Perilaku Manajemen Dan Organisasi. alih
bahasa Gina Gania. Jakarta : Erlangga.

Kuswadi. 2004. Cara Mengukur Kepuasan Karyawan. Jakarta : PT Elex Media


Komputindo.

Latif Yudi. (2008). Pendidikan Belum Bangun Mentalitas. Kompas 15 Mei 2008.

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

111
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Maryunani, A. (2011). Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi Penatalaksanaan di


Pelayanan Kebidanan. Bandung: Trans Ino Media (TIM).

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesioal. (4th ed). Jakarta: Salemba Medika

Organizing of Nursing. (2003). Manajemen Keperawatan. Diakses 21 Maret 2017, dari


http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperawata
ndalamManajemenKonflik.pdf

Pace R. Wayne and Faules, Don F, (200) Komunikasi Organisasi, ROSDA, Bandung

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta.

Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 5 volume 3. Alih Bahasa. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A., RN. MSN et al. (1993). Fundamental of Nursing, Concept, Process &
Practice. (3th ed). St. Louis: Mosby Year Book

Pratiwi, S . Aryo, D. Cecilia, W. (2015). Faktor Penghambat Pelaksanaan SPO 7 Benar


dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Nirmala.
Malang: Jurnal Kedokteran Brawijaya.

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi 9. Prentice Hall, Jakarta

Sekesih, Yuni Permata Sari Istanti. (2015). Peningkatan Patient Safety dengan
komunikasi SBAR. The 2nd University Research Coluqium.

Siagian, Sondang P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sitorus, Ratna & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen


Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.

SOP Rumah Sakit PKU 1 Muhammadiyah Yogyakarta

Suddarth, B. &. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

112
Suma'mur. (2011). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung.

WHO. (2010). “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions”. WHO. Yogyakarta, S. P.


(n.d.).

Barbara, A. B. (2014). Nursing Professional Development Competencies. United States


of America: HCpro.

Depkes.(2010). Pedoman Jenjang Karir Perawat. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Odenkamp, J. (1996). Quality in fives: on the analysis, operationalization and application


for nursing schedule quality.

Sabet, L. (2005). Adopting Online Nurse Scheduling and Staffing System. California:
California HealthCare Fundation

Sukesih, Y. P. (2015). Peningkatan patient safety dengan komunikasi SBAR. ISSN,


2407-9186.

Swanburg, C Russel. ( 2000 ). Pengantar kepemimpinan dan manjemen untuk perawat


klinis. EGC. Jakarta

Agus Kontoro.2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogyakarta:Nuha Medika

Atmoko, Tjipto. 2011. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.Jakarta

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Jakarta:pustaka sinar


harapan)

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Djuhaeni, H, 1999, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Pelatihan Manajemen


Pelayanan dan Teknis Medis RSB, RB dan BPS Wilayah V, Priangan,
Tasikmalaya, Persi, Cabang Jawa Barat.

Hartatik, Indah Puji (2014). Buku pintar membuat SOP Flashbooks.Yogyakarta

Insani, istiyadi (2010). Standar operasional prosedur (SOP) sebagai pedoman


pelaksanaan administrasi perkantoran dalam rangka peningkatan pelayanan dan
kinerja organisasi pemerintah. Bandung

Kotler, P, 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan


Pengendalian. Salemba 4, Jakarta.

113
Moekijat (2008).manajemen personalia dan sumber daya manusia. Yogyakarta:BFFE

Sailendra, Annie. (2015). Langkah-langkah raktis Membuat SOP. Yogyakarta: Trans


Idea Publishing.

Tjiptono, Fandy; Chandra, Gregorius (1998), Service, Quality, Satisfaction, Penerbit


Andi Yogyakarta

Tjong, A.E.S. (2004). Perubahan paradigma ke arah budaya melayani dalam pelayanan
prima di RS. Jurnal Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia

114
LAMPIRAN

115
Lampiran 1

UNIT KERJA: RAUDHOH


Judul Indikator Pengisian Lembar Monitoring
Tujuan Peningkatan Meningkatkan pelayanan terhadap pasien yang
Mutu mendapatkan
Numerator
Denominator
Sumber data Rekam Medis pasien
Penanggung Jawab Data
Alasan Pemilihan  Lembar monitoring transfusi darah banyak yang
Indikator tidak terisi
 Ketidak lengkapan pengisian lembar monitoring
transfusi darah dapat akan menurunkan kualitas
pelayanan
Tipe Indikator Struktur Outcome
Proses Proses dan Outcome
Jangka Waktu Pelaporan 1 bulan
Frekuensi Penilaian data Harian Bulanan
Mingguan Lainnya : .........................
Metodologi Retrospective
Pengumpulan Data Sensus Harian
Target Sample dan
Sample Size
Area monitoring Bangsal RAUDHOH
Nilai Ambang/ Standar 100%
Mekanisme Melihat rekam medis pasien dalam satu bulan
Pengumpulan data dan terakhir
analisisnya Pilih pasien yang mendapatkan transfusi darah
Menghitung jumlah yang mendapatkan
monitoring transfusi darah

116
 Menuliskan dalam lembar monitoring
kepatuhan
 Melihat trend kecenderungan dalam 3 bulan
 Menggali faktor penyebab
 Membuat usulan perbaikan bersama ke unit
terkait
 Membuat laporan ke Manajer Mutu
Mekanisme Diseminasi  Disampaikan pada saat meeting morning
Data ke Staf  DI share di group WA
Nama Alat Audit/Nama Checklist lembar monitoring transfusi darah dan
File/Formulir Alat Audit produk darah

117
TABEL SKORING PRIORITAS INDIKATOR MUTU`
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
UNIT :RAUDHOH

Tinggia

rkaitan
tausang

kaitan(
imbulkan

ngatbe
Tinggi
Rendahatautidakp

hatauti
dakber
pengar

hatauti
dakber
tidakmen

atberisi

Rendahatausuli
Tinggiatauserin

atausa
masalah(

Renda
Renda

Tinggiataumud
uh(1)
ko(9)

(9)

ahdiukur(9)
1)
gterjadi(9)
Rendahatau

tdiukur(1)
Sedang(3)

Sedang(3)
Sedang(3)
1)

ernah(1)

Sedang(3)

Sedang(3)
Kriteria Skor prioritas

(a+b+c+d+e)
Kecenderungan Frekuensi kejadian Pengaruh terhadap kepuasan Berkaitan dengan Kemudahan
menimbulkan masalah (10) (9) pelanggan standar akreditasi dalam pengukuran

Masalah (8) (7) (6)


Yang akan diperbaiki a b c d e
Kelengkapan pengisian rekam medis
24 jam setelah rawat inap
Pengisian Lembar Monitoring
Transfusi Darah atau Produk Darah
Kepatuhan Re assesment Nyeri
NB : Kolom a,b,c,d,e = kriteria (10,9,8,7,6) X nilai (1,3,9)

118
PDSA WORKSHEET

Unit RAUDHOH
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal :

ALAT : indikator mutu unit kerja


LANGKAH :
SIKLUS :

PLAN (RENCANA)
Kami berencana untuk : melakukan analisis pengisian lembar monitoring
tranfusi darah.
Kami berharap : analisis pengisian lembar monitoring tranfusi
menghasilkan darah beserta rencanatindak lanjutnya.

Langkah-langkah untuk menjalankan:


1. Supervisor / PIC pengumpul data melakukan pengumpulan data
2. Secara kontinyu dan teratur data direkapitulasi
3. Supervisor / PIC pengumpul data melaporkan hasil Temuan dan
analisisnya kepada Komite PMKP.

DO (MELAKUKAN)

117
STUDY (BELAJAR)
 form monitoring semula tersimpan di bank darah
 perawat lupa melengkapi form, karena form tidak tersedia di ruangan

ACTION (BERTINDAK)
 Menyediakan form di ruangan
 Spv melakukan monitoring pelaksanaan tranfusi dan memastikan form
monitoring tranfusi ada di rekam medik
 Sosialisasi ke staf untuk pengisian lembar pemantauan transfusi darah
 Melakukan rekapan lembar pemantauan transfusi darah yang dilakukan tiap
bulan dan menunjuk 1 staf sebagai penanggung jawab laporan
 Melaporkan hasil rekapan pada pokja PMKP
 Melakukan evaluasi tingkat keberhasilan indikator mutu
 Melakukan sosialisasi kepada staf untuk pengisian lembar pemantauan
transfuse darah.

118
Lampiran 2
INSTRUMEN KEPUASAN KERJA PERAWAT
Berikanlah tanda ceklist pada salah satu kolom yang tersedia disamping pertanyaan
untuk menunjukkan jawaban yang sudah anda pilih.
STP : Sangat tidak puas P : Puas
TP : Tidak puas SP : sangat puas

Inisial nama:
No Pernyataan STP TP P SP
1 Kebebasan melakukan tindakan secara mandiri
dalam menyelesaikan masalah dalam perawatan
pasien
2 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
3 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih
tinggi
4 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan
mendapat kenaikan pangkat
5 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja
dengan penugasan yang diberikan
6 Motivasi dan dukungan yang saya terima selam
bekerja disini
7 Kemampuan bekerjasama antar perawat
8 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang
pendidikan saya
9 Pembagian jobdesk sudah sesuai SOP
Keperawatan yang berlaku di rumah sakit
10 Adanya kesempatan memberikan saran/ pendapat
ke kepala ruang
11 Perhatian instansi rumah sakit terhadapn saya

119
12 Imbalan yang saya terima sesuai kinerja saya
13 Penilaian yang diberikan kepada saya selama
bekerja disini
14 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan
15 Tersedianya peralatan dan perlngkapan yang
mendukung pekerjaan
16 Tersedianya fasilitas penunjanh seperti kamar ganti
pakaian, ruang makan dan ruang solat
17 Kondisi ruang kerja terutama berkaitan dengan
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan

120
Lampiran 3

INSTRUMEN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAUDHAH RS


PKU 1 YOGYAKARTA
Tulislah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban
yang benar menurut Anda.
Jenis kelamin : Pria/Wanita
Usia :
Pekerjaan anda saat ini :
Pendidikan terakhir :

Keterangan:
STM = Sangat tidak memuaskan M = Memuaskan
TM = Tidak Memuaskan SM = Sangat Memuaskan

No Pernyataan SM M TM STM
1 Perawat berpenampilan rapi dan menarik
dalam memberikan pelayanan
2 Perawat memperkenalkan diri secara sopan
sebelum melakukan tindakan
3 Perawat memanggil nama pasien dengan
benar
4 Perawat bersikap ramah dalam memberikan
pelayanan
5 Perawat terampil dalam melakukan tindakan
6 Perawat memberikan pelayanan tepat waktu
7 Perawat melakukan peraturan rumah sakit, hak
dan kewajiban pasien
8 Perawat melatih saya untuk dapat merawat diri
sendiri

121
9 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang
saya ajukan terkait kondisi kesehatan saya
10 Perawat segera dating bila dipanggil (5 menit)
11 Perawat memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengungkapkan perasaan atau keluhan
saya
12 Perawat meminta izin kepada pasien sebelum
melakuka tindakan
13 Perawat cepat menanggapi keluhan pasien
14 Perawat memperhatikan respon atau perasaan
saya saat tindakan dilakukan
15 Perawat memperhatikan kebersihan saya
selama dirawat seperti mengganti sprei tempat
tidur bila basah dan kotor
16 Perawat menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan dan manfaatnya
17 Perawat dalam memberikan pelayanan
menimbulkan rasa aman dan nyaman
18 Perawat memberikan dukungan moral atas
semangat kesembuhan saya
19 Perawat meluangkan waktu untuk berdiskusi
tentang kondisi kesehatan saya
20 Perawat membantu memenuhi kebutuhan
makan danminum saya ketika saya tidak dapat
melakukannya sendiri
21 Perawat menjalin komunikasi yang baik
dengan keluarga dan pasien

122
Lampiran 4
KUESIONER KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG RAWAT INAP
BANGSAL RAUDHAH
Tulislah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban
yang benar menurut Anda.
S : Sering K : kadang kadang
TP : tidak pernah

Inisial nama:
No Pernyataan S K TP
1 Kepala ruang memebrikan intruksi kepada perawat
pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa
terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat
2 Kepala ruang mengumumkan perubahan peraturan tanpa
mendiskusikannya terlebih dahulu kepada perawat
pelaksana
3 Kepala ruang bertanggung jawab atas hasil kerja perawt
pelaksana
4 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat
terhapap pekerjaan yang sedang perawat pelaksana
kerjakan
5 Kepala ruangan secara terus menerus menekankan
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada
perawat pelaksana
6 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada
diruangan bersama anggotanya dan memotivasi perawat
pelaksana untuk bekerjasama sebagai tim
7 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam
berkomunikasi dengan perawat pelaksana dan suasana yang
bersahabat dalam bekerja

123
8 Kepala ruang mengikutsertakan seluruh perawat pelaksana
dalam menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan di
ruangan
9 Kepala ruangan mengajak perawat pelaksana untuk
berdiskusi dan meminta pendapat perawat pelaksana
tentang penerapan metode baru dalam pemberian asuhan
keperawatan
10 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan ide
ide dari perawat pelaksana dan mempertimbangkannya
dalam upaya meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan menjadi lebih banyak
11 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan
kepada perawat pelaksana yang berkompeten
12 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan,
otoritas dan memberikan kepercayaan kepada perawat
pelaksana dalam mengambil keputusan secara mandiri
13 Kepala ruangan memfasilitasi perawat perawat pelaksana
untuk bekerjasama dengan dokter dan tim kesehatan lainnya
dalam pemberian layanan kesehatan di rumah sakit
14 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam
menyelesaikan suatu masalah pekerjaan
15 Kepala ruangan memberikan pujian/penguatan pada
perawat pelaksana terhadap keberhasilan mereka

124
Lampiran 5
PEGAWAI YANG DINILAI
Nama NIP :
Jabatan
Unit Kerja Raudhoh
PEJABAT PENILAI
Nama Arniati, S Kep.,Ns NIP : 1350
Jabatan Supervisor
Unit Kerja Raudhoh
ATASAN PEJABAT PENILAI
Nama Widarti, S Kep.,Ns NIP :
Posisi Manajer Keperawatan
Bagian Bidang Keperawatan
TOTAL
KOMPONEN PENILAIAN KINERJA Bobot Penilaian NILAI
NILAI
Bobot Kinerja: a b c = (JML b / 25) x a d = c X 100
1. SIKAP KERJA 20% 12345
Kehadiran/absensi

125
Disiplin
Dedikasi
Kerja sama
Komunikasi
JUMLAH 20
2. KINERJA PELAYANAN 60% 12345
Melakukan kontrak dengan pasien / keluarga yang menjadi
tanggungjawabnya dari pasien masuk sampai pasien
pulang pada awal pasien dirawat.
Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau
melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP/PA pada
sore, malam, atau hari libur
Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan
analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil
pengkajian
Menjelaskan rencana perawatan yang sudah ditetapkan
kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai klien yang
dirawat (preconference)

126
Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien
Melakukan bimbingan dan evaluasi kepada PA dalam
kepatuhan terhadap SPO Keperawatan.
Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain sesuai
kebutuhan pasien (permasalahan komplek)
Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung
jawabnya bersama dengan PA
Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA
sesuai timnya
Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
Catatan perkembangan klien setiap hari
Melakukan perTemuan / memfasilitasi pertemuan tim
kesehatan dengan klien/keluarga untuk membahas kondisi
keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)

127
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien /
keluarga
Membuat perencanaan pulang
Mengikuti kegiatan ilmiah (RDK/refleksi diskusi kasus,
ronde Keperawatan, siang klinik, dll)
Malakukan kerjasama dengan case manager dalam
mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian
sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
Melakukan Kompetensi dasar keperawatan
Melakukan Kompetensi inti keperawatan PK I
Melakukan Kompetensi inti keperawatan PK II
Melakukan Kompetensi inti keperawatan PK III
Melakukan Kompetensi inti keperawatan PK IV
Memverifikasi kualitas proses keperawatan
Mengimplementasikan prosedur pengendalian infeksi
Melakukan kolaborasi dengan tim multidisiplin yang
efektif
Mengevaluasi mutu asuhan keperawatan

128
Mengelola asuhan pasien dengan gangguan konsep diri
Memfasilitasi pasien dalam menghadapi stress dan
adaptas
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan seksualitas
Mengelola terapi komplementer
Menggolah data-data pasien
Melakukan / ikut serta penelitian / riset ilmu keperawatan
Melakukan konseling di bidang keahlian masing-masing
3. MUTU PELAYANAN 20% #REF! #REF!
Kapatuhan terhadap SPO
Kepuasan pelanggan internal & eksternal
Pemahaman pasien terhadap edukasi perawat
Pengkajian risiko pasien jatuh 100%
Kesalahan pemberian obat (7 benar) 0 %
KETERANGAN: CATATAN:
: >
Sangat Baik/Istimewa Berisi rekomendasi tentang karir, pelatihan,
95
Baik : 86 s/d 95 penghargaan, bentuk pengembangan lain, atau

129
hukuman untuk perbaikan
Cukup : 66 s/d 85
diri.
Kurang : 51 s/d 65
:<
Sangat Kurang
50

Tanggapan dari Pegawai yang dinilai


Tanggal:
Komentar Supervisor atas Tanggapan
Tanggal:
Komentar Manajer Keperawatan atas Komentar Supervisor
Tanggal:
Pegawai yang dinilai, Supervisor, Manajer Keperawatan,

( ……………………………….) ( ………………………….) ( ……………………………….)


Tanggal
Tanggal:
:

130
Lampiran 6

TUJUH BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT


PENGERTIAN : Tindakan yang harus dilakukan bila akan memberi obat kepada
pasien.
TUJUAN : memastikan pemberian obat kepada pasien dengan benar dan tepat.
PROSEDUR :
1. Memastikan benar pasien dengan cara melihat instruksi dokter pada berkas
Rekam Medis pasien dan mananyakan lagi nama pasien pada pasien sendiri atau
keluarganya sebelum obat diberikan.
2. Memastikan benar obat dengan cara memeriksa bahwa nama obat pada catatan
instruksi dokter sama dengan nama obat pada label obat.
3. Memastikan benar indikasi dengan cara mengetahui fungsi obat.
4. Memastikan benar dosis obat dengan cara melihat instruksi dokter tentang
dosis pemberian obat sama dengan dosis yang tertera dalam label obat.
5. Memastikan benar waktu dengan cara mengetahui waktu yang ditentukan pada
catatan perawatan.
6. Memastikan benar cara pemberian obat dengan cara membaca pada catatan
pengobatan pasien dan pada label obat misalnya obat masuk melalui oral, injeksi
(IV, IC, IM, SC), rectal dan lain-lain.
7. Memastikan benar dokumentasi dengan mencatat semua tidakan yang sudah
dilakukan.
UNIT TERKAIT : Ruang rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, ruang bersalin, HD

Sumber: SPO RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

131
CHECKLIST TUJUH BENAR PEMBERIAN OBAT

27/ 03/ 2017 28/ 03/ 2017 29/ 03/ 2017


PRINSIP PEMBERIAN OBAT Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Memastikan benar pasien dengan cara melihat  Selama 3 hari observasi, didapatkan

instruksi dokter pada berkas Rekam Medis pasien    hasil bahwa perawat melakukan
dan mananyakan lagi nama pasien pada pasien pengecekan 7 benar pemberian obat.
sendiri atau keluarganya sebelum obat diberikan.  Perawat seringkali mengingatkan
2. Memastikan benar obat dengan cara memeriksa kepada praktikan untuk
bahwa nama obat pada catatan instruksi dokter    menyebutkan nama pasien sebelum
sama dengan nama obat pada label obat. memberikan obat. Pada saat

3. Memastikan benar indikasi dengan cara    mengidentifikasi pasien, sebaiknya


mengetahui fungsi obat. gunakan pertanyaan terbuka, seperti
4. Memastikan benar dosis obat dengan cara melihat “siapa nama ibu?”. Hindari
instruksi dokter tentang dosis pemberian obat sama    pertanyaan tertutup.
dengan dosis yang tertera dalam label obat.

5. Memastikan benar waktu dengan cara mengetahui   


waktu yang ditentukan pada catatan perawatan.
6. Memastikan benar cara pemberian obat dengan

cara membaca pada catatan pengobatan pasien dan   


pada label obat misalnya obat masuk melalui oral,
injeksi (IV, IC, IM, SC), rectal dan lain-lain.

132
7. Memastikan benar dokumentasi dengan mencatat   
semua tidakan yang sudah dilakukan.

133
Lampiran 7
HASIL SPSS
Kuesioner Kepuasan Pasien

Statistics

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011
N Valid 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
Mis sing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

VAR00001

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid 4,00 21 100,0 100,0 100,0

VAR00002
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 3,00 15 71,4 71,4 71,4
4,00 6 28,6 28,6 100,0
Total 21 100,0 100,0

134
VAR00003

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid 3,00 21 100,0 100,0 100,0

VAR00004

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 2,00 9 42,9 42,9 42,9
3,00 9 42,9 42,9 85,7
4,00 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00005

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 3,00 20 95,2 95,2 95,2
4,00 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00006

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 2,00 4 19,0 19,0 19,0
3,00 17 81,0 81,0 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00007

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3,00 21 100,0 100,0 100,0

135
VAR00008

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 3,00 12 57,1 57,1 57,1
4,00 9 42,9 42,9 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00009

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 2,00 2 9,5 9,5 9,5
3,00 19 90,5 90,5 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00010

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2,00 6 28,6 28,6 28,6
3,00 11 52,4 52,4 81,0
4,00 4 19,0 19,0 100,0
Total 21 100,0 100,0

VAR00011

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 3,00 19 90,5 90,5 90,5
4,00 2 9,5 9,5 100,0
Total 21 100,0 100,0

136
Hasil Kuesinoer Kepuasan Pasien

R1

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid Baik 7 63,6 63,6 63,6
Cukup 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0

Item kueioner kepuasan pasien

item1

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

item2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 6 54,5 54,5 81,8
tidak memuaskan 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

item3

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 8 72,7 72,7 100,0
Total 11 100,0 100,0

137
item4

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 4 36,4 36,4 36,4
memuaskan 7 63,6 63,6 100,0
Total 11 100,0 100,0

item5

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 8 72,7 72,7 100,0
Total 11 100,0 100,0

item6

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 7 63,6 63,6 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

item7

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

itrm8

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 1 9,1 9,1 9,1
memuaskan 8 72,7 72,7 81,8
tidak memuaskan 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

138
item9

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 8 72,7 72,7 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

item10

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

item11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat memuaskan 1 9,1 9,1 9,1
memuaskan 9 81,8 81,8 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

item12

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 8 72,7 72,7 100,0
Total 11 100,0 100,0

item13

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 6 54,5 54,5 81,8
tidak memuaskan 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

139
item14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat memuaskan 3 27,3 27,3 27,3
memuaskan 7 63,6 63,6 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

item15

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 8 72,7 72,7 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

item16

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 6 54,5 54,5 72,7
tidak memuaskan 3 27,3 27,3 100,0
Total 11 100,0 100,0

item17

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

item18

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 1 9,1 9,1 9,1
memuaskan 9 81,8 81,8 90,9
tidak memuaskan 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

140
item19

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 1 9,1 9,1 9,1
memuaskan 6 54,5 54,5 63,6
tidak memuaskan 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0

item20

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat memuaskan 1 9,1 9,1 9,1
memuaskan 8 72,7 72,7 81,8
tidak memuaskan 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

item21

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid sangat memuaskan 2 18,2 18,2 18,2
memuaskan 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

Kuesioner Kepemimpinan karu

VAR00001

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 1,00 1 6,7 6,7 6,7
2,00 2 13,3 13,3 20,0
3,00 12 80,0 80,0 100,0
Total 15 100,0 100,0

141
VAR00002

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2,00 3 20,0 20,0 20,0
3,00 12 80,0 80,0 100,0
Total 15 100,0 100,0

VAR00003

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid 1,00 1 6,7 6,7 6,7
2,00 4 26,7 26,7 33,3
3,00 10 66,7 66,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

VAR00004

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 1,00 1 6,7 6,7 6,7
2,00 7 46,7 46,7 53,3
3,00 7 46,7 46,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

VAR00005

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid 1,00 1 6,7 6,7 6,7
2,00 7 46,7 46,7 53,3
3,00 7 46,7 46,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

142
Hasil Kuesioner Kepemimpinan karu

VAR00001

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid Baik 5 100,0 100,0 100,0

Item kuesioner karu

itemkaru1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang kadang 3 60,0 60,0 60,0
tidak pernah 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00002

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 1 20,0 20,0 20,0
kadang kadang 1 20,0 20,0 40,0
tidak pernah 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00003

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 4 80,0 80,0 80,0
kadang kadang 1 20,0 20,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

143
VAR00004

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 1 20,0 20,0 20,0
kadang kadang 4 80,0 80,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00005

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 1 20,0 20,0 20,0
kadang kadang 1 20,0 20,0 40,0
tidak pernah 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00006

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid sering 5 100,0 100,0 100,0

VAR00007

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 5 100,0 100,0 100,0

VAR00008

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 5 100,0 100,0 100,0

144
VAR00009

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 4 80,0 80,0 80,0
kadang kadang 1 20,0 20,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00010

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid sering 5 100,0 100,0 100,0

VAR00011

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 1 20,0 20,0 20,0
kadang kadang 4 80,0 80,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00012

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 5 100,0 100,0 100,0

VAR00013

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 3 60,0 60,0 60,0
kadang kadang 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

145
VAR00014

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 2 40,0 40,0 40,0
kadang kadang 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00015

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 2 40,0 40,0 40,0
kadang kadang 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

Kuesioner Kepuasan Kerja perawat

VAR00001

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid TP 2 11,8 11,8 11,8
P 15 88,2 88,2 100,0
Total 17 100,0 100,0

VAR00002

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid TP 8 47,1 47,1 47,1
P 9 52,9 52,9 100,0
Total 17 100,0 100,0

146
VAR00003

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid TP 4 23,5 23,5 23,5
P 13 76,5 76,5 100,0
Total 17 100,0 100,0

VAR00004

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid TP 3 17,6 17,6 17,6
P 14 82,4 82,4 100,0
Total 17 100,0 100,0

VAR00005

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid TP 6 35,3 35,3 35,3
P 11 64,7 64,7 100,0
Total 17 100,0 100,0

Hasil Kepuasan Kerja perawat

kerja_perawat

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid Cukup 5 100,0 100,0 100,0

147
Item kuesioner perawat

itemperawat1

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

VAR00002

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 2 40,0 40,0 40,0
puas 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00003

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 4 80,0 80,0 80,0
puas 1 20,0 20,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00004

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 1 20,0 20,0 20,0
puas 4 80,0 80,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00005

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

148
VAR00006

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

VAR00007

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

VAR00008

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

VAR00009

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 2 40,0 40,0 40,0
puas 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00010

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 2 40,0 40,0 40,0
puas 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

149
VAR00011

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 2 40,0 40,0 40,0
puas 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00012

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 2 40,0 40,0 40,0
puas 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00013

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 1 20,0 20,0 20,0
puas 4 80,0 80,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00014

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

VAR00015

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid puas 5 100,0 100,0 100,0

150
VAR00016

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 3 60,0 60,0 60,0
puas 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

VAR00017

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid tidak puas 4 80,0 80,0 80,0
puas 1 20,0 20,0 100,0
Total 5 100,0 100,0

TINGKAT PENGETAHUAN MOBILISASI


TINGKATPENGETAHUANMOBLISASIDNIPRETEST

Responden_Ka

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid Baik 8 88,9 88,9 88,9
Kurang 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0
TINGKATPENGETAHUANMOBLISASIDNIPOSTTEST

Responden

Cumulative
Frequency Perc ent Valid Percent Perc ent
Valid Baik 8 88,9 88,9 88,9
Cukup 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0

151

Anda mungkin juga menyukai