Gelombang Stasioner
Kelas XI MIPA
Muhamad Ridhwan
Jl. Kayu Manis Timur No.17, RT.3/RW.14, Utan Kayu Selatan, Kecamatan
Matraman, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13120
MUHAMAD RIDHWAN 1
Gelombang Stasioner
Cobalah ambil seutas tali yang panjangnya kira-kira 4 - 5 meter, kemudian ikatkan salah
satu ujungnya pada tiang dan ujung yang lain kalian getarkan naik turun. Pada tali tersebut
akan merambat gelombang dari ujung tali yang kita getarkan ke ujung yang terikat. Coba
perhatikan apa yang terjadi pada ujung gelombang saat mencapai bagian tali yang terikat,
ternyata gelombang itu akan dipantulkan kembali ke arah semula. Antara gelombang datang
dengan gelombang pantul ini akan saling berinterferensi, sehingga menimbulkan gelombang
yang disebut gelombang stasioner atau gelombang berdiri.
Gelombang stasioner terjadi jika dua gelombang yang mempunyai frekuensi dan
amplitudo sama bertemu dalam arah yang berlawanan. Gelombang stasioner memiliki ciri-ciri,
yaitu terdiri atas simpul dan perut. Simpul yaitu tempat kedudukan titik yang mempunyai
amplitudo minimal (nol), sedangkan perut yaitu tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
amplitudo maksimum pada gelombang tersebut. Gelombang stasioner dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu Gelombang stasioner yang terjadi pada ujung pemantul bebas dan
gelombang stasioner yang terjadi pada ujung pemantul tetap.
Coba sekali lagi lakukan kegiatan seperti di depan, akan tetapi ikatan tali pada tiang dibuat
longgar sehingga tali dapat bergerak bebas pada tiang tersebut. Kemudian buatlah usikan pada
tali itu yang menimbulkan rambatan satu gelombang dan coba kalian perhatikan bagaimana
pemantulan gelombangnya. Hasil pengamatanmu akan sesuai dengan gambar 3.2.
Apabila ujung bebas telah bergetar selama t sekon, maka persamaan gelombang datang
pada titik C dinyatakan Yd = A sin (ωt - kx) dan persamaan gelombang pantul yang sampai di
titik C dinyatakan Yp = A sin (ωt + kx). Persamaan gelombang stasioner dapat diperoleh dengan
menjumlahkan persamaan gelombang datang dan gelombang pantul yang sampai di titik C,
yaitu sebagai berikut :
𝑌𝐶 = 𝑌𝑑 + 𝑌𝑝
= 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) + 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)
= 𝐴 {𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) + 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)}
= 2𝐴 𝑠𝑖𝑛 {(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) + (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)}𝑐𝑜𝑠 {(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) − (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)}
𝑌𝐶 = 2𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑐𝑜𝑠 𝑘𝑥
YC = 2A cos kx sin ωt
Jika 2A cos kx = A’ maka persamaan dapat ditulis YC = A’ sin ωt. Di mana A’ = amplitudo
gelombang stasioner pada dawai ujung bebas, yang berarti bahwa amplitudo gelombang
stasioner tergantung pada jarak suatu titik terhadap ujung pemantul (x).
MUHAMAD RIDHWAN 2
Gambar 3.3 Gelombang stasioner ujung bebas
Maka letak simpul-simpul gelombang stasioner pada ujung bebas jika A’ = 0, A’ akan sama
dengan nol jika cos kx = 0, jadi nilai kx = 1/2π, 3/2π,5/2π dan seterusnya.
Jadi secara berurutan letak-letak simpul dari ujung bebas dapat ditentukan sebagai berikut :
Dari data tersebut letak simpul-simpul gelombang stasioner pada ujung bebas dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
(𝟐𝒏 − 𝟏)
𝒙 = 𝝀
𝟒
dimana :
Perut gelombang terjadi jika A’ mencapai harga maksimum, A’ akan maksimum jika cos kx
= 1, jadi nilai kx = 0, π, 2π, 3π, 4π dan seterusnya.
MUHAMAD RIDHWAN 3
Letak kedudukan perut gelombang dari ujung bebas dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dari data tersebut letak kedudukan perut-perut gelombang stasioner dari ujung bebas dapat
dinyatakan dalam persamaan:
(𝒏 − 𝟏)
𝒙= 𝝀
𝟐
Coba sekali lagi lakukan kegiatan di depan, akan tetapi mengikatnya tali pada tiang dibuat
kuat sehingga tali tersebut tidak dapat bergerak. Selanjutnya kalian buat usikan pada tali itu
yang menimbulkan rambatan satu gelombang dan coba perhatikan bagaimana pemantulan
gelombangnya. Hasil pengamatanmu akan sesuai dengan gambar 3.4.
Pada ujung tetap ternyata hasil pemantulan gelombang terjadi loncatan fase sebesar
sehingga gelombang yang tadinya datang berwujud bukit gelombang dipantulkan berupa
lembah gelombang. Apabila ujung bebas telah bergetar selama t sekon maka persamaan
MUHAMAD RIDHWAN 4
gelombang datang pada titik C dinyatakan Yd = A sin (ωt - kx) dan persamaan gelombang
pantul yang sampai di titik C dinyatakan Yp = A sin (ωt + kx) = - A sin (ωt + kx). Persamaan
gelombang stasioner dapat diperoleh dengan menjumlahkan persamaan gelombang datang dan
gelombang pantul yang sampai di titik C yaitu sebagai berikut.
𝑌𝐶 = 𝑌𝑑 + 𝑌𝑝
= 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) − 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)
= 𝐴 {𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) − 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)}
= 2𝐴 𝑐𝑜𝑠 {(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) + (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)} 𝑠𝑖𝑛 {(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) − (𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)}
= 2𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑥
atau
𝒀𝑪 = 𝟐𝑨 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 𝒄𝒐𝒔 𝝎𝒕
Jika 2A sin kx = A’ maka persamaan dapat ditulis YP = A’ cos ωt, di mana A’ = amplitudo
gelombang stasioner pada dawai ujung terikat.
Oleh karena itu, letak simpul-simpul gelombang stasioner pada ujung terikat jika A’ = 0, A’
akan sama dengan nol jika sin kx = 0, jadi nilai kx = 0, π, 2π, 3π, 4π, dan seterusnya. Jadi secara
berurutan letak-letak simpul dari ujung terikat dapat ditentukan sebagai berikut.
MUHAMAD RIDHWAN 5
Berdasarkan data tersebut letak simpul-simpul gelombang stasioner pada ujung terikat dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.
(𝒏 − 𝟏)
𝒙= 𝝀
𝟐
Perut gelombang terjadi jika A’ mencapai harga maksimum, A’ akan maksimum jika cos kx =
1, jadi nilai kx = 1/2π,3/2π,5/2π, dan seterusnya.
Letak kedudukan perut gelombang dari ujung terikat dapat dinyatakan sebagai berikut :
Berdasarkan data tersebut letak kedudukan perut-perut gelombang stasioner dari ujung
terikat dinyatakan dalam persamaan :
(𝟐𝒏 − 𝟏)
𝒙 = 𝝀
𝟒
dimana :
MUHAMAD RIDHWAN 6
D. Percobaan Melde
Gambar 3.6 di atas menunjukkan peralatan yang digunakan untuk mengukur cepat rambat
gelombang transversal pada sebuah dawai (senar). Apabila vibrator dihidupkan maka tali akan
bergetar sehingga pada tali akan merambat gelombang transversal. Kemudian vibrator digeser
menjauhi atau mendekati katrol secara perlahan-lahan sehingga pada tali timbul gelombang
stasioner. Setelah terbentuk gelombang stasioner, kita dapat mengukur panjang gelombang
yang terjadi (λ) dan jika frekuensi vibrator sama dengan f maka cepat rambat gelombang dapat
dicari dengan v = f.λ. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi cepat rambat
gelombang dapat dilakukan dengan mengubah-ubah panjang tali, massa tali, dan tegangan tali
(berat beban yang digantungkan). Orang yang pertama kali melakukan percobaan mengukur
cepat rambat gelombang adalah Melde, sehingga percobaan seperti di atas dikenal dengan
sebutan Percobaan Melde. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa kecepatan merambat
gelombang transversal pada dawai :
dengan
MUHAMAD RIDHWAN 7
Kesimpulan :
Ujung terikat Ujung Bebas
Simpangan gelombang Simpangan gelombang
(𝒏 − 𝟏) (𝟐𝒏 − 𝟏)
𝒙 = 𝝀 𝒙 = 𝝀
𝟐 𝟒
x = jarak perut dari ujung bebas x = jarak perut dari ujung bebas
n = 1,2,3... dan seterusnya (orde perut) n = 1,2,3... dan seterusnya (orde perut)
λ = panjang gelombang stasioner λ = panjang gelombang stasioner
(𝟐𝒏 − 𝟏) (𝒏 − 𝟏)
𝒙 = 𝝀 𝒙 = 𝝀
𝟒 𝟐
x = jarak perut dari ujung bebas x = jarak perut dari ujung bebas
n = 1,2,3... dan seterusnya (orde perut) n = 1,2,3... dan seterusnya (orde perut)
λ = panjang gelombang stasioner λ = panjang gelombang stasioner
MUHAMAD RIDHWAN 8
2. Diberikan persamaan gelombang stationer ujung
terikat sebagai berikut
𝑦 = 10 𝑠𝑖𝑛 (0,4 𝜋 𝑥) 𝑐𝑜𝑠 (8 𝜋 𝑡) dengan y dan
x dalam satuan cm dan t dalam sekon. Tentukan !
a. Besar Amplitudo gelombang pada jarak 5/4
cm
b. Panjang gelombang
c. Frekuensi gelombang
d. Letak Simpul ke-4 dari ujung pantul
e. Letak Perut ke-2 dari ujung pantul
MUHAMAD RIDHWAN 9
7. Suatu gelombang merambat pada seutas tali yang
memiliki ujung bebas sehingga membentuk
sebuah gelombang stationer dengan persamaan
𝑦𝑝 = 5 𝑐𝑜𝑠 (0,125 𝜋𝑥) 𝑠𝑖𝑛 (10 𝜋𝑡) dengan x
dan y dalam meter dan t dalam sekon. Tentukan !
1. Letak simpul ketiga dari ujung pantul
2. letak perut ke 6 dari ujung pantul
3. Amplitudo gelombang pada jarak 2 meter
4. simpangan gelombang padajarak 4 meter dan
0,1 s
=====SELAMAT MENGERJAKAN=====
MUHAMAD RIDHWAN 10