Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan
keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka
serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya.
Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat
dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita
menjadi terampil berkomunikasi.
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya
kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Setiap orang membutuhkan
hubungan sosial dengan orang-orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui
pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia
yang satu dengan manusia lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
Pesan-pesan ini mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita berbicara, kita
sebenarnya sedang berperilaku. Begitu juga ketika kita sedang melambaikan tangan,
tersenyum,bermuka asam, menganggukkan kepala, atau memberikan suatu isyarat,
kita sedang berperilaku. Sering perilaku-perilaku ini merupakan pesan-pesan, yang
mana pesan-pesan itu digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang
lain.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah pengertian media komunikasi dalam pendidikan dan pembelajaran?
2.      Bagaimanakah peran media dalam komunikasi dan pembelajaran?
3.      Apakah manfaat media komunikasi dalam pendidikan dan pembelajaran?
BAB I

PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, selain membantu
memudahkan manusia dalam berkomunikasi dan mencari informasi maupun menerima informasi
tetapi juga menuntut manusia untuk berpikir lebih maju. Pada era teknologi informasi dan
komunikasi sekarang ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting sekali. Komunikasi
sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang, bisnis dan juga  pendidikan. Alat komunikasi
yang semakin canggih dan bermacam-macam menuntut manusia untuk memilikinya.

Di sekolah-sekolah, kini siswa mendapat pelajaran teknologi informasi dan komunikasi dengan
adanya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dengan begitu maka
manusia mampu mengikuti pesatnya  perkembangan jaman.

Selain sebagai tugas mata pelajaran/mata kuliah TIK, disusunnya makalah ini juga karena masih
kurangnya pemahaman sebagian orangi terhadap materi-materi teknologi informasi dan
komunikasi yang berkaitan dengan komputer dan internet. Hal ini karena masih terbatasnya
perangkat komputer dan jaringan internet di daerah –daerah tertentu.

B.     Tujuan:
1.       Lebih memahami tentang materi pentingnya alat komunikasi,
2.      Tidak salah dalam menggunakan alat-alat teknologi informasi dan komunikasi
3.      Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar teknologi informasi    
4.       Meningkatkan kerjasama yang baik dalam kelompok belajar,

PKN

Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman
dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya dan memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur.
Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung
jawab serta memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Dengan berdasarkan visi dan misi itu, maka tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum
adalah memupuk kesadaran bela negara dan berpikir komprehensif integral dikalangan
mahasiswa dalam rangka Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia. Geostrategi
Indonesia didasari dengan:

a.Kecintaan kepada tanah air.

b.Kesadaran berbangsa dan bernegara.

c.Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.

d.Keyakinan akan ketangguhan Pancasila.

e.Rela berkorban demi bangsa dan negara.

Untuk mendasari tujuan tersebut, maka Direktur Jendral Pendidikan Tinggi memandang perlu
menyempurnakan Kurikulum Inti Pendidikan Kewarganegaraan/ Pendidikan Kewiraan yang
ditetapkan dengan keputusan Dirjen Dikti Nomor 151/DIKTI/Kep /2000, menjadi kurikulum inti
Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian sebagai keseragaman terakhir tahun 2006, berdasarkan
SK Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/KEP/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di perguruan Tinggi, yang di dalamnya mencantumkan
juga substansi kajian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten cita-cita dan tujuan
nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kompetensi secara singkat diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas yang berkewenangan
untuk menentukan sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh
seseorang agar mampu melaksanakan tugas dalam bidang tertentu. Kompetensi lulusan
pendidikan kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab
dari seorang warga negara dalam hubungan dengan negara dan memecahkan berbagai masalah
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi Filsafat Pancasila,
menerapkan Konstitusi Negara dalam kehidupan sehari-hari serta Geopolitik Indonesia dan
Geostrategi Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan
perilaku yang:

a.Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai filsafat hidup
bangsa dan negara.

b.Berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur serta berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

c.Berjiwa nassionalisme yang kuat, mengutamakan persatuan dan kesatuan mengatasi kelompok
dan seseorangan.

d.Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara serta sadar akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.

e.Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.
Dengan dasar lima perilaku di atas dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang diterapkan pada
pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk memperluas cakrawala berpikir para
mahasiswa sebagai warga negara Indonesia sekaligus sebagai pejuang bangsa dalam usaha
menciptakan serta meningkatkan kesejahteraan dan keamanan nasional. Pendidikan
kewarganegaraan diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi kepada mahasiswa sebagai calon
pemimpin nasional di masa mendatang yang memiliki kemampuan sebagai berikut.

1.
2. Mampu menghayati dan mengimplementasikan filsafat Pancasila dan Konstitusi negara
Indonesia.
3. Mampu memahami geopolitik dan geostrategi.

4.Konsep, Makna dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan berasal dari kata warga negara yang secara singkat berarti sekelompok
manusia yang menjadi anggota suatu negara. Dalam pengertian secara umum dinyatakan bahwa
warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap
negaranya dan mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap
negaranya. Hak dan kewajiban warga negara terhadap negara diatur dalam UDD 1945 dan
berbagai peraturan di bawahnya. Dalam UUD 1945 memuat tentang hak asasi manusia, yaitu
kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak
asasi manusia. Seperti setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan
setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Kemampuan warga negara suatu negara untuk hidup berguna dan bermakna sangat memerlukan
pembekalan masa depannya. Pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni (ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan atau nilai religius dan nilai budaya bangsa sebagai panduan
atau petunjuk kehidupan bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Semangat
perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap dan
perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan, kesanggupan dan kemauan yang luar
biasa.

Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara, serta
pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara. Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus terus menerus ditinggkatkan
guna menjawab tantangan masa depan, sehingga para alumni memiliki semangat juang dan
kesadaran bela negara yang tinggi sesuai bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan
utuhnya NKRI.

Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi memberikan pemahaman filosofis yang


meliputi pokok-poko bahasan mengenai: Filsafat Pancasila, Identitas Nasional, Negara dan
Konstitusi, Demokrasi Indonesia, Hak Asasi Manusia, Geopolitik dan Geostrategi. Pokok
bahasan ini sesuai dengan tuntutan zaman yang terus berkembang.

PKNB 2

Mengapa masih ada mata kuliah Pkn di Universitas? Mungkin banyak yang bertanya-
tanya akan hal tersebut, dan saya akan coba menjabarkan mengapa.

   Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dilaksanakan di
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman.Pembekalan
kepada peserta didik di Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap dan
kepribadian yang sesuai dengan Pancasila dan Konstitusi negara, menumbuhkan sikap
cinta tanah air, sera berwawasan kebangsaan yang luas, diandalkan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan, yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi sekolah
mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

   Pada tahun ajaran 2002/2003 mahasiswa semua jurusan pada semester tertentu
yang ditetapkan fakultasnya, menerima sajian mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Mata kuliah ini sebelumnya tidak pernah mereka ketahui,
karena kakak-kakak tingkat merekapun tidak memperoleh mata kuliah ini, sehingga
para mahasiswa menganggap PKn adalah mata kuliah baru.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


    Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

   Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela


negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan
jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Visi dan Misi PKn

   Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan


pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia
seutuhnya dan memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur.

   Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi membantu mahasiswa


memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai
dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab serta memegang teguh persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara.

Tujuan dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

   Dengan berdasarkan visi dan misi itu, maka tujuan pendidikan kewarganegaraan
secara umum adalah memupuk kesadaran bela negara dan berpikir komprehensif
integral dikalangan mahasiswa dalam rangka Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi
Indonesia. Geostrategi Indonesia didasari dengan:

a. Kecintaan kepada tanah air.

b. Kesadaran berbangsa dan bernegara.

c. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.

d. Keyakinan akan ketangguhan Pancasila.

e. Rela berkorban demi bangsa dan negara.

   Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan
Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( pasal 1 UU No.20 Tahun 2003 ).

   Masyarakat dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup, terutama


kepada generasi penerus bangsa untuk hidup lebih berguna dan bermakna serta
mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Hal ini sangat
memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni yang berlandaskan
nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa.
   Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut “CIVIS” selanjutnya dari kata
“CIVIS” dalam bahasa Inggris timbul kata “CIVIC” yang artinya warga negara atau
kewarganegaraan. Akhirnya dari kata CIVIC lahir kata “CIVICS” yang artinya ilmu
kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, menurut kansil
(2002:3).

   Civics atau Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan sebagian ahli


berpendapat merupakan bagian dari ilmu politik. Sepeti dijelaskan oleh Prof Dr.
Achmad Sanusi, S.H. MPA , dalam Seminar Pengajaran Civics di Tawangmangu,
Surakarta tahun 1972. Sejauh Civics dapat dipandang sebagai disiplin dalam ilmu
politik, maka fokus studinya adalah mengenai “ kedudukan dan peran warga negara
dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dan sepanjang batas-batas
ketentuan konstitusi negara yangbersangkutan (2002:4), sehingga isi dan manfaat dari
Civics menurut beliau yang merupakan bagian dari ilmu politik, diambil demokrasi
politiknya.

   Sedangkan menurut undang-undang pendidikan yang lama, undang-undang Nomor 2


tahun 1989 menyebutkan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha
untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan
dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara ( PPBN )”. Sedang menurut UU Sisdiknas yang baru yaitu UU No. 20 tahun
2003, pada penjelasan pasal 37 dijelaskan bahwa “ Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memilikiu rasa
kebangsaan dan cinta tanah air” ( 2003 : 66 )

   Jadi tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan


kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, bersendikan
kebudayaan bangsa,wawasan nusantara dan ketahanan nasional kepada
siswa,mahasiswa, calon ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang menguasai
ilmu pengetahuan dan seni yang dijiwai dan berdasarkan Pancasila. Kemampuasn
warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung pembekalan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-
nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi panduan dan mewarnai
keyakinan serta pegangan hidup warganegara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu peserta didik seyogyanya memiliki motivasi
bahwa pendidikan kewarganegaraan yang diberikan kerpada mereka berkaitan erat
dengan penanaman dan kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu,
anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warganegara Indonesia yang
terdidik, serta bertekad dan bersedia mewujudkannya.

   Untuk mendasari tujuan tersebut, maka Direktur Jendral Pendidikan Tinggi


memandang perlu menyempurnakan Kurikulum Inti Pendidikan Kewarganegaraan/
Pendidikan Kewiraan yang ditetapkan dengan keputusan Dirjen Dikti Nomor
151/DIKTI/Kep /2000, menjadi kurikulum inti Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian
sebagai keseragaman terakhir tahun 2006, berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor
43/DIKTI/KEP/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di perguruan Tinggi, yang di dalamnya mencantumkan
juga substansi kajian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

   Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik Indonesia


diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten
cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

   Kompetensi secara singkat diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas yang


berkewenangan untuk menentukan sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab yang
harus dimiliki oleh seseorang agar mampu melaksanakan tugas dalam bidang tertentu.
Kompetensi lulusan pendidikan kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam hubungan dengan negara
dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan menerapkan konsepsi Filsafat Pancasila, menerapkan Konstitusi Negara dalam
kehidupan sehari-hari serta Geopolitik Indonesia dan Geostrategi Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang
cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan
perilaku yang:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
filsafat hidup bangsa dan negara.
b. Berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur serta berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c. Berjiwa nassionalisme yang kuat, mengutamakan persatuan dan kesatuan mengatasi
kelompok dan seseorangan.
d. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara serta sadar akan hak
dan kewajiban sebagai warga negara.
e. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

   Dengan dasar lima perilaku di atas dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang
diterapkan pada pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk memperluas
cakrawala berpikir para mahasiswa sebagai warga negara Indonesia sekaligus sebagai
pejuang bangsa dalam usaha menciptakan serta meningkatkan kesejahteraan dan
keamanan nasional. Pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat menumbuhkan
apresiasi kepada mahasiswa sebagai calon pemimpin nasional di masa mendatang yang
memiliki kemampuan sebagai berikut:
- Mampu menghayati dan mengimplementasikan filsafat Pancasila dan Konstitusi
negara Indonesia.
- Mampu memahami geopolitik dan geostrategi.

   Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan untuk membekali peserta didik dengan


pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara
dengan negara, serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi
harus terus menerus ditinggkatkan guna menjawab tantangan masa depan, sehingga
para alumni memiliki semangat juang dan kesadaran bela negara yang tinggi sesuai
bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan utuhnya NKRI.

   Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi memberikan pemahaman filosofis


yang meliputi pokok-poko bahasan mengenai: Filsafat Pancasila, Identitas Nasional,
Negara dan Konstitusi, Demokrasi Indonesia, Hak Asasi Manusia, Geopolitik dan
Geostrategi. Pokok bahasan ini sesuai dengan tuntutan zaman yang terus berkembang.

DEMOKRASI

Demos dan Kratos, penyusun kata demokrasi yang merupakan bahasa Yunani. Demos berarti
rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Sehingga pengertian demokrasi secara sempit adalah
pemerintahan rakyat atau pemerintahan yang rakyatknya memiliki peranan penting yang sangat
menentukan.
Berdasarkan Hornby dkk, pengertian demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan bernegara
atau masyarakat dimana warnag negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui
wakilnya yang dipilih, pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara,
beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan rule of law, adanya pemerintahan mayoritas
yang menghormati hak hak kelompok minoritas, dan masyarakat (baca pengertian masyarakat)
yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama.
Istilah demokrasi pertama kali digunakan oleh kota Athena, yang dapat anda baca pada sejarah
pemerintahan. Alasan berlakunya demokrasi disana tentu saja karena jumlah penduduk di kota
tersebut terbilang masih cukup sedikit sehingga untuk berkumpul dan bermusyawarah.
Oleh karena rapat yang dilakukan secara langsung melalui suara rakyat, maka sistem
pemerintahan tersebut disebut demokrasi langsung. Pemerintahan demokrasi langsung dapat kita
temui di Indonesia. Salah satu contoh ada pada pemerintahan Desa. Kepala Desa seperti yang
kita ketahui dipilih oleh rakyat secara sederhana. 
Seiring dengan berkembangnya masyarakat dan pertambahan jumlah penduduk, demokrasi
langsung sudah sangat sulit untuk dipertahankan lagi, kesulitan yang sering muncul adalah
susahnya menampung seluruh warga kota, jumlah peserta yang besar akan berakibat ricuh dan
hasil persetujuan musyawarah mufakat akan sulit untuk dicapai kecuali voting.
Bagi negara negara yang memiliki warga yang banyak, dilakukan perwakilan terhadap beberapa
sektor yang dipilih oleh warga daerah tersebut secara pemilihan umum daerah. Rakyat disini
tetap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, atau demokrasi tidak langsung, demokrasi
perwakilan.
Baca juga pengertian demokrasi menurut para ahli
Teori terbentiknya bangsa

A. Pengertian Bangsa
Istilah bangsa terjemahan dari kata nation (bahasa Inggris) kata nation berasal dari bahasa latin,
natio artinya sesuatu telah lahir, yang bermakna keturunan. Kelompok orang yang berada dalam
satu keturunan. Nation dalam Bahasa Indonesia artinya bangsa (Talim, 2010: 244). Nation
berubah jadi national yang artinya kebangsaan. Pahamnya dinamakan nasionalisme artinya
paham atau semangat kebangsaan. Bangsa menurut KBBI adalah orang-orang yang bersamaan
asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah serta berpemerintahan sendiri.

1. Pengertian Bangsa Menurut Para Ahli


a.       Ernest Renan 
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat untuk bersatu) dengan
perasaan kesetiakawanan yang agung.
b.      Hans Kohn
Bangsa adalah buah hasil hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang
beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak
c.       Otto Bauer  
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter, karakteristik tumbuh
karena adanya kesamaan nasib.
d.      Jalobsen, Lipman
Bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan kesatuan politik (political unity)
e.       Ben Anderson
Bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan
berdaulat.
f.       Friederich Ratzel (Faham Geopolitik).
g.      Bangsa adalah kelompok manusia yang terbentuk karena adanya hasrat (kemauan) untuk bersatu
yang timbul dari adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya.
h.      Joseph Stalin.
Suatu bangsa terbentuk secara historis, merupakan komunitas rakyat yang stabil yang terbentuk
atas dasar kesamaan bahasa, wilayah, ekonomi, serta perasaan psikologis yang terwujud dalam
budaya bersama.
i.        Benedict Anderson.
Bangsa adalah suatu komunitas politik yang dibayangkan (imagined community) dalam wilayah
yang jelas batasnya dan berdaulat.
j.        Anthony D. Smith.
Bangsa adalah suatu komunitas manusia yang memiliki nama, menguasai suatu tanah air,
memiliki mitos-mitos dan sejarah bersama, budaya politik bersama, perekonomian tunggal, dan
hak serta kewajiban bersama bagi semua anggotanya.
k.      Lothrop Stoddard.
Bangsa adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah orang yang cukup banyak, bahwa
mereka merupakan suatu bangsa.
l.        Soekarno.
Suatu bangsa di samping memiliki ciri-ciri tertentu juga harus ditandai oleh adanya kesamaan
rasa cinta tanah air.
m.    Ki Bagoes Hadikoesoemo.
Bangsa adalah bersatunya orang dengan tempat ia berada, persatuan antara orang dengan
wilayah.
Dari berbagai definisi tersebut, jelaslah bahwa setiap bangsa yang ada di dunia ini memiliki ciri-
ciri tertentu yang berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain.

2. Pengertian Bangsa Dalam Pandangan Sosiologis Antropologis dan Pandangan Politis.


Konsep bangsa memiliki dua pengertian ( Badri Yatim,1999),yaitu
a.       Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang
berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan
sejarah, bahasa, tradisi, keturunan, kepecayaan, budaya dan ras.. Ikatan demikian disebut ikatan
primordial. Dengan ikatan itu kita bisa membedakan antara Suku Bangsa Batak dan Suku Bangsa
Jawa atau Sunda. Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu Negara dapat
merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas.
Contoh : amerika serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi,
dan lain-lain.
Persekutuan hidup, artinya perkumpulan orang-orang yang saling membutuhkan dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah tertentu. Persekutuan hidup itu
dapat berupa persekutuan hidup mayoritas dan minoritas.
b.      Bangsa dalam Arti Politis.
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan
kedalam, diikat oleh sebuah organisasi kekuasaan/ politik, yaitu negara beserta pemerintahnya,
serta di ikat oleh satu kesatuan wilayah nasional, hukum, perundang-undangan yang berlaku..
Jadi mereka diikat oleh kekuasaan politik yaitu Negara. Misalnya bangsa Moro, bangsa Yahudi,
bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil.

B. Unsur-unsur terbentuknya bangsa


Menurut Hans Kohn, kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya faktor-faktor objektif tertentu
yang membedakannya dari bangsa lain, yakni sbb:
        Kesamaan keturunan
        Wilayah, bahasa.
        Adat istiadat.
        Kesamaan politik.
        Perasaan, agama.
Faktor objektif terpenting terbentuknya suatu bangsa adalah, adanya kehendak atau kemauan
bersama atau nasionalisme.
Menurut Friedrich Hertz, terdapat empat ungsut terbentuknya bangsa, yaitu:

1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial, ekonomi,
politik, agama, kebudayaan, komunikasi dan solidaritas
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu
bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian dan kekhasan.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh dan prestise
Sedangkan pandangan umum tentang unsur terbentuknya bangsa adalah:

1. Ada sekelompok manusia yang mempunyai kemauan untuk bersatu.


2. Berada dalam satu wilayah tertentu.
3. Ada kehendak untuk membentuk atau berada di bawah pemerintahan yang dibuatnya
sendiri.
4. Secara psikologis merasa senasib, sepenanggungan, setujuan, dan secita-cita
5. Ada kesamaan karakter, identitas, budaya, bahasa sehingga dapat dibedakan dengan
bangsa lain.

Faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar Identitas


Menurut Chotib dkk (2006: 5-6) dalam buku berjudul Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat
Madani yang dikutip dari id.wikipedia.org, faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar
Identitas adalah sebagai berikut:
1.      Primordial yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan, kesamaan suku bangsa,
daerah, bahasa dan adat istiadat.
2.      Sakral dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut oleh masyarakat dan dalam
hal ini agama dapat membentuk suatu ideologi doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga
keterkaitannya dapat menimbulkan bangsa
3.      Tokoh menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi masyarakat, tokoh dijadikan
sebagai panutan untuk mewujudkan misi-misi bangsa.
4.      Sejarah merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena sejarah dan pengalaman masa
lalu seperti penderitaan akan melahirkan solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk
satu tekad dan satu tujuan antar kelompok masyarakat.
5.      Perkembangan Ekonomi dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa karena semakin
meningkatnya perkembangan ekonomi semakin beragam pula kebutuhan masyarakat sehingga
membuat masyarakat semakin ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan
membuat masyarakat ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan untuk
memenuhi kebutuhan satu sama lain.

Proses Pembentukan Bangsa-Negara Menurut Model Ortodoks.


Model ortodoks yatu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa
itu membentuk suatu Negara tersendiri. Contoh bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara
Israel.
Ciri-ciri model Ortodoks :
a. Tidak mengalami perubahan unsur karena suatu bangsa membentuk suatu Negara.
b. Membutuhkan waktu yang singkat saja,yaitu hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan
pembentukan identitas kultular baru.
c. Muncul setelah terbentuknya bangsa Negara.
d. Partisipasi politik dianggap sebagai bagian terpisah dari proses integrasi nasional.

Proses Pembentukan Bangsa-Negara Menurut Model mutakhir.


Model mutakhir berawal dari adanya Negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses
tersendiri, sedangkan penduduk Negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya
adalah kemunculan Negara Amerika Serikat pada tahun 1776.
Ciri-ciri Model Mutakhir:
a.       Mengalami perubahan unsur karena dari banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa.
b.      Memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas cultural
yang baru.
c.       Kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa
Negara.
d.      Partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses integrasi
nasional.

Referensi
Id.wikipedia.org. Bangsa. http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa#cite_note-
Chotib.2Csuharno.2CAbubakar.2CCatio-3. (di akses tanggal 01 September 2014, Pukul: 14:20)
Pknsby. Bangsa Dan Negara 1. http://pknsby.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x-2/bangsa-
dan-negara-1/. (di akses tanggal 01 September 2014, Pukul: 14:43)
Talim, S. Adi. 2010. Kamus Lengkap 50 Miliyar Inggris – Indonesia, Indonesia– Inggris. Surabaya: Surya
Ben Tata.
Wijayanti, Leni. 2011. Mendeskrepsikan Hakikat Bangsa dan Unsur-unsur Terbentuknya Negara.
http://materi-pkn.blogspot.com/2011/10/mendeskrepsikan-hakikat-bangsa-dan.html. (di
akses tanggal 01 September 2014, Pukul: 14:09).
Resolusi nihad

Seruan yang dikeluarkan oleh NU yang ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan
umat Islam Indonesia untuk berjuang membela Tanah Air dari penguasaan kembali pihak
Belanda dan pihak asing lainnya beberapa waktu setelah proklamasi kemerdekaan. 
<>
Dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 sebagai buah keputusan yang dihasilkan dari Rapat Besar
Konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, 21-22 Oktober di Surabaya, Jawa Timur.

Melalui konsul-konsul yang datang ke pertemuan tersebut, seruan ini kemudian disebarkan ke
seluruh lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di seluruh pelosok Jawa dan
Madura. 

Berikut ini adalah isi dari Resolusi Jihad NU sebagaimana pernah dimuat di harian Kedaulatan
Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945. Salinannya di sini
dengan menyesuaikan ejaan:

Bismillahirrahmanirrahim
Resolusi

Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsul-konsul) Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-
Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya:Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap daerah di seluruh Jawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat ummat
Islam dan Alim ulama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan
AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.Menimbang:

a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum
AGAMA ISLAM, termasuk sebagai suatu kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Ummat Islam.

Mengingat:

a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah banyak
sekali dijalankan banyak kejahatan dan kekejaman yang mengganggu ketenteraman umum.
b. Bahwa semua yang dilakukan oleh semua mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan
Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali menjajah di sini, maka di beberapa tempat
telah terjadi pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.

c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan ummat Islam yang
merasa wajib menurut hukum agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan
Agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu belum mendapat perintah dan
tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian
tersebut.Memutuskan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu
sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan
kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap fihak Belanda dan kaki tangan.

2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara


Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam. 

Seruan ini memiliki pengaruh yang besar dalam menggalang umat Islam khususnya untuk
berjuang mengangkat senjata melawan kehadiran Belanda setelah diproklamirkannya
kemerdekaan. Pesantren-pesantren dan kantor-kantor NU tingkat Cabang dan Ranting segera
menjadi markas Hizbullah yang menghimpun terutama pemuda-pemuda santri yang ingin
berjuang dengan semangat yang tinggi meski dengan keahlian dan fasilitas persenjataan yang
sangat terbatas. 

Seruan ini juga diyakini memiliki sumbangan besar atas pecahnya Peristiwa 10 November 1945
yang terkenal dan kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Soetomo atau terkenal dengan
panggilan Bung Tomo, pimpinan laskar BPRI dan Radio Pemberontakan, yang sering disebut
sebagai penyulut utama peristiwa 10 November diketahui memiliki hubungan yang dekat dengan
kalangan Islam. 

Jauh sebelum peristiwa itu, ia diketahui telah berkawan baik dengan Wahid Hasyim, tokoh muda
NU yang penting saat itu. Karena faktor Wahid Hasyim pula ia terpilih sebagai satu-satunya
pemuda dari Surabaya yang menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru pada Juli 1945 yang
menggantikan Hokokai peninggalan Jepang. 

Di luar itu, juga umum diketahui bahwa saat itu Bung Tomo kerap bertandang ke Pesantren Tebu
Ireng, Jombang, untuk menemui dan meminta restu Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari. Seruan
“Allahu Akbar” di pembuka dan penutup orasinya yang sangat membakar melalui Radio
Pemberontakan yang dipimpinnya adalah upayanya untuk merekrut kalangan pemuda Muslim di
satu sisi dan bukti kedekatan hubungannya dengan kalangan Islam.

Tidak terbatas pada Peristiwa 10 November 1945, seruan ini berdampak panjang pada masa
berikutnya. Perjuangan kemerdekaan yang melibatkan massa rakyat yang berlangsung hampir
empat tahun sesudah itu di berbagai tempat di Jawa khususnya hingga pengakuan kedaulatan
oleh Belanda pada 1949 juga banyak didorong oleh semangat jihad yang diserukan melalui
resolusi ini.

Pesan dan isi Resolusi Jihad ini jelas dan tegas. Tetapi dalam interpretasinya, terutama melalui
penyebarannya secara lisan, kadang-kadang memperoleh tekanan yang lebih keras dan luas
seperti bahwa kewajiban (fardhu ‘ain) bagi setiap muslim yang berada pada jarak radius 94 km
untuk turut berjuang. Sedangkan yang berada di luar jarak itu berkewajiban untuk membantu
saudara-saudara mereka yang berada dalam jarak radius tersebut.

Jalur “aksi perjuangan” melalui Resolusi Jihad memang harus berhadapan dengan “jalur
diplomasi” yang dipilih beberapa pemimpin nasional saat itu. Bagaimanapun ini adalah suatu
tanggapan yang cepat, tepat, dan tegas dari NU atas krisis kepercayaan dan kewibawaan sebagai
bangsa yang baru menyatakan kemerdekaannya. 

Pada akhirnya, Resolusi Jihad tak lain merupakan bukti historis komitmen NU untuk membela
dan mempertahankan Tanah Air. (Sumber: Ensiklopedi NU)

Ref 2

Nakhodaku - Resolusi Jihad NU adalah salah satu bukti bahwa Umat Islam Indonesia
selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Tanpa adanya Resolusi Jihad NU ini, mungkin kita masih terjajah
oleh Sekutu yang saat itu ingin kembali menguasai Indonesia setelah sukses
mengalahkan Jepang dalam perang dunia II. 

Dengan adanya Resolusi Jihad NU tersebut, Umat Islam menjadi terbakar


semangatnya untuk berperang karena selain tak ingin kembali terjajah oleh Belanda,
mereka juga merindukan mati syahid yang sudah dijanjikan akan memperoleh jaminan
masuk surga oleh Allah Swt.

Sebelum terjadinya peristiwa perang antara arek surabaya melawan tentara Inggris
tanggal 10 Nopember 1945, Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU) Hadlratussyaikh KH
Hasyim Asy'ari mengeluarkan Fatwa Jihad bagi seluruh umat islam yang berada dekat
dengan Kota Surabaya untuk mau ikut berperang melawan penjajah.

Itulah Resolusi Jihad NU yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945. Sejak masa
perjuangan, peran para ulama dan kyai khususnya di lingkungan pesantren dan
Nahdlatul Ulama (NU), dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tak bisa diabaikan
apalagi dihapuskan. 
Sejak zaman penjajahan Belanda, sejumlah nama ulama NU selalu berperan aktif
dalam perjuangan. Seperti Rais Akbar NU Hadlratussyaikh Hasyim Asy'ari, KH Wahab
Chasbullah (selain tokoh NU, juga pendiri Majelis Islam 'Ala Indonesia, 1937), KH
Machfudz Siddiq (Jember), KH Ma'shum (Lasem), KH. Raden Asnawi (Kudus) dll. 

Para Ulama Sepuh diatas lebih banyak melakukan perjuangan diplomasi lewat
organisasi dan mengiringi proses pembentukan watak dan karakter bangsa (nation and
character building).
Ada juga sejumlah kyai NU yang memilih berjuang dengan mengangkat senjata seperti
yang dilakukan oleh KH Zainal Mustafa dari Pesantren Sukamanah (Ketua PCNU
Tasikmalaya) pada tahun 1944. 

Perlawanan ini sebenarnya sebagai prolog dari perlawanan di daerah lain, Cirebon,
Cianjur, hingga Blitar atau yang terkenal dengan Pemberontakan Supriyadi Blitar.

Kita juga jangan melupakan peran KH Abbas di Cirebon (ayahanda KH Abdullah


Abbas) dalam melawan Jepang dan KH Ruchiyat (ayahanda KH Ilyas Ruchiyat,
mantan Rais Aam PBNU) pula, yang pesantrennya pernah diberondong Belanda pada
masa revolusi.

Pada masa-masa Jepang, aktivitas persiapan perang sudah dilakukan. Bagi kalangan
pesantren telah dikenal adanya Laskar Hizbullah (kader-kader pesantren) dan Laskar
Sabilillah (para kiai dan ulama). Mereka dilatih di Cibarusah, dekat Bogor sejak 1943. 

Dari mereka inilah, ketika mempertahankan kemerdekaan 1945-1949 (revolusi) mereka


tampil menjadi komandan pasukan. Seperti KH Masjkur (dari Singosari, ayah mertua
KH Tolchah Hasan) dan KH Zainul Arifin sebagai pemimpin Laskar Sabilillah. Sedang
di Laskar Hizbullah terdapat nama KH M. Hasyim Latief (pendiri YPM Sepanjang) dan
KH Munasir Ali (Sekjen PBNU).

Berdasarkan hasil dari keputusan yang dihasilkan dari Rapat Besar Konsul-konsul
Nahdlatul Ulama (NU) se-Jawa dan Madura, 21-22 Oktober di Surabaya, Jawa Timur,
Maka dikeluarkanlah sebuah Resolusi Jihad untuk mempertahankan tanah air
Indonesia.

Melalui konsul-konsul yang datang ke pertemuan tersebut, seruan ini kemudian


disebarkan ke seluruh lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di
seluruh pelosok Jawa dan Madura.

Berikut ini adalah isi dari Resolusi Jihad NU sebagaimana pernah dimuat di harian
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945.
Salinan di bawah ini telah disesuaikan ejaannya untuk masa kini :

Bismillahirrahmanirrahim

Resolusi
Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsul-konsul) Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh
Jawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya:Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap daerah di seluruh Jawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat


ummat Islam dan Alim ulama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan
menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MERDEKA.Menimbang:
a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia
menurut hukum AGAMA ISLAM, termasuk sebagai suatu kewajiban bagi tiap-tiap orang
Islam

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Ummat
Islam.

Mengingat:
a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah
banyak sekali dijalankan banyak kejahatan dan kekejaman yang mengganggu
ketenteraman umum.

b. Bahwa semua yang dilakukan oleh semua mereka itu dengan maksud melanggar
Kedaulatan Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali menjajah di sini, maka di
beberapa tempat telah terjadi pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak jiwa
manusia.

c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan ummat Islam


yang merasa wajib menurut hukum agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan
Negara dan Agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu belum mendapat perintah


dan tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan
kejadian-kejadian tersebut.

Memutuskan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya


menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha
yang akan membahayakan kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia, terutama
terhadap fihak Belanda dan kaki tangannya.

2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya


Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Sungguh disayangkan sikap Pemerintah Indonesia yang sejak dahulu tidak mau
menghargai Resolusi Jihad NU ini sebagai salah satu sejarah penting bangsa
Indonesia. Bahkan, ada upaya untuk menghilangkan jejak peran para santri dan kyai
dalam menjaga kedaulatan bangsa Indonesia.

Namun, di luar itu semua, saya memberikan apresiasi kepada Bapak Presiden Joko
Widodo yang rencananya hari ini, tanggal 22 Oktober 2015 akan menetapkan dan
mendeklarasikan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional untuk mengenang
dan menghargai keberadaan Resolusi Jihad NU sebagai salah satu komponen sejarah
terbentuknya NKRI.  

Seperti Kata Bung Karno : "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah" dan "bangsa yang
besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa para pahlawannya". 

semoga kita sebagai generasi muda Indonesia mau untuk kembali belajar sejarah
Indonesia agar kita dapat mengambil manfaat dan teladan dari cerita para pahlawan
terdahulu yang telah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya demi bangsa, negara
dan agamanya.

Di Hari Kamis, 9 Muharram 1437 H yang juga bertepatan dengan tanggal 22 Oktober
2015 ini, Marilah bersama-sama kita dukung #HariSantri22Oktober dan
Gerakan #AyoMondok di Indonesia ! Allahu Akbar, Allahu Akbar,Allahu Akbar !
Diolah dari berbagai sumber

Wawasan nusantra

Artikel ini akan menguraikan pengertian wawasan nusantara menurut


para ahli sebelum mengambil satu definisi yang mengambil esensi sejumlah
pengertian yang ada. Secara etimologis, padanan kata wawasan nusantara
masing-masing diuraikan sebagai berikut. Wawasan berasal dari bahasa
jawa (wawas) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi.
Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat.

Berdasarkan pengertian modern dan sudah dikenal luas oleh masyarakat,


kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia (Winarno,
2011: 143). Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa berarti pulau
atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua
unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Sehingga
wawasan nusantara bisa diartikan sebagai cara pandang atau cara melihat
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua dan dua samudera. 

Menurut Samsul Wahidin (2010: 46), wawasan nusantara adalah cara


pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, bertindak,
berpikir dan bertingkah laku bagi Bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi
proses-proses psikologis, sosiokultural dalam arti yang luas dengan aspek-
aspek asta grata. Munadjat Danusaputro (1981:34) mengemukakan
pengertian wawasan nusantara sebagai cara pandang Bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensi yang serba terhubung serta
pemekarannya di tengah-tengah lingkungan tersebut berdasarkan asas
nusantara. Asas nusantara merupakan suatu ketentuan dasar yang harus
ditaati, dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan nasional bisa terwujud.
Kepentingan tersebut tentunya agar tujuan dari perjuangan Bangsa
Indonesia atau tujuan nasional bisa tercapai. Cara pandang Bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya juga harus sesuai dengan ide
nasional Pancasila, sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat
dan bermartabat di tengah-tengah lingkungannya, yang menjiwai tindak
kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan bangsa (Noor Ms Bakry,
1996: 20).

M. Panggabean (1979: 349) mengemukakan definsi wawasan nusantara


adalah doktrin politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945 dengan memperhitungkan pengaruh geografi,
ekonomi, demografi, teknologi dan kemungkinan strategik yang tersedia.
Dengan perkataan lain, wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia.
Dan nilai yang terkandung di dalam wawasan nusantara telah diintegrasikan
didalam lima aspek secara intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa,
kesatuan ekonomi, kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan
untuk ekstern nilai integrasi itu diusahakan dengan ikut mewujudkan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dalam pembahasan Kelompok Kerja Wawasan Nusantara,
Lemhanas menitikberatkan kepada pemahanan tentang diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan
wilayah Bangsa Indonesia. Kelompok kerja ini memaknai pengertian
wawasan nusantara sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional (S. Sumarsono, dkk, 2002: 82).
Dalam GBHN 1998, wawasan nusantara juga diartikan sebagai cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Winarno, 2011: 143).

Cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya harus


berdasarkan ide nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, yang merupakan aspirasi Bangsa Indonesia yang merdeka,
berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak
kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan nasional (Lemhanas,
1992: 16). Dari pengertian tersebut Lemhanas sudah mengartikan wawasan
nusantara dengan memberikan dasar-dasar untuk mengenali dan
memahami diri serta lingkungan Bangsa Indonesia. Dasar-dasar yang
dimaksud adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sabarti Akhadiah MK (1997:4) menuliskan rumusan tentang pengertian


wawasan nusantara sebagai cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya sesuai dengan ide nasionalnya, yaitu Pancasila dan UUD
1945, sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat dan
bermartabat di tengah-tengah lingkungannya, yang menjiwai tindak
kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan bangsa. Sehingga
wawasan nusantara harus memegang teguh Pancasila dan UUD 1945 serta
mengarah kepada terwujudnya kesatuan dan keserasian dalam bidang-
bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lingkungan Bangsa Indonesia yang berwujud kepulauan menimbulkan


Indonesia berada dalam keberagaman atau kebhinekaan. Oleh sebab itu,
wawasan nusantara sebagai cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia
mengenai dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografinya yang berwujud
negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Srijanti, 2009:
142). Sehingga dengan keberagaman tersebut wawasan nusantara harus
bisa mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar dan landasan dalam
bersikap dan memandang Bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut untuk
mewujudkan keserasian dan kesatuan bangsa yang penuh dengan
keberagaman agar tujuan nasional bisa tercapai.

Pernyataan semakna dengan Srijanti, Kaelan dan Achmad Zubaidi (2007:


124) bahwa wawasan nusantara merupakan cara pandang Bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta
sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa
dalam mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya. Selain memanfaatkan
kondisi geografi Indonesiasebagai pandangan hidup bangsa, Lemhanas juga
mengartikan wawasan nusantara sebagai pandangan hidup Bangsa
Indonesia dalam memanfaatkan konstelasi geografis Indonesia, sejarah dan
kondisi sosial budaya untuk mengejawantahkan segala dorongan dan
rangsangan di dalam usaha pencapaian aspirasi bangsa dan kepentingan
dan tujuan-tujuan nasional (Sukrama, 1996: 4). Sehingga tidak hanya
karena kondisi geografis, akan tetapi harus memperhatikan sejarah serta
kondisi sosial budaya bangsanya.

Wan Usman menjelaskan bahwa wawasan nusantara adalah cara pandang


Bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Selain itu wawasan
nusantara sebagai wawasan nasional Bangsa Indonesia harus sesuai dengan
filsafat hidup bangsa serta kondisi geografis dan sosial budaya Bangsa
Indonesia (Noor Ms Bakry, 2011: 280).

Sumarsono (2002: 82) menjelaskan bahwa wawasan nusantara adalah nilai


yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
setiap strata di seluruh wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap dan
perilaku, paham serta semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi
yang merupakan identitas atau jati diri Bangsa Indonesia.

Wawasan nusantara sebagai cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri


dan lingkungannya merupakan fenomena (gejala) sosial yang dinamis yang
memiliki tiga unsur dasar. Unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Wadah dari wawasan nusantara adalah wilayah negara kesatuan RI


yang berupa nusantara dan organisasi negara RI sebagai kesatuan
utuh.
2. Isi wawasan nusantara adalah inspirasi Bangsa Indonesia berupa cita-
cita nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
3. Tata laku dari wawasan nusantara adalah kegiatan atau
tindakan/perilaku Bangsa Indonesia untuk melaksankan falsafah
Pancasila dan UUD 1945 yang apabila dilaksanakan dapat
menghasilkan wawasan nusantara (Sunarso, 2006: 177-181).

Dari sejumlah pendapat di atas, esensi pengertian wawasan nusantara


menurut para ahli adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri
serta nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga hakikat
wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional.
Demikian, semoga menambah wawasan para pembaca setia blog
tipsserbaserbi.
Apakah kalian tahu apa itu hakikat wawasan nusantara ? dan apakah unsur
dasar wawasan nusantara ? kalian tidak tahu?? Oke disini akan dijelaskan
apa itu hakikat dan unsur dasar wawasan nusantara…
Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian
cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi
kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa dan
aparatur negar harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh
menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara indonesia. Demikian juga
produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa menghilangkan
kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan dan orang per
orang. Sedangkan asas Wawasan Nusantara terdiri dari:
1.Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan
Dengan latar belakang budaya, sejarah, kondisi, dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang
wawasan nusantara meliputi :

1. Ke dalam Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi
sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan
mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan.
2. Ke luar Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus
berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek
kehidupan baik politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, dan keamanan demi
tercapainya tujuan nasional.
Kedudukan Wawasan Nusantara berdasarkan paradigma nasional dapat
dilihat dari hirarkhi paradigma nasional sebagai berikut:

 Pancasila (dasar negara) >> Landasan Idiil


 UUD 1945 (Konstitusi negara) >>Landasan Konstitusional
 Wasantara (Visi bangsa) >>Landasan Visional
 Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) >>Landasan Konsepsional
 GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) >>Landasan Operasional
Unsur Dasar Wawasan Nusantara merupakan unsur-unsur yang terkandung
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah sebuah negara
kepualuan terbesar di dunia dengan berbagai warisan yang terkandung di
dalamnya banyak sekali adat budaya serta ciri khas bangsa sehingga
menjadikan Indonesia menganut paham multikulturalisme. Berbicara
mengenai Indonesia, hal yang tak terlepas darinya adalah mengenai
wawasan nusantara. Apakah itu? Wawasan nusantara merupakan cara
pandang bangsa negara Indonesia tentang dirinya serta lingkungan yang ada
di sekitarnya berlandaskan Pancasila dan ide Nasional serta UUD 45
(Undang-Undang Dasar 1945). Wawasan nusantara merupakan aspirasi
negara Indonesia yang berdaulat, merdeka, bermartabat, serta menjiwai
segala tata hidup dalam upaya mencapai sebuah tujuan perjuangan nasional.
Ada beberapa unsur dasar yang akan dibahas dalam tulisan ini.  Ada tiga
unsur dasar dari wawasan nusantara yang terkandung  di dalamnya.
 Pertama adalah wadah wawasan nusantara. Unsur dasar yang satu ini memandang
bahwa wilayah lautan lebih penting daripada wilayah daratan sehingga muncul
beberapa konsepsi sebagai negara kepualuan mempunyai banyak pengertian. Arti
klasik yakni memusatkan perhatian pada wilayah lautan dan arti pengembangan
yakni melindungi pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sehingga tidak
mengekploitasi secara berlebihan.
 kedua adalah Isi. Dalam unsur ini, wawasan nusantara mempunyai 2 bentuk
komponen dasar. Pertama adalah cita-cita bangsa negara Indonesia yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945. Kedua adalah Asas-asar kesatuan dan pemerataan.
 ketiga adalah Unsur Tata Laku yang didalamnya diwujudkan dalam 2 unsur.
Pertama adalah Tata Laku Batiniah yang berlandaskan Pancasila sehingga
melahirkan sikap mental dalam berbangsa dan bernegara yang mempunyai
kekuatan batin. Faktor yang mempengaruhi perkembangannya adalah budaya,
agama, tradisi, dan lingkungan hidup. Unsur tata laku yang kedua adalah tata laku
lahiriah yang merupakan kekuatan kata serta karya (perbuatan). Hal tersebut akan
terwujud di dalam tata perencanaan, tata pengendalian dalam sebuah proses
pembangunan nasional, serta tata pelaksanaan. Itulah Unsur Dasar Wawasan
Nusantara.
Nah itulah penjelasan dasar unsur dan hakikat wawasan nusantara yang
merupakan landasan untuk mencapai cita cita bangsa negara indonesia

Anda mungkin juga menyukai