Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nazla Ardina Izzeddine

Npm : 2110301018
Kelas : PBSI 01/ Semester 5
Mata Kuliah : Pengkajian Wacana
Timeline Sejarah dan Perkembangan Kajian Wacana
Deskripsi Wacana
Ditinjau dari asal usul katanya, kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa
Sanskerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru
menjadi wacana dan wacana ‘bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru
kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang berarti ‘ucapan, percakapan,
kuliah’ (Poerwadarminta 1976: 1144). Seiring dengan penggunaannya yang semakin meluas,
komponen arti kata wacana juga semakin bertambah banyak. Sedangkan menurut beberapa jurnal
lain, acan berasal dari bahasa sanksekerta wac/wak,vak yang memiliki arti berucap atau berkata,
kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana yang dapat diartikan ucapan atau tuturan.

Secara umum, analisis wacana yaitu ilmu tata bahasa dalam studi bidang linguistik. Pada dasarnya,
analisis wacana dapat menganalisis atau menafsirkan maksud yang diutarakan pembicara atau
penulis dengan mengkontruksikan teks sebagai bahan ujaran sehingga diketahui konteks wacana
yang diucapkan. Aanalisis wacana merupakan studi mengenai struktur pesan dalam suatu
komunikasi atau telaah mengenai fungsi(pragmatik).

Sejarah dan Perkembangan Analisis Wacana

Pada tahun 1952, Zellig S. Harris menulis dan menerbitkan makalah berjudul “Analisis Wacana”.
Dalam tulisannya, Harris mengemukakan argumentasinya agar kajian bahasa dilakukan secara
holistik. Namun nyatanya, pernyataan Harris bertentangan dengan kenyataan. Bloomfield, dengan
pengaruhnya yang besar terhadap linguistik struktural, tetap berpegang teguh pada ajarannya
bahwa kajian bahasa harus mempertimbangkan bentuk dan hakikat bahasa itu sendiri. Harris
menyerukan untuk keluar dari pengaruh Bloomfield dan memperluas studi linguistiknya. Harris
juga cenderung enggan memasukkan konteks sosial dalam analisisnya. Sebaliknya, Mitchell
melakukan hal sebaliknya dengan memasukkan konteks ini, dan sejak itu di Eropa ia banyak
menghasilkan karya analisis wacana, seperti pendekatan semiotik dan strukturalisme, dari tokoh-
tokoh terkenal hingga saat ini, seperti Bremond, Metz dan banyak lainnya.

Sementara itu, di Amerika muncul pendekatan sosiolinguistik yang dipelopori oleh Dell Hymes
yang mengkaji permasalahan percakapan, komunikasi, dan bentuk sapaan yang kemudian
berkembang menjadi kajian wacana yang lebih luas.
Analisis wacana merupakan suatu disiplin ilmu dengan metodologi yang sangat jelas. Ilmu ini
benar-benar berkembang pesat pada awal tahun 1980an.Banyak karya yang tersebar luas, seperti
Brown dan Yule (1983). Dan salah satu yang paling terkenal adalah Van Djik (1985).

Analisis wacana menafsirkan makna suatu ujaran dengan memperhatikan konteksnya, karena
kontekslah yang menentukan makna ujaran tersebut. Konteks meliputi konteks kebahasaan dan
konteks etnografi. Konteks linguistik berupa rangkaian kata yang mendahului atau mengikuti,
sedangkan konteks etnografi berupa serangkaian ciri-ciri faktor etnografi yang melingkupinya,
seperti budaya penggunanya, penggunaan bahasa. Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana
adalah memahami hakikat bahasa,

Referensi

Baryadi, P. (2015). Analisis Wacana.

Panggabean, Sarma.(2019). Pengantar Wacana. Diktat Wacana: Universitas HKBN Nommensen.

Anda mungkin juga menyukai