Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS INTERLINING BULU KUDA DAN

PELAPIS GULA TERHADAP HASIL JAS PRIA PADA DUMMY UKURAN M

Oleh :

Riska Savitri

NIM. 18075188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Busana adalah segala sesuatu yang

meliputi busana pokok, pelengkap busana, dan aksesoris yang dikenakan

mulai dari kepala sampai ujung kaki. Jas adalah pakaian resmi model Eropa,

berlengan panjang dan dipakai diluar kemeja. Menurut Wasia (1991:169) “Jas

pria merupakan pakaian resmi untuk pria, setelan yang dikenakan dengan

sempurna terdiri atas kemeja lengan panjang dengan krah boord, rompi yang

dikenakan semudah memakai kemeja, jas dan pantalon dari bahan yang sama

dan dilengkapi dengan dasi yang sesuai”. Sedangkan menurut Arifah

(2003:13) “ Jas adalah busana resmi untuk pria, yang dipakai dengan kemeja

lengan panjang dengan kerah rever, dapat dipakai rompi, dan baru dikenakan

pantalon dari bahan yang sama serta dilengkapi dasi yang warnanya sesuai

dengan kemeja dan jasnya”.

Berdasarkan pendapat diatas, jas adalah busana resmi pria yang

digunakan diluar yang dipakai pada bagian pertama atau diatas kemeja

dengan kerah rever, dapat dipakai rompi dan pantalon dari bahan yang sama

serta dilengkapi dengan dasi dan kemeja yang sesuai dengan jasnya. Jas

berkualitas tinggi biasanya dibuat dengan teknik jahit tailoring. Menurut

Poespo (2009:7) tailoring adalah suatu metode menjahit yang hasilnya akan

lebih kuat dari pada menjahit secara tradisional. Tailoring biasanya


diterapkan pada jahitan untuk mantel (coat), jas (jacket), dan blazer. Lapisan

pada busana tailoring memiliki fungsi masing-masing. Susunan lapisan

dalam secara berurutan ( lining, interlining, interfacing ). lining (kain

furing) adalah bahan pelapis berupa kain yang melapisi bahan utama sebagian

maupun seluruhnya. Interlining adalah pelapis antara, yang membantu

membentuk siluet pakaian. Interfacing adalah lapisan dalam bahan pelapis

yang ditempel pada sisi kain yang tidak terlihat atau “bagian belakang” untuk

membuat lebih kaku.

Sesuai dengan kemajuan zaman interlining juga muncul dengan berbagai

macam variasi seperti bulu kuda, pelapis gula, fisilin, dan trubenais. Namun

setiap interlining memberi kesan yang berbeda-beda terhadap tampilan

pakaian. Interlining digunakan untuk memberikan kekuatan atau dukungan,

stabilitas bentuk pada bagian busana. Penggunaan pelapis yang berbeda akan

mendapatkan hasil yang berbeda pula, karena bahan pelapis yang satu dengan

yang lain memiliki tekstur, perekat dan sifat yang berbeda pula.

Interlining yang digunakan dalam eksperimen adalah bulu kuda dan

pelapis gula. Bulu kuda berserat tebal dan berperekat sedangkan kain gula

bertekstur lembut maupun kasar dan mempunyai perekat. Kedua jenis bahan

pelapis terdapat perbedaan sehingga ada kemungkinan dalam penggunaannya

akan mendapatkan hasil yang berbeda pula. Semua jenis bahan pelapis dapat

digunakan dalam pembuatan jas, namun belum diketahui kelemahan dari

penggunaan interlining buku kuda dan pelapis gula dan bagaimana

pengaruh interlining yang berbeda terhadap hasil jas.


Untuk itu penulis melakukan pra eksperimen pembuatan jas dengan

menggunakan interlining yang berbeda pada dummy ukuran M pada tanggal

1 Maret 2023 dilakukan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga.

Gambar 1. Hasil pra eksperimen

Sumber: Dokumentasi pribadi

Berdasarkan hasil pra eksperimen yang penulis lakukan dapat dilihat bahwa:

1. Dari segi bentuk busana yang dihasilkan jas yang menggunakan interlining

bulu kuda terbentuk dibandingkan pelapis gula kurang terbentuk.

2. Dari segi kekakuan jas yang menggunakan interlining bulu kuda terlihat

lebih kaku dibandingkan pelapis gula.

3. Dari segi kerataan bahan yang menggunakan interlining bulu kuda terlihat

rata sama dengan pelapis gula.

4. Dari segi kestabilan pada bagian busana yang menggunakan interlining

bulu kuda tidak stabil seperti bagian kerah, lubang kancing, dan saku

dibandingkan dengan pelapis gula.

Berdasarkan hasil pra eksperimen ini dapat dilihat bahwa penggunaan

bulu kuda dari segi bentuk terbentuk dengan baik, lebih kaku, dan lebih rata
namun ketika dipakai pada dummy terlihat terlalu tegang. Dari segi kerataan

bahan yang menggunakan interlining bulu kuda terlihat sama rata dengan

pelapis gula. Dari segi kestabilan terlihat lebih kaku yang menggunakan bula

kuda dibandingkan pelapis gula. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengetahui mana pelapis yang lebih baik menggunakan bulu

kuda dan pelapis gula.

Namun dilihat dari literatur yang ada belum ada penelitian yang

mengemukakan bulu kuda tepat digunakan sebagai interlining jas pria. Belum

adanya hasil penelitian mengemukakan bahwa pelapis gula lebih baik

hasilnya dari pada bulu kuda sebagai interlining pada jas pria. Belum

diketahuinya kelemahan dari penggunaan interlining bulu kuda dan pelapis

gula pada jas pria, dan belum diketahuinya pengaruh perbedaan interlining

terhadap hasil jas pria.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melalukan penelitian

tentang pembuatan jas menggunakan dua macam interlining yang berbeda

pada dummy ukuran M. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka penelitian

ini penulis beri judul“ Pengaruh Penggunaan Jenis Interlining Bulu Kuda dan

Pelapis Gula Terhadap Hasil Jas Pria Pada Dummy Ukuran M “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Belum adanya penelitian yang mengemukakan bulu kuda tepat digunakan

sebagai interlining jas pria.


2. Belum adanya hasil penelitian mengemukakan bahwa pelapis gula lebih

baik hasilnya dari pada bulu kuda sebagai interlining pada jas pria.

3. Belum diketahuinya kelemahan dari penggunaan interlining bulu kuda

dan pelapis gula pada pembuatan jas pria.

4. Belum diketahuinya pengaruh perbedaan interlining terhadap hasil jas

pria.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka peneliti

membatasi penelitian ini untuk melihat pengaruh perbedaan interlining

terhadap hasil jas pria dengan batasan sebagai berikut :

1. Pelapis yang digunakan ada dua yaitu pelapis bulu kuda dan pelapis gula.

2. Bahan utama yang digunakan semi wol.

3. Ukuran busana kerja yang sama yaitu dummy ukuran M.

4. Orang yang membuat atau yang menjahit sama.

5. Pola yang digunakan sama yaitu pola jas sistem Soekarno.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil busana jas pria yang dibuat menggunakan interlining

bulu kuda pada dummy ukuran M ?

2. Bagaimana hasil jas pria yang dibuat menggunakan interlining pelapis

gula pada dummy ukuran M?


3. Apakah terdapat perbedaan hasil jas pria menggunakan interlining bulu

kuda dan pelapis gula ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan hasil jas pria yang dibuat menggunakan

interlining bulu kuda pada dummy ukuran M.

2. Untuk mendeskripsikan hasil jas pria yang dibuat menggunakan

interlining pelapis gula pada dummy ukuran M.

3. Untuk mendeskripsikan perbedaan hasil jas pria menggunakan interlining

bulu kuda dan pelapis gula.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

a. Bagi penulis sendiri menambah wawasan dan pengetahuan penulis

mengenai pengaruh penggunaan interlining bulu kuda dan pelapis

gula.

b. Bagi mahasiswa perguruan tinggi khususnya tata busana yaitu

sebagai tambahan pengetahuan dan rujukan bacaan dalam mata

kuliah tailoring.

c. Bagi masyarakat yang menekuni bidang menjahit tentang hasil

pembuatan jas pria yang menggunakan interlining bulu kuda dan

pelapis gula.
2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, baik oleh

peneliti sendiri maupun peneliti-peneliti lainnya.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Jas

Menurut Wasia Rusbani (1991:169) “jas pria merupakan pakaian

resmi untuk pria , setelan yang dikenakan dengan sempurna terdiri atas

kemeja lengan panjang dengan krah boord, rompi yang dikenakan

sesudah memakai kemeja, jas dan pantalon dari bahan yang sama dan

dilengkapi dengan dasi yang sesuai”. Menurut Sri Endah Wahyuningsih

(2012:18) “Jas adalah busana resmi untuk pria yang dipakai dengan

kemeja lengan panjang, baru dikenakan pantalon dari bahan yang sama

serta dilengkapi dasi yang warnanya sesuai dengan kemeja dan jas”.

Sedangkan menurut Arifah A.Riyanto (2003:13) “Jas adalah busana

resmi untuk pria, yang dipakai dengan kemeja lengan panjang dengan

kerah rever, dapat dipakai rompi, dan baru dikenakan pantalon dari bahan

yang sama serta dilengkapi dasi yang warnanya sesuai dengan kemeja

dan jasnya”.

Berdasarkan pendapat diatas, jas adalah busana resmi pria yang

digunakan diluar yang dipakai pada bagian pertama atau diatas kemeja

dengan kerah rever, dapat dipakai rompi dan pantalon dari bahan yang

sama dilengkapi dengan dasi dan kemeja yang sesuai dengan jasnya.

Menurut Sri Endah Wahyuningsih (2012:18) “Jas pria secara umum


mempunyai karakteristik diantaranya adalah menggunakan lengan jas

yang terdiri dari dua bagian yaitu lengan atas dan lengan bawah,

menggunakan kerah jas atau kerah tailor, menggunakan saku klep dan

saku vest, lubang kancing dibuat secara manual (dibuat dengan tangan

menggunakan tusuk lubang kancing)”. Proses pembuatan jas tersebut

tidak mudah karena membutuhkan ketepatan dan ketelitian pada saat

pengambilan ukuran, pembuatan pola, pemilihan bahan, dan proses

pemotongan (cutting).

2. Model jas

Jas ada yang bermodel single-breasted dan ada yang bermodel

double-breasted. Jas single-breasted memiliki dua atau tiga kancing

berderet pada bagian tengah depan. Double breasted memiliki enam

sampai delapan kancing, masing-masing tiga atau empat di kiri dan

kanan, jas double-breasted lebih formal dari pada single-breasted.

Gambar 2. Jas single breasted dan jas double breasted

( sumber : Fitinline.com,2019 )
a) Jas single breasted

Jas single breasted pada umumnya memiliki satu sampai tiga

kancing dengan satu baris kancing dibagian depan. Ada beberapa

macam model jas single breasted, antara lain:

1. Jas bukaan model sport

Jas bukaan model sport merupakan model jas single

breasted berkancing dua, berkerah jas dengan menggunakan

notched lapel (lapel dengan lekukan terbuka kearah samping)

dan menggunakan saku.

Gambar 3. Jas bukaan model sport

(Sumber: Anafashirt,wordpress.com,2020)

2. Jas bukaan bundar (Tuxedo)

Jas bukaan bundar (Tuxedo) merupakan model jas single

breasted dengan kerah bulat (shawl collar).Bagian lapel


menggunakan bahan khusus, biasanya sutera agar terlihat lebih

mengkilat.

Gambar 4. Jas bukaan bundar (tuxedo)

(Sumber: ragam fashion.com, 2021)

3. Jas sport 3 kancing

Jas sport 3 kancing merupakan model jas single breasted

dengan tiga kancing, berkerah jas dan menggunakan notched

lapel (lapel dengan lekukan terbuka kearah samping),dan

bersaku tempel.
Gambar 5. Jas sport 3 kancing

Sumber: Wolipop.com,2015)

4. Jas sport 1 kancing

Jas sport 1 kancing merupakan model jas single breasted

dengan 1 kancing, berkerah jas dan menggunakan notched

lapel.

Gambar 6. Jas sport 1 kancing

(Sumber: Shopee.com,2020)
b) Jas double breasted

Jas double breasted (kancing2 baris) memiliki empat,enam

sampai delapan kancing, masing-masing tiga atau empat dikiri dan

dikanan, jas double breasted lebih formal dari pada jas single

breasted. Ada beberapa macam model jas double breasted, antara

lain:

1. Jas double breasted 4 kancing

Jas double breasted 4 kancing merupakan jas dua sisi atau

tangkep karena kancingnya ada dua pasang, masing-masing ada

disebelah kiri dan kanan depan antara tulang rusuk dan perut.

Gambar 7. Jas double breasted 4 kancing

(Sumber: H&M Indonesia.com, 2020)


2. Jas double breasted 6 kancing

Jas double breasted 6 kancing merupakan model jas yang

berkerah rever dan menggunakan peaked lapel (bagian dekat

leher yang membentuk seperti garis v).

Gambar 8. Jas double breasted 6 kancing

(Sumber : hipwee.com,2019)

3. Jenis Bahan Utama Jas

Jenis bahan busana yang banyak digunakan sebagai bahan utama

pembuatan jas, yaitu sebagai berikut :

a. Kain Wol

Bahan utama yang paling diminati sebagai bahan pembuatan jas

adalah wol. Wol merupakan serat alam dengan struktur serat protein

yang terbuat dari bulu domba atau biri-biri, dimana kualitas wol

tergantung dari jenis domba, baik dalam kekuatan, kilau keriting, dan
pegangan. Jenis domba merino merupakan yang terbaik untuk

menghasilkan wol halus dan berkualitas diantara jenis domba lain

( Syamwil,2009:18).

Serat wol yang tersusun dari serat staple dipintal secara

konvensional dengan atau tanpa melalui proses penyisiran,

menghasilkan struktur benang yang berbulu halus dan mekar.

Pemintalan serat wol melalui proses blowing,carding, drawing,

combing, roving, dan spinning (Syamwil,2009:28).

b. Kail Wol Campuran

Terbatasnya ketersediaan bahan wol murni di pasaran dan

harganya yang relatif mahal membuat produsen bahan tekstil

mengkombinasikan wol dengan bahan serat lain, selain untuk

mendapatkan wol dengan harga yang lebih murah juga agar

menambah kualitas bahan wol. Bahan wol campuran dapat

dikombinasikan dengan serat sintesis maupun serat alam. Syamwil

(2009:32) menerangkan bahwa bentuk serat sintetis dapat dibuat

menyerupai bentuk serat alam dengan cara texturizing, yaitu

mengubah bentuk benang filamen dari licin menjadi bergelombang,

sehingga juga terjadi perubahan sifat pada serat tersebut.

c. Kain Mirip Wol

Perkembangan teknologi pemintalan, penenunan, dan

penyempurnaan bahan tekstil yang semakin maju memungkinkan

para produsen bahan tekstil memproduksi bahan seperti wol namun


bukan wol. Seringkali ditemukan dalam label kain yang

menerangkan bahwa kain tersebut mengandung wol sama sekali. Hal

demikian sangat memungkinkan menimbulkan kekecewaan pada

konsumen karena kain yang dibelinya tidak sesuai dengan yang

diharapkan (harga tidak sebanding dengan barang ).

Permasalahan tersebut dapat berimbas pada saat pembuatan jas

seperti pengepresan dan pemeliharaan busana seperti saat pencucian

karena kedua proses tersebut sangat mempengaruhi kualitas bahan

jas yang dihasilkan. Namun demikia, seorang pembuat jas yang telah

berpengalaman dapat membedakan bahan yang bagus atau tidak

untuk membuat jas dengan hanya meraba kainnya. Oleh karena itu,

Bane (1974:73) memberikan petunjuk umum ketika akan memilih

bahan utama jas, yaitu (1) memilih bahan yang sesuai dengan

karakteristik bahan utama jas agar mudah dalam proses pembuatan,

seperti bahan berbobot sedang, bahan mudah disetrika dan dipres,

dan bahan mudah dijahit (2) memilih bahan dengan kualitas terbaik

diantara harga yang dianggarkan.

4. Syarat-syarat bahan untuk teknik menjahit tailoring

a. Mudah di press atau mudah dibentuk

Bahan yang mudah dipress atau dibentuk adalah bahan yang

berasal dari serat wol karena serat wol terdiri dari keratin atau zat

tanduk. Keratin ini apabila dipanaskan dan sedikit dilembabkan daya


kenyalnya berkurang sehingga wol menjadi lunak oleh karena itu

dapat di press dalam berbagai bentuk yang rata atau datar.

b. Daya kenyal tinggi atau termoplastis

Bahan yang mempunyai sifat termoplastis adalah bahan yang

mengandung serat wol dan serat poliester. Serat wol keriting atau

ikal, dan jika ditarik sangat kenyal atau elastis. Sifat ini

menyebabkan tenunan wol tidak mudah kusut. Disamping itu serat

poliester juga mempunyai daya kenyal yang tinggi dalam keadaan

basah ataupun kering akan cepat kembali dalam keadaan semula.

Karena sifat termoplastis ini bahan poliester bisa bentuk-bentuk

yang permanen pada pakaian karena bentuk tidak akan berubah

walaupun dicuci dan pakaian tidak perlu disetrika.

c. Tebal

Bahan yang kelihatan tebal adalah serat wol karena seratnya

terdiri dari sisik-sisik yang tindih menindih letaknya kemudian

dilakukan pengempaan dalam pembuatan kain maka makin lama

dikempa atau dimampat, maka makin tebal tenunannya karena

bulu-bulu wol menjadi lebih rapat dan sisiknya menjadi pegang

memegang sehingga bulunya tidak dapat kembali kebentuk semula.

Untuk pemilihan bahan selain bahan asli juga sering dipilih bahan-

bahan yang sudah di blend atau dicampur dengan serat lain.

Misalnya wol dicampur dengan serat poliester atau serat wol

dicampur dengan serat katun, serat poliester dengan serat katun


dengan perbandingan 65% dan 35% atau sebaliknya 35% dan 65%.

Hal ini bertujuan untuk mempertinggi kualitas bahan dan untuk

mengurangi sifat serat yang kurang baik seperti wol karena tebal dan

berat, dicampur dengan poliester yang mempunyai sifat ringan

sehingga kain terasa tebal tetapi ringan. Selanjutnya campuran wol

dengan katun, wol terasa pnas bila dipakai karena sifatnya menahan

panas dicampur dengan katun yang mempunyai sifat terasa dingin

atau sejuk karena dengan mudah menyerap keringat.

d. Warna bahan

Yang dimaksud dengan warna adalah bahan yang digunakan

untuk model pakaian yang dijahit dengan teknik tailoring. Pada

model tailoring pada umumnya menggunakan bahan polos atau tidak

bercorak, yang bertujuan untuk memperlihatkan detail-detail pakaian

seperti garis hias, kantong, lobang kancing, dan sebagainya.

Warna bahan yang digunakan untuk model pakaian dengan

teknik tailoring adalah warna-warna monogramatic atau warna yang

sudah dicampur dengan warna putih atau warna hitam sehingga

warna yang dihasilkan tidak menyolok atau warna yang redup.

Untuk model duex pieces pemakaian warna tunggal artinya

penggunaan warna pada pakaian tidak di kombinasikan, karena

antara jas dan celana harus terdiri dari bahan dan warna yang sama.
e. Corak bahan

Yang dimaksud dengan corak yaitu motif-motif yang terdapat

pada kain atau bahan, seperti misalnya corak bentuk kembang atau

bunga-bunga, bentuk lainnya dan corak bentuk geometris seperti

bentuk-bentuk berkotak-kotak. Untuk model tailoring apabila

memilih bahan yang bercorak maka corak yang dipilih adalah corak

yang berkotak-kotak atau plaid. Untuk bahan yang bercorak ini juga

dipilih warna coraknya warna yang sudah diredupkan.

5. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih model Jas

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model jas,

yaitu :

a. Kerah

Menurut Pratiwi (2001:45) Kerah adalah bagian dari sebuah

pakaian,yaitu bentuk bagian terpisah untuk menyelesaikan garis

leher. Kerah ada bermacam-macam yaitu: kerah kemeja, kerah

shanghai, kerah kelasi, kerah tegak, kerah 1/2 tegak, kerah rebah,

kerah setali, kerah rever, dan kerah shiller.

Kerah yang umum digunakan dalam pembuatan jas adalah kerah

rever. Kerah rever adalah kerah yang dibuat dua bagian, bagian

bawahnya dibuat menyatu dengan pola badan bagian muka,

sedangkan pola bagian atasnya dibuat tersendiri. Namun seiring

perkembangan zaman, sekarang banyak jas yang menggunakan

kerah dengan berbagai variasi misalnya: kerah selendang, kerah


setali. Jenis kerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerah

rever.

Kerah rever Kerah selendang Kerah setali

Gambar 9. Macam-macam Kerah

b. Lengan

Lengan adalah bagian pakaian yanng menutupi puncak

lenganbahkan sampai keujung lengan sesuai dengan keinginan.

Menurut Ernawati (2008:215) model lengan bermacam-macam

antara lain: lengan suai, lengan lonceng, lengan cape, lengan kop,

lengan reglan, lengan drapery, lengan setali, lengan tulip, dan lengan

jas. Model lengan yang digunakan delam penelitian ini adalah lengan

jas.

c. Saku

Jenis saku yang digunakan dalam pembuatan jas antara lain:

1. Saku paspoile, adalah saku dalam (bobok) yang pada bagian

lubangnya diselesaikan dengan kumai bahan serong atau bahan

melebar.

2. Saku klep adalah saku dalam (bobok) yang pada bagian

lubangnya terdapat klep yang diarahkan kebawah.


Saku paspoile Saku klep

Gambar 10. Saku paspoile dan saku klep

6. Proses Pembuatan Jas

Pembuatan busana kerja meliputi :

a. Memilih Model atau Desain

Idayanti (2015: 11 ) menyatakan bahwa desain merupakan pola

rancangan yang menjadi dasar pembuatan suatu benda seperti busana.

Desain dihasilkan melalui pemikiran, pertimbangan, perhitungan,

cita, rasa, seni, serta kegemaran orang yang banyak yang dituangkan

di atas kertas berwujud gambar. Memilih model yaitu pemilihan

modeltentang bagian busana yang diinginkan, misalnya bentuk kerah,

saku, garis hias, lengan serta cara menjahitnya. Pemilihan model ini

berarti menentukan desain busana kerja yang akan dibuat.

b. Memilih Bahan

Pemilihan bahan dalam pembuatan jas meliputi bahan utama,

bahan pelapis dan bahan pelengkap. Pemilihan bahan untuk jas

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:


1) Memilih bahan utama atau bahan pokok

a. Tekstil sesuai sipemakai antara lain warna, tekstur, bentuk

tubuh dan warna kulit

b. Tekstil sesuai desain yang dipilih

c. Tesktil sesuai dengan kesempatan,yaitu dipakainya pada

waktu siang atau malam, kerja atau pesta.

d. Tekstil yang sesuai dengan penanganannya, maksudnya

teknik jahit yang digunakan misalnya busana sistem

tailoring seluruhnya tidak menggunakan obras, jadi dipilih

kain yang tidak bertiras.

e. Tekstil yang tidak mudah luntur.

Pemilihan bahan utama dalam penelitian ini yaitu

menggunakan bahan/kain belini. Jas yang dibuat dengan belini

memiliki tampilan yang lebih mengkilap dan halus, sehingga

tidak mudah kusut saat setrika. Selain itu, bahan ini juga mudah

dibersihkan dan dirawat.

2) Memilih bahan pelapis atau pembantu

Bahan pelapis merupakan bahan tambahan yang

berpengaruh terhadap pembentukan pakaian yang bermutu.

Bahan pelapis (underlining) adalah bahan tembahan yang

terletak dibawah bahan utama yang fungsinya antara lain

untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari

gesekan,lipatan tekanan dan tahan rendam. Dalam pembuatan


busana, bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis yaitu

lapisan bawah (underlining), lapisan dalam (interfacing),

lapisan antara ( interlining), dan bahan pelapis (lining) yang

biasa disebut furing. Masing-masing menpunyai fungsi yang

mempengaruhi penampilan hasil jadi sebuah busana.

3) Memilih bahan pelengkap

Bahan pelengkap adalah bahan yang biasa dipakai untuk

melengkapi suatu busana, dapat dipasang pada bagian luar

busana maupun pada bagian dalam busana, sehingga

tampilannya lebih indah dan menarik. Bahan -bahan pelengkap

dalam pembuatan jas adalah kancing dan padding.

c. Mengambil Ukuran

Pengambilan ukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan

meteran untuk mengambil ukurannya. Sikap model yang diambil

ukurannya harus berdiri tegak lurus dengan tujuan ukuran yang

dihasilkan akurat. Menurut Porrie (2002:2) teknik pengukuran yang

baik akan mempengaruhi hasil busana.

Menurut Soekarno (2002:12), terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengambil ukuran untuk pola busana,yaitu:

1. Sebaiknya tubuh diukur memakai pakaian dalam yang baik

(tidak terlalu sempit dan tidak terlalu longgar)

2. Di sekeliling tubuh tidak dipasang pita ukur secara ketat

sehingga menekan otot, misalnya otot dada,perut dan panggul.


3. Sebaiknya pita ukur diletakkan dengan tekanan yang ringan dan

merata untuk mendapatkan ukuran yang benar.

4. Berdiri tegak dan tidak mengganggu orang yang sedang

mengukur .

5. Memberi veterban pada bagian pinggang untuk memudahkan

pengukuran dan menghasilkan ukuran yang lebih tepat.

6. Mengambil ukuran secara tepat, teliti dan sistematis.

Ukuran Jas pada Dumy M

1. Panjang Jas : 70 cm

2. Lebar Punggung : 43 cm

3. Panjang lengan : 59 cm

4. 1/2 Lul : 59 cm

5. Lingkar Badan : 94 cm

6. Lebar Pinggang : 84 cm

7. Lingkar Panggul : 96 cm

8. Lingkar Leher : 42 cm

d. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat jas antara lain:

a) Alat untuk mengukur

1. Pita Ukur

2. Veterban

3. Penggaris

4. Buku catatan dan pulpen


b) Alat untuk membuat pola

1. Skala

2. Penggaris bentuk

3. Kertas coklat

4. Gunting kertas

5. Alat tulis

6. Rader

c) Alat press

1. Setrika

2. Papan setrika

3. Mesin press

d) Alat menjahit

1. Mesin jahit

2. Gunting kain

3. Gunting benang

4. Spoon

5. Skoci

6. Jarum mesin jahit

7. Sepatu mesin jahit

8. Jarum tangan

9. Jarum pentul

10. Pendedel

11. Pensil kapur jahit


12. Rader dan karbon jahit

e. Membuat Pola

Ada dua macam pola yang dapat digunakan dalam membuat

busana menurut Ernawati,dkk ( 2008,hlm.246 ) yaitu pola kontruksi

dan pola standar. Pola kontruksi adalah pola dasar yang dibuat

berdasarkan ukuran badan pemakai dan digambardengan

perhitungansecara matematika sesuai dengan sistem pola

masing-masing. Sedangkan pola standar adalah pola yang dibuat

berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah

distandarkan seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large(L)dan

Extra Large (XL). Pola dasar yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu pola jas.

Gambar 11. Pola dasar badan sistem dressmaking (skala 1:4)


Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 12. Pola badan jas (skala 1:4)
Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 13. Pola lengan jas ( skala 1:4)


Sumber : Dokumentasi pribadi
f. Merancang Bahan

Menurut Djati Pratiwi ( 2001:79) Merancang bahan dan harga

adalah memperkirakan banyaknya keperluan atau kebutuhan bahan

pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk mewujudkan sebuah

busana. Tujuan merancang bahan dan harga adalah untuk

memahami sesuatu model dengan tepat dan dengan cepat pula dapat
memperhitungkan banyaknya bahan dan biaya yang diperlukan

dalam pembuatan busana.

g. Memotong atau menggunting bahan

Memotong atau menggunting bahan harusnya memperhatikan

hal- hal sebagai berikut:

1. Bahan yang akan dipotong dibentangkan di atas meja

potong, pola diletakkan di atas kain sesuai dengan

rancangan bahan.

2. Jika menggunting bahan dilakukan dengan tangan kanan,

maka tangan kiri diletakkan rata di atas bahan sebelah

bagian bahan yang sedang digunting.

3. Sebaiknya bahan jangan diangkat, dan tetap terletak rata di

atas meja.

4. Menggunting bahan dimulai pada bagian potongan pola

yang besar tepat pada tepi pola, kemudian lanjutkan

dengan bagian potongan pola yang kecil.

5. Gunakan gunting yang tajam untuk memudahkan dalam

pengguntngan bahan.
Gambar 14. Memotong bahan
Sumber : Dokumentasi pribadi
h. Memberi tanda jahitan

Pemberian tanda pada bahan dikerjakan sesudah bahan

digunting dan sebelum pola dipisahkan dari potongan bahan,

pemberian tanda yang baik ialah yang jelas dan rapi.

Macam-macam cara memberi tanda pola pada bahan yaitu:

1. Penggunaan rader pada karbon jahit

2. Penggunaan kapur jahit atau pensil kapur

Gambar 15. Memberi tanda jahitan


Sumber : Dokumentasi pribadi
i. Langkah menjahit

1. Menempelkan pelapis gula atau bulu kuda pada bahan utama

dengan cara dipres basah atau menggunakan alas kain yang

sudah dibasahkan dengan air.

2. Memindahkan tanda pola pada bahan utama yang telah ditempel

pelapis gula atau bulu kuda.

3. Membuat saku dibagian dada.

4. Menjahit kupnat bagian muka.

5. Menyatukan badan bagian muka dengan pola anak jas.

6. Membuat saku sisi atau bawah.

7. Membuat lobang kancing.

8. Jahit lapisan bahan utama badan bagian muka.

9. Buat belahan jas badan bagian belakang.

10. Satukan vuring jas badan bagian belakang dengan bahan utama

badan bagian belakang.

11. Satukan anak jas dengan pola badan bagian belakang.

12. Satukan vuring badan bagian muka dengan pelapis badan bagian

muka.

13. Satukan vuring bagian muka dengan anak jas.

14. Satukan vuring bagian belakang dengan anak jas.

15. Satukan bahu bagian muka dengan bagian belakang.

16. Satukan bahu vuring bagian muka dengan vuring bagian

belakang.
17. Menyelesaikan bagian bawah jas dengan menjahit vuring

dengan bahan utama sesuai pola.

18. Finishing bagian bawah jas dengan sum hilang pada bahan

utama diukur sesuai kampuh.

19. Memasang peding jas pada bahan utama.

20. Menyatukan vuring dengan bahan utama dengan menjelujur

bagian kerung lengan dan lingkar leher.

21. Menyatukan sisi lengan bagian muka dengan dengan bagian

belakang.

22. Menyatukan sisi lengan vuring bagian muka dan belakang.

23. Membuat belahan ujung lengan jas.

24. Menyatukan vuring lengan dengan menjahit ujung lengan vuring

dengan bahan utama sesuai kampuh.

25. Menyelesaikan ujung lengan jas dengan sum hilang pada bahan

utama sesuai kampuh.

26. Menyatukan vuring lengan dengan bahan utama pada lingkar

kerung lengan.

27. Membuat setikan kerung lengan sebanyak 5 kali.

28. Memasang lengan jas pada badan.

29. Finishing kerung lengan jas dengan teknik rompok atau sum

hilang.

30. Membuat kerah sesuai lingkar leher pada badan.

31. Memasang kerah pada sekeliling lingkar leher badan.


32. Finishing kerah dengan teknik sum hilang.

33. Memasang kancing jas sesuai tanda pola.

j. Pengepresan

Pengepresan yang dilakukan selama proses menjahit jas

berlangsung mulai ketika akan memotong kain sampai penyelesaian

akhir. Yang harus diperhatikan saat mengepres ialah suhu dari alat

pengepres, suhu disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dipres.

Selain itu saat mengepres sebaiknya menggunakan kain tipis

sebagai alas setrika agar tidak langsung mengenai bahan yang

sedang dipres sehingga apabila setrika terlalu panas tidak mengenai

kain langsung dan kain tidak rusak atau gosong.

Mengepress bahan pelapis (interlining) dapat menggunakan

alat press kecil maupun alat press besar. Waktu proses

pengepressan akan mempengaruhi hasil dari jenis bahan pelapis

tertentu. Beberapa bahan pelapis yang dipress dengan waktu yang

lama dan suhu yang terlalu panas dapat mengkerut dan menggulung,

dapat terbakar dan menghilangkan lem atau perekat yang terdapat

pada pelapis selain itu lebar dari pelapis tersebut juga akan

berkurang, sehingga pada permukaannya hasil tidak rata dan halus.

7. Bahan Pelapis

Bahan pelapis secara garis besar dapat dibagi atas 2 kelompok,

yaitu lining dan interlining.

a. Lining
Lining merupakan bahan pelapis berupa kain yang melapisi

bahan utama sebagian maupun seluruhnya. Bahan lining sering juga

disebut dengan furing. Bahan lining yang sering dipakai di

antaranya yaitu kain hero, kain hvl, kain abutal, kain saten, kain

yasanta, kain dormeuil england, dan lain-lain. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan lining, yaitu:

1) Jenis bahan utama

Jika bahan utama busana bersifat agak kaku seperti bahan

untuk pakaian kerja, berupa jas atau semi jas, blazer, dan

lain-lain, hendaklah menggunakan bahan lining yang bertekstur

hampir sama, seperti kain hero dan kain abutai agar dapat

mengimbangi bahan luarnya. Begitu juga dengan bahan luar

yang tipis dan melangsai. Untuk bahan yang melangsai

sebaiknya juga menggunakan bahan lining yang lembut

danmelangsaiseperti kain yasanta, hvl, dan lain-lain. Bahan

yang melangsai dan lembut seperti sutera, terutama bahan yang

harganya mahal, lining yang digunakan hendaklah yang

sebanding, dengan kata lain lining yang digunakan dapat

mempertinggi mutu busana yang dibuat. Untuk bahan yang

tipis atau tembus pandang seperti tile atau chiffon dapat

menggunakan bahan yang mengkilat seperti saten, tetapi jika

pemakai tidak menyukai bahan yang mengkilat dapat juga

digunakan bahan yang lembut dan melangsai atau tidak kaku.


2) Warna bahan

Warna bahan untuk lining disesuaikan dengan warna

bahan utamanya.Tetapi untuk efek warna tertentu terutama

untuk bahan yang tipis dan tembus pandang dapat digunakan

warna yang diinginkan, tentunya yang serasi dengan bahan.

Bahan lining dapat dipilih bahan dengan warna yang sedikit

lebih tua atau sedikit lebih muda dari bahan utamanya.

3) Sifat luntur dan Susut kain

Bahan lining adakalanya luntur dan susut setelah dicuci,

terutama lining yang berasal dari bahan katun. Agar lining

yang digunakan tidak luntur atau susut setelah dibuatkan

busana, hendaklah sebelum digunting terlebih dahulu dicuci

dan dikeringkan lalu disetrika. Untuk bahan lining yang luntur

setelah dicuci sebaiknya ditukar dengan bahan yang tidak

luntur. Bahan yang luntur dapat merusak warna busana yang

dibuat.

4) Kesempatan pemakaian busana

Pemilihan bahan untuk lining juga perlu memperhatikan

kesempatan pemakaian busana. Seperti sweater atau baju

dingin atau jaket hendaklah menggunakan lining yang dapat

menghangatkan tubuh karena sweater atau jaket ini sering

digunakan pada saat udara dingin atau untuk berkendaraan roda

dua. Lining yang dapat digunakan di antaranya kain abutai atau


sejenisnya. Begitu juga dengan pakaian kerja, hendaklah

dipilih bahan lining yang dapat menghisap keringat dan dapat

memberi kenyamanan pada saat bekerja, seperti kain hero dan

sejenisnya.

b. Interlining

Interlining merupakan pelapis antara, yang membantu

membentuk siluet pakaian. Interlining sering digunakan pada

bagian-bagian pakaian seperti lingkar leher, kerah, belahan

tengah muka, ujung bawah pakaian, bagian pundak pada jas,

pinggang, dan lain-lain. Interlining banyak jenisnya, di antaranya

ada yang mempunyai lem atau perekat dan ada yang tidak

berperekat. Interlining yang mempunyai lem atau perekat

biasanya ditempelkan dengan jalan disetrika pada bahan yang akan

dilapisi. Begitu juga dengan ketebalannya. Interlining ini ada yang

tebal seperti untuk pengeras kerah dan pengeras pinggang.

Interlining yang relatif tipis dapat digunakan untuk melapisi

belahan tengah muka, saku, depan leher, kerah, dan lain-lain.

Jenis-jenis Interlining antara lain:

1. Trubenais

Yaitu kain pelapis yang tebal dan kaku, baik digunakan

untuk melapisi kerah kemeja dan kerah board atau krah yang

letaknya tegak atau kaku dan ban pinggang. Trubenais ini ada

yang dilapisi plastik dan ada juga yang tidak dilapisi. Trubenais
yang dilapisi lebih praktis dalam pemakaiannya karena hanya

perlu disetrikakan pada bahan yang hendak dilapisi. Sedangkan

trubenais yang tidak dilapisi plastik terlebih dahulu perlu

dijahitkan pada bahan yang akan dilapisi. Trubenais jenis ini

biasanya dipakai untuk melapisi ban pinggang rok atau celana.

2. Fisilin

Fisilin yaitu pelapis yang relatif tipis dan mempunyai

perekat/lem yang mencair jika disetrika. Jenis ini ada yang

sangat tipis, sedang dan agak tebal. Yang baik kualitasnya

biasanya yang sangat tipis. Jenis ini berbentuk serabut yang

berupa lembaran dan mudah robek. Fisilint sering belahan,

lapisan rusak kancing vasfoal, dan lain-lain.

3. Bulu Kuda

Yaitu pelapis yang biasanya digunakan untuk melapisi

bagian dada jas atau mantel. Berupa lembaran kain tipis yang

berwarna agak kecoklatan dan mempunyai lem. Lem ini juga

mencair jika disetrika pada bahan akan dilapisi.

4. Pelapis Gula

Merupakan pelapis yang sangat cocok digunakan untuk

melapisi bagian dada dan punggung.pakaian resmi pria seperti

semi jas. Pelapis ini berupa lembaran kain tipis berwarna putih

yang dilapisi dengan lem berbentuk gula. Untuk melapisi

bagian busana dapat ditempelkan dengan cara disetrika pada


bahan. Agar pakaian yang dihasilkan lebih bagus siluetnya

hendaklah digunakan lining dan interlining yang tepat sehingga

dapat mempertinggi mutu busana yang dihasilkan.

B. Kerangka Konseptional

Berdasarkan kajian teori dari masalah yang ditemukan dalam proses

penelitian pengaruh penggunaan jenis interlining yang berbeda pada dummy

ukuran M adalah untuk mendeskripsikan kelemahan dari penggunaan

interlining bulu kuda dan pelapis gula, pengaruh perbedaan interlining yang

terhadap hasil jas. Dari dummy ukuran M maka kita dapat mengetahui

pengaruh jenis interlining bulu kuda dan pelapis gula pada jas pria. Adapun

kerangka berfikir dalam penelitian pengaruh penggunaan jenis interlining

bulu kuda dan pelapis gula terhadap hasil jas pria pada dummy ukuran M

digambarkan sebagai berikut:

Penggunaan Interlining
Bulu Kuda dan Gula Hasil Jas Pria
pada Jas Pria

Gambar 16. Kerangka Konseptual Pengaruh Penggunaan Jenis Interlining


Bulu Kuda dan Pelapis Gula Terhadap Hasil Jas Pria pada
Dummy Ukuran M
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Azwar, 2011:49). Penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis kerja (Ha) : Terdapat pengaruh perbedaan jenis interlining terhadap

hasil jas pria pada dummy ukuran M

Hipotesisl nol (Ho) : tidak terdapat pengaruh perbedaan jenis interlining

terhadap hasil jas pria pada dummy ukuran M


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka jenis

penelitian ini merupakan penelitian terapan. Nawawi dan Martini (1996:25)

mengatakan bahwa “Penelitian terapan dilakukan untuk mengungkapkan

keadaan yang sebenarnya (apa adanya) dari objek yang diselidiki agar

mengungkapkan kekurangannya, yang akan menjadi dasar dalam menyusun

langkah-langkah terbaik dan penyempurnaannya”. Sedangkan menurut

Sudaryono (2016:9) “Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan

kenyataan-kenyataan praktis,penerapan, dan pengembangan pengetahuan

yang dihasilkan oleh peneliti dasar dalam kehidupan nyata”. Dilain pihak

Sugiyono (2009:9) mengatakan bahwa “ Penelitian terapan dilakukan dengan

tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang

ditetapkan dalam memecahkan masalah praktis”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian terapan ini

menerapkan dan mengungkapkan keadaan yang sebenarnya dari suatu teori

atau objek untuk mengungkapkan kekurangannya sebagai dasar dalam

memecahkan masalah dalam penyusunan langkah-langkah terbaik untuk

penyempurnaannya. Jadi, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

kelemahan pada perbedaan jenis interlining terhadap hasil jas sebagai dasar

penyususan perbaikan agar terciptanya jenis interlining yang tepat pada

dummy ukuran M.
B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah jas yang menggunakan interlining bulu kuda

dan jas yang menggunakan interlining pelapis gula.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian adalah aspek penelitian yang

memberikan informasi tentang bagaimana mengukur variabel. Variabel

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2008:60). Penelitian ini melibatkan dua

variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent Variable (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiyono,2012:39).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penggunaan interlining bulu kuda dan pelapis gula.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)

Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2012:39). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah hasil pembuatan jas pria.


D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyiapkan

alat dan bahan, menyiapkan desain, melakukan analisa desain dan

mengambil ukuran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembuatan jas dalam penelitian ini melalui beberapa

kegiatan yang dilakukan, yaitu mulai dari membuat pola dan merubah

pola, meletakkan pola diatas bahan, memotong bahan, memberi tanda

jahitan,menempelkan bahan interlining (pressing), menjahit, penyelesaian

dan mengepas.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap terakhir dengan menyelesaikan kampuh, merapikan sisa

benang jahit dan tiras kain,kemudia mengemas dengan rapi dan siap

untuk penilaian.

4. Tahap Penilaian

Penilaian dilakukan pada waktu mengepres jas yang dikenakan pada

dress form dan diamati oleh panelis dengan mengisi lembar penilaian

yang disediakan peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner atau

angket. Menurut Sugiyono (2012:162) mengemukakan bahwa “kuisioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. “Skala yang digunakan yaitu skala likerts.

Menurut Sugiyono (2009:135) “skala likerts adalah jawaban setiap item

instrumen yang menggunakan skala likerts menpunyai gradasi dari sangat

positif samapai sangat negatif”.

Instrumen dalam penelitian ini berisikan 4 pilihan jawaban, yaitu Sangat

Sesuai (SS) dengan skor 4, Sesuai (S) dengan skor 3, Kurang Sesuai (KS)

dengan skor 2, Tidak Sesuai (TS) dengan skor 1. Setelah instrumen penelitian

disusun, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba terhadap

instrumen penelitian tersebut. Uji coba dilakukan sebelum dilaksanakan

penelitian sesungguhnya. Tujuan uji coba untuk melihat validitas (kesahihan)

dan reabilitas (keterandalan) instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Untuk melakukan uji coba instrumen menggunakan validitas logis dan

validitas konstruk. Menurut Lufri (2007:114) mengatakan bahwa, “Validitas

logis adalah apabila secara analisis akal, istrumen sudah sesuai dengan isi dan

aspek yang ingin diungkapkan”. Sedangkan validitas konstruk menurut

Sugiyono (2009:145) “untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan para

ahli (judgment experts)”.

Tabel 1. Kisi-kisi intrumen penelitian tentang pengaruh penggunaan

interlining bulu kuda dan pelapis gula terhadap hasil jadi jas pria pada

dummy ukuran M

No Variabel Indikator No.Item Ket

Pernyataan
Angket

1. Hasil pembuatan jas A.Memberi bentuk 1,2

pria yang menggunakan pada busana

interlining bulu kuda B. Kekakuan 3,4

memakai bahan semi C.Kerataan Bahan 5,6,

wol D.Kestabilan pada 7,8,9,10

Bagian Busana

2. Hasil pembuatan jas A.Memberi bentuk 1,2

pria yang menggunakan pada busana

interlining pelapis gula B. Kekakuan 3,4

memakai bahan semi C.Kerataan Bahan 5,6

wol D.Kestabilan pada 7,8,9,10

Bagian Busana

Sebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan uji validitas untuk

memeriksa kevalidan instrumen penelitian. Uji coba instrumen bertujuan

untuk mendapatkan alat ukur yang benar dan mendapatkan data yang akurat

agar kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyataan.

F. Kontrol Validasi

Untuk menghasilkan penelitian yang valid, maka dilakukan pengotrolan

sebagai berikut:

1. Penilaian dilakukan dengan bahan yang sama.

2. Pengambilan ukuran yang sama pada Dummy ukuran M.


3. Penelitian dilakukan dengan cara menyesuaikan uji coba jas pria

berdasarkan dummy ukuran M.

4. Penelitian dilakukan oleh tim ahli dalam bidang jas.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini berbentuk komparasi, sehingga menggunakan metode

analisis data uji t. alasan menggunakan analasis ini adalah untuk mencari

perbandingan antara variabel sehingga diperoleh hasil penelitian yang tepat

1. Uji Normalitas

Uji persyaratan hipotesis dilakukan sebelum uji hipotesis yang

berupa uji normalitas. Pengujian normalitas data pada penelitian ini

menggunakan uji Chi-Kuadrat( X²) dengan taraf signifikan 5%.

�ᵢ±�ᵢ
�=
�ᵢ

Keterangan :

X² = Chi kuadrat

�ᵢ = Frekuensi yang diperoleh dari sample

�ᵢ = Frekuensi yang diharapkan dari sample

2. Uji Homogenitas

Uji t digunakan apabila ke 2 kelompok mempunyai varians yang

sama dan t digunakan apabila ke 2 kelompok mempunyai varians yang

relatif berbeda oleh sebab itu terlebih dahulu digunakan uji kesamaan 2

varians dengan rumus

������� ��������
�=
������� ��������
Peluang untuk distribusi adalah ½ α ( α adalah taraf signifikan dalam

hal ini 5%) dan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat

kebebasan untuk penyebut n2-1. Kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika Fhitung > F0,5 α (n1-1)(n2-1) tabel, maka varians kedua

kelompok sampel berbeda.

b. Jika Fhitung < F0,5 α(n1-1)(n2-1)tabel, maka varians kedua

kelompok sampel sama.

3. Uji t

Untuk mengetahui perbedaan 2 rata-rata data hasil busana jas

yang menggunakan interlining tricot dan interlining pelapis kain gula

digunakan uji t/t’. berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians,dimana

kedua kelompok mempunyai varians, dimana kedua kelompok

mempunyai varians yang sama, maka selanjutnya dilakukan uji t

dengan rumus :

�₁−�₂
� =
�₁² �₂ ² �₁ �₁
+ -2 �
�₁ �₂ √�₁ √�₂

Dimana :

�₁ = Rata-rata sampel 1

�₂ = Rata-rata sampel 2

�₁= Simpangan baku sampel 1

�₂= Simpangan baku sampel 2

�₁²= Varians sampel 1


�₁²= Varians sampel 2

r = Korelasi antara dua sampel (Sugiyono,2007:122)


DAFTAR PUSTAKA

Arifah A.Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung: Yapemdo.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Untuk SMK Jilid 1 Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Untuk SMK Jilid 2 Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Hadari Nawawi dan Mini Martini. 1996. Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah

Mada Universitas Press

Idayanti. 2015. Panduan lengkap dasar-dasar membuat ilustrasi desain pola dan

menjahit bahan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Muliawan, Porrie, 2003. Dasar-dasar Teknik Jahit Menjahit. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Nurlita, Ela. 2016. Perbedaan Hasil Cowl Drapery Menggunakan Teknik Draping

dengan Teknik Kontruksi. Padang : Universitas Negeri Padang.

Poespo, Sanny. 2003. Reka Busana Kerja: Paduan Rok. Jakarta: Gramedia.

Pratiwi, Djati.2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Jakarta: Kanisius.

Rusbani, Wasia. 1991. Pengetahuan Busana II. Depdikbud: Direktorat Pendidikan

Menengah Kejuruan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :

Alfabeta.

Soekarno. 2005. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Trampil, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.


Soekarno. 2012. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar, Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Syamwil, R. & A. Kusumastuti. 2009. Pengetahuan Tekstil untuk Busana,

Semarang : FT Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuatitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2012. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung: Cetakan Ke-21.

Anda mungkin juga menyukai