KARDIORESPIRASI
Oleh:
Pembimbing :
2023
KASUS
1. Identitas
Nama : Tn. X
Usia : 65th
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Suku : Jawa
2. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu, memberat sejak 1
bulan yang lalu, terasa paling berat kemarin malam. Sesak dirasakan terus menerus,
memberat Ketika beraktifitas, memberat ketika batuk, tidak berkurang dengan istirahat
dan perubahan posisi. Suara nafas ngik ngik atau atau seperti mengorok disangkal.
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 2 tahun yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih
kental. Batuk darah disangkal. Keluhan pilek (-), demam (-), keringat malam (-), nyeri
dada (-), BAB BAK normal lancar. Pasien memang memiliki perawakan yang kurus,
namun sejak 1-2 tahun yang lalu berat badan sedikit berkurang.
Pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, seperti mandi,
berpakaian, makan, buang air besar dan kecil. Namun pasien mengaku tidak bisa mandi
menggunakan gayung karena terasa sesak. Selain itu pasien juga mengaku merasa
kesulitan untuk makan sejak keluhan sesak terasa sangat berat satu hari yang lalu
sehingga hanya dapat makan sedikit saja.
Sebelum sesak muncul pasien mampu berjalan 500m, namun semenjak sesak pasien
hanya bisa berjalan 100 m karena sesak dan jaraknya makin memendek bersamaan
dengan memburuknya sesak. Kamar pasien di rumah berada di lantai 1, dulunya pasien
mampu dan sering naik turun ke lantai 2 tapi sekarang sudah tidak kuat karena sudah
terasa sesak ketika naik 5-6 anak tangga sehingga harus berhenti. Selain itu, pasien
sebelumnya sering shalat di masjid, tapi sejak ada keluhan sesak sudah tidak mampu
berangkat ke masjid. Saat ini, aktivitas sehari hari dirumah hanya menonton tv.
Pasien sempat mengonsumsi obat satu bulan yang lalu untuk keluhan utama pasien,
pasien lupa nama obatnya, diminum selama seminggu tapi tidak ada perubahan.
Riwayat penyakit, jantung, paru, DM, HT, kanker, alergi, dll disangkal. Sempat sesak
satu tahun yang lalu, tidak MRS, hanya masuk UGD saja dan dipulangkan karena
membaik
Pasien bekerja sebagai supir truk mengantar barang dari pabrik ke gudang, sudah satu
tahun ini tidak bekerja, terutama sejak mengalami keluhan sesak. Pasien memiliki
Riwayat merokok sejak lulus SD satu pak/hari, pasien mengaku sudah mengurangi
merokok sejak keluhan sesak muncul. Riwayat konsumsi alkohol disangkal, dan pasien
mengaku jarang olahraga rutin.
Pasien tinggal di area padat penduduk, dirumah dengan istri dan 2 anaknya. Pasien
tinggal di rumah 2 lantai dengan luas rumah 6 x 10 cm. Ventilasi dan pencahayaan
cukup, terdapat jendela di depan rumah dan taman disamping rumah. Rumah rutin
dibersihkan setiap hari. Pasien mengaku tidak memiliki hewan peliharaan atau ternak
dirumah atau sekitar rumah.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,5oC
3.3 Kepala/Leher
Anemis :-
Ikterus :-
Cyanosis :-
Dyspneu :+
JVP : normal
Pembesaran KGB: -
Depan Belakang
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Retraksi + - + -
PALPASI
Nyeri - - - -
PERKUSI
Nyeri Ketok - - - -
AUSKULTASI
Vesikuler Vesikuler
vesikuler vesikuler
menurun menurun
Vesikuler Vesikuler
Suara Nafas vesikuler vesikuler
menurun menurun
Vesikuler Vesikuler
vesikuler vesikuler
menurun menurun
Bronkofoni - - - -
Egofoni - - - -
+ + + +
Rhonki + + + +
++ ++ ++ ++
+ + + +
Wheezing + + + +
+ + + +
3.5 Thorax-Jantung
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS VI, 2 jari lateral dari MCL sinistra dan
3.6 Abdomen:
Palpasi : hepar, lien dan ginjal tidak teraba, tonus dan turgor normal
Tidak dievaluasi
3.8 Extremitas:
Akral Hangat Kering Merah, CRT <2 detik, edema (-), clubbing fingers (-)
Posture
AP view:
- Head midline
Lateral view:
- Rounded shoulder
- Kyphotic thoracal
3.9 Status Neurologis
● mMRC :4
● CAT : 21
4. Pemeriksaan Penunjang
4.1 Laboratorium
Darah Lengkap
CXR
Bones : Tidak ada kesan fraktur atau dislokasi, densitas normal, jarak
intercosta melebar
Field of Lung : Lampang paru kanan nampak radioluscent, Paru kiri nampak
peningkatan corak bronchovascular dengan area superior dan
inferior nampak sedikit radioluscent
Kesan:
EKG
Kultur dahak
Belum dilakukan
5. Diagnosis Klinis
b. Diagnosis Sekunder : -
c. Diagnosis Komplikasi : -
- Dyspnea terus menerus, meningkat saat batuk dan aktivitas Obstruktif Kronis ec - Sputum dahak
Empysematous lung
- Batuk berdahak putih - Spirometri
- Chest expansion: T2/ T4/ T6 = 1.5/ 2/ 1.5 - Breath training (diaphragmatic and pursed-lip
- CAT 21 - Nutrisi
- Borg test PRE 14 CR10 4 - Rujuk
- CXR: PMx:
- Ronkhi dan wheezing dextra et sinistra - Rujuk ke spesialis bedah BTKV untuk
tindakan bedah
- CXR:
PMx:
- Intercosta melebar
- TTV dan klinis
- Hemidiafragma permukaan nampak datar
- Foto rontgen dada post pemasangan ches tube
- Lampang paru kanan nampak radioluscent,
PEx:
- Hilum kanan tidak nampak
- Menjelaskan mengenai perjalanan,
- Kesan pneumothoraks
pengendalian, pemantauan, penyulit/
komplikasi penyakit
- Pasien mengalami gangguan sesak dan batuk yang disebabkan oleh gangguan
pada fungsi pernapasan
- Pasien mengalami atrofi yang disebabkan oleh penurunan aktifitas karena tidak
mampu untuk bergerak karena sesak. Atrofi otot menyebabkan penurunan
kekuatan otot
- Pasien memiliki gangguan stuktur pada paru yang disebabkan penyakit paru
obstruktif kronis akibat merokok
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari karena sesaknya, terutama
setelah keluhan sangat memberat sehari yang lalu
b. d450 Walking
- Pasien tidak mampu berjalan atau berpindah dalam jarah yang jauh karena
sesak
- Pasien tidak mampu menaiki tangga dan sudah sesak setelah menaiki 5 sampai
6 anak tangga sehingga harus berhenti
e. d550 Eating
- Pasien mengeluhkan tidak mampu makan sejak sehari yang lalu karena
sesaknya
a. e155 Design, construction and building products and technology of buildings for
private use
- Pasien perlu mendapakan support dari keluarga agar terus berobat dan melakukan
rehabilitasi agar kondisi tidak memburuk
- Pasien perlu mendapakan support dari orang sekitar agar terus berobat dan
melakukan rehabilitasi agar kondisi tidak memburuk
8. Tatalaksana
a. Tujuan Pengobatan
- Tujuan jangka panjangnya adalah mencegah episode gagal nafas akut saat infeksi
paru.
b. Farmakologi
- Kortikosteroid inhalasi
Berdasarkan GOLD guideline pada pasien ini dapat diberikan beta 2 agonist.
Pada kondisi stabil dapat diberikan beta 2 agonist yang long acting, sementara
pada kondisi eksaserbasi dapat diberikan beta 2 agonist yang short acting.
(Bollmeier & Hartmann, 2020)
- Mukolitik
c. Non-farmakologis
Rehab Medik
- Istirahat
Terapi fisik dada dapat di definisikan sebagai tehnik terapi yang diterapkan pada
dinding dada dari luar, dalam memfasilitasi pembersihan sekret/ mukus pada
saluran nafas, meningkatkan fungsi pernafasan dan mengurangi komplikasi yang
terjadi, seperti air trapping sampai terjadi hiperinflasion yang akan menyebabkan
perburukan keadaan umum pasien (Sharma dan Singh, 2011).
- Latihan relaksasi
Posisi tubuh yang benar, penyesuaian aktivitas dengan pola napas, perencanaan
dan prioritas aktivitas/kerja, pemakaian alat bantu jalan (bila perlu).
- Latihan rekondisi
Latihan jalan, sepeda statis, treadmill. Beban disesuaikan dengan hasil uji latih,
dapat dengan beban tetap/ditingkatkan bertahap
- Terapetik Exercise
- Nutrisi
Nutrisi adalah aspek lain dari rehabilitasi paru yang merupakan bagian integral
dari keberhasilan program. Penurunan berat badan dan kehilangan massa otot
adalah kejadian umum pada penyakit paru lanjut. Hal ini multifaktorial,
seringkali terkait dengan peningkatan beban pada otot pernapasan dan juga
asupan oral yang buruk (Lenferink et al, 2017)
9. Edukasi
● Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, penyebab, faktor risiko, terapi,
prognosis
10. Monitoring
● Klinis
Berikut adalah tanda klinis yang harus dimonitoring pada pasien PPOK, keluhan
sesak pada pasien, keluhan eksaserbasi, apakah pasien bisa mengeluarkan dahak.
● Spirometri
Penurunan FEV1 pada pemeriksaan spirometri perlu dimonitoring pada pasien dengan
PPOK
11. Prognosis
Bollmeier, S.G. and Hartmann, A.P. (2020) “Management of chronic obstructive pulmonary
disease: A review focusing on exacerbations,” American Journal of Health-System
Pharmacy, 77(4), pp. 259–268. Available at: https://doi.org/10.1093/ajhp/zxz306.
Gigliotti, F., Romagnoli, I., & Scano, G. (2003). Breathing retraining and exercise
conditioning in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): a
physiological approach. Respiratory medicine, 97(3), 197–204.
https://doi.org/10.1053/rmed.2003.1434
Imran, J.B. and Eastman, A.L. (2017) “Pneumothorax,” JAMA, 318(10), p. 974. Available at:
https://doi.org/10.1001/jama.2017.10476.
Kenney WL. Peresepan latihan untuk penderita penyakit paru dalam ACSM’S Guidelines for
Exercise Testing and Prescription. Edisi 5. 2004: 168
Lenferink A, Brusse-Keizer M, van der Valk PD, Frith PA, Zwerink M, Monninkhof EM, van
der Palen J, Effing TW. Self-management interventions including action plans for
exacerbations versus usual care in patients with chronic obstructive pulmonary disease.
Cochrane Database Syst Rev. 2017 Aug 04;8(8):CD011682
Pescatello LS. Exercise prexcription for populations with other chronic diseases and health
conditions in ACSM’S Guidelines for Exercise Testing and Prescription. Edisi 9. 2014:
334-8
Riebe D. Exercise prexcription in ACSM’S Guidelines for Exercise Testing and prescription.
Edisi 9. 2014: 162-9.
Sharma, B. B., & Singh, V. (2011). Pulmonary rehabilitation: An overview. Lung India :
official organ of Indian Chest Society, 28(4), 276–284.
https://doi.org/10.4103/0970-2113.85690