Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN KASUS
CHOLELITHIASIS

Oleh:
dr. ANGGUN

Pembimbing:
dr. Rita Sri Wulandari, Sp.PD FINASIM

Wahana:

RSUD Siti Fatimah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
2020
PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr.Anggun
Nama Wahana : RSUD SITI FATIMAH
Topik : cholelithiasis
Tanggal Kasus : 01 juli 2020
Nama Pasien : Ny.S No. RM : 00004685
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Agus Salim
Tempat Presentasi : : dr. M. Taufan
Obyektif Presentasi :
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran  Tinjauan
Pustaka
 Diagnostik  Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja  Dewasa o Bu
mil
 Deskripsi : wanita dewasa usia 56 tahun datang dengan nyeri perut kanan atas
Tujuan : Penegakkan diagnosis dan tatalaksana yang sesuai. Mengumpulkan
referensi sesuai untuk menghadapi kasus yang didapatkan. Menyelesaikan kasus yang
dihadapi dengan solusi terbaik

Bahan bahasan :  Tinjauan o Riset  Kasus o Audit


Pustaka
Cara membahas : o Diskusi  Presentasi & o Email o Pos
Diskusi
Data pasien Nama : ny. S Nomor Registrasi : 00004685
Nama RS : RSUD Siti Fatimah
Data utama untuk bahan diskusi :

ANAMNESIS
Keluhan Utama: nyeri perut kanan atas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 4

hari SMRS. Nyeri dirasakan tiba-tiba dan menetap dengan intensitas berat selama ± 1-3 jam

kemudian menghilang perlahan-lahan. Selanjutnya nyeri muncul kembali. Nyeri dirasakan

dari perut kanan atas hingga bagian ulu hati menjalar dari bahu sampai kepunggung. Nyeri

seperti ini dirasakan terus menerus selama 4 hari terakhir. Jika nyeri muncul pasien sampai

keringat dingin menahan rasa nyeri dan tidak dapat melakukan aktivitas apapun. Pasien

biasanya hanya berbaring di tempat tidur jika serangan nyeri datang. Nyeri dirasakan
bertambah apabila pasien menarik napas dalam. Sesak dan nyeri dada disangkal. Pasien juga

mengeluhkan mual dan muntah. Pasien muntah 2 kali, isi makanan, darah (-). Setiap kali

makan pasien mengaku sering merasa mual. Nafsu makan menjadi menurun semenjak sakit.

Pasien juga mengatakan mengalami demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus

menerus, naik-turun, dan tidak disertai menggigil. Demam meningkat terutama saat nyeri

muncul. Demam turun jika diberi obat penurun panas. nyeri saat BAB (-), darah/ kehitaman

(-). BAK normal 2-3x/hari, nyeri saat BAK (-), kencing berpasir (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan seperti pasien.
Riwayat Pengobatan
Amlodipin
Riwayat sosial
Sering konsumsi makanan yg berlemak
Riwayat alergi
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS: E4 M6 V5)
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 149/89 mmHg
Nadi : 92x/menit
Laju Pernapasan : 20x/menit
Saturasi Oksigen : 100% O2 bebas
Suhu aksiler : 37oC
Status Gizi
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 161 cm
Kepala / Leher
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
edema palpebra (-/-)
perdarahan subconjunctiva (-/-)

refleks cahaya langsung dan konsensual (+/+)


Hidung : septum nasi tidak ada deviasi
sekret (-/-)
epistaxis (-/-)
pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : tajam pendengaran dalam batas normal
bentuk telinga normotia
pembengkakan (-/-)
serumen (-/-)
sekret (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-) kering (-)
mukosa anemis (-)
tonsil T2//T2
faring hiperemis (-)
atrofi papil lidah (-)
gusi berdarah (-)
Leher : trakea di tengah, tidak ada deviasi
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
tidak ada distensi vena jugularis
teraba pulsasi arteri carotis

Thorax
Umum : bentuk thorax normal dan simetris
payudara normal, tidak ginaecomastia
kulit normal, tidak ada spider nevi dan vena kolateral
tidak ditemukan kelainan pada axilla

Pulmo
PEMERIKSAAN Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Bentuk Simetris
Pergerakan Simetris + + + +
Pemakaian otot
-
napas bantu
PALPASI
Trachea Tidak ada deviasi trakea
Pergerakan Simetris + + + +
Kanan = Kiri Kanan = Kiri
Fremitus raba Simetris Kanan = Kiri Kanan = Kiri
Kanan = Kiri Kanan = Kiri
Nyeri epigastrium -
Pelebaran ICS - - - -
PERKUSI
Sonor Sonor Sonor Sonor
Suara ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
- - - -
Nyeri ketok - - - -
- - - -
Batas paru hati ICS 6
AUSKULTASI
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Veiskuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara amforik - - - -

Suara bisik - - - -

Suara Percakapan - - - -
Bronkofoni - - - -
Egofoni - - - -
- - - -
Ronkhi - - - -
- - - -
- - - -
Wheezing - - - -
- - - -

Cor
Inspeksi : tak tampak ictus cordis
tak tampak pulsasi jantung
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra
tidak didapatkan thrill
Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Dinding abdomen simetris, massa (-), distensi (-), vena kolateral (-), caput medusa (-),

jaringan sikatrik (-)

Auskultasi :

 Bising Usus (+) normal, metalic sound ( -), bising aorta (-)

Palpasi :

 Turgor : Normal

 Tonus : Normal

 Nyeri tekan (+) di epigatrik dan hipokondrium dextra , Murphy sign (+), distensi abdomen

(-), defense muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator

sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba

Perkusi :

 Timpani di seluruh lapangan abdomen


 Nyeri ketok CVA (-)

Ekstremitas
Edema (-)
Akral hangat (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 14,6 13,2-17,3

HT 43 35-47

Leukosit 10,4 3,60-11,00

Eritrosit 4,9 3,0- 5,4

Trombosit 246 150-440

Hitung jenis leukosit basofil 0 0-2

Hitung jenis leukosit eusinofil 2 2-4

Hitung jenis leukosit limfosit 19 25-40

Hitung jenis leukosit monosit 7 2-8

Hitung jenis leukosit segmen 72 50-70

Rasio N/L 3,78 < 3,13

Faal Ginjal Hasil Nilai rujukan


Ureum Darah 20 10-50

Kreatinin Darah 1,0 <1,4

Elektrolit

Na 146 135-147

K 3,9 3,5-5,0

GDS 169 70-200

SGPT 21 0-41

SGOT 27 0-40

Albumin 4,1 3,2-4,5

Billirubin total 0,57 0,2-1,2

Billirubin direk 0,21 0,1-10

Billirubin indirek 0,21 Sampai 0,2


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Urin rutin

negatif Negatif

Kuning jernih Kuning muda jernih

urobilinogen normal Normal

bilirubin negatif Negatif

6 4,5-8,0

0 Negatif

Glukosa 0 Negatif

Negatif Negatif

Protein Negatif negatif

Rapid test
Non-reaktif Non-reaktif
Non-reaktif Non-reaktif

RADIOLOGI
Kardiomegali dengan left ventricle hipertrophy

ASSESMENT
Dilakukan autoanamnesis , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjnag untuk
menegakkan diagnosis atas keluhan Ny.S Masalah cholelithiasis pada pasien ini ditegakkan
melalui anamnesis dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis pasien mengatakan dia
mengalami nyeri perut kanan atas yang setiap muncul bisa menetap selama ± 1-3 jam , nyeri
dirasakan dari perut kanan atas menjalar ke behu sampai ke punggung, neri dirasakan
bertambah apabila pasien menarik nafas dalam, mual muntah + demam + pasien juga hobi
mengkonsumsi makanan yg berlemak, Pada pemeriksaan lab didapatkan adanya peningkatan
leukosit 10,440 yg menandakan adanya infeksi dan pada pemeriksaan berulang tidak
didapatkan adanya leukosit yang normal.
Diagnosis cholelithiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri perut kanan atas, lemas (+) mual (+) muntah (+) demam + dan murphy sign
pada pasien + pasien juga memiliki Riwayat hipertensi , Pasien juga sudah mengkonsumsi
amlodipine sejak 1 tahun ini tapi tidak rutin. Dari hasil pemeriksaan usg abdomen yang sudah
dilakukan ditemukan adanya kesan cholelithiasis multiple kanan dan pada histopatologi juga
sudah ada colesistitis dengan area pendarahan yg luas
Pada pasien ini faktor pencetus yang kemungkinan menjadikan timbulnya
cholelithiasis adalah hobi pasien mengkonsumsi makanan yg berlemak dan memang biasanya
cholelithiasis menyerang wanita dan yang berumur lebih dari 40th. Oleh karena itu, sebagai
respon terhadap kondisi ini, batu empedu itu sendiri lebih dari 90% terbentuk lebih kolestrol
dan factor lain yg mempengaruhi pembentukan batu itu sendiri antara lain adalah statis
kandung empedu, pengosongan empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam
kandung empedu .pada pasien ini terjadi saturasi tinggi pada empedu oleh karena substansi yg
berpengaruh seperti kolestrol dan akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk
pembentukan batu empedu. Lalu kristal yg terbentuk terjebak dalam kandung empedu dan
lama kelamaan kristal tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu
pada empedu
Gejala cholelithiasis yang timbul pada pasien adalah nyeri pada perut kanan ,mual
muntah dan demam .karena terbentuknya batu pada empedu membuat terjadinya aliran balik
pada empedu karena adanya penyempitan,dan bisa juga mengakibatkan empedu tersumbat yg
membuat timbulnya bakteri yang akhirnya mengakibatkan terjadinya infeksi
Pada table diatas sebenarnya pasien lebih mengarah ke cholesistisis namun cholesistisis
sendiri biasanya didahului oleh Cholelithiasis itu sendiri . pada pasien ditegakan cholelithiasis
berdasarkan hasil usg pasien yang terdapat kesan cholelithiasis multiple kanan dan juga factor
resiko pada pasien yg juga menjadi kriteria cholelithiasis maka diagnose pasien ditegakan
menjadi cholelithiasis namun pada pasien juga sudah terjadi cholesistis dikarenakan pasien
sudah mengalami demam dan terdapatnya peningkatan leukosit seperti yg dijelaskan di table
atas yg menjelaskan critical dari cholesistisis dan diperjelas dengan adanya pemeriksaan
hispatologi cholesistisis dengan pendarahan yang luas

Tatalaksana setelah pasien ditegakkan cholelithiasis adalah dengan cholecystectomy


laparatomi . Tindakan ini didasarkan sudah adanya infeksi dan pendarahan yang luas pada
pasien
Daftar Masalah
1. Nyeri perut kanan atas
2. Mual muntah
3. Demam

DIAGNOSIS

Cholelithiasis + HHD

PLANNING TERAPI
Tatalaksana farmakologis :
- IVFD RL 30gtt/i

* amlodipin 1x5mg PO

* dulcolac supp

* ketopropen 2x1 PO

* inj. omeprazole

* Inj. Ondansentron

Pendidikan : mengedukasi pasien untuk mengurangi makanan berlemak dan menjaga asupan
makan
Konsultasi : menjelaskan mengenai diagnosis cholelithiasis berdasarakan hasil pemeriksaan

terapi yang diberikan dan prognosis.

FOLLOW UP
02/07/2020 (Ruangan Wings B)

S: Nyeri perut kanan, mual

O : TD 140/95 mmHg
HR 89x/i

RR 22x/i

T :37,

A : Cholelitiasis

P: IVFD Asering 500 cc/24 jam

* ceftriaxon 2x 2gr iv

* amlodipin 1x5mg PO

* dulcolac supp

* ketopropen 2x1 PO

* inj. omeprazole

* Inj. Ondansentron

 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen :

-- colelitiasis multiple kanan

-- hidronefrosis kanan grade II dan kaliketasia inferior ginjal kiri ec. DD / Striktur batu, varian
normal type ampulatory

LAPOR dr. Wendy Primadhani Sp.B

* anjuran : lab , ro thorax , histopatologi

 Hasil Pemeriksaan Ro Thorax :


Kesan

kardiomegali dengan left ventricle hipertrophy

* lab darah

Trombosit 306.000

leukosit 15.080

hemoglobin 13,7

hematokrit 40

billirubin indirek 0,21

billirubin direk 0,21

* lab hispatologi

kesan : cholesistisis kronis dengan area pendarahan luas

PLANNING

* Acc dr.Wendy Sp.B open chole minggu tgl 04/07/2020 jam 09.00
03/07/2020

S: Nyeri perut kanan, mual muntah (+)

O : TD 138/90 mmHg

HR 95x/i

RR 20x/i

T :36,9

A : Cholelitiasis

P : Rawat bersama dr.novandra Sp.PD dan dr. wendy Sp.B

* IVFD RL 1000cc/24 jam

* ceftriaxon 2x 2gr iv

* amlodipin 1x5mg PO

* dulcolac supp

* ketopropen 2x1 PO

* inj. omeprazole

* Inj. Ondansentron

* diet cair 6x200 cc po, peptisol

* puasa 6jam sebelum oprasi besok


04/07/2020

S: Pasien pos op chole

O : KU Composmentis

TD 130/80 mmHg

HR 92x/i

RR 23x/i

T :36,8

A : post cholecystectomi

P : Rawat bersama dr.novandra Sp.PD dan dr. wendy Sp.B

* IVFD RL 1000cc/24 jam

* IVFD D5% 1000cc/24jam

* ceftriaxon 2x 2gr iv

* inj. omeprazole

* Inj. Ondansentron

* inj. asam tranexamat

* puasa

* NGT
* Amlodipin 5mg (malam)

05/07/2020

S: pasien mengeluh nyeri di luka post op

O : KU Composmentis

pasien stabil

TD 135/88 mmHg

HR 94x/i

RR 22x/i

T :37,6

A : post cholecystectomi

P : IVFD RL 500cc/24 jam

* ceftriaxon 2x 2gr iv

* inj. omeprazole

* paracetamol

* ketopropen supp

* diet rendah kalori

* Amlodipin 5mg
06/07/2020

S: pasien mengatakan nyeri post op berkurang

O : KU Composmentis

pasien stabil

TD 130/87 mmHg

HR 90x/i

RR 20x/i

T :36,8

A : post cholecystectomi

P : IVFD RL 500cc/24 jam

* ceftriaxon 2x 2gr iv

* inj. omeprazole

* diet rendah kalori

* Amlodipin 5mg
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Kandung Empedu

Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong yang terletak pada

permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm. Kapasitasnya sekitar 30-

50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc. Vesica

fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan

biasanya menonjol di bawah pinggir inferior hepar yang dimana fundus

berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX

kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas,

belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan

dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis

membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesicafellea

dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan

visceralhati.2
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri

hepaticakanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta.

Sejumlah arteriyang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan

kandung empedu.Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae

yang terletak dekatcollum vesica fellea. Dari sini,

Pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphaticihepaticum sepanjang

perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.Saraf yang menuju

kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.3

Definisi

Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini

mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam

ductuscholedochus (choledocholithiasis).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan

dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang

memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering

dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan

memiliki faktor resiko, yaitu:obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.4

Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones,biliary calculus. Istilah

kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.

Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk

suatu material mirip batu yangterbentuk di dalam kandung empedu4.

Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati

yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam

usus.Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu, tetapi

ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu.4

Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu

mengalami aliranbalik karena adanya penyempitan saluran.Batu empedu di dalam

saluran empedu bisamengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis).

Jika saluran empedu tersumbat,maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera

menimbulkan infeksi di dalam saluran.Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah

dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.4

Etiologi

Faktor risiko untuk kolelitiasis, yaitu:


a.Usia

Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Orangdengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan denganorang degan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20

% wanita lebih dari 40 tahunmengidap batu empedu. Semakin meningkat usia,

prevalensi batu empedu semakin tinggi.5

Hal ini disebabkan:

Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.

Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan bertambah

nya usia.

Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah

.b.Jenis Kelamin

Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis

dibandingkandengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh

terhadap peningkataneskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade ke-

6, 20 % wanita dan 10 % priamenderita batu empedu dan prevalensinya

meningkat dengan bertambahnya usia,walaupun umumnya selalu pada wanita.5

c.Berat badan (BMI).

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih

tinggi untukterjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar

kolesterol dalamkandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu
serta mengurangikontraksi/ pengosongan kandung empedu.5

d.Makanan

Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani

berisiko untukmenderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak.

Jika kadar kolesterolyang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal,

cairan empedu dapatmengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah

klorida, kehilangan beratbadan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap

unsur kimia dari empedu dan dapatmenyebabkan penurunan kontraksi kandung

empedu5

Patofisiologi

Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di

klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu

pigment dan batucampuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu

yang mengandung > 50%kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung

20-50% kolesterol). Angka 10%sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana

mengandung < 20% kolesterol. Faktor yangmempengaruhi pembentukan batu

antara lainadalah keadaan statis kandung empedu,pengosongan kandung empedu

yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalamkandung empedu.

Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang

terbentuk didalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin

dan fosfolipidmembantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi

bersaturasi tinggi(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol,

kalsium, bilirubin), akanberkristalisasi dan membentuk nidus untuk


pembentukan batu. Kristal yang yangterbentuk terbak dalam kandung empedu,

kemuadian lama-kelamaan kristal tersubutbertambah ukuran,beragregasi, melebur

dan membetuk batu. Faktor motilitas kandungempedu,biliary stasis, dan

kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukanbatu empedu empedu.6

Klasifikasi

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu

digolongkan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

a)Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberrydan mengandung lebih dari

70%kolesterol.

b)Batu kalsium/campuran

bilirubinan (pigmen coklat)Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah

dihancurkan dan mengandungkalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.

c)Batu pigmen hitam

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan

kayaakan sisa zat hitam yang tak terekstraksi7


Manifestasi Klinis

-Nyeri kolik abdomen

-demam

-Ikterus

-nyeri dari perut menjalar ke pundak atau ke punggung 8


Diagnosis
Anamnesis

Setengah sampai dua pertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis.

Keluhanyang mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran

terhadap makananberlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di

daerah epigastrium,kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya

adalah kolik bilier yangmungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang

baru menghilang beberapa jamkemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-

lahan tetapi pada 30% kasus timbultiba-tiba.

Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak

bahu,disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan

bahwa nyeriberkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis,

keluhan nyerimenetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam9

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat

terjadi leukositosis.Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan

ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu.Kadar

bilirubin serum yang tinggi mungkindisebabkan oleh batu di dalam duktus

koledukus. Kadar fosfatase alkali serum danmungkin juga kadar amilase serum

biasanya meningkat setiap kali terjadi serangan akut.10


b.Pemeriksaan radiologis

Foto polos Abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas

karena hanyasekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.

Kadang kandung empeduyang mengandung cairan empedu berkadar kalsium

tinggi dapat dilihat dengan foto polos.Pada peradangan akut dengan kandung

empedu yang membesar atau hidrops, kandungempedu kadang terlihat sebagai

massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yangmenekan gambaran udara

dalam usus besar, di fleksura hepatica

Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

untukmendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

intrahepatik maupunekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding

kandung empedu yang menebalkarena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh

peradangan maupun sebab lain. Batuyang terdapat pada duktus koledukus distal

kadang sulit dideteksi karena terhalang olehudara di dalam usus.

Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandungempedu yang

ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.10

Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena

relatifmurah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga

dapatdihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada
keadaan ileusparalitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi

pilorus, dan hepatitiskarena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat

mencapai hati. Pemeriksaankolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian

fungsi kandung empedu

ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan

duktuspancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus

tersebut. FungsiERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan

memudahkan akses kedalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil

batu empedu, selain itu ERCPberfungsi untuk membedakan ikterus yang

disebabkan oleh penyakit hati (ikterushepatoseluler dengan ikterus yang

disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapatdigunakan untuk menyelidiki gejala

gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandungempedunya sudah

diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.10


Komplikasi

Terapi
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri

yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau

mengurangi makanan berlemak. Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua

yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah.

Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala yang

menyertaikolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatikdan

kolelitiasis yang asimptomatik.11


Penatalaksanaan Non-Bedah

Pada orang dewasa alternatif terapi non bedah meliputi penghancuran batu

denganobat-obatan seperti chenodeoxycholic atau ursodeoxycholic acid.

Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan pemberian obat-

obatan oral. Ursodeoxycholicacid lebih dipilih dalam pengobatan dari

pada chenodeoxycholic karena efek samping yang lebih banyak pada

penggunaan chenodeoxycholic seperti terjadinya diare, peningkatan

aminotransfrase dan hiperkolesterolemia sedang. 12

Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan batupada 60% pasien dengan

kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka kekambuhanmencapai lebih kurang

10%, terjadi dalam 3-5 tahun setelah terapi. Pada anak-anakterapi ini tidak

dianjurkan, kecuali pada anak-anak dengan risiko tinggi untukmenjalani operasi.13

Penatalaksanaan Bedah

a)Kolesistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien

dengakolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat

terjadiadalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka

mortalitasyang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang

paling umumuntuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh

kolesistitis akut.
b)Kolesistektomi laparaskopi

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa

adanyakolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli

bedahmulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan

pasiendengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan

inidibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan

dirumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,

nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan

adalahkemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi 6r

seperticedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering

selamakolesistektomi laparaskopi.

c)Disolusi kontak

Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan

batukolesterol dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung

empedumelalui kateter perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui

kateternasobilier. Larutan yang dipakai adalah methyl terbutyl eter.

Larutan inidimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan

biasanyamampu menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam. Kelemahan

teknikini hanya mampu digunakan untuk kasus dengan batu yang kolesterol

yangradiolusen. Larutan yang digunakan dapat menyebabkan iritasi mukosa,

sedasiringan dan adanya kekambuhan terbentuknya kembali batu kandung

empedu
d)Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL) menggunakan

gelombangsuara dengan amplitudo tinggi untuk menghancurkan batu pada

kandung empedu.Pasien dengan batu yang soliter merupakan indikasi terbaik

untuk dilaskukanmetode ini. Namun pada anak-anak penggunaan metode

ini tidakdirekomendasikan, mungkin karena angka kekambuhan yang tinggi.14

Penatalaksanaan Diet

Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh

jumlahlemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol dari

metabolismelemak, sehingga klien dianjurkan/dibatasi dengan makanan

cair rendah lemak.Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang berasal

dari lemak hewani. Suplemenbubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk

ke dalam susu skim dan adapunmakanan tambahan seperti: buah yang dimasak,

nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuranyang tidak membentuk gas, roti,

kopi/teh.15

Prognosis

Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil, pemeriksaan serial USG

diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari batu tersebut. Batu bisa

menghilang secara spontan.Untuk batu besar masih merupakan masalah, karena

merupakan risiko terbentuknya karsinoma kandung empedu (ukuran lebih dari 2

cm). Karena risiko tersebut, dianjurkan untuk mengambil batu tersebut. Dan

dianjurkan untuk melakukan kolesistektomi.1


DAFTAR PUSTAKA

1. Gustawan IW, Aryasa KN, Karyana IPG, dkk. Kolelitiasis pada anak. Maj Kedokt Indon 2017

Okt;57(10):353-62.

2. Attasaranya S, Evan L, Fogel, Glen A, Lehman. Choledocholithiasis, ascending cholangitis,and

gallstone pancreatitis. The Medical Clinics of North America. Elsevier Saunders 2018:925-60.

3. Park JS, Lee DH, Lim JH, dkk. Morphologic factors of biliary trees are associated with

gallstone-related biliary events. World J Gastroenterol 2018 Jan;21(1):276-82.

4. Shi R, Shen ZY, Teng DH, dkk. Gallstones in liver transplant recipients: a single-center study in China.

Turk J Gastroenterol 2015;26:429-34.

5. Widiastuty AS. Patogenesis batu empedu. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Palembang

2016;1(1):40-54.

6. Ndraha S, Fabiani H, Tan HT, dkk. Profil kolelitiasis pada hasil ultrasonografi di Rumah Sakit Umum

Daerah Koja. J. Kedokt Meditek 2016 Mei-Agust;20(53):7-11.

7. Chopada A. Gallstones. Gastrosurgery UK 2015 Feb:1-6. 56 J. Kedokt Meditek Volume 23, No. 63 Juli

- September 2017Karakteristik Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Resiko


8. Singh VS, Singh RR. Efficacious study of ikshurak (Asteracantha longifolia) kshara in the

management of the gallstone (cholelithiasis) with various vehicles. Int.Res.J.Pharm

2015;6(1):48-51.

9. Mohan MR. Aclinical study of cholelithiasis in rural population. IJSR 2015;4(1):461-2

10. Moghaddam AA, Khorram A, Bonjar MM, dkk. The prevalence and risk factors of gallstone among

adults in South-East of Iran: A population-based study. Global Journal of Health Science 2015 Jul;8(4):60-

7.

11. Nazara AH, Lopez FC, Lopez EM, dkk. Genetic predisposition of cholesterol gallstone

disease. Annals of Hepatology 2006;5(3):140-49.

12. Gyedu A, Aboagye KA, Peprah AB. Prevalence of cholelithiasis among persons undeergoing

abdominal ultrasound at the Komfo Anokye teaching Hospital, Kumasi, Ghana. African Health Sciences

2015 March;15(1):246-52.

13. Harish B. A cross sectional study on causes and risk factors of gallstone disease among

patients with symptomatic cholelithiasis. International Journal of Nursing Research &amp; pratice

2014;1(1):20-4.

14. Ibrahim T, Malik S, Begum A, dkk. Prevalence &amp; physical characterization of gall stone in
patients of chronic cholesystitis in Pakistan. J Pub Health Bio Sci 2013;2(4):298-04.

. West WM, Brandywest DC, West KP, dkk. Cholelithiasis on imaging-an analysis of clinical

presentations by age and gender in a Jamaican population. West Indian Med J 2017;58(4):375-8.

16. Mubarik M, Bhat FA, Malik GM, dkk. Diagnostic yield of upper GI endoscopy and

ultrasonography in patients of dyspepsia. JK-Practitioner 2012;17(4): 15-9.

Anda mungkin juga menyukai