Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENDIDIKAN ANAK Barkatullah Amin, S.Pd.I, M.A


BERKESULITAN BELAJAR
SPESIFIK

MEMAHAMI ASESMEN DAN IDENTIFIKASI AWAL SERTA


PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
OLEH :
KELOMPOK 1
NOOR HAFIZAH 200101010131
MUHAMMAD RAFLI FERNANDA 200101010142
KHAIRINA ALFISA 200101010176
MUHAMMAD HASAN SYIFA 200101010194

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatan yang telah diberikan pada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Memahami
Asesmen dan Identifikasi Awal serta Program Pembelajaran Individual
(PPI) Bagi Anak Berkebutuhan Khusus sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan
dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah
Pendidikan Anak Berkesulitanan Belajar Spesifik.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari


berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kami
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Barkatullah Amin, S.Pd. I, M.A selaku
dosen pengampu mata kuliah pendidikan anak berkesulitan belajar spesifik

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, mengingat


keterbatasan penulis dalam hal kemampuan yang masih dalam taraf belajar. Oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penulisan karya tulis ini
sangat penulis harapkan dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan
dapat menambah bahan referensi bagi kita semua. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih apabila ada salah kata kami minta maaf.

Banjarmasin, April 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna dan Tujuan Asesmen.....................................................................4
B. Hakikat dan Manfaat Asesmen..................................................................7
C. Makna dan Tujuan Identifikasi Awal........................................................10
D. Program Pembelajaran Individual (PPI)....................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak yang lahir di dunia ini memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan sebuah pendidikan yang layak yang dimana nantinya dapat
digunakan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam diri mereka
masing-masing tak terkecuali bagi mereka yang mempunyai kebutuhan khusus
sekalipun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Minsih et al., (2019) yang
menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan peluang
pendidikan bersama dengan anak normal lain pada umumnya. Anak berkebutuhan
khusus merupakan anak yang mempunyai kelainan pada dirinya, sehingga
mengakibatkan anak tersebut memiliki kebutuhan yang harus disesuaikan dengan
karakteristinya (Daroni et al., 2018)
Layanan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak
berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama dengan anak normal pada
umumnya yaitu melalui pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif merupakan
pendidikan yang memberikan kesempatan belajar kepada semua anak tanpa
terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus (Lestariningrum, 2017). Sedangkan
Nugraheni et al., (2019) menyatakan pendidikan inklusif menggambarkan bahwa
anak berkebutuhan khusus dididik di sekolah biasa bersama anak normal pada
umumnya yang biasanya berkembang dengan pelayanan yang disesuaikan
kebutuhan belajar dasar mereka. Melalui pendidikan inklusif diharapkan anak
berkebutuhan khusus dapat belajar dan bersosial dalam satu lingkungan bersama
anak normal lainnya.1
Masing-masing anak memerlukan pelayanan yang berbeda satu sama lain.
Sebelum proses pemberian layanan pada anak berkebutuhan khusus, seorang
praktisi pendidikan khusus harus melakukan tahapan identifikasi dan asesmen
1
Wisnu Sulistyo Nugroho, Minsih, Pemetaan Anak Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah
Inklusi Melalui Program Identifikasi dan Asesmen, Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata,
(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021), Vol 2 No. 1, hal. 111-112

1
terlebih dahulu. Salah satu aspek yang menjadi penunjang kualitas pembelajaran
untuk ABK adalah Identifikasi dan Asesmen. Identifikasi dan asesmen merupakan
tahapan ABK. Identifikasi dan asesmen dapat disebut sebagai prosedur screening
awal untuk menemukenali kategori disabilitas beserta karakteristiknya
(Widiastuti, Suwitri, Warella, & Haryono, 2017)2. Tahap ini bertujuan agar
layanan yang diberikan kepada anak dapat tepat sasaran dan sesuai dengan
karakteristik serta kebutuhan anak secara nyata. Identifikasi merupakan proses
menemukenali anak berkebutuhan khusus dari lingkungan yang heterogen untuk
dicari karakteristik khusus. Pada proses ini petugas identifikasi yang berusaha
mencari kekurangan yang ada pada anak. Hal ini berarti dengan membandingkan
kemampuan anak “normal” dengan kemampuan anak yang diduga memiliki
kebutuhan khusus. Apabila ada kesenjangan yang nyata terlihat, maka anak dapat
digolongkan pada anak berkebutuhan khusus. Selain itu, proses identifikasi juga
berusaha mengkalsifikasikan anak pada kelompok tertentu berdasarkan pada jenis
hambatan yang dimiliki oleh anak.
Proses selanjutnya setelah anak ditemukenali, adalah asesemen. Asesmen
merupakan penilaian yang sistematis dan komperehensif dalam menggali
informasi lebih lanjut tentang anak terkait kekurangan, potensi dan kebutuhan
yang dimiliki anak. Hasil asesmen yang telah dilakukan menjadi dasar atau acuan
untuk merancang dan melaksanakan pemberian layanan pada anak berkebutuhan
khusus. Sehingga data yang ditelusuri pada saat identifikasi ataupun asesmen
merupakan data yang apa adanya dan nyata dari anak.3

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Apa makna dan tujuan Asesmen ?

2
Muchamad Irvan, Urgensi Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Usia
Dini, JURNAL ORTOPEDAGOGIA, (Malang : Universitas Negeri Malang,2020) Vol 6 No.2
hal.108
3
Dian Puspa Dewi, ASESMEN SEBAGAI UPAYA TINDAK LANJUT KEGIATAN
IDENTIFIKASI TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, (Surabaya : FKIP Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya, 2018) WAHANA Vol 70. Nomor 1, hal. 18

2
2. Apa hakikat dan manfaat Asesmen ?
3. Apa makna dan tujuan Identifikasi Awal ?
4. Apa yang dimaksud dengan Program Pembelajaran Individu (PPI) ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, jika dilihat dari rumusan masalah
diatas, yaitu :
1. Mengetahui makna dan tujuan asesmen
2. Mengetahui hakikat dan manfaat asesmen
3. Mengetahui makna dan tujuan identifkasi awal
4. Mengatahui pengertian Program Pembelajaran Individu (PPI)

3
BAB II
PEMBAHASAN

C. Makna dan Tujuan Identifikasi Awal

1. Makna Identifikasi Awal


Identifikasi adalah kegiatan awal yang mendahului proses asesmen.
Identifikasi juga merupakan kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang
dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan kasus yang mana
menemukan anak yang mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendektesian
dini terhadap anak berkebutuhan khusus.

Identifikasi ini memiliki dua konsep yakni yang pertama konsep


penyaringan (screening) dan yang kedua identifikasi aktual (actual
identifikcation).4

Identifikasi dalam artian lain merupakan langkah awal dan menjadi sangat
penting untuk menandai akan munculnya kelainan atau kesulitan pada anak-anak
berkebutuhan khusus. Istilah identifikasi anak dengan kebutuhan khusus yakni ada
sebagai sebagai usaha orang tua, guru, ataupun tenaga kependidikan lainnya untuk
mengetahui apakah seorang anak itu mengalami tentang kelainan/penyimpangan
pertumbuhan/ perkembangan baik itu secara fisik, intelektual, social,
emosional/tingkah laku yang dibandingkan dengan anak normal seusianya.

Norman D. Sundberg mengatakan dalam Karya Tin Suharmini.


”Gathering informastion to be used for treatment (parents teachers,and physician)
provide data on the childs functioning” Mengidentifikasi masalah maksudnya
mengidentifikasi suatu kondisi atau hal yang dirasa kurang baik. Masalah pada
anak ini diperoleh dari keluhan-keluhan orang tua dan keluarganya, keluhan guru,
dan bisa didapat dari pengalaman-pengalaman lapangan .5

Identifikasi bisa dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering


berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya,
dan pihak-pihak lain. Sedangkan langkah berikutnya, adalah asesmen. Bila
diperlukan asesmen dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter,
psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.
4
Raymond H. Swassing, Teaching Through Modality Strengths: Concepts and Practices,
(Columbus: Zaner Bloser, 1979), h. 16
5
Tin Suharmini, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2009) h.
21

4
2. Tujuan Identifikasi Awal
Kegiatan identifikasi ini bersifat masih sederhana dan tujuannya lebih
ditekankan kepada menemukan apakah seorang anak tergolong anak dengan
kebutuhan khusus atau bukan secara kasar.

Jadi Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah


seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang mana
hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya. Tujuan prosedur identifikasi adalah :

a. Merumuskan definisi
b. Menentukan spesifikasi
c. Menentukan prosedur
d. Menempatkan anak
Sedangkan menurut Rice ,tujuan identifikasi adalah untuk:

a. Menjabarkan karakteristik
b. Merancang niminasi
c. Menentukan alat tes dan penjaringan data
d. Mereview kasus dan menentukan program.
e. Melakukan reevaluasi.6

Dalam pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi ABK dilakukan untuk lima


keperluan, yaitu:

a. penjaringan (screening),
b. pengalih tanganan (referal),
c. klasifikasi,
d. perencanaan pembelajaran, dan
e. pemantauan kemajuan belajar.
Biasanya identifikasi bisa dilakukan oleh orang-orang yang dekat, dalam
artian orang yang sering berhubungan/bergaul dengan anak, seperti orang tuanya,
pengasuh, guru dan pihak lain yang terkait dengannya.

3. Makna Asesmen
Langkah selanjutnya yaitu asesmen, bisa dilakukan oleh tenaga
profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-
6
Robert W. Rice, Organizational Work and the Perceived Quality of Life: Toward a Conceptual
Model, (New York: Academy Of Management, 1985), h. 6

5
lain. Sehingga hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

Lerner mendefinisikan bahwa Asesmen merupakan suatu proses


pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang Akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan Pembelajaran
siswa tersebut. 7

Anak berkebutuhan khusus yaitu mereka yang secara signifikan berada di


luar rata-rata normal, baik dari segi fisik, indrawi, mental, sosial, dan emosi
sehingga mengalami hambatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai untuk
memenuhi potensinya.8

Selanjutnya Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang menyimpang


dari rata-rata normal dalam hal berikut:

a. Karakteristik mental,
b. Kemampuan sensorik,
c. Karakteristik neuromotor atau fisik,
d. Perilaku sosial,
e. Kemampuan berkomunikasi dan
f. Gabungan dari berbagai kelainan tersebut. 9
Anak berkebutuhan khusus bukan hanya anak yang memiliki karakteristik
fisik, intelektual, sosial dan emosional yang lebih rendah tetapi mereka yang bisa
jadi memiliki intelektual lebih tinggi dari anak pada umumnya atau anak
seusianya.

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain
dan dapat hidup dengan mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan dengan
potensi yang dimiliki. Pengelompokan anak berkebutuhan khusus berdasarkan
Hasil Identifikasi antara lain:

a. Tunanetra,
b. Tunarungu dan Tunawicara,
c. Tunagrahita,
d. Tunadaksa,
e. Tunalaras,
7
Janet,W. Lerner, Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies, (USA:
Houghton Mifflin Company, 1989), h. 7
8
D. P Hallahan & J. M. Kauffman, Exeptional Children, (New Jersey: Prentice Hall, 1988), h. 5
9
S. A. Kirk & J. J. Gallagher, Educating exceptional children, (Boston: Houghton Mifflin, 1986), h.
3

6
f. Autisme (ASD),
g. ADD dan ADHD,
h. Anak Berbakat,
i. Anak lamban belajar,
j. Anak berkesulitan belajar.

D. Program Pembelajaran Individual (PPI)


1. Pengertian PPI
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan
khusus usia dini adalah dengan memberikan program pendidikan yang
diindividualkan.

Program Pembelajaran Individual (PPI) merupakan rumusan program


pembelajaran yang disusun dan dikembangkan berdasarkan hasil asesmen
terhadap kemampuan individu anak yang tergambar dalam profi l anak. PPI
merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak
berkebutuhan khusus yang bersifat heterogen, baik dalam hal jenis maupun
kemampuannya. Melalui program pembelajaran yang diindividualisasikan ini
memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat terlayani secara optimal. PPI
merupakan program yang dinamis, artinya sensitif terhadap berbagai perubahan
dan kemajuan anak. PPI disusun oleh satu tim, semuanya bertanggung jawab
terhadap program

2. Tujuan PPI
Tujuan dari Program Pembelajaran Individual adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru mengadaptasikan program umum/program khusus
bagi ABK yg didasarkan kekuatan, kelemahan, atau minat mereka.
b. Memberikan layanan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan anak usia dini.

7
c. Memberikan bantuan berupa bimbingan fleksibel terhadap anak dan
orangtua.10

3. Langkah-Langkah Merumuskan PPI


Menurut Kitano dan Kirby dalam Mulyono Abdulrrahman ada lima
langkah dalam merumuskan program pembelajaran individual:
a. Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru
bidang studi, kepala sekolah, Guru Pendamping Khusus (GPK), orang
tua atau tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi anak. Tim
PPI ini bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama.
b. Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan kebutuhan anak dari berbagai
aspek perkembangan; emosi, sosialisasi, kognitif, bahasa, fisik motorik
dan lain-lain serta program khusus.
c. Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
d. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, dan
e. Menentukan metode evaluasi yang dapat dipergunakan untuk
menentukan kemajuan anak11

10
Harris Iskandar, Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak Usia Dini Ekslusif Program
Pembelajaran Individual, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini, 2018), h. 9
11
Mulyono Abdurrahman,.Pendidikan Bagi Anak Bangsa Berkesulitan Belajar. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2005), h. 12

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi Awal dalam Pendidikan Anak Berkesulitan Belajara adalah
langkah awal dari asesmen yang dilakukan dengan cara identifikasi yakni usaha
mengenali kelainan atau penyimpangan yang ada pada anak. Untuk melakukan
identifikasi awal bisa dilakukan dengan mengetahui keluhan-keluhan dari kenalan
dekat anak seperti orang tua, guru dan teman sekelas. Identifikasi juga dilakukan
untuk mengetahui anak tersebut memiliki kelainan apa sehingga dilanjutkan
dengan asesmen yang sesuai.
Asesmen yaitu proses yang dilakukan oleh tenaga profesional seperti
terapis, dokter, dan sebagainya yang berguna agar anak dapat mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi ketika belajar dan mengatasi kelainan yang ada,
pelayanan yang diberikan pun sesuai dengan apa yang anak tersebut butuhkan.
PPI yaitu singkatan dari Program Pembelajaran Individual, jadi PPI adalah
Program pembelajaran yang sudah terkonsep dan dirumuskan yang mana berasal

9
dari hasil asesmen yang dilakukan sebelumnya. PPI berguna untuk
mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus serta dapat membantu
anak beradaptasi dengan program khusu yang diberikan.
Langkah dalam merumuskan PPI ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Membentuk tim PPI yang terdiri dari guru, kepala sekolah dan guru pendamping,
menilai kelemahan, kekuatan dan berbagai aspek perkembangan lainnya,
mengembangkan tujuannya nanti apakah dalam jangka panjang atau pendek,
merancang metode, dan menentukan metode evaluasi yang berfungsi menentukan
kemajuan anak

B. Saran
Demikianlah pembahasan tentang Asesmen dan identifikasi awal ABK,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Kedepannya kami akan lebih fokus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar kami dapat menyusun makalah yang
lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Swassing, Raymond H., Teaching Through Modality Strengths: Concepts and


Practices, Columbus: Zaner Bloser, 1979.
Suharmini, Tin, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kanwa
Publisher, 2009.
Rice, Robert W., Organizational Work and the Perceived Quality of Life: Toward
a Conceptual Model, New York: Academy Of Management, 1985.
Lerner, Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies, USA:
Houghton Mifflin Company, 1989.
Hallahan, D. P & J. M. Kauffman, Exeptional Children, New Jersey: Prentice
Hall, 1988.
Kirk, S. A. & J. J. Gallagher, Educating exceptional children, Boston: Houghton
Mifflin, 1986.
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Bangsa Berkesulitan Belajar,
Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
Iskandar, Harris, Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak Usia Dini Ekslusif
Program Pembelajaran Individual, Jakarta: Direktorat Pembinaan Anak
Usia Dini, 2018.

11
12

Anda mungkin juga menyukai