Anda di halaman 1dari 6

C.

Maisir
1. Pengertian Maisir
Secara etimologis maisir yaitu memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja
keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja. Sedangkan secara teminologis maisir
adalah sebagai berikut :
a. Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maisir adalah
transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat
untung-untungan.
b. Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia
No.10/16/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah,
maisir adalah transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan. Identik dengan maisir adalah qimar.
c. Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar dimaksudkan sebagai
permainan untung-untungan (game of chance). Dengan kata lain, yang
dimaksudkan dengan maisir adalah perjudian (gambling dan wagering).
d. Menurut Racmadi Usman, maisir adalah barang yang mengandung unsur
perjudian, untung-untungan atau spekulasi yang tinggi.
e. Menurut Ascarya, maisir adalah segala sesuatu yang mengandung unsur judi,
taruhan, atau permainan berisiko.
2. Dalil Tentang Haramnya Maisir
Judi dengan segala bentuknya dilarang dalam syariat Islam secara bertahap.
Tahap pertamo, judi merupakan kejahatan yang memiliki mudharat (dosa) lebih besar
daripada manfaatnya QS.Al-Baqarah (2): 219: “Mereka bertanya kepadamu tentang
khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bgagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “yang lebih
dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir”.
Tahap kedua, Judi dan taruhan dengan segala bentuknya dilarang dan dianggap
sebagai perbuatan zalim yang sangat dibenci. Firman Allah dalam QS. Al-Maidah (5):
90: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) Khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.
D. Haram
Barang yang diharamkan dilarang dijualbelikan. Dalam Islam, barang haram
diklasifikasikan kepada dua macam, yaitu:
1. Haram karena zat (substansi) nya, misalnya:
a. Babi, anjing, dan anak yang lahir dari perkawinan keduanya.
b. Bangkai, kecuali ikan dan belalang.
c. Binatang yang menjijikkan seperti cacing, kutu, lintah dan sebagainya.
d. Binatang yang mempunyai taring.
e. Binatang yang berkuku pencakar yang memakan mangsanya dengan cara
menerkam dan menyambar.
f. Binatang yang dilarang oleh Islam untuk membunuhnya seperti lebah, burung
hud-hud, kodok, dan semut.
g. Daging yang dipotong dari binatang halal padahal binatang tersebut masih hidup.
h. h. Binatang yang beracun dan membahayakan bila dimakan. i.
i. Binatang yang hidup di dua alam seperti kura-kura, buaya, biawak dan
sebagainya.
j. Darah, urine, feses, dan plasenta.
k. Minyak, lemak, dan tulang dari binatang telah disebutkan di atas.
l. Binatang yang disembelih bukan atas nama Allah.
m. m. Khamr (minuman keras).
Hal ini bersumber kepada:
a. Firman Allah dalam QS. Al-Bagarah (2): 173: "Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
b. QS. Al-Maidah (5): 3: "Diharamkan basimu (memakan) bangko:
Jarah?, daging babi, (daging hervan) yang disembelih atas nama stea;
Allah, vang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, don derkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya." dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah'", (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari
ini teloh Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barangsiapa terpaksa"' karena kelaparan tarpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
c. QS. Al-An'am (6): 145: "Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau
daging babi - karena sesungguhrya semua itu kotor. atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa,
sedang dia tidak menginginkannya dan tidar (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An'am
ayat 145.
Maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jaruh, yans
ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih
sebelum mati.
Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahilyan
menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah
mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil
tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Serelah ditulls masing-masing yaitu
dengan. lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
dilerakkan dalam. sebuah tempat dan disimpan dalam Ka’bah. Bila mereka
hendak melakukan sesuatu, maka mereka meminta supaya juru kunci Ka’bah
mensambil sebuah anal panat itu.
Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atayu tidak melakukan sesuatu
sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu, Kalau vang terambil anak
panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulang sekali lagi.

d. Qs. Al-An'am (6): 118-121: 118. Maka makanlah binatang-binatang (rang halal)
yang dischut nama Allah ketika menyembelihnya, jika
Rama beriman Repada ayat-ayatNya. 1 19. Mengapa kamu tidak man memakan
(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada. kanu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan
(orang lain) dengan hawa nafsu mereka tapa pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
120. Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya
orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat),
disebabkan apa yang mereka telah kerjakan. 121. Dan janganlah kamu memakan
binatang. binatang yang tidak disebut nama Allah kerika menyembelihnya.??
Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah
menjadi orang-orang yang musyrik.

e. QS. Al-Maidah (5): 90-91: 90. Hai orang-orang yang beriman. sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah termasuk perbuatan setan. Mako jauhilah perbuatan-perbuatan it
agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang: maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

f. Hadis: "Sesuatu (daging) yang dipotong/diambil dari hewan yang mash hidup
adalah bangkai " (HR. Tirmidzi).

g. Hadis: "Rasulullah Saw., melarang (memakan) setiap binatang yang mempunyai


taring dan burung yang mempunyai cakar" (HR. Muslim)
h. Hadis: “Ada lima jenis binatang fasik yang dibunuh ketika ihram yaitu tikus,
kalajengking, burung gagak, burung rajawali dan anjing gila”.(Hr.Tirmidzi)

2. Barang yang diharamkan bukan karena zat (substansi) nya, tetapi karena cara
memperolehnya dengan jalan yang diharamkan, seperti
a. Mencuri
b. Merampok
c. Begal
d. Menipu
e. Menyuap
f. Korupsi.
Hal in terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an:
a. QS. Al-Maidah (5): 38: " Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
b. QS. Al-Muthafifin (83): 1-3: "1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang2. (vaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.
c. QS. Al-Baqarah (2): 188:" Dan janganlah sebagian kamu memakar harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dar (anganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada
harta benda orang lain itu dengar (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui".
Imam Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Jilid II, hlm. 166, hlm. 839.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang
curang dalam menakar dan menimbang.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Rasulullah Saw., sampai ke Madinah,
diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk yang paling curang dalam takaran dan
timbangan. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.83:1,2,3) sebagai ancaman kepada orang-
orang yang curang dalam menimbang. Setelah ayat in turn orang-orang Madinah
termasuk orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.
(Diriwayatkan oleh an-Nasa'i dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih yang bersumber
dari Ibnu Abbas)
Ayat ini turn berkenaan dengan Imriil Qais bin 'Abis dan 'Abdan bin Asyma' al-Hadirami
yang bertengkar dalam soal tanah. Imriil Qais berusaha untuk mendapatkan

E. Zalim
Secara etimologis, zalim mempunyai arti bertindak lalim, atau aniaya, mengurangi,
menyimpang, menindas, bertindak sewenang-wenang, dan tidak adil." Secara
terminologis, zalim yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
10 Perbuatan yang mengandung kezaliman, misalnya:
1. Memakan harta anak yatim secara zalim
2. Mengurangi timbangan (takaran)
3. Jual beli paksa (ba'i al-ikrah)
4. Memakan harta orang lain secara batil
5. Memakan riba (bunga/interest)
6. Menimbun barang (ihtikar).
Hal ini terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an sebagai berikut:
1. QS. Al-An'am (6): 152: "Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Komi tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. 102
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.
2. QS. Asy-Syuara' (26): 181: "Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan".
3. QS. Asy-Syuara' (26): 182: "Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus".
tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah di dean Hakim. Ayat ini sebagai
peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang dengan jalan bathi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Jubair.)
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta: Pesantren
Kratyak,1984), hlm. 946.
Penjelasan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri.
Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.
Lihat: 36: 60, 20: 115, 16: 91 dan 2: 177.
Dalam takar-menakar dan timbang-menimbang ini, termasuk Juga ukuran.
Dan ingatlah peringatan luhan yang amat keras bags mereka yang meruglkan orang lain
sehubungan dengan ukuran. Lihat 83: 1 s/d 6.

Anda mungkin juga menyukai