Tik 2 Iss 1 Etik Legal Cultural Sensitive Amp
Tik 2 Iss 1 Etik Legal Cultural Sensitive Amp
Sensitive dan
Dilema Etis di Area
KeperawatanTIK 2 ISS 1
Gawat Darurat
Definisi Etik Legal
Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
(Amelia, 2013).
Kode etik adalah serangkaian prinsip etik yang dianut oleh anggotaa kelompok, merefleksikan penilaian moral anggota kelompok,
digunakan sebagain standar untuk tindakan professional
(Kozier, 2010)
American Nurses Association (ANA) dan Emergency Nurses Association (ENA; 2014) telah membentuk kode etik. The ANA Kode
Etik untuk Perawat (American Nurses Association, 2010) memberikan informasi yang diperlukan bagi perawat yang berlatih untuk
digunakan keterampilan profesionalnya dalam memberikan perawatan holistik yang paling efektif mungkin, seperti melayani sebagai
advokat pasien dan berusaha untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan hak-hak setiap pasien dalam keputusan akhir kehidupan,
dan ancaman kematian.
(Tscheschlog, B, A., & Jauch, A. 2015)
Hal yang harus diperhatikan dalam
emergency nursing
. .
1. Pelaksanaan Tindakan Gawat 6. Metode Dokumentasi untuk
Darurat melaporkan atau trauma spesifik
. .
Autonomi ( Kebebasan Beneficence ( meningkatkan
01 dala memilih)
02 kebaikan )
, . .
Nonmaleficence ( tidak Justice ( Keadilan) Veracity ( kejujuran)
03 membuat kerugian)
04 05
Prinsip Kode Etik
. .
Utility ( Kebaikan Fidelity ( Menepati janji)
06 bersama melampaui
keinginan dan
kebutuhan individual)
07
, . .
. . .( Sheehy, 2018)
08 09 10
Dilema Etik Gawat Darurat
Menurut Hammond & Zimmerman,
2013, Dilema etika muncul sebagai
perawat darurat sering ditempatkan
02
.
gawat darurat menangani situasi ini
mempengaruhi perawatan pasien dan
kepuasan moral perawat. Konflik
antara penyedia medis dan pasien atau
03
.keluarga, dalam keluarga, atau antara
penyedia medis sering menandakan
dilema etika.
Dilema Etik Gawat Darurat
Dilema etik dapat bersifat personal
ataupun profesional. Dilema etik sulit
dipecahkan bila memerlukan
02
.
sulit karena keduanya sama-sama
memiliki kebaikan dan keburukan
apalagi jika tak satupun keputusan
memenuhi semua criteria
03
.
(Ose, 2017)
Kerangka Penyelesaian
- Mengembangkan data dasar.
- Mengidentifikasi konflik
- Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
- Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat.
- Mendefinisikan kewajiban perawat
- Membuat keputusan
(kozier,2010)
Aspek Legal
● UU RI no 38 thn 2014 tentang Keperawatan, pasal 35 tentang keadaan darurat ayat 1-5
● UU RI No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan pasal 59 ayat (1) dan (2)
● UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit pasal 29
● Kepmenkes RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
IGD Rumah Sakit
● Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Gawat Darurat dan bencana
● UU RI No 24 thn 2007 tentang penanggulangan bencana
● Permenkes no 1234/menkes/2000/ tentang registrasi dan praktek perawat : pasal 20 ayat (1)
menyatakan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
Cultural Sensitive di Gawat Darurat
1. 2.
Pertemuan perawat Menurut
pasien memadukan Emergency
tiga sistem budaya, Nurses
yaitu: budaya . .
Association
perawat, budaya . .
diantaranya yaitu:
Association (ENA) 2018 ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu :
1.Perawat emergency bertindak dengan pengetahuan, kasih sayang, dan menghormati martabat manusia dan keunikan individu.
3.Perawat emergency mengenali dan mengintegrasikan pengetahuan tentang keragaman budaya untuk mengembangkan dan
menerapkan perawatan yang sensitif secara budaya.
4.Perawat emergency menerapkan pengetahuan yang berkaitan dengan identitas gender untuk mengembangkan dan menerapkan
perawatan inklusif gender.
5.Perawat emergency merefleksikan secara kritis nilai-nilai, keyakinan, dan warisan budaya mereka sendiri untuk memahami
efeknya pada perawatan yang aman, efektif, dan penuh hormat.
6.Perawat emergency mengadvokasi masuknya keyakinan
budaya pasien, identitas gender, dan praktek di semua dimensi
perawatan kesehatan.
Menurut Jacobs (2016) perawat wajib menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan
klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Meskipun pasien terlantar yang tidak diketahui
identitasnya, pasien tersebut tetap manusia yang dari padanya melekat seluruh tanggung
jawab perawat. (Maria Ose, 2017)
Thank you <3