Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM KERJA PERALATAN COAL HANDLING UNIT 3 PLTU


CILACAP 1x660 MW PT SUMBER SEGARA PRIMADAYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam Menyelesaikan Studi Sarjana Tehnik Mesin
Sekolah Tinggi Tehnik Wiworotomo

Oleh :
YUDA PUTRA UTAMA
NPM : 19.6.21-201.C.1176

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO
PURWOKWERTO 2023
LEMBAR PENGESAHAN AKADEMIK

PENGOPERASIAN DAN SISTEM KERJA COAL HANDLING


UNIT 3 1x660 MW

DI PT SUMBER SEGARA PRIMADAYA CILACAP


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Studi Sarjana
Program Studi Tehnik Mesin
Sekolah Tinggi Tehnik Wiworotomo Purwokerto

Disusun oleh:

YUDA PUTRA UTAMA

NPM : 19.6.21-201.C.1176

Laporan kerja praktek ini telah disetujui dan disahkan

Pada tanggal : ………………

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Drs.Nugrah Rekto Prabowo,ST.,MT. MASTUR ST.MT


NIK : 64053.02 NIK :

ii
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas Rahmat dan nikmat yang
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan
baik dan tepat waktunya. Laporan kerja praktek ini disusun berdasarkan hasil
pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktek selama satu bulan di
PT.Sumber Segara Primadaya PLTU Cilacap, yakni dimulai dari tanggal 20 Agustus
2022 sampai 19 September 2022.
Pengalaman merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar
Sehingga dengan Kerja Praktek ini diharapkan Mahasiswa mendapatkan pengalaman
didalam dunia Kerja. Selama melaksanakan Kerja Praktek dan menyusun laporan ini,
penulis banyak mendapatkan manfaat baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun
hal lain yang berkaitan dengan system kerja Perusahaan dibidang Pembangkit Listrik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan kerja praktek ini.
Laporan kerja Praktek ini merupakan salah satu syarat Akademis yang wajib,
guna menyelesaikan Studi bagi Mahasiswa jurusan Teknik Mesin di SEKOLAH
TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO PURWOKERTO sebelum menyelesaikan
Skripsi Teknik Mesin.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta Rahmat Hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Orang Tua yang telah melahirkan dan juga memberi semangat dan Doa kepada
anaknya yang sedang melaksanakan Kerja Praktek.
3. Bapak Tris Sugiarto,ST.MT selaku Rektor di kampus STT WIWOROTOMO
PURWOKERTO.
4. Drs.Nugrah Rekto Prabowo,ST.MT selaku Kaprodi STT WIWOROTOMO
PURWOKERTO yang telah membimbing kami dan memberi semangat dalam
menjalankan Kerja Praktek.

iii
5. Bapak Mastur,ST.MT selaku Dosen di kampus STT WIWOROTOMO
PURWOKERTO sebagai pembimbing laporan Kerja Praktek.
6. Bapak Irvan Rahmat selaku Direktur Teknik dan Operasi di PT.Sumber Segara
Pimadaya.
7. Mas Prima Harsa selaku Supervisi Departemen COAL HANDLING dan
pembimbing lapangan di PT.Sumber Segara Primadaya yang telah membimbing
dan memberi semangat dalam melaksanakan Kerja Praktek.
8. Bapak Mohamad Huda selaku HRD di PT.Sumber Segara Primadaya.
9. Seluruh karyawan PT.Sumber Segara Primadaya yang telah membantu dan
memberikan banyak Ilmu dan juga pengalaman.
Semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan
pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan kerja praktek ini
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran bagi semua pihak
akan sangat membantu untuk memperbaiki dalam penulisan dan pelaksanaan oleh
penulis agar kedepannya lebih baik lagi.
Cilacap, ………….. 2023

…………………………

iv
DATAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. i
KATAPENGANTAR ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..... vii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....... 1
1.1 LATARBELAKANG………………………………………………. 1
1.2 ALASAN PEMILIHAN JUDUL…………………………………... 3
1.3 ALASAN PEMILIHAN TEMPAT………………………………… 3
1.4 RUANG LINGKUP………………………………………………… 3
1.5 TUJUAN KERJA PRAKTEK……………………………………… 3
1.5.1 Tujuan umum………………………………………………… 3
1.5.2 Tujuan khusus………………………………………………... 4
1.6 WAKTU DAN LOKASI KERJA PRAKTEK……………………... 4
1.7 METODOLOGI……………………………………………………. 4
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………...... 5
BAB II SEJARAH…………………………………………………………...... 6
2.1 SEJARAH………………………………………………………...... 6
2.2 STRUKTUR ORGANISASI………………………………………. 10
2.3 TUJUAN PENDIRIAN……………………………………………. 10
2.4 LOKASI PERUSAHAAN……………………………………......... 11
2.5 LOGO, VISI DAN MISI…………………………………………... 12
2.5.1 Logo………………………………………………………….. 12
2.5.2 Visi dan Misi…………………………………………………. 12
2.5.3 Filosofi……………………………………………………….. 12
2.5.4 Budaya perusahaan…………………………………………... 13
2.6 KAPASITAS PRODUKSI…………………………………………. 13

v
BAB III PERINSIP KERJA PLTU………………………………………….... 15
3.1 PENGERTIAN PLTU……………………………………………… 15
3.2 KOMPONEN UTAMA PLTU……………………………………… 16
3.2.1 Boiler…………………………………………………………. 16
3.2.2 Turbin uap……………………………………………………. 18
3.2.3 Kondensor……………………………………………………. 19
3.2.4 Generator……………………………………………………... 19
3.3 SISTEM COAL HANDLING………………………………………. 20
3.3.1 Maintance pada coal handling………………………………... 21
BAB IV SISTEM KERJA COAL HANDLING……………………………… 23
4.1 SISTEM PENGOPERASIAN COAL HANDLING………………... 23
4.1.1 Pemeriksaan peralatan sebelum pengoperasian……………… 24
4.1.2 Langkang langkah pengoperasian coal handling…………….. 27
4.1.3 troubel shoting padda coal handling…………………………. 28
4.1.4 kendala operator saat pengoperasian coal handling…………. 29
4.2 DATA TEKNIK……………………………………………………. 29
4.3 PERALATAN COAL HANDLIG…………………………………. 32
4.3.1 peralatan utama………………………………………………. 32
4.3.2 peralatan pendukung…………………………………………. 44
4.3.3 peralatan pengaman………………………………………….. 45
BAB V PENUTUP……………………………………………………………. 48
5.1 KESIMPILAN……………………………………………………… 48
5.2 SARAN……………………………………………………………... 49
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 50
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 51

vi
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Struktur organisasi…………………………………………… 10


GAMBAR 2.2 Lokasi perusahaan…………………………………………… 11
GAMBAR 2.3 Logo perusahaan…………………………………………….. 12
GAMBAR 3.1 Gambar PLTU……………………………………………….. 15
GAMBAR 3.2 Boiler………………………………………………………… 17
GAMBAR 3.3 Turbin UAP………………………………………………….. 19
GAMBAR 3.4 Kondensor…………………………………………………… 19
GAMBAR 3.5 Generator…………………………………………………….. 20
GAMBAR 4.1 Gambar sistem control coal handling………………………... 27
GAMBAR 4.2 Motor belt conveyor…………………………………………. 35
GAMBAR 4.3 Belt conveyor………………………………………………… 36
GAMBAR 4.4 Drive pulley…………………………………………………. 37
GAMBAR 4.5 Idler atas……………………………………………………… 38
GAMBAR 4.6 Idler bawah…………………………………………………… 38
GAMBAR 4.7 Take up pulley……………………………………………….. 38
GAMBAR 4.8 Reducer………………………………………………………. 39
GAMBAR 4.9 Counter weight………………………………………………. 39
GAMBAR 4.10 Head pulley………………………………………………… 39
GAMBAR 4.11 Til pulley……………………………………………………. 40
GAMBAR 4.12 Scraper belt…………………………………………………. 40
GAMBAR 4.13 Ruberskirt………………………………………………….. 41
GAMBAR 4.14 Stracker reclaimer………………………………………….. 42
GAMBAR 4.15 Ship unloader………………………………………………. 42
GAMBAR 4.16 Buldhoser…………………………………………………… 44
GAMBAR 4.17 Exavator…………………………………………………….. 44

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

LATARBELAKANG
Kebutuhan manusia dari taun ke tahun selalu mengalami peningkatan disegala
aspek, terutama dibidang Energi. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan
membutuhkan Energi, khususnya Energi Listrik. Untuk menghidupkan lampu,
menyalakan televisi, menghidupkan alat alat rumah tangga seperti magic com dll. Bisa
dikatakana listrik itu merupakan kebutuhan khusus atau kebutuhan sehari hari manusia
untuk memudahkan kegiatan dalam bertahan hidup.
Program pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW yang direncanakan
Presiden Joko Widodo pada taun 2015 sangat strategis karena melihat kondisi
pengguna Energi Listrik yang terus meningkat. Jika dalam beberapa taun tidak ada
usaha untuk meningkatkan pasokan Energi Listrik di Indonesia maka akan terjadi
pemadaman dibeberapa wilayah karena pasokan listrik yang kurang. Jika hal ini terjadi,
maka tidak hanya kurang mendukung Aktifitas masyarakat, tetapi juga dapat
menurunkan daya saing Industri dan menghambat pertumbuhan Ekonomi Nasional.
Karena cadangan listrik yang terbatas adalah cermin ketidak mampuan pasokan dalam
mengimbangi pertumbuhan kebutuhan.
Perusahaan Tenaga Listrik menjadi dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal
agar pasokan listrik dapat dipenuhi. Di Indonesia terdapat beberapa jenis Pembangkit
Listrik yang dioperasikan, yaitu pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit
Listrik Tenaga Disel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan Energi Panas dari Uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin yang
berhubung degan generator sehingga menghasilkan listrik. PLTU Cilacap adalah salah
satu perusahaan pembangkit listrik di Indonesia yang menyuplai listrik bagian selatan

1
Jawa dan juga termasuk Jawa Bali dengan beberapa unit produksi yaitu 2x300 MW,
1x660 MW, dan 1x1000 MW. Beberapa sistem utama yang menopang proses Konversi
Energi di PLTU Cilacap ini diantara lain boiler, fan sistem, turbin uap, kondensor,
pompa boiler, generator, transformator serta unit substation yang kemudian disalurkan
kepada konsumen.
Perguruan Tinggi sebagai salah satu penerapan Ilmu Pengetahuan harus mampu
mengembangkan Mahasiswa-Mahasiswanya menuju insan yang unggul. Pelaksanaan
kegiatan perkuliahan yang diselenggarakan bertujuan untuk merangsang kemampuan
berfikir Mahasiswa. Diantaranya kemampuan analittik seperti mampu menyelesaikan
persoalan teoritis maupun persoalan lapangan. Persoalan teoritis meliputi penyelesaian
soal soal perhitungan, memecahkan masalah dengan metode rumus dan tabel, serta
menjawab fenomena yang terjadi disekitar.
Kemampuan menyelesaikan persoalan tersebut sering dilakukan dalam kegiatan
perkuliahan yang dimasukan pada mata kuliah teori. Atau juga dalam pemberian tugas
tugas. Namun untuk persoalan yang terjadi dilapangan, tentu dibutuhkan metode
tersendiri. Melakukan turun langsung ke lapangan dan melihat kondisi yang
sebenarnya merupakan langkah tepat untuk merangsang Mahasiswa. Oleh karena itu,
jurusan Teknik Mesin di STT WIWOROTOMO memberikan mata kuliah Kerja
Praktek (KP).
Pelaksanaan Kerja Praktek pada jurusan Teknik Mesin STT WIWOROTOMO
PURWOKERTO diorientasikan pada Pabrik Pabrik Industri yang bergerak dibidang
permesinan. Pemilihan Pabrik dan Industri sebagai lokasi Kerja Praktek harus
memenuhi salah satu bidang di antaranya Material, Manufaktur dan konversi Energi.
Hal tersebut bertujuan untuk supaya mahasiswa dapat mengkorealisasikan antara ilmu
pengetahuan yang dapat dalam perkuliahan dengan kondisi lapangan. Disisi lain juga
mampu memberikan wawasan luas mengenai aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh pada perkuliahan. PT.S2P merupakan salah satu perusahaan yang strategis
bagi mahasiswa yang ingin mengetahui proses produksi atau bagaimana listrik itu
dihasilkan di Indonesia.

2
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Berdasarkan dengan latar belakang diatas, kita dapat mengetahui cara
mengoperasikan mesin Coal Handling sebagaimana mestinya, oleh sebab itu sebelum
kita terjun kedalam dunia kerja lapangan kita sudah mengetahui dasar dari
pengoperasian mesin Coal Handling, juga dapat sebagai Ilmu Pengetahuan kita sebagai
Mahasiswa Teknik Mesin.

ALASAN PEMILIHAN TEMPAT


Dalam memenuhi salah satu Mata Kuliah pada Sekolah Tinggi Teknik
Wiworotomo Purwokerto, Mahasiswa diharuskan untuk melaksanakan Kerja Praktek.
Untuk pelaksanaan Kerja Praktek bisa dilakukan di Sekolah, Perusahaan, maupun
Tempat Kerja. Untuk pelaksanaan Kerja Praktek saya melaksanakan disebuah
Perusahaan dalam bidang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di
Cilacap Jawa Tengah.

RUANG LINGKUP
Pada pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis berfokus pada :
1. Proses pengoperasian Coal Handling, supaya dapat memahami cara Kerja maupun
sistem yang ada pada Coal Handling sebagai bekal Ilmu pengetahuan dalam
dunia kerja lapangan.
2. Menganalisa permasalahan yang sering timbul pada mesin Coal Handling sistem.

TUJUAN KERJA PRAKTEK


Dengan mengikuti kegiatan kerja Praktik di PLTU Cilacap, Mahasiswa
diharapkan dapat mencapai tujuan tujuan sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan Umum
a. Meningkatkan kualitas dalam proses pendidikan agar mampu memenuhi kebutuhan
dunia industri saat lulus dari perguruan tinggi.
b. Sebagai persyaratan menempuh mata kuliah Kerja Praktek (KP) Jurusan Teknik
Mesin STT WIWOROTOMO PURWOKERTO.

3
c. Mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara institusi pendidikan dan
industri.
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia industri permesinan
kepada peserta (Mahasiswa) yang mengikuti Kerja Praktek.
b. Memberikan pengalaman kepada Mahasiswa terkait pelaksanaan kerja di industri
permesinan.
c. Mendapatkan pengalaman nyata dalam konstribusinya di dunia industri.
d. Mengapresiasi mahasiswa dalam pengalamannya sebagai bagian dari proses belajar
di dunia Industri.

1.6 WAKTU, LOKASI KERJA PRAKTEK


Waktu dan tempat Kerja Praktek adalah sebagai berikut :
Waktu : 20 agustus 2022–19 September 2022
Lokasi : PLTU Cilacap PT.Sumber Segara Primadaya (S2P). Jl. Lingkar Timur desa
Karangkandri, kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

1.7 METODOLOGI
Metodologi yang digunakan pada penyusunan laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Studi Liteatur
Yaitu metode pengumpulan data dengan berdasarkan buku buku, manual atau buku
teori yang menunjang untuk menambah dan melengkapi data yang diperoleh.
2. Metode Interview
Yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data kualitatif dengan cara Tanya jawab
secara langsung, baik kepada operator atau pengawas di lapangan maupun pada
sumber yang dapat dipercaya untuk melengkapi data yang diperoleh.
3. Metode Observasi
Yaitu mengamati secara langsung obyek yang akan dihadapi untuk melengkapi data
kuantitatif serta gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terjadi, dengan
cara:
a. Pengamatan visual, yaitu dengan cara mengambil data dengan bantuan panca indra.

4
b. Pengambilan data, yaitu mendapatkan data dari ruang kontrol yang berisikan data
data monitoring suatu peralatan yang dilakukan secara berkala dengan alat bantu
untuk memonitoring suatu peralatan.
4. Keterlibatan
Yaitu kita terlibat langsung dalam lapangan sebagai wawasan dan pengalaman
kerja di lapangan, juga supaya kita dapat memahami dan melihat masalah apa saja yang
terjadi di lapangan.

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


Untuk memberi gambaran secara garis besar, sistematika penulisan laporan kerja
praktek ini terbagi atas lima bagian dan masing-masing BAB akan terurai sebagai
berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang Kerja Praktek, Alasan Pemilihan Judul, Alasan
Pemilihan Tempat, Ruang Lingkup, Tujuan Kerja Praktek, Waktu dan Lokasi Kerja
Praktek, Metode Pengambilan Data, dan Sistematika Penyusunan Laporan.
2. BAB II TINJAUAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum tentang Sejarah, Lokasi, Perkembangan Unit,
Struktur Organisasi, Visi dan Misi Perusahaan.
3. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar teori yang mencakup semua aspek Kerja Praktek di PT.S2P
PLTU Cilacap 1x660 MW.
4. BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan kerja
praktek di PT.Sumber Segara Primadaya PLTU Cilacap unit 3 1x660.MW.
5. BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari kerja praktek yang dilakukan dan saran untuk
pengembangan selanjnya.

5
BAB II
SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH DAN PROFIL


Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebelumnya telah lama
direncanakan yitu sejak persetujuan tarif listrik oleh dirjen LPE kepada PT.Citra
Kartika Daya (CKD) 15 April 1996, ditindak lanjuti penandatanganan Power Purchase
Agreement (PPA) pada tanggal 23 Desember 1996. Karena krisis moneter, rencana
pembangunan PLTU Cilacap dibatalkan melalui Kepres No.39 tahun 1996.
Setelah perekonomian membaik dan kondisi tenaga listik yang terancam krisis
ditahun 2000, rencana pembangunan PLTU Cilacap dilanjutkan kembali dengan
ditandai agreement PLN dan CKD tentang pemberian priority right (hak prioritas).
Selanjutnya, CKD pada tanggal 28 Maret 2001 menunjuk Mitsubishi Corporation
(MC) sebagai pemegang Priority Right. Namun pada tanggal 3 Februari 2003,
Mitsubishi Corporation menyatakan tidak sanggup karena persyaratan terlalu berat
khususnya pada waktu yang diberikan untuk menyelesaikan proyek yaitu 25 tahun.
Atas pengunduran Mitsubishi Corporation, PLN meminta PT.Geo Dipa Energi
(GDE) untuk mencari investor lain. GDE menawarkan kepada PT.Sumber Energi Sakti
Prima (SSP). SSP menggandeng kontraktor asal China yang berpengalaman dalam
membangun PLTU yaitu Chengda Enginering Corporation of China (CHENGDA).
CHENGDA bersedia termasuk mencarikan sumber dayanya asalkan SPP memegang
saham mayoritas di PLTU Cilacap.
Persyaratan disetujui oleh keduanya selanjutnya, GDE dan SSP mendirikan
perusahaan yang diberi tanggungjawab membangun dan mengelola PLTU Cilacap,
yaitu PT.Sumber Segara Primadaya (S2P) dan Mitsubishi Corporation mengalihkan
first priority dalam pembangunan PLTU Cilacap kepada PT.S2P. kemudian PLN dan
PT.S2P menandatangani Heads Of Agreement untuk PPA PLTU Cilacap pada tanggal
21 November 2003, dengan tarif 4,57 Sen Dollar AS/Kwh.
Sampai saat itu, PJB belum ada keterkaitan. PJB masuk pada Desember 2003
setelah RUPS PT. PLN persero menetapkan PJB sebagai salah satu pemegang saham

6
S2P menggantikan GDE yang mengundurkan diri, PLTU Cilacap mulai dibangun pada
tanggal 29 Desember 2003 ditandai dengan pemancangan tiang pertama oleh Mentri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Purnomo Yusgiantoro. Dua tahun
kemudian tepatnya pada tanggal 26 Desember 2005, dilakukan initial firing of boiler
dan pada tanggal 17 Januari 2006 dilakukan sinkronisasi dengan sistem Jamali dan
menjalani serangkaian tes elektrikal, mekanika dan sistem kontrol.
PT.Pembangkit Jawa Bali (PJB) patut berbangga hati terkait pembangunan PLTU
Cilacap. Selain tercatat sebagai proyek tercepat di Indonesia, pemerintah menjadikan
proyek pembangunan berkapasitas 2x300 MW tersebut sebagai acuan pembangunan
Infrastruktur di Indonesia, pertama di sektor ketenaga listrikan. Tidak mengherankan
jika proyek ini senilai 510 juta Dollar AS itu diresmikan sendiri oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Acara peresmian berlangsung pada hari selasa, 14 November 2006 yang dihadiri
oleh duta besar China di Indonesia, lan Lijun, sejumlah mentri, wakil MPR RI, ketua
dan anggota komisi VII DPR RI, Gubernur Jawa Tengah, sejumlah Bupati di Jawa
tengah, direksi PLN, direksi PJB serta tamu undangan. Dalam kesempatan itu, para
tokoh yang dinilai mendukung pendirian PLTU Cilacap mendapat penghargaan dari
pemerintah China. Merekalah Gubernur Jawa Tengah, Murdianto, bupati Cilacap yaitu
Yulastoro, dirut PLN Edie Widono, dirut PJB Saimudin, PT.Sumber Energi Sakti
Prima (SSP) Sukamto. Penghargaan disampaikan melalui duta besar China di
Indonesia lan lijun.
Sebelumnya penghargaan serupa diberikan oleh pemerintah Indonesia yang
pengerahannya diberikan oleh mentri ESDM, Purnomo Yugiantoro di China pada
tanggal 28 Oktober 2006. penghargaan untuk PJB diterima oleh Direktur Niaga dan
Pengembangan Usaha PJB, Susanto Purnomo, disaksikan oleh sejumlah pejabat dan
sejumlah pelaku bisnis ketenaga listrikan China.
Mentri ESDM dalam sambutannya menjelaskan bahwa pembangunan PLTU
Cilacap adalah bagian dari kerjasama yang telah disepakati dalam forum Energi
Indonesia-China (ICEF) pada taun 2005 PLTU tersebut merupakan investasi China
yang ke dua pada proyek ketenaga listikan Indonesia. Sebelunya China telah

7
membangun pembangkit listrik tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Palembang Timur,
Sumatera Selatan.
Hal serupa diungkapkan oleh presiden SBY dalam kesempatan penandatanganan
nota kesepahaman kerjasama strategis di shanghai, saya dan presiden China, Hu Jin
Tao menyatakan komitmen penuh untuk pengembangan kerjasama Energi kedepan,
ungkapnya dengan berbangga hati.
Presiden SBY menyatakan bahwa PLTU merupakan bukti tingginya minat
infestor asing menanamkan modalnya ke Indonesia keberhasilan pembangunan PLTU
tersebut bukan hanya bias mengatasi krisis Energi listrik di Jawa, Madura dan Bali
(JAMALI), dan berandil besar dalam penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM)
nasional serta mengurangi subsidi listrik tetapi juga memacu meningkatnya
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air ini.
Menurut presiden SBY, peningkatan investor asing sudah mulai terlihat dari
rencana masuknya investasi tadi dari China yang mencapai 3,56 miliar Dollar AS
hingga 4,2 Miliar Dollar AS. Karena itu, Presiden meminta kepada daerah untuk
memberikan kemudahan ijin kepada investor yang akan menanamkan modal. Aturan
yang menghambat investor harus diubah disesuaikan dengan kebijakan Nasional.
Seperti diketahui, PLTU dibangun PJB bekerja sama dengan SSP dan Chengda
dengan biaya 510 juta dolat AS atau sekitar 4,5 triliun. Dari biaya sebesar itu, 480 juta
dolar AS bersumber dari Bank Of China dalam bentuk supplier kredit, sisanya 100 juta
Dolat AS berasal dari PJB sebesar 50 juta Dollar AS dan SSP sebesar 52 juta Dolar
AS.
Pembangunan PLTU Cilacap yang bersumber di lokasi desa Kesugihan Cilacap
kec. Karangkandri, kab. Cilacap tersebut tanpa ada jaminan dari pemerintah. Menurut
mentri ESDM menyatakan bahwa ini sangat membanggakan, mengingat anggaran
Pemerintah untuk melakukan investasi di sector ketenagalistrikan sangat terbatas. Hal
sama disampaikan mentri Negara BUMN Sugiharto, ketika berkunjung ke Cilacap
pada taun 2007. Menurut beliau, pola yang dipakai untuk membangun PLTU Cilacap
merupakan jalan keluar dari persoalan keterbatasan dari dana pemerintah. Karenanya
pemerintah menjadikan sebagai role model pembangunan infrastruktur di Indonesia.

8
Pembangunan PLTU Cilacap dinilai sebagai wujud nyata sinergi antara sesame BUMN
dengan Swasta Nasional, juga antara BUMN dan investor asing. Pembangunan PLTU
Cilacap juga sejalan dengan kebijakan nasional di bidang Energi, sebagai bagian dari
upaya Nasional dalam penghematan BBM.
Disela-sela acara peresmian PLTU Cilacap, Mentri ESDM mengatakan bahwa
PLTU Cilacap masih memungkinkan untuk dikembangkan menjadi 1200 MW karena
masih tersedia lahan yang cukup luas. Penambahan kapasitas di PLTU Cilacap akan
sangat menguntungkan bagi Sistem ketenaga listrikan JAMALI, khususnya bagi sistem
transmisi dibagian selatan. Penambahan kapasitas dijalur selatan tidak ada kesulitan
untuk penambahan kapasitas tersebut, karena selain lahan tersedia, juga sudah ada
dukungan sistem dari PLTU yang sudah ada sekarang, seperti dermaga dan sarana
pengolahan air laut kata Purnomo.
Selain meresmikan PLTU CILACAP, Presiden SBY juga mesresmikan Cagar
Alam Geologi Karangsambung, Cagar Alam ini berada di wilayah kabupaten Kebumen
Wonosobo dan Banjarnegara dengan luas area sekitar 22.150 Ha. Cagar Alam Geologi
Karangsambung merupakan situs Geologi yang memiliki keunikan dan kelengkapan
Geologinya.
Satu bulan sebelumnya tepatnya pada bulan oktober 2006, presiden SBY juga
meresmikan PLTU Tanjung Jati berkapasitas 2x600 MW proyek yang mulai
dikerjakan sejak taun 2003 merupakan Pembangkit listrik yang menggunakan sekema
sewa guna usaha (LEESSORT) sedangkan kontraktor EPC dipegang oleh Semitomo
Corporation.
Selain PLTU Tanjung Jati B dan PLTU CILACAP di tahun 2006 juga telah
beroperasi PLTGU Cilegon berkapasitas 740 MW yang tediri dari turbin gas2x20 MW,
dan turbin uap (PLTU) 260 MW. PLTGU ini berlokasi didesa Margasari kecamatan
Pulau Ampel kab. Serang, Provisi Banten yang menempati area sebesar 17 Ha.
Biaya pembangunan PLTGU ini berasal dari pinjaman japan BANK For
International Corporation (JBIC) sebesar 345 juta Dolar AS. Untuk mensuplay
kebutuhan gas PLTGU Cilegon, PLN menjalin kontrak dengan gas China National
Offishore Oil Corporation. Harga juga berlaku tetap untuk jangka waktu tetap selama

9
12 tahun sebesar 2,68 juta Dolar AS/Million Metrich British Thermal Unit (MMBTU),
PLTGU tersebut pada taun 2007 mampu mengurangi BBM sebesar 420 mega liter dan
penghematan sebesar 2,2 Triliun serta dana seterusnya di perkiraan akan mengurangi
BBM sebanyak 2 juta kilo liter.
Jadi, dalam 2006 sistem ketenaga listrikan JAMALI menerima pasokan daya
sebesar 2600 MW berasal dari PLTU Cilacap 2x300 MW, PLTU Tanjung Jati B.
sebesar 2x600 MW dan PLTGU Cilegon sebesar 740 M.

2.2 STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT S2P

2.3 TUJUAN PENDIRIAN


Pada tahun 2000, pertumbuhan pesat ekonomi dan Industri Indonesia telah
memberikan tuntutan besar pada ketersediaan fasilitas dan Infrastruktur sejalan dengan
program pemerintah untuk mencapai 10.000 MW listrik di Indonesia.
PT.Sumber Segara Primadaya didirikan untuk memenuhi kebutuhan dan
memimpikan untuk menjadi pembangkit listrik independen tebaik di Indonesia. Ini
didirikan oleh PT.Sumber Energi Sakti Prima, bersama dengan PT.Pembangkit Jawa

10
Bali (PJB). Keduanya di hormati sebagai pemain berpengaruh di Industri Energi dan
Pertambangan.
Sejarah telah melihat krisis listrik China di tahun 80-an yang mengharuskan
pembangunan 30.000 MW pembangkit listrik setiap tahun selama tiga tahun berturut-
turut dengan jangka waktu yang cukup singkat. Sebagai pelajaran, PT.Sumber Segara
Primadaya bersinergi dengan baik dibidang keuangan, teknik, kontruksi dan
manajemen Sumber Daya Manusia. Hasilnya adalah pelaksanaan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap batu bara Cilacap, dengan teknologi canggih dari CECC yang secara
konsisten dan profisional bekerja dengan intensitas tinggi

2.4. LOKASI PERUSAHAAN


Letak PLTU Cilacap ini di jalan lingkar timur, desa Karangkandri, kecamatan
Kesugihan, kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Secara geografis lokasi PLTU Cilacap
memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Lingkar Timur, Kabupaten Cilacap
Sebelah Timur : Muara Sungai Serayu
Sebelah Barat : Ladang dan pemukiman penduduk

Gambar 2.2 lokasi PT.S2P

11
2.5 LOGO DAN VISI MISI PT S2P
2.5.1 Logo perusahaan

Gambar 2.3 Logo perusahaan

2.5.2 Visi dan misi


Visi : menjadi perusahaan pembangkit listrik berkinerja tinggi, berstandar Internasional
berwawasan lingkungan untuk kemajuan kehidupan umat manusia.
Misi :
1. Memproduksi tenaga listrik secara efisien dan berdaya saing dengan
mengembangkan teknologi sesuai dengan Best Practice yang dilaksanakan
diberbagai perusahaan nasional dan internasional dalam bidang pembangkit.
2. Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM untuk menghasilkan kinerja
tinggi dan kepuasan semua pemangku kepentingan.
3. Mengembangkan usaha produksi listrik yang sehat dan memiliki prospek jangka
panjang dengan mentaati peraturan dibidang perindustrian dan perniagaan,
ketentuan lingkungan, yang bersifat internasional dan kemajuan hidup manusia.
2.5.3 Filosofi
Manusia sebagai modal dasar ( human capital ). Filosofi inilah yang dianut oleh
PT.Sumber Segara Primadaya sehingga makna human resource sejak awal
bertransformasi menjadi human capital di PT.Sumber Segara Primadaya adalah
manajemen interaksi dengan kekuatan empati yang menilai serta menyerap respon
secara verbal dan non verbal. Human capital menekankan kerjasama sebagai sharing
sehingga terwujud sesuatu sinergi, bukan hanya kerjasama.

12
2.5.4 Budaya Perusahaan BERKAH
S2P adalah tekad, dan sikap yang melekat diseluruh karyawan S2P dan
afiliansinya dalam melaksanakan budaya perusahaan yaitu :
B. BAHAGIA (Be Happy)
Selalu Bahagia dan membahagiakan serta bersyukur
E. EFISIEN (Efficiency)
Selalu efisien, cermat dan berdaya guna
R. RELIABEL (Reliability)
Andal, aman, sehat, jujur dan dapat dipercaya
K. KOMPETEN (Knowlwdge, skill & Attitude)
Mengembangkan knowledge, skill dan attitude
A. ADAPTIF (Adaptive)
Selalu inovatif dan tanggap dengan perubahan
H. HARMONIS (Harmonic)
Kekeluargaan, kolaborasi, selaras dengan lingkungan

2.6 KAPASITAS PRODUKSI PT S2P CILACAP


PT.Sumber Segara Primadaya PLTU Cilacap mempunyai 3 unit yang memiliki
kapasitas masing-masing unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2x300 MW, dan unit 3 dengan
kapasitas 1x660 MW dan unit 3A dengan kapasitas 1x1000 MW dan masih dalam
perkembangan.
1. Unit 1 dan 2 (2x300 MW)
Pelaksanaan pembangunan PLTU Cilacap, bermodal ketrampilan serta teknologi
maju dari CECC membuahkan profesionalisme secara terus menerus dengan intensitas
yang tinggi. PLTU Cilacap unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2x300 MW dapat diselesaikan
dalam kurun waktu 6 bulan. Selain kecepatan dalam proses pembangunan, solusi
pembiayaan juga perlu dicatat. Pindahnya memboyong EPC kontraktor, PT.Sumber
Segara Primadaya juga menghadirkan solusi pendanaan bank of china sebesar US $408
juta dari nilai proyek US $550 juta. Solusi pembiayaan pun kemudian menjadi acuan

13
oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai proyek infrastruktur di Indonesia. PLTU
unit 1 mulai beroperasi tanggal 6 april 2006, menyusun PLTU unit 2 pada tanggal 2
september 2006.
2. Unit 3 (1x660 MW)
PLTU unit 3 dengan kapasitas 1x660 MW menggunakan teknologi supercritical
boiler dan flue gas desulpurization. Unit 3 telah beroperasi secara komersial (COD)
pada 10 Juni 2016 dan semenjak itu mendukung sistem kelistrikan Jawa Bali melalui
jaringan transmisi 500 KV (SUTET), setelah penandatanganan PPA pada bulan Januari
2013, dilanjutkan kemudian dengan pemancangan tiang pertama (ground breaking)
dan dimulailah pembangunan unit 3 yang seluruh pelaksanaannya dapat selesai 4 bulan
lebih cepat dari yang telah direncanakan sebelumnya 26 bulan. Hal ini dapat terwujud
karena pengalaman PT.Sumber Segara Primadaya dalam membangun dan menjalankan
PLTU unit 1 dan 2 sebelumnya.
3. Unit 3A expansi (1x1000 MW)
Untuk mendukung program pemerintah yakni infrastruktur ketenaga listrikan
35.000 MW, perusahaan berpartisipasi dengan mengembangkan proyek expansi
1x1000 MW. Proyek ini sudah beroperasi 50-60 %, untuk proyek ini memasang
peralatan utama buatan China dengan teknologi yang lebih efisien dan ramah
lingkungan dengan penggunaan boiler ultra supercritical. Sedangkan balance of plant
dari proyek ini memasang juga peralatan dari dalam Negri, Jepang, Eropa dan Amerika.

14
BAB III
PERINSIP KERJA PLTU

3.1 PENGERTIAN PLTU


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan
energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang seporos dengan turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap
menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta
MFO untuk start up awal.

Gambar 3.1 Gambar PLTU Cilacap

Sistem kerja PLTU menggunakan bahan bakar minyak HSD (solar) dan gas alam.
Kelebihan dari PLTU adalah daya yang dihasilkan sangat besar. Konsumsi energi pada
peralatan PLTU bersumber dari putaran turbin uap. PLTU adalah suatu pembangkit
yang menggunakan uap sebagai penggerak utama (prime mover). Untuk menghasilkan
uap, maka haruslah ada proses pembakaran untuk memanaskan air. PLTU merupakan
suatu sistem pembangkit tenaga listrik yang mengkonversikan energi kimia menjadi
energi listrik dengan menggunakan uap air sebagai fluida kerjanya, yaitu degan
memanfaatkan Energi Kinetik Uap untuk menggerakan proses sudu-sudu turbin
menggerakan poros turbin, untuk selanjutnya poros turbin menggerakan generator

15
yang kemudian dibangkitkannya energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan akan
menyuplai alat-alat yang disebut beban.

3.2 KOMPONEN UTAMA PADA PLTU


PLTU merupakan mesin pembangkit thermal yang terdiri dari komponen utama
dan komponen bantu (sistem penunjang) serta sistem-sistem lainnya.
Komponen utama terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Boiler (ketel uap)
2. Turbin uap
3. Kondensor
4. Generator
3.2.1 Boiler (Ketel Uap)
Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana tertutup yang didalamnya berisi air untuk
dipanaskan. Energi panas dari uap air keluaran boiler tersebut selanjutnya digunakan
untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas ruangan, mesin
uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk
mengkonversi energi kimia yang tersimpan didalam bahan bakar menjadi energi panas
yang tertransfer ke fluida kerja.
Bejana bertekanan pada boiler umumnya menggunakan bahan baja dengan
spesifikasi tertentu yang telah ditentukan dalam standard ASME (The ASME Code
Boilers), terutama untuk penggunaan boiler pada industri-industri besar. Dalam sejarah
tercatat berbagai macam jenis material digunakan sebagai bahan pembuatan boiler
seperti tembaga, kuningan, dan besi cor. Namun bahan-bahan tersebut sudah lama
ditinggalkan karena alasan ekonomis dan juga ketahanan material yang sudah tidak
sesuai dengan kebutuhan industri.
Panas yang diberikan kepada fluida didalam boiler berasal dari proses pembakaran
dengan berbagai macam jenis bahan bakar yang dapat digunakan, seperti kayu,
batubara, solar/minyak bumi, dan gas. Dengan adanya kemajuan teknologi, energi
nuklir pun juga digunakan sebagai sumber panas pada boiler.

16
Gambar 3.2 Boiler

Boiler sendiri memiliki 3 jenis sesuai dengan kapasitas produksi pada pembangkit itu
sendiri.
Macam-macam boiler :
1. Boiler subcritical
Yaitu phase yang terbentuk didalam boiler masih homogen (masih bisa dibedakan
antara cair dan uap), sehingga tipe ini masih membutuhkan steam drum untuk
memisahkan kedua phase tersebut untuk lanjut dipanaskan sehingga menjadi super
heatred steam yang digunakan untuk memutar sudu turbin.
2. Boiler supercritical
Boler supercritical ini yang sering digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap, dan boiler jenis ini juga digunakan pada PLTU Cilacap pada unit 3 1x660 MW.
dinamakan supercritical karena beroperasi pada posisi kritis yaitu diatas
3.200Psi/220,6 Bar. Berbeda dengan boiler superheater yang membutuhkan suatu alat
untuk memisahkan antara uap air dengan campuran uap dan air (biasa disebut steam
drum), boiler supercritical tidak memerlukannya. Selama proses pembentukan uap air
tidak akan terbentuk gelembung-gelembung uap (bubbles), karena tekanan air berada
diatas tekanan kritisnya yang masih mungkin terbentuk gelembung uap. Hal ini
menyebabkan penggunaan bahan bakar yang jauh lebih sedikit dan efisien, dan
selanjutnya mengakibatkan produksi gas buang CO2 menjadi berkurang. Sebenarnya
istilah boiler tidak tepat digunakan pada boiler supercritical, karena pada proses

17
pembentukan uap air yang tidak terjadi proses boiling/mendidih didalamnya. Sehingga
boiler supercritical lebih dikenal dengan sebutan supercritical steam generator.
3. Boiler Ultra Super Critical
Teknologi Ultra Super Critical mampu meningkatkan efisiensi pembangkit listrik
melalui proses pengaturan tekanan dan suhu uap yang masuk kedalam turbin. Ketika
tekanan dan suhu semakin tinggi, maka tingkat efisiensi akan menjadi semakin tinggi
dan membuatnya semakin rendah emisi karbon. Teknologi Ultra Super Critical (USC)
mampu meningkatkan efisiensi sebesar 1,6% dibandingkan non USC. Hal inilah yang
tengah gencar diterapkan di beberapa PLTU di Indonesia dimulai dari PLTU Jawa 7
yang berlokasi di Serang, Banten dan akan dilanjutkan ke beberapa PLTU lainnya.
PLTU tersebut juga merupakan PLTU terbesar di Indonesia saat ini dengan total
kapasitas produksi sebesar 2×1000 megawatt MW.
Komponen utama boiler terdiri dari : wall tube, main drums, primary superheater,
secondary superheater, reheater dan economizer. Sedangkan komponen pendukung
terdiri dari : forced draft fan, MFO heater, air preheat coil, air heater, burner, gas
recurcilating fan, soot blower dan safety valve.
3.2.2 turbin uap
Turbin Uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin langsung atau dengan
bantuan elemen lain, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakan. Tergantung dari
jenis mekanisme yang digerakan turbin uap dapat digunakan pada berbagai bidang
industri, seperti untuk Pembangkit Listrik.

18
Gambar 3.3 Turbin Uap

3.2.3 kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan untuk
mengubah uap menjadi zat cair (air). Dapat juga diartikan sebagai alat penukar kalor
(panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida. Dalam pengunanya
kondensor diletakan diluar ruangan yang sedang didinginkan.

Gambar 3.4 kondensor

3.2.4 Generator
Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui perubahan
energy mekanik menjadi energi listrik. Generator bekerja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, yaitu dengan memutar suatu kumparan dalam medan magnet

19
sehingga timbul gagal induksi. Generator mempunyai dua komponen utama, yaitu
bagian yang diam (stator) dan bagian yang bergerak (rotor). Rotor terhubung dengan
poros generator yang berputar dipusat stator. Poros generator biasanya diputar
menggunakan usaha luar yang berasal dari turbin, baik turbin air atau turbin uap dan
selanjutnya berproses menghasilkan arus listrik.

Gambar 3.5 Generator

3.3 COAL HANDLING SISTEM


Pada PLTU, Coal Handling Sistem merupakan salah satu sistem yang sangat
penting dalam proses produksi. Tugas utamanya adalah mengatur pasokan batu bara
yang masuk dari kapal vessel ke coal yard (stacking) serta mensuplay batu bara dari
Coal Yard atau Jetty ke Coal Bunker (fetching). PLTU Cilacap mendapat pasokan batu
bara dari Kalimantan dan Sumatra yang di angkut menggunakan kapal Vessel. Atau
biasanya bisa melalui jalur darat yaitu dari pelabuhan Tanjung Intan yang diangkut
menggunakan truk lalu disalurkan menuju PLTU. Untuk dalam satu sif bisa mengisi
bunker sampai dengan 2300 ton/sif dan untuk satu sift bisa mengisi Coal Yard sampai
2800 ton/sift.
Coal Handling terdiri dari 3 bagian area antara lain :
1. Unloading Area
Ditempat ini biasanya coal handling system diterapkan untuk memudahkan
beberapa aktivits yang ada. Bila kita lihat secara tempat unloading area ini mencakup
dermaga, dermaga SU, SPJ atau yang kita kenal dengan semi permanent jetty, dan

20
tempat yang terakhir adalah SPOJ atau semi permanent oil jetty. Dimana beberapa
tempat tersebut sangatlah berkaitan erat dengan area pengemasan suatu barang.
2. Coal Stock Area
Sistem ini juga diterapkan didalam area yang difungsikan untuk menyimpan
stock-stock yang ada. Sistem ini tentu sangatlah berperan penting dalam berbagai
aktivitas yang terdapat didalam area ini. Dan berikut adalah beberapa tempat yang
mencakup coal stock area seperti Stacker, Reclaimer, Underground, Teleschopic.
Tempat-tempat diatas tentu sangatlah berkaitan erat dalam coal stock area, yang
dimana memegang teguh Sistem Coal Handling ini.
3. Coal Bunker Unit
Tempat ketiga sekaligus tempat terakhir adalah di coal bunker unit dimana
biasanya hal ini berkaitan dengan proses bunker-bunker dalam dunia industri yang ada.
3.3.1 Maintance pada Coal Handling System
Maintance merupakan serangkaian kebijakan yang diperlukan untuk
mempertahankan atau mengembalikan suatu barang dalam keadaan operasional yang
efektif.
Maintance dibagi dalam beberapa kelompok antara lain :
1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintance)
pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kerja
peralatan agar bekerja optimal sesuai umur teknis yang telah ditentukan oleh pabrik
produksi alat tersebut.
2. Pemeliharaan prediktif (prediktif maintance)
Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan atas dasar hasil
diagnosis (condition monitoring). Melalui kajian failure analisis berdasarkan
timbulnya gejala kerusakan yang dapat diketahui secara dini, sehingga pemeliharaan
dapat dilakukan tepat sebelum kerusakan atau gangguan terjadi.

21
3. Pemeliharaan korektive (corektive maintance)
Pemeliharaan korektive adalah pemeliharaan rutin yang dilakukan atas dasar
terjadinya kegagalan fungsi dari suatu peralatan. Tindakan perbaikan selalu diawali
dengan laporan kerusakan atau gangguan pada peralatan.
4. Pemeliharaan darurat (emergency maintance)
Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang harus segera dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan dengan akibat lain yang lebih serius, pemeliharaan ini
dilakukan pada saat unit mengalami force auntage sehingga penanganan kerusakan
harus segera dilakukan dengan prioritas tinggi, kriterianya sebagai berikut :
1. Gangguan peralatan yang membahayakan keselamatan kerja atau instalasi (safety)
2. Gangguan peralatan yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
3. Gangguan peralatan sehingga unit mengalami penurunan (derating).

22
BAB IV
SISTEM KERJA ALAT COAL HANDLING

4.1 PENGOPERASIAN SISTEM COAL HANDLING


Coal Handling System merupakan sistem penanganan batu bara dari kapal
tongkang menuju Coal Bunker atau juga dari Coal Yard menuju Coal Bunker. PLTU
Cilacap mendapat pasokan batu bara dari Kalimantan dan Sumatera yang diangkut
menggunakan kapal Tongkang.
Keperluan batu bara yang digunakan dalam proses produksi sekitar 152 ton/jam.
Sistemnya pendistribusian bisa menggunakan 2 cara yaitu dengan menggunakan kapal
tongkang yang berkapasitas antara 7000 ton sampai 10.000 ton dan menggunakan
kapal vessel yang berkapasitas 40000 ton. Untuk kapasitas 7000 ton sampai 10.000 ton
dibongkar di Jetty PLTU cilacap dan untuk kapasitas 40.000 ton dibongkar di
pelabuhan Tanjung Intan yang kemudian diangkut menggunakan truk pegangkut batu
bara.
Dalam Coal Handling sistem semua peralatan yang ada dioperasikan di CCR
(Central Control Room). Dalam proses operasi operator CCR akan berkordinasi
dengan operator yang berada dilapangan, karena dalam proses area kerja dan peralatan
harus steril dari benda-benda asing atau manusia yang bisa saja menghambat dalam
proses operasi.
Terdapat tampilan monitor DCS (Distributed Control System) dalam Coal
Handling System. Yang mensuplay batu bara dari ship unloader dan Stracker Reclame
menuju bunker. Terdapat pula system current pada DCS Coal Handling sistem dalam
bentuk grafik yang berfungsi untuk mengetahui banyaknya muatan didalam Conveyor,
Didalam tampilan monitor DCS Coal Handling sistem juga terdapat alarm untuk
mengetahui jika ada kendala pada mesin.
Terdapat pula tampilan current pada DCS Coal Handling sistem yang berbentuk
grafik yang berfungsi untuk mengetahui beban batu bara yang ada pada Conveyor
Biasanya grafik tersebut akan naik dan turu dengan beban batu bara yang ada pada
Conveyor tersebut.

23
Pengoperasian Coal Handling sistem memiliki 2 mode yaitu manual dan auto
matic. Untuk mode manual dimana Belt Conveyor dirunning sendiri-sendir. Mode
manual sendiri akan digunakan jika mode auto sedang mengalami kendala.
Yang kedua adalah mode automatic, mode auto ini tidak seperti mode manual karena
ketika mode manual mengoperasikan belt Conveyor secara satu persatu maka mode
auto setiap Belt Conveyor terindeksi antara satu dengan yang lainnya, jika ada kendala
pada sIstem operasi itu sendiri maka ketika salah satu Belt Conveyor tersebut disetop
maka otomatis Belt Coveyor yang lain akan ikut stop juga. Untuk mode auto ada 2
yaitu :
1. Mode Auto dari Stacker Reklaimeer
Mode ini biasanya biasa digunakan untuk fecting (pengisian batu bara ke bunker)
dan stacking (pengisian batu bara ke Coal Yard).
2. Mode Auto dari Ship Unloader
Yaitu proses pembongkaran batu bara dari tongkang. Bias dialirkan menuju Coal
Yard (stacking) ataupun menuju Bunker (fecting).
4.1.1 Pemeriksaan Peralatan Sebelum Pengoperasian
berikut macam-macam pemeriksaan yang dilakukan paada peralatan yang berada
di Coal Handling Sistem:
1. Static Chek
a. Catatan operasi sift sebelumnya harus dikonsultasikan untuk memahami kondisi dan
mode operasi peralatan saat mengambil alih sift.
b. Pastikan bel alarm, telepon, buku catatan, penerangan, peralatan, meja dan kursi,
kaca pintu dan jendela serta peralatan pemadam kebakaran pos ini dalam keadaan
baik.
c. Peralatan tidak boleh dalam kondisi berbahaya bagi manusia (termasuk personel
pemeliharaan peralatan atau personel lainnya) atau keselamatan peralatan sebelum
siap untuk dinyalakan.
d. Pastikan tidak ada benda asing diatas atau dibawah belt conveyor, fenomena seperti
kerusakan, goresan dan keausan yang parah tidak boleh terjadi pada sambungan atau
komponen lainnya.

24
e. Pastikan saluran batu bara halus, tidak menempel dengan batu bara yang menumpuk
disekitarnya. Tidak ada keausan atau pembukaaan las pada saluran batu bara, juga
tidak ada akumulasi batu bara pada roler dan ider.
f. Pastikan semua ider dan roll dalam kondisi baik, dan rangka logam dari seluruh
mesin dan ider harus dalam kondisi baik.
g. Minyak pelumas untuk bantalan harus cukup dan bersih dan tingkat minyak
pengurang kecepatan dan kopling cairan harus ditunjukan dalam kisaran normal.
h. Coupling dan baud pada motoran, pengurangan kecepatan, kopling, rem, penahan
dan rangka harus lengkap tanpa kerusakan dan kuat tanpa kendor. Kabel motor harus
kuat dan dalam kondisi sempurna.
i. Rel pelindung disamping Belt Conveyor dan berat keseimbangan harus dalam
kondisi sempurna dan tidak rusak.
j. Harus mudah untuk memompa air degan pompa, katup dibagian yang berbeda harus
fleksible dan nyaman untuk digunakan dan kebocoran tidak boleh terjadi disetiap
bagian pompa.
k. Semua perangkat harus dalam kondisi sempurna tanpa kerusakan.
l. Operator harus memberi tahu pemimpin shift tentang level batu bara di bunker batu
bara dan memferifikasi keakuratan sinyal level batu bara.
m. Pastikan lapangan cukup terang dan peralatan penerangan lengkap.
n. Setelah shut down, semua pealatan harus diperiksa apakah mereka berhenti berjalan
secara sinkron dengan belt. Pastikan semua peralatan (terutama termasuk dust
collector, magnetic dan vibrator) dalam kondisi baik dan tidak rusak.
o. Pastikan sensor pelindung dan kontak control dalam kondisi baik dan tidak rusak.
p. Electric Coal Ploughs harus diangkat dan diletakan dengan lancar tanpa ada
halangan.
q. Pastikan pelat tumpahan batubara karet pada bak pemandu batu bara tidak terlalu
aus, dan posisinya benar tanpa terpuntir diluar sabuk penanganan batu bara.
r. Coupling dan Fluida Coupling harus dilengkapi dengan penutup pengaman. Penutup
pengaman harus lengkap dan dipasang dengan kuat.

25
s. Tidak boleh ada rembesan air yang parah atau aliran air yang berdampak buruk pada
pengoperasian peralatan yang aman di Belt Conveyor bawah tanah.
t. Periksa apakah perlintsannya mulus, tanpa menumpuk benda asing dan halangan
lainnya, dan apakah peralatan di lapangan dan kebersihan tanah sudah sesuai dengan
persyaratan.
u. Penjaga lokasi (operator) harus memverivikasi kesesuaian hasil pemeriksaan
dengan dengan catatan.
2. Dynamic check
Untuk beberapa perralatan, dapat diperiksa apakah kondisi abnormal atau
kesalahan hanya ada setelah peralatan dinyalakan. Setelah konfirmasi tidak ada batu
bara di sabuk dan tidak ada operator diluar, dan selesainya pemeriksaan statis dengan
hasil bahawa peralatan sesuai dengan kondisi startup, belt sinyal dapat dibunyikan
untuk melakukan pemeriksaan dinamis.
1. Dengarkan peralatan untuk melihat apakah ada suara dan bau yang tidak normal.
2. Amati peralatan untuk melihat apakah ada fenomena asap yang tidak normal, poros
yang salah sambung, penyimpangan selip dan sobek.
3. Sentuh peralatan seperti motor dan peredam kecepatan (dilarang keras menyentuh
bagian yang berputar atau bagian yang dialiri listrik) untuk melihat apakah suhunya
normal atau tidak.
4. Menurut sistem verivikasi dan pengujian berkala, uji peralatan pelindung dan
bekerja sama dengan penjaga kontrol program untuk melihat apakah digerakan
secara akurat atau tidak.
5. Shift terkait dengan shift tugas setelah pemeriksaan sabuk dan peralatan
aksesorisnya, sehingga pemimpin shift dapat Site watch keper harus melaporkan
hasilnya kepada pemimpin memahami kondisi di lapangan. Pemimpin berikutnya
memilih mode operasi.

26
4.1.2 Langakah pengoperasian Coal Handling

Gambar 4.1 Sistem pengoperasian Coal Handling

1. Secara Automatic
Klik flow select diagram produksi secara berurutan form destination to source,
klik Quit untuk keluar dari setiap dialog box. Klik alarm reset dan auto start. Belt
Conveyor running secara berurutan dari destination to source, sehingga line berwarna
merah.
Stop: Pastikan tidak material batu bara pada line Belt Conveyor yang akan disetop,
Klik flow select diagram produksi produksi secara berurutan from source to destination
(line berubah menjadi warna merah tua/coklat tua). Klick alarm reset dan klick auto
stop. Belt Conveyor akan berhenti secara berurutan dari source to destination.
2. Secara Manual
(Diagram untuk union ke line Conveyor yang sudah dalam kondisi running Start)
Klik follow select, klik satu persatu equipment belt yang akan di running, klick alarm
reset dan auto start. Stop : Pastikan sudah sudah tidak ada coal / material batu bara
diatas belt conveyor yang akan distop. Klik flow select diagram produksi secara
berurutan from source to destination (line berubah warna dari merah menjadi merah
tua atau coklat tua). Klik alarm reset dan klik auto stop. Belt Conveyor berhenti secara
berurutan dari source to destination.

27
3. Scara Manual
Digunakan untuk mengoperasikan common equipment satu persatu Start : Klik
equipment yang akan dirunning, klik start sehingga signal equipment tersebut berubah
warna hijau menjadi warna merah terang. Stop : Klik equipment yang akan distop, klik
stop sehingga warna signal equipment tersebut berubah warna dari merah ke hijau /
posisi standby.
4. Secara Local
Digunakan untuk running test setelah repair equipment Belt Conveyor, atau
digunakan apabila signal equipment belt tidak muncul dilayar HMI DCS. Start :
Dengan cara mengubah switch position dari remote ke local, dan tekan alarm 10 detik
kemudian tekan tombol start untuk running Belt Conveyor. Stop : Tekan tombol stop
untuk berhenti.
5. Pengisian Coal Bunker
Select Coal Bunker yang akan diisi Klick two side plough pada bunker yang akan
diisi, select manual position klick down untuk pengisian bunker dan apabila sudah
penuh klick Up dengan memperhatikan level bunker dilayar monitor computer DCS
dan kamera CCTV.
4.1.3 Trouble shoting pada Coal Handling System
Trouble shouting sering diterapkan untuk memperbaiki produk atau proses yang
gagal pada mesin atau sistem. Ini adalah pencarian logis, sistematis untuk sumber
masalah, untuk memecahkannya dan membuat produk atau proses operasional
kembali. Pemecahan masalah diperlukan untuk mengidentivikasi gejala.
Ada beberapa trouble shoting yang terjadi pada unit 3 PLTU Cilacap 1x660 MW
dan operator mengambil tindakan cepat supaya mesin atau system bisa berjalan
kembali dengan normal. Jika terjadi masalah seperti trouble shoting pada Conveyor
otomatis operator mengambil tindakan untuk mematikan semua jalur. Dan kembali
menggunakan jalur line A agar batu bara yang menuju Bunker berjalan terus tidak
berhenti.

28
4.1.4 Kendala operator saat pengoperasian Coal Handling System
Ada beberapa kendala saat pengoperasian Coal Handling Sistem yang dialami
operatror yaitu :
1. Kendala hujan menyebabkan Conveyor jogging (tidak stabil).
2. Pada saat kondisi hujan batu bara basah dan terjadi pengeblockan di Cute.
3. Ship unloader sering flashing.
4. Stracker Reklamer sering terjadi trip (mati secara tiba-tiba) saat travel.
5. Terdapat proteksi yang sudah tidak berfungsi.
Solusi jika terjadi kendala saat pengoperasian coal handling system yang dialami
operator yaitu :
1. Maintance pada Conveyor jikalau terlalu banyak batu bara yang keluar dari jalurnya.
2. Pengontrolan secara rutin pada bagian cuternya saat pengoperasian.
3. Memakai salah satu stracker reclaimer jikalau terjadi kendala dan salah satunya
standby, jikalau salah satu reclaimer mengalami kendala sewaktu-waktu bisa
berganti ke Stracker Reclaimer yang satunya.
4. Sistem proteksi difungsikan kembali apabila terjadi kerusakan diperbaiki supaya
bisa berjalan dengan semestinya.

4.2 DATA TEKNIK


Adapun data spesifikasi yang terdapat pada Coal Handling Unit 3 1x660 MW :
1. Belt C 13A/B
Belt Width : 1200 mm
Capasity : 800 T/H
Speed : 2.50 M/s
Length : 214.150 M
Belt Conveyor : Type St. 630 Ø 3 ( 5+5 ) Fire Resistant
Motor : Type Y355M-4, 185 KW
Reducer : Type DCY 500 – 25
2. Belt C 12A/B
Belt Width : 1200 mm

29
Capasity : 800 t/h
Belt Conveyor : EP4 800 4.5+1.5 Type EP 200
Speed : 2.5 m/s
Length : A: 165 m B: 171 m
Motor : Type Y315M-4 ,P = 315 KW
Reducer : DCY400 – 25
3. Belt C 11A/B
Belt Width : 1200 mm
Capasity : 800 t/h
Belt Conveyor : EP 4 800 ( 4.5 + 1.5 ) Type Fire Resitant
Speed : 2.50 m/s
Length : LA : 110.910 m, LB : 104.910 m
Motor : YE3-315 4 ,P = 132
Reducer : DCY400-25
4. Belt C10 A/B
Belt Width : 1400 mm
Capasity : 1500 t/h
Belt Conveyor : EP 4 800 ( 4.5 + 1.5 ) Type Fire Resistant Belt
Speed : 3.15 m/s
Length : 109.56 m
Motor : Y315L1-4,P = 160 KW
Reducer : DCY450 - 20
5. Belt C 15
Belt Width : 1400 mm
Capasity : 1500 t/h
Belt Conveyor : EP 4 800 ( 4.5 + 1.5 ) Type Fire Resistant Belt
Speed : 3.15 m/s
Length : 224.65 m
Motor : Y315L1-4, P : 2X90 KW
Reducer Type : DCY 450-20

30
6. Belt C 14
Belt Width : 1400 mm
Capasity : 1500 t/h
Belt Conveyor : EP 4 800 ( 4.5 + 1.5 ) Type Fire ReSISTant Belt
Speed : 3.15 m/s
Length : 224.65 m
Motor Type :YE315L1- 4, P = 2X90 KW
Reducer Type : DCY 450 - 20
7. Belt J 4 A/B
Belt Width : 1400 mm
Capasity : 1500 t/h
Belt Conveyor : BW 1400 ST 1000 ( 6.0+6.0) Type Fire Resistant Belt
Speed : 3.15 m/s
Length : 224.65 m
Motor : YXKK450 - 4,P = 560 KW, 380 KW, 10 Kv n = 1480 rpm
Reducer : DCY450-20
8. Belt J 3 A
Belt Width : 1800 mm
Capasity : 3000 t/h
Belt Conveyor : BW 1800 ST 800 ( 5.0+5.0) Type Fire Resistant Belt
Speed : 3.15 m/s
Length : 290.428 m
Motor : YXKK450 3- 4 TH, P = 560 KW
Reducer : DCY560-25
9. Belt J 2
Belt Width : 1800 mm
Capasity : 3000 t/h
Belt Conveyor : BW 1800 ST 1000 ( 6.0+6.0) Type Fire Resistant Belt
Speed : 3.15 m/s

31
Length : 252.525 m
Motor : YKK400 3-4 TH, P = 560 KW
Reducer : DCY560 - 25 Cooling Device

4.3 PERALATAN COAL HANDLING


Secara sederhana perinsip kerja conveyor adalah memindahkan material dari suatu
tempat ke tempat lain. Berikut ini penjelasan lengkap mengena prinsip kerja dan cara
kerja conveyor :
1. Drive unit menggerakan pulley (katrol) sehingga membuat pulley dan belt
menimbulkan gaya gesek.
2. Gaya gesek antara pulley dan belt membuat belt bergerak kea rah putaran katrol.
3. Kecepatan gerak belt diatur oleh gerakan katrol dan centering device agar tetap pada
kecepatan yang diinginkan.
4. Setelah belt bergerak dengan normal dan constant maka material ditumpahan diatas
belt pada titik awal pemutaran.
5. Belt membawa material dari titik pemuatan sampai ke titik selanjutnya untuk
menumpahkan / mencurahkan material.
6. Tempat material ditumpahkan diatur oleh tripes agar material ditumpahkan pada
media yang seharusnya.
7. Setelah material ditumpahkan maka sisa-sisa material yang ada pada belt
dibersihkan oleh Belt Cleaner.
Dalam Coal Handling sistem peralatan yang digunakan dibagi dalam beberapa
macam yaitu :
4.3.1 Peralatan utama
1. Conveyor Belt
Pada dasarnya Belt Conveyor memiliki bentuk yang sederhana. Seperti namanya
Conveyor Belt dilengkapi dengn adanya sabuk yang dapat menahan benda-benda padat
saat diangkut. Belt atau sabuk terbuat dari berbagai macam jenis tergantung dari sifat
benda yang akan diangkut. Misalnya untuk mengangkut bahan-bahan panas, maka
diperlukan belt yang terbuat dari logam sehingga dapat tahan terhadap panas.

32
Karakteristik Belt Conveyor :
a. Berkapasitas tinggi
b. Kapasitasnya dapat diatur
c. Mampu beroperasi mendatar atau miring.
d. Sabuk ditahan oleh plat roler Conveyor sehingga aman untuk membawa bahan
e. Bersifat continue
f. Bisa naik turun
g. Perawatan Belt mudah

Pada Belt Conveyor terdapat alasan kegagalan dan penanganan umum, antara lain :
Table 4.1 Alasan kegagalan dan penanganan umum pada Belt Conveyor
kegagalan Alasan Solusi
Belt deviation Pulley yang menempel pada batubara Bersihkan batu bara
atau sambungan belt tidak sejajar dan bersihkan belt lagi
dengan benar.
Pusat belt atau pulley dan Sesuaikan pulley dan
pegangannya tidak terpasang dengan penyangganya
baik.
Idler terjatuh Pasang idler dan
kencangkan
penyangganya
Belt sliping ada minyak dipermukaan belt Bersihkan minyak pada
sehingga belt dan pulley tidak pulley
berfungsi
beban pada belt conveyor berlebihan Kurangi beban pada
belt
Belt tidak cukup kencang Kencangkan
perangkatnya

33
Belt terhalang atau macet Matikan mesin dan
perbaiki terlebih
dahulu
Shutdown Overload Kembalikan thermal
otomatis Belt couple dan nyalakan
Conveyor mesin kembali
Sekring meleleh Ganti sekring
Sentuh saklar kabel Tarik secara tidak Nyalakan kembali
sengaja mesin
Interlocked trips Cari tahu penyebab dan
nyalakan kembali
mesin setelah di
perbaiki
Belt Conveyor Kehilangan daya pada motor belt Matikan mesin dan beri
tidak dapat di start tahu operator untuk
memperbaiki
Minyak pelumas untuk coupling Tambahkan
tikdak cukup minyaknya
Tergelincirnya antara drive pulley Perbaiki kerusakan
dan belt penyebab
tergelincirnya
Upper Ider Poros aus Ganti idler
terjatuh Dipengaruhi oleh blok batu bara besar Jika ada kesulitan
dan benda asing mintalah perbaikan
kepada teknisi
Kecepatan fluid Minyak tidak cukup Tambahkan minyak ke
Coupling tidak ketinggian yang
dapat mencapai ditunjukan oleh
target timbangan

34
Minyak untuk fluida coupling bocor Ubah komponen
penyegelan dan
selesaikan masalah
kebocoran oli
suhu peredam Peredam kecepatan kekurangan oli Tambahkan oli atau
kecepatan naik, atau di isi oli secara berlebihan kurangi oli ke skala
bergetar kencang yang di tunjukan oleh
dan suaranya penyesuaian ukuran oli
tidak normal Bantalan rusak atau gigi gir rusak Matikan mesin dan beri
tahu operator untuk
menangani masalah
tersebut
Minyak pelumas menjadi buruk Matikan mesin dan
ganti olinya

Bagian-Bagian yang terdapat pada conveyor :


1. Motor Belt Conveyor
Memiliki fungsi sebagai penggerak utama Belt Conveyor. Dalam
pengoperasiannya dihubungkan dengan gear box dan fluid coupling.

Gambar 4.2 Motor Belt Conveyor

35
2. Belt
Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa material batu bara dan
meneruskan gaya. Conveyor Belt ini memiliki karakteristik tersendiri sebagai alat yang
berguna untuk manusia yaitu :
a. Dapat digunakan dalam posisi horizontal (mendatar) ataupun diagonal (miring)
dengan sudut yang maximum.
b. Sabuk dari Conveyor Belt ini disanggah menggunakan plat roller yang berfungsi
untuk membawa material.
c. Kapasitas yang bias diangkut oleh conveyor belt ini tinggi dan juga banyak serta
dapat diatur.
d. Dapat digunakan berbaagai jenis pekerjaan pengangkutan unit sehingga dapat
dikatakana serbaguna.
e. Dapat naik turun dan juga bersifat kontinuitas atau dapat digunakan berkelanjutan.
Perawatan dari alat ini juga mudah sehingga alat ini tidak akan memakan banyak waktu
ketika proses pemeriksaan kelayakan ataupun ketika dalam proses pembersihan. Hal
ini akan memudahkan pengguna karena sesuai dengan pengertian Conveyor Belt yang
merupakan alat yang bisa membantu pekerjaan manusia.

Gambar 4.3 Belt Conveyor

36
3. Drive pulley
Drive pulley merupakan pulley yang secara langsung atau tidak langsung
terhubung dengan motor listriik dan kopling dengan gear box. Fungsinya untuk
memutarkan belt conveyor yang membawa batu bara. Posisi drive pulley tidak harus
selalu didepan, bias dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan.

Gambar 4.4 Drive Pulley

4. Idler
Belt disangga oleh idler, Jenis idler yang digunakan kebanyakan roller idler,
berdasarkan lokasi idler di Conveyor, dapat dibedakan menjadi idler atas dan idler
bawah. Idler diatas menyangga belt yang membawa beban. Idler atas bisa merupakan
idler tunggal atau idler tiga, sedangkan untuk idler bawah digunakan idler tunggal.
Idler yang biasa digunakan pada unit pembangkitan yaitu trough idler yang
digunakan untuk memuat curahan seperti batu bara, dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah untuk dibongkar pasang, ini dimaksudkan untuk memudahkan perawatan. Jika
salah satu komponen idler rusak, dapat dilakukan penggantian secara cepat.

37
Gambar 4.5 Idler atas

Gambar 4.6 Idler bawah

5. Take up pulley
Take up pulley berfungsi untik menjaga ketegangan Belt Conveyor. Dipasang satu
line dengan counter weight (sebagai pemberat)

Gambar 4.7 Take Up Pulley

38
6. Reducer
Peralatan yang menggandengkan sumber daya ke pulley dan berfungsi mereduksi
putaran dari motor agar putaran input motor dapat dikurangi.

Gambar 4.8 Reducer


7. Counter Weight
Meruppakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang memilki fungsi
sebagai memberi atau menjaga ketegangan belt.

Gambar 4.9 Counter Weight


8. Head pulley
Terletak disisi awal sebagai discharge point atau tempat awal jatuhnya batu bara
dari Chute Belt Conveyor.

Gambar 4.10 Head Pulley

39
9. Tail Pulley
Terletak disisi akhir atau sisi penerima batu bara dari Belt Conveyor sebelumnya.
Berfugsi untuk memutar kembali menuju kearah drive pulley.

Gambar 4.11 Tail Pulley


10. Scrapper
Scraper merupakan perangkat yang berfungsi mencegah agar tidak ada material
yang menempel pada Belt Conveyor. Karena apa bila ada material pada Belt Conveyor
dapat merusak Belt itu sendiri juga dapat merusak Pulley.

Gambar 4.12 Scraper Belt


11. Rubberskirt
Merupakan alat yang berfungsi untuk mencegah material agar tidak tumpah dari
belt pada saat proses loading. Flow belt sekitar 2 m/s, dengan kecepatan seperti itu
memungkinkan batu bara akan tumpah diluar jalur kalau tidak diberi Rubberskirt akan
mengganggu proses operasi.

40
Gambar 4.13 Rubberskirt
2. Stracker reclaimer (SR)
Stracker Reclaimer merupakan suatu alat utama dalam Coal Handling sistem yang
memiliki fungsi untuk meletakan dan menata batu bara di stockpile/coal yard juga
untuk mengambil batu bara dari coal yard untuk ditransfer menuju asilo melalui jalur
Conveyor. Kerusakan pada stracker reclaimer dapat menyebabkan ketidak stabilan
dalam proses pada Coal Handling Sistem. Dengan tidak beroperasinya SR akan
berimbas pada penurunan kapasitas dan pembengkakan biaya produksi untuk sewa
bahan bakar dan alat berat.
Peralatan ini terdiri dari :
a. Bucket well yang di tempatkan pada ujung atau akhir boom conveyor system yang
berfungsi untuk mengeruk (reclaimer) batu bara pada stock area dengan cara
berputar.
b. Boom conveyor yang berfungsi untuk menyalurkan batu bara ke stock area atau
menyalurkan batu bara yang curah dari bucket Whelk Conveyor berikutnya, Posisi
boom conveyor bisa digerakan ke kiri atau ke kanan (slewing) dan ke atas atau bawa
(luffing).
c. Elevating conveyor berfungsi sebagai menyalurkan batu bara dari conveyor
sebelumnya ke boom Conveyor hanya pada saat penimbunan.
d. Gantry sistem berfungsi untuk menopang seluruh sistem penimbunan batu bara di
area stacking atau area reclaiming sehingga dapat bergerak pada jalur yang sudah
ditentukan.

41
Gambar 4.14 Stracker Reclaimer

3. Ship unloader
Ship unloader merupakan suatu peralatan utama dalam kegiatan pembongkaran
batu bara yang di kirim melalui tongkang atau kapal pengangkut batu bara di PLTU
Cilacap.

Gambar 4.15 Ship Unloader

4. Transfer tower
Merupakan peralatan untuk memindahkan batu bara dari Belt Conveyor satu ke
Conveyor lainnya. Transfer tower berfungsi sebagai penambahan tenaga dari Belt
Conveyor itu sendiri karena apabila sudut kenaikan Belt Conveyor terlalu tinggi atau
terlalu panjang otomatis kecepatan Belt Conveyor akan berkurang.
5. Two side plough / dual plough
Two side plough memiliki fungsi untuk menurunkan batu bara yang akan diisi ke
Coal Bunker, Tanpa adanya alat ini Coal Bunker tidak dapat terisi oleh batu bara karena

42
Two side plough ketika posisi turun (mengisi) harus dalam keadaan rapat supaya batu
bara tidak terlewat ke Coal Bunker berikutnya.
6. Two way (TW) dan three way (TW)
Merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah dalam pembagian jalur batu
bara yang akan menuju Coal Bunker supaya batu bara tidak hanya menuju satu tempat
dan didalam PLTU terdapat lebih dari satu Bunker.
7. Roller screen
Rollerscreen berfungsi sebagai pemisah batu bara sebelum masuk ke dalam
crusher. Jadi ketika ada batu bara yang besar-besar dan keras dapat dihancurkan oleh
crusher itu sendiri. Di rollerscreen terdapat 9 motor yang berfungsi sebagai pemisah
batu bara yang kecil, sehingga apabila batu bara yang kecil-kecil itu akan turun ke
bawah langsung melewati crusher.
8. Crusher
Chruser berfungsi sebagai penghancur batu bara terutama yang berbentuk sangat
besar dan keras karena apabila batu bara yang besar dapat menyebabkan pengeblokan
atau overload pada dinding-dinding chute dan gratting. Chruser dapat memecah batu
bara sampai ke ukuran 10 mm
9. Emergency hopper
Emergency hopper digunakan ketika stracker reclaimeer ataupun ship unloader
tidak bisa digunakan lagi karena terjadi kerusakan peralatan. Emergency hopper itu
sendiri digunakan jika ada emergency saja, tidak boleh digunakan ketika peralatan
lainnya/ peralatan utamanya dalam keadaan ready. Emergency hopper sendiri
digunakan dengan cara mendorong batu bara secara langsung menggunakan buldhoser
dengan memperhatikan seberapa penuh chute emergency itu sendiri.
10. Coal bunker
Coal bunker merupakan bak penampungan batu bara. Setelah batu bara ditransport
melalui belt Conveyor kemudian ditampung di Coal Bunker yang kemudian akan
digiling dan nantinya akan dibakar ke dalam furnance. Di PLTU Cilacap 1x660 MW
terdapat beberapa coal bunker. Ketika Coal bunker ada yang trouble maka dapat
digantikan menggunakan Coal Bunker yang lain.

43
11. Alat alat berat
Peralatan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam Coal Handling Sistem
karena berfungsi untuk menata batu bara di Coal Yard, menstock batu bara diarea
supaya memudahkan stracker reclaimeer dalam proses operasi dan juga untuk
mengakses jalan untuk truk yang membawa batu bara ke coal yard itu sendiri.

Gambar 4.16 Buldosher

Gambar 4.17 Exavator

4.3.2 Peralatan pendukung


Dalam Coal Handling Sistem terdapat beberpa peralatan pendukung yang sling
terinkoneksi dengan peralatan utama. Peralatan pendukung ini memiliki peran masing-
masing, walaupun hanya peralatan pendukung tetapi alat ini sangat penting dalam
pengoperasian. Berikut ini adalah peralatan pendukung yang ada di Coal Handling
sistem :

44
1. Magnetic separator
Magnetic separator berfungsi untuk menngkap logam pada batu bara yang ada
diatas belt Conveyor agar logam tersebur tidak tercampur dengan batu bara dan tidak
akan merusak komponen lainnya dan juga tidak merusak Belt Conveyor.
2. Electro belt scale
Semua sistematis yang ada pada Coal Handling Room sudah menggunakan system
yang otomatis dimana Coal Handling room terdapat pula monitor EBS (electrical belt
scale) yang berfungsi untuk menghitung besarnya batu bara yang turun dari kapal.
3. Dust collector
Dust collector berfungsi untuk menangkap debu batu bara dan mengembalikan ke
belt conveyor supaya debu tidak berterbangan dan menempel pada konstruksi lainnya
karena debu di PLTU dapat dengan mudah menyebabkan karat pada konstruksi besi.
4. Dust suppression
Dust suppression berfungsi untuk menyemprotkan air ke batu bara dengan media
air tawar yang baru dibongkar dari tongkang atau reclaimer untuk mengurangi debu
batu bara yang berterbangan, karena apabila tidak dispray maka akan berdampak buruk
bagi lingkungan dan juga orang-orang disekitar yang menghirup debu batu bara.
5. Sampling sistem
Sampling sistem berfungsi untuk mengambil batu bara dalam rangka sampling
atau analisis batu bara sebelum masuk ke sistem pembakaran dikarenakan dalam
pembakaran di PLTU batu bara akan dihaluskan seperti bubuk.
6. Vibrator
Vibrator merupakan alat pendukung dalam Coal Handling Sistem yang berfungsi
sebagai penggetar terhadap Cute.
4.3.3 Peralatan Pengaman
Pada Coal Handling sistem terdapat beberapa sistem pengaman (proteksi), sistem
ini memiliki peran yang sangat penting karena untuk meminimalisir kerusakan pada
alat-alat yang ada dan untuk memudahkan operator jikalau sewaktu-waktu ada alat
yang terkendala atau mengalami kerusakan. Tanpa adanya sistem pengaman (proteksi)

45
ketika ada kerusakan maka alat tersebut tidak akan rusak parah dan dapat ditangani
dengan cepat, berikut ini adalah sistem pengaman pada Coal Handling :
1. Belt sway
Belt sway berfungsi untuk menghentikan secara otomatis apabila Belt Conveyor
mengalami jogging atau unbalance sampai 90 derajat. Dalam proses opeerasi Belt
Conveyor harus berada diposisi tengah (center) agar tidak terjadi tumpahan batu bara
disepanjang jalur belt conveyor.
2. Plugged chute
Plugged chute memiliki fuungsi untuk menghentikan Belt Conveyor sevara
otomatis.
3. Speed motion sensor
Speed motion sensor memiliki fungsi untuk menghentikan bel conveyor jika
putaran tidak normal akan menghentikan Conveyor secara otomatis, biasanya alat ini
dipasang di Bend Pulley.
4. Push botton emergency stop
Push button emergency stop berfungsi untuk menghentikan belt conveyor dengan
cara menekan tombol emergency stop. Push button emergency stop digunakan jika
tidak dapat diberhentikan melalui DCS di CCR Coal Handling.
5. Fire protection
Fire protection berfungsi untuk mendeteksi kebakaran, Fire protection yang
digunakan adalah system hydrant dan sprinkle. Terdapat juga alat untuk memadamkan
api APAR (alat pemadam api ringan).
6. Tensioning unit control switcher
Berfungsi untuk mendeteksi ketegangan Belt Conveyor jika telah abnormal /
kendor melebihi batas tension.
7. Anti back run
Anti back run berfungsi untuk menahan agar tidak terjadi putaran balik pada saat
Belt Conveyor stop atau trip.

46
8. Guards atau cover
Guards atau juga bisa disebut pelindung yang dipasang disekitar drive unit, bend,
pulley, tail pulley dan take up pulley. Guards digunakan untuk melindungi pekerja dari
kecelakaan akibat benda berputar.
9. Pull cord
Pull cord memiliki fungsi untuk menghentikan Belt Conveyor dengan cara
menarik wire rope (seling) yang dipasang sepanjang jalur Belt Conveyor disisi kanan
kiri yang digunakan secara manual apabila ada gangguan atau kerusakan pada Belt
Conveyor tersebut.
10. Breake overload
Breake overload berfungsi sebagai penghenti suatu alat ketika ada kenaikan curret
(ampere) terhadap motoran. Ketika ambang batas (range) terhadap motor tinggi breake
overload akan mengidentivikasi kejadian abnormal dan seketika juga motor tersebut
akan berhenti.

47
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas yang telah dijelaskan, dapaat diambil kesimpulan bahwa :
1. Dengan adanya Perinsip kerja PLTU dengan menggunakan siklus air-uap-air yang
merupakan suatu sistem tertutup air dari kondensat atau air dari hasil proses
perkondensasian di kondensor dan make up water (air yang dimurnikan) dipompa
oleh kondensat pump ke pemanas tekanan rendah. Disini air dipanasi kemudian
dimasuki oleh daerator untuk menghilangkan oksigen, kemudian air ini dipompa
oleh boiler, feed water pump masuk ke economizer. Dari economizer yang
selanjutnya dialirkan ke pipa untuk dipanaskan pada tube boiler. Pada tube, air di
panaskan berbentuk uap air. Uap air ini dikumpulkan kembali pada steam drum,
kemudian dipanaskan lebih lanjut pada superheater sudah berbentuk menjadi uap
kering yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi, dan selanjutnya uap ini
digunakan untuk menggerakan sudu turbin tekanan tinggi, untuk sudu turbin
menggerakan poros turbin. Hasil dari putaran poros turbin kemudian memutar poros
generator yang dihubungkan dengan coupling, dari putaran ini maka dihasilkanlah
arus listrik.
2. Terdapat Komponen utama sangat penting dalam pengoperasian PLTU supaya
pembangkit dapat berjalan dengan baik dan sangat berkurang dalam kesalahan atau
kemacetan dalam produksi listrik. Juga tidak lain dari bahan bakar yaitu batu bara
dan bahan utama dalam penghasilan uap untuk memutarkan turbin yaitu air.
3. Pada PLTU, Coal Handling sistem merupakan salah satu sistem yang sangat penting
dalam proses produksi. Tugas utamanya adalah mengatur pasokan batu bara yang
masuk dari kapal ke coal yard (stacking) serta mensuplay batu bara ke Coal Yard
atau Jety ke Coal Bunker (fetching). PLTU Cilacap mendapatkan pasokan batu bara
dari kaimantan dan Sumatra yang diangkut menggunakan kapal vessel. Atau biasa
melalui jalur darat yaitu dari pelabuhan tanjung intan yang diangkut menggunakan
truck lalu disalurkan menuju PLTU. Dalam satu sift dapat mengisi bunker (fetching)

48
sampai dengan 2300 ton/sift dan untuk satu sift bisa mengisi bunker sampai dengan
2800 ton/sift.
4. Dalam Coal Handling sistem, terdapat banyak komponen yang digunakan, seperti
yang telah dijelaskan di dalam isi dari laporan diatas.

5.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
1. Data yang dihasilkan dari pengoperasian Coal Handling System unit 3 1x660 MW
PLTU Cilacap di PT.Sumber Segara Primadaya Cilacap dapat dibuat dan dijadikan
SOP, hal ini dilakukan untuk mengetahui alat-alat yang beroperasi pada
pengoperasian Coal Handling System .
2. Selalu memperhatikan parameter-parameter kelayakan operasi setiap komponen
sesuai yang telah ditetapkan, agar tingkat rehabiliti pengoperasian sarana dapat
terjamin.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ir. JM Sihombing Murdan, 2015, “Modul pengoperasian Air utama”. Pusdiklat


ketenaga listrikan, Energy baru Terbarukan, dan konservasi Energy, Jakarta Timur.

Darma, R, 2006, “Buku Pedoman Coal Handling system” PT Indonesia Power unit
Bisnis Pembangkitan Suralaya, Banten.

Yulian, Rudi, 2017, “Perawatan Turbin” Universitas Muhamaddiysh Surakarta,


Surakarta.

Jati, Waluyo, 2015. “Modul Pengoperasian Coal Handling”. Jakarta.

Amri, Ari, 2008. di akses pada tanggal 28 agustus 2022.

Ridhoni Ahmad, 2019. di akses pada tanggal 28 agustus 2022.

50
LAMPIRAN

51

Anda mungkin juga menyukai