Anda di halaman 1dari 3

1.

pergerakan Muhammadiyah sebagai “The most powerful Islamic reformist movement ever exists in
south east Asia, perhaps in the world" (Pergerakan pembaharuan Islam terkuat di Asia Tenggara, bahkan
mungkin dunia).

2. Muhammadiyah dengan jumlah keanggotaannya, misi serta prestasinya di dalam bidang pendidikan,
Penolong Kesengsaraan Umum, pelayanan masyarakat di berbagai bidang, dan lain-lain, menunjukan
peningkatan pencapaian yang sangat mengesankan, sehingga sulit untuk mencari tandingannya di dunia
Islam.

3. Prestasi besar yang diraih selama ini mengundang banyak komentar dan analisis dari peneliti-peneliti
Muslim dan non-Muslim sekalipun. Sebagai konsekuensi logis dari hasil-hasil penelitian tersebut, label,
atribut, dan sifat yang diberikan kepada organisasi Muhammadiyah muncul beraneka ragam. 

Spektrum label, corak, panggilan dan sifat tersebut cukup luas sehingga terkadang dijumpai beberapa
atribut yang keliru dan merugikan untuk kemajuan dan perkembangan gerakan Muhammadiyah,
misalnya, disebut sebagai wahabi, walaupun Muhammadiyah santai saja dalam hal ini. Tetapi label
wahabi kepada Muhammadiyah bisa menghambat gerakan Islam berkemajuan di masyarakat Indonesia.

Padahal sifat dan atribut dominan yang hampir melekat pada Muhammadiyah adalah suatu pergerakan
sosial-keagamaan modern yang bertujuan untuk mengadaptasikan ajaran-ajaran Islam yang murni ke
dalam kehidupan dunia modern di Indonesia. 

Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, gerakan ini secara luas telah mendapatkan inspirasi dari ide-ide
pembaharuan Syekh Muhammad Abduh (Mesir, 1849-1905) yang mengobarkan semangat
pembaharuan pemahaman dan pembersihan ajaran Islam dari daki-daki sejarah yang selama ini
dianggap bagian tak terpisahkan dari Islam.

Namun karena daya tariknya yang begitu besar dan luasnya cakupan kegiatan Muhammadiyah yang
menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, maka sifat dan karakter yang diberikan oleh
peneliti-peneliti banyak ditentukan oleh penekanan aspek tertentu dari aktivitas tersebut. 
Bernard Vlekke dan Wertheim, misalnya mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan
yang menjadikan fokus utamanya “Pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkretisme
dan belenggu formalisme”.

George Kahin, Robert van Niel, Drewes, Deliar Noer dan Alfian menempatkan Muhammadiyah sebagai
pergerakan Islam modern. 

Sebagian peneliti diantaranya Raymond Kennedy, yang menekuni bobot serta pengaruh politik
Muhammadiyah, teristimewa usahanya dalam menangkal penetrasi kebudayaan asing  dan
perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa mengklasifikasikan Muhammadiyah sebagai pergerakan
politik.

Fitrah Kepahlawanan

Yudi Latif

Saudaraku, tepat di Hari Pahlawan, Yudi Latif's Private Library menghaturkan buku Carl S. Pearson, The
Hero Within: Six Archetypes We Live By (2015).

Psikolog Pearson mengingatkan bahwa org-org biasa bisa menghadirkan kehidupan luar biasa apabila
mampu mendayagunakan "the power of mythic archetypes", yakni mitos ttg pola dasar (archetype)
kepahlawanan dlm diri.

Menurut Pearson, ada 6 model pola dasar kepahlawanan dlm diri. Model yatim piatu (orphan):
memandang hidup sbg penderitaan; tugas kepahlawanannya berjuang mengarungi kesulitan.

Model pengembara (wanderer): memandang hidup sbg petualangan; tugas kepahlawanannya


menemukan kesejatian diri.

Model pendekar (warrior): memandang hidup sbg pertarungan; tugas kepahlawanannya membuktikan
harga diri.
Model murah hati (altruist): memandang hidup sbg komitmen thd kebajikan lebih luhur; tugas
kepahlawanannya menunjukkan pertolongan (pelayanan).

Model bersahaja (innocent): memandang hidup sbg keriangan; tugas kepahlawanannya meraih
kebahagiaan.

Model tukang sulap (magician): memandang hidup sbg seni menciptakan dunia; tugas kepahlawanannya
mentransformasikan diri.

Anda mungkin juga menyukai