Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan
menjadi nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera dalam mata uang Rp10.000,00.
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921.
Pada usia 24 tahun, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa. Sejak bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Frans Kaisiepo wafat tanggal 10 April 1979. Atas jasa dan
perjuangannya selama mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.