Anda di halaman 1dari 19

PROSES SILANG BUDAYA KOMUNITAS MUSLIM

´WONG /80385µ, GRESIK


M. Alie Humaedi
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10 Jakarta
email: m.alie.humaedi@lipi.go.id

Abstrak:
´Wong Lumpurµ adalah komunitas unik yang berada di wilayah Gresik. Mereka
dikenal sebagai kelompok kebudayaan marginal dan memiliki perbedaan yang
FXNXS VLJQLILNDQ GHQJDQ ´orang Giriµ, sebagai pemegang dari budaya
mainstream-nya. Hal ini dipengaruhi oleh posisi kota Gresik yang menjadi
wilayah industri dan menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi
Surabaya. Dari sisi praktik, kebudayaan hybrid kota ini telah kehilangan
maknanya sebagai ´kota santriµ DWDX ´NRWD ZDOLµ sebagaimana yang dikenal
sebelumnya. Penelitian etnografi yang diawali dari deskripsi sejarah ruang sosial
kota Gresik dari perspektif ekonomi politik, telah menunjukkan adanya
pengaruh hybrid terhadap praktik kebudayaan dan bahasa masyarakat,
khususnya di Desa Lumpur. Pengaruh ini terlihat pada aspek perkawinan dan
penggunaan bahasa ibu pada keluarga pasangan campuran yang berasal dari
pemegang kebudayaan mainstream dan kebudayaan marginal.

Abstract:
´Wong Lumpurµ is a unique community in Gresik, East Java. They are known as
marginal cultural groups and a significant difference with the ´Wong Giriµ, as the
holder of mainstream culture. This phenomen is influenced by the position of the
Gresik became an industrial area and a major supporter of Surabaya economic
growth. In terms of hybrid cultural practices, the city has lost its meaning as the
´Kota Santriµ or ´.RWD :DOLµ, as widely known in the past. Ethnographic
research that begins with a description of the social space history of the Gresik
from the perspective of political economy, has shown the influence of the hybrid
to cultural practices and language of the community, particularly in the Lumpur
area. This influence is seen in marriage aspects and the use of mother tongue in
mixture families spouse derived from the holders of cultural mainstream and
marginal cultures.

Kata-kata kunci:
Wong Lumpur, Wong Giri, Gresik, hybrid, bahasa, marginal, kebudayaan mainstream

Pendahuluan Utara Jawa mengalami pasang surut. Saat


Sejarah telah memperlihatkan ge- fungsi-fungsi pelabuhan, seperti Cirebon,
rak pembangunan di wilayah Pantai Semarang, dan Gresik meningkat, maka
SHPEDQJXQDQ ZLOD\DK ¶GHQJDQ VHQGLUL- pembangunan, mereka pun dapat
Q\D· VHPDNLQ PHQLQJNDW SXOD 'HPLNLDQ bermukim di wilayah strategis atau
juga, ketika fungsi pelabuhannya menyu- wilayah perbatasan yang mendapatkan
rut, maka perkembangan wilayah pun fasilitas lebih dari skema pembangunan
terlihat lambat. Seperti umumnya proses daerah. Secara positif, mereka bisa
pembangunan, di Jawa Timur pun terjadi menjadi pionir pembangunan, tetapi
ketidakmerataan persebaran wilayah dan secara negatif, kehadirannya telah me-
agen pembangunan yang terlibat. Derap numbuhkan gesekan antar kelompok
pembangunan yang dilakukan pemerin- masyarakat. Oleh karena itu, ketim-
tah belum begitu dirasakan oleh masya- pangan pembangunan juga bisa dise-
rakat di wilayah utara, seperti Gresik. babkan oleh adanya gesekan identitas
Pembangunan kebanyakan dilakukan dan kepentingan kelompok komunitas
oleh pihak swasta atau pengusaha yang WHUWHQWX 'L VDWX VLVL LGHQWLWDV ´wong
menanamkan modal dalam bentuk peru- *UHVLNµ, misalnya akan terseret dan tidak
sahaan industri dan jasa pelayanan. mengerti di mana ia harus berposisi
Padahal, wilayah Gresik merupakan sa- dalam arus besar kepentingan ekonomi
lah satu penyumbang terbesar dari SROLWLN ´SHPEDQJXQDQµ GDQ NHSHQWLQJDQ
pendapatan Propinsi Jawa Timur.1 etnik lain atau mainstream Jawa Timuran
Dalam scope kewilayahan yang atau Suroboyaan 'L VLVL ODLQ ´wong
lebih luas, pemerintah Jawa Timur lebih *UHVLNµ VHQGLUL EDUDQJNDOL WLGDN PDX GDQ
memprioritaskan wilayah Tengah dan tidak sanggup merevitalisasi identitas
Selatan, termasuk dalam soal penyebaran kebudayaan yang dianggap ·WHUODOX DJD-
aparatur pemerintah. Agen pemba- PLV·.
ngunan pun kebanyakan berasal dari Kekalahan identitas itu tercermin
wilayah-wilayah seperti Mojokerto, Ma- dari kenyataan bahwa masyarakat Gresik
lang, Kediri, dan lainnya.2 Sebagai agen sendiri selalu mengungkapkan berbagai
kondisi kehidupan nyatanya dengan
1 Dari sektor jasa, setiap tahun Gresik menggunakan bahasa Jawa Timuran atau
menyumbang sebesar 18% pendapatan provinsi. Suroboyaan. Jenis bahasa yang kerap
Jumlah ini belum ditambah dari sektor industri
yang mencapai angka 27%, sektor kelautan yang
dianggap sangat vulgar ini merupakan
menyumbang sekitar 5%, dan sektor lainnya basis jejaring kebudayaan mainstream
sebesar 3% (BPS, sensus ekonomi 2006). yang ada di Jawa Timur. Namun demi-
Sumbangan pendapatan yang besar tidak diiringi kian, bahasa yang digunakan oleh orang
dengan imbal jasa pembangunan yang dilakukan Gresik masih ada sedikit perbedaan
pemerintah. Pembangunan sepertinya hanya
dilakukan sektor swasta yang kemudian memberi
dengan bahasa Jawa Timuran secara
stimulus pembangunan kota. umum. Tuturan orang Gresik, terlebih
2 Secara geo-kultural, wilayah tengah dan selatan yang berasal dari kelompok Giri, masih
adalah wilayah orang-orang yang berkebudayaan terjaga. Dalam kondisi biasa, mereka
Mancanegaraan, sebagai kebudayaan mainstream sangat jarang menggunakan kata-kata
Jawa. Sebaliknya, wilayah utara dan timur selalu
dianggap sebagai wilayah kebudayaan pesisiran;
NRWRU GDQ EHUEDJDL VHEXWDQ ´KHZDQ GL
ZDODXSXQ NHUDS GLOHNDWNDQ LGHQWLWDV ´EXNDQ -DZD
0DWDUDPµ GDQ VHODOX GLVHEXW sebagai kebudayaan
marginal seperti Lumpur dan Suroboyaan. Perha-
tikan secara seksama pembagian wilayah hlm. 45-51; dan Denys Lombard, Nusa Jawa Silang
kekuasaan Mataram yang dilakukan oleh Sartono Budaya, Jilid II (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm. 110-
Kartodirjo, Ratu Adil (Jakarta: Gramedia, 1977), 124.

220 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


GDODP NHEXQ ELQDWDQJµ GDODP UXDQJ saling berhadapan dan bertemu, khusus-
obrolan itu. nya antara kelompok ´wong Lumpurµ
Berbahasa keras dan tinggi me- dengan ´wong Giriµ dalam konteks per-
mang harus diakui adanya, apalagi ketika kawinan dan penggunaan bahasa?
percampuran budaya Madura dan Ba- Tulisan ini setidaknya dapat menggam-
wean telah ikut merebak di dalam barkan hibriditas kebudayaan pada ma-
pergaulan kehidupan orang Gresik. Wa- syarakat yang memiliki intensitas tinggi
laupun tidak semua orang Gresik pun dalam pertemuannya dengan entitas
melakukan hal demikian. Ada pandang- kebudayaan lain, sebagai dampak dari
an bahwa dengan banyaknya kelompok perkembangan wilayah politik eko-
etnik yang datang ke Gresik, telah nominya.
membuat kata-kata kotor itu tercegah
masuk dengan sendirinya. Ada juga yang Ambang Batas dan Silang Kebudayaan
menyatakan bahwa ikatan religiusitas Sebagaimana diketahui bahwa ke-
santri dan kehadiran orang Arab di budayaan merupakan seluruh sistem
*UHVLN LNXW SXOD PHQDKDQ ´SHULODNX nilai dan perilaku individu di dalam ko-
EHUEDKDVD NDVDUµ LWX GLODNXNDQ ROHK munitasnya yang mau tidak mau harus
masyarakat secara umum. Pendapat berhadapan dengan kondisi-kondisi eks-
tersebut tentu tidak seluruhnya benar, ternal yang ada di sekelilingnya. Pengha-
tetapi ada itikad dan upaya masyarakat dapan itulah yang memungkinkan kebu-
yang berusaha menghubungkan kehidu- dayaan dan para pelaku budayanya
pan bermasyarakat dan jejaring kebuda- harus selalu bersifat dinamis, karena bila
yaannya dengan satu genealogi kese- ia bersifat statis berarti menunjukkan
jarahan Gresik sebagai kota wali. bahwa kehidupan manusia pun telah ber-
Argumentasi dasar dari tulisan akhir. Secara hukum alam, manusia be-
yang menjelaskan ambang batas kebu- nar-benar ditakdirkan untuk selalu ber-
dayaan melalui proses silang budaya gerak (dinamis) dalam kedudukannya
komunitas di Gresik ini tidak akan ditarik sebagai khalîfatullâh fî al-ardl. Artinya,
dari pandangan umum tentang kota wali peradaban manusia sesungguhnya tercip-
dan kota santri, tetapi lebih pada proses ta dari kedinamisan itu sendiri, termasuk
pertemuan berbagai entitas kebudayaan ketika berhadapan dengan entitas-entitas
(etnik) yang ada, baik kebudayaan kebudayaan dan kelompok lain. Ada
mainstream maupun marginal yang meng- beberapa pilihan yang muncul, yaitu: (1)
hasilkan praktik kebudayaan dan bahasa- ´WHWDS PHQMDGL GLULµ GHQJDQ WLGDN
bahasa tertentu. Pertemuan entitas kebu- mengambil bagian dari yang lain; (2)
dayaan ini menjadi penting, karena larut dengan yang lain, dengan mening-
Gresik dikenal sebagai salah satu simpul galkan sepenuhnya sistem kebudayaan
jejaring distribusi ekonomi di Nusantara yang dikenal sebelumnya; atau (3)
yang sekaligus juga menciptakan jejaring melakukan perpaduan antara kebuda-
kebudayaannya (cradle of culture) sendiri. yaan diri dengan kebudayaan lain yang
Pertanyaannya, bagaimana jejaring kebu- terlihat dalam berbagai praktik kehidu-
dayaan itu terbentuk seturut pertum- pan, sehingga tidak lagi pernah jelas
buhan kota? Bagaimana produksi silang batas-batas antara kebudayaan asli (diri)
budaya dipraktikkan saat ragam entitas dengan kebudayaan yang datang (liyan)
kebudayaan pada masyarakat Gresik itu itu. Semuanya menjadi satu proses

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 221


pertemuan silang budaya yang tidak lagi Melayu Alor dan Bahasa Indonesia.4
jelas bentuknya, yaitu antara kebudayaan Artinya, kebudayaan dan bahasa yang
diri dan kebudayaan liyan tersebut. dikenal oleh kelompok-kelompok etnik di
Sepertinya saat ini tidak ada satu wilayah-wilayah pedalaman dan jauh saja
komunitas pun yang benar-benar meng- telah tercampur dengan unsur-unsur
ambil pilihan pertama, yaitu tetap kebudayaan dan bahasa dari entitas
menjadi diri yang otentik dan terpisah kebudayaan lain. Karenanya, akan men-
dari bagian kebudayaan lain. Sebut saja, jadi suatu keniscayaan bahwa kebuda-
penelitian terhadap komunitas adat Tau yaan kelompok masyarakat yang ada di
Taa Vana yang dilakukan M. Alie perkotaan pun tidak terhindarkan dari
Humaedi selama lima tahun di peda- percampuran kebudayaan itu.
laman hutan Kabupaten Tojo Una-Una Proses silang budaya seperti inilah
Sulawesi Tengah (2008-2012). Pada yang disebut oleh Bhaba,5 Bourdieu,6 dan
mulanya, ada dugaan bahwa komunitas Hasan Hanafi,7 sebagai hybridization atau
adat ini benar-benar memiliki kebuda- hybrids. Secara bahasa, hybrid berasal dari
yaan yang otentik dari dirinya, tetapi apa kata hibriditas. Sebagai kata benda,
yang dibayangkan itu keliru berdasarkan hibriditas, menurut Oxford English Dicti-
kenyataan lapangannya. Kebudayaannya onary,8 menunjukkan pada makna hal
telah tercampur-baur dengan kebuda- yang dibuat dengan menggabungkan
yaan yang berasal dari kerajaan Ternate atau mencampurkan dua elemen yang
yang jaraknya sekitar 3000 km dari berbeda. Sementara sebagai kata sifat,
wilayah pedalamannya. Hal ini terlihat hibrida, menunjukkan makna pada se-
jelas pada tata aturan hukuman denda suatu yang berupa "karakter FDPSXUDQµ
(givu ada bayar) yang telah menggantikan Karakter campuran yang dimaksud di
hukuman mati (sakumpuli) yang dikenal sini adalah karakter dari unsur-unsur
sebelumnya. Rupanya, kebudayaan Ter- kebudayaan yang berbeda. Bisa juga diar-
nate telah terinternalisasi dalam kebu- tikan bahwa hybrid menunjukkan adanya
dayaan masyarakat adat Tau Taa Vana, kesadaran kebudayaan diri (the self) yang
meskipun kekuasaan formalnya imajiner
sekali pun.3 4 LIPI, Policy Paper Bahasa dan Kebudayaan Etnik
Hal yang sama juga menimpa Minoritas: Vitalitas dan Kemungkinan
pada komunitas penutur bahasa Kafoa di Pemertahanannya (Jakarta: Pusat Penelitian
desa pedalaman di pulau Alor, Nusa Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, 2013),
Tenggara Timur. Mereka telah mencam- hlm. 2-12.
5 Homi Bhabha, The Location of Culture (London &
purbaurkan antara bahasa Kafoa sebagai
New York: Routledge, 1994), hlm. 112.
bahasa ibunya (mother tangue) dengan 6 Pierre Bourdieu, The Field of Cultural Production:

bahasa daerah sekitar, yaitu Klon, Abui, Essays on Art and Literature Pierre Bourdieu
Kui, Pura, Alor, dan lainnya, termasuk (Columbia: Columbia University Press, 1993),
mencampurnya pula dengan bahasa hlm. 17-23.
7 Hassan Hanafi, Oksidentalisme: Sikap Kita terhadap

Barat, Pengantar Oksidentalis (Jakarta: Paramadina,


2000), hlm. 67-69.
3 0 $OLH +XPDHGL ´3HQJDNXDQ +DN-hak 8 Lihat ´Hybridityµ, dalam International
Kewarganegaraan Komunitas adat Terpencil Tau Encyclopedia of the Social Sciences, 2008:
Taa Vana di Tojo Una-8QD 6XODZHVL 7HQJDKµ http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-
Jurnal Kajian, Vol. 17, No. 3, (September 2012), 3045301063.html. (diakses tanggal 11 Agustus
hlm. 329-352. 2013).

222 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


larut-marut dalam kebudayaan lain (the menjadi contoh menarik untuk melihat je-
other). Pembentukan kesadaran yang jaring kebudayaan beserta silang kebuda-
memperhadapkan kebudayaan al-anâ dan yaan yang terjadi di dalamnya. Gresik
al-akhâr itu berlangsung dalam proses juga telah menjadi kota sentral yang
kesejarahan masyarakat pelaku kebuda- berperan utama dalam ikut serta mema-
yaannya.9 jukan pembangunan Jawa. Peran itu
Dengan demikian, kebudayaan diperoleh dari titik strategis yang dimiliki
diri (the self) sesungguhnya telah, sedang, oleh kota ini yang berada di garis pantai,
dan akan beraktualisasi diri karena keha- sehingga kota ini layak menjadi kota
diran yang lain (the other), baik dalam pelabuhan dan kota penghubung dengan
bentuk tunggal ataupun jamak. Dalam kota industri seperti Surabaya dan Mojo-
hal ini, kebudayaan mainstream dan kerto. Gresik juga merupakan simpul
marginal sebenarnya dapat diposisikan utama jejaring perdagangan antar pulau,
sebagai the other (liyan), atau sebaliknya, seperti Bawean yang berpenduduk 60
bisa juga sebagai the self. Hubungan ini ribu orang, Gili yang berpenduduk 3000
dapat berimbang atau lebih berat pada orang, serta pulau Kangean dan Masa-
posisinya masing-masing, tergantung pa- lembu di Madura, dan lainnya.
da sudut pandang yang dilihatnya. Bila Peran kota Gresik di atas kerap
dilihat dari sudut pandang mainstream, mengalami pasang surut seturut pertum-
maka kebudayaan marginal bisa diang- buhan kota pelabuhan lain, atau seturut
gap sebagai anomali yang menjadi the alternatif transportasi lain yang ditawar-
other. Sebaliknya, bila dilihat dari sudut kan pemerintah dan pihak swasta. Surut-
pandang kelompok yang dimarginalkan, nya pelabuhan bukan berarti menyu-
maka bisa jadi kebudayaan mainstream itu rutkan jejaring kebudayaan yang sebe-
adalah kelompok yang mengada-ada atau lumnya telah hadir dan dibentuk bersama
menghimpunkan kebudayan-kebudayaan dengan pertumbuhan pelabuhan. Banyak
marginal yang hidup di sekitarnya dan produk kebudayaan beserta aspeknya
kemudian mengembangkannya melalui yang tetap dimiliki dan diakui oleh
kesepakatan bersama atau keputusan masyarakat di wilayah itu. Proses inilah
politik tertentu. Kasus bahasa Jawa de- yang disebut sebagai cradle of culture,
ngan tiga tingkatannya menjadi contoh seperti dikemukakan oleh Frank Broeze.10
menarik bila diperhadapkan dengan
bahasa-bahasa Jawa ngapak yang berada Metode Penelitian
di sepanjang pesisir pantai utara atau pun Penelitian ini menggunakan meto-
wilayah-wilayah yang dahulu dikenal de etnografi melalui pendekatan kebuda-
sebagai wilayah mancanegaraan dari ke- yaan secara thick description, sebagaimana
raton Solo dan Yogyakarta. yang diperkenalkan oleh Clifford
Dalam kasus campuran kebuda- 11
Geertz. Thick description adalah formu-
yaan dan sudut pandang yang mainstream
dan marginal seperti ini, maka Gresik 10 Frank Broeze (ed), Brides of the Sea: Port Cities of
yang dikenal sebagai salah satu simpul Asia from the 16th-20th Centuries (Kensington: New
ke-Nusantaraan yang dicerminkan mela- South Wales University Press, 1989), hlm. 11-12.
lui pasang surut pelabuhannya dapat 11 Clifford Geertz, The Religion of Java (New York:

Free Press, 1960), hlm. 4; dan Ignas Kleden, Thick


Description: Monografi Pemikiran Clifford Geertz
9 Hassan Hanafi, Oksidentalisme, hlm. 68. (Jakarta: LP3ES, 1984), hlm. 34-41.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 223


lasi ke arah deskripsi yang mendalam Badrasati, dapat dikatakan bahwa Gresik
sehingga gambaran yang diberikan lebih bersama Tuban dan Lamongan pada
berarti, bukan sekadar data yang masa Majapahit berada di bawah
ditumpuk. Deskripsi ini juga menuntut administratif Lasem. Pada masa kejayaan
penggunaan paradigma sejarah annales, Majapahit di bawah Hayam Wuruk,
suatu pendekatan yang lebih mengu- wilayah kekuasaan Lasem merupakan
tamakan aspek sejarah lisan, sedangkan daerah yang mempunyai arti penting
teks digunakan sebatas membantu infor- secara ekonomi politik. Hal ini ditandai
masi tuturan yang diberikan.12 Melalui dengan kunjungan Raja Hayam Wuruk di
etnografi yang thick description ini, per- Lasem pada 1276.13 Kejayaan Majapahit
soalan sistem makna, sistem sosial, dan mengalami surut setelah terjadi pem-
interpretasi terhadap praktik budaya berontakan Ronggo Lawe yang bersebe-
masyarakat Lumpur di Gresik dapat dite- rangan pendapat dengan Nambi dan
lusuri secara mendalam. Suro. Pemberontakan ini telah membe-
Pengumpulan datanya dilakukan rikan pengaruh besar terhadap keadaan
selama tiga bulan pada tahun 2009 dan ekonomi politik di sepanjang garis pantai
2010 secara live in melalui wawancara utara wilayah timur pada saat kemu-
mendalam kepada 42 orang, pengamatan dian. Hal ini juga berdampak pada peta
langsung, beberapa diskusi terfokus, dan politik dan keadaan demografi di wilayah
dokumentasi visual. ini, terkhusus pada jejaring kebudayaan
yang dibawa oleh kelompok Madura, ter-
Lumpur Gresik: Wilayah Lintas dan utama Sumenep yang hidup dan menye-
Silang Kebudayaan bar di sepanjang wilayah itu.
Lumpur adalah satu dari sekian Pembentukan jejaring kebudayaan
banyak wilayah yang berada di kota ¶-DZD· VHPDNLQ GLSHUNXDW SDGD PDVD NH-
Gresik. Ia merupakan sebuah wilayah rajaan Mataram di bawah Sultan Agung.
pantai yang telah padat permukimannya, Dia telah berhasil menguasai hampir
seperti lazimnya sebuah wilayah di pesi- seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia,
sir pantai Utara Laut Jawa. Fenomena dan Cirebon. Cirebon memang tidak
kebudayaan yang dihadirkan masyarakat dikuasai, namun memiliki ikatan kuat
pun lebih berdasarkan pada model cradle dengan Mataram. Oleh penggantinya,
of culture, di mana jalur-jalur penghubung Amangkurat I, untuk mengatur seluruh
ke wilayah-wilayah utama telah mengha- wilayah yang dikuasai, satu kebijakan
silkan jalur kebudayaannya sendiri. Jalur diambil dengan cara membelah wilayah
Lumpur adalah jalur penghubung darat itu ke dalam empat bagian. Salah satu
dari Gresik ke Surabaya dan Lamongan, bagian itu adalah memasukkan Rembang,
dan serta jalur laut ke arah Bangkalan Lasem, dan wilayah timurnya lagi berada
Madura, khususnya wilayah Socah. di bawah kekuasaan Tumenggung Pati,
Secara umum, Gresik merupakan bersama-sama dengan daerah Juwana
kota tua yang secara politik kekuasaan dan Pajangkongan.14
sebelumnya berada di bawah kontrol
kerajaan Majapahit dan Mataram. Berda-
sarkan Kitab Negarakertagama dan Babad
13 Tim Peneliti, Sejarah Rembang (Rembang:
Sekretaris Daerah, 2003), hlm. 16-17.
12 Lombard, Nusa Jawa, hlm. xxii. 14 Ibid., hlm. 18.

224 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Pembagian wilayah di atas sema- pesisiran timur dan pesisiran barat. Sampai
kin ditegaskan pada saat dinamika politik pada masa pemerintahan Pakubuwono
kraton Jawa itu mengalami perpecahan II, menurut Brandas, Mataram Kartasura
yang puncaknya dilakukan perjanjian wilayah Pasisir Barat meliputi Peka-
Giyanti pada 1655. Mataram pun longan, Brebes dan Bentar, Tegal, Demak,
akhirnya terbelah menjadi dua pusat Kaliwungu, Kendal, Batang, dan Pema-
kekuasaan, yaitu Kraton Surakarta lang. Sedangkan wilayah pesisir timur
(Kasunanan) dan Yogyakarta (Kasul- meliputi Jepara, Kudus, Cengkal, Pati,
tanan). Keduanya sekaligus menjadi Juwana, Rembang, Pajangkungan,
pusat pemerintahan dan kebudayaan. Lamongan, Gresik, Surabaya, Pasuruhan,
Masing-masing menciptakan gaya pemi- Bangil, Banyuwangi, Blambangan, dan
kiran dan pandangan dunia dari budaya Madura.17 Wilayah Gresik, Surabaya,
kraton, yang mewujud dalam bidang dan Madura adalah tiga wilayah yang
politik, ekonomi, bahasa, seni sastra, seni paling terkenal di wilayah pesisiran
pewayangan, seni busana, seni musik timur. Selain persoalan letak strategis
gamelan, keris, arsitektur, dan segi-segi untuk kepentingan ekonomi, ketiga wila-
seni tradisional lainnya. Pembelahan yah ini memiliki karakter kuat dalam
wilayah kekuasaan di lingkungan kraton jejaring kebudayaan masing-masing, ter-
Jawa berlanjut ketika sebagian wilayah lebih jejaring kebudayaan Madura yang
Kraton Surakarta harus dipisahkan lagi memengaruhi praktik-praktik kebuda-
untuk pendirian Kadipaten Mangkune- yaan masyarakat di Jawa Timur.
garan pada 1757, dan sebagian wilayah Untuk mempermudah penguasaan
Kraton Yogyakarta harus dibagi lagi terhadap wilayah Gresik dan wilayah
untuk pendirian Kadipaten Paku Alaman sekitarnya, kerajaan Mataram membe-
pada 1812.15 rikan kebebasan kepada kaum bangsa-
Seturut perjanjian itu, mulai 1680, wan lokal untuk mengatur kekuasaannya
Gresik masuk ke wilayah pesisiran timur sendiri. Kerajaan Mataram di kutaarjo
di bawah Mataram Kartasura (Kasunan- berhak menerima hasil tahunan, berupa
an). Menurut Sartono Kartodirdjo, peng- apanage (upeti) yang telah ditentukan
aturan wilayah Kerajaan Mataram secara jumlahnya saja. Apanage akan menjadi
umum terbagi ke dalam empat kewi- bukti dan jaminan bahwa wilayah yang
layahan, yaitu kutanegara, negara agung, mengirimnya akan dilindungi kerajaan
mancanegara, dan pesisiran.16 Karena itu, Mataram dari ancaman pihak lain atau
dalam kategori ini Gresik sebenarnya sesuatu yang mengganggu ketertiban
tidak bisa disebut sebagai wilayah (rust en orde). Hal ini berlangsung saat
mancanegara, tetapi disebut sebagai wi- Belanda ikut campur dalam pengelolaan
layah pesisiran. Saat itu, wilayah pesisiran kekuasaan Mataram di berbagai wilayah.
adalah wilayah kerajaan yang letaknya Namun demikian, tidak jarang
paling jauh dari pusat kerajaan. perilaku kebudayaan Mataram kutoarjo
Sesuai arah dan letaknya, wilayah itu sendiri kemudian ditiru oleh kerajaan
pesisiran dibagi lagi menjadi dua, yaitu lokal yang memiliki afiliasi kepadanya.
Salah satunya adalah Kraton Giri yang
ada di Kemasan Gresik. Jejaring kebu-
15 M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia
(London: MacMillan, 1981), hlm. 148-150.
16 Kartodirjo, Sejarah, hlm. 2. 17 Tim Peneliti, Sejarah, hlm. 19.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 225


dayaan Mataram Kasunanan Surakarta sarkan mitologi ini dapat dinyatakan
diambil dan dipraktikkan dalam pola bahwa orang Lumpur pertama adalah
kehidupan kratonnya, sehingga kelom- orang Madura? Walaupun eksistensi
pok Giri akhirnya menjadi kelompok kebudayaan orang Madura ini kemudian
bangsawan (cavelerois) yang sama dalam kalah dengan masuknya orang Jawa yang
praktik kebudayaan mereka dengan berasal dari Lamongan dan Tuban. Ke-
bangsawan Mataram. Hal ini sama lompok terakhir yang datang inilah yang
kasusnya dengan Kraton Cirebon yang paling mewarnai jejaring kebudayaan
menjadi replika Mataram. Jejaring kebuda- Lumpur, meskipun di dalamnya juga
yaan Jawa Mataram sendiri menyebar terdapat warna kebudayaan Madura.
seturut penguasaan wilayah. Dalam proses sosialisasi antara
Dalam hubungannya dengan kese- penduduk yang sama-sama dianggap
jarahan di atas, maka mitologi yang ber- sebagai pendatang itu, telah menim-
kembang di wilayah Lumpur, Kroman, bulkan saling pengaruh satu dengan yang
dan Gresik umumnya kerap dihubung- lain dalam aspek kebudayaan. Masing-
kan dengan akar genealogis kebudayaan masing kelompok pendatang dalam
Majapahit dan Mataram yang memenga- interaksi-komunikasi verbalnya tetap
ruhinya. Secara mitologi, Desa Lumpur menggunakan bahasa dan adat istiadat
Gresik dibuka oleh para pelarian Maja- mereka, tetapi ketika dihadapkan dengan
pahit dari kelompok Sumenep Madura, kelompok pendatang dari kebudayaan
sesaat setelah pemberontakan Ronggo lain, mereka dituntut untuk mampu
Lawe dibinasakan. Ada juga pandangan berbahasa sesuai kelompok yang dihada-
bahwa orang Madura telah ada dan pinya, atau sebaliknya. Proses ini telah
menetap di daerah ini jauh sebelum berjalan sedemikian rupa, sehingga mem-
pemberontakan itu meletus. Secara kon- bentuk kebudayaan khas ala Lumpur.
tur kewilayahan, wilayah ini memang Pada saat-saat sekarang, kebudayaan
strategis menjadi tempat persinggahan suku Madura kemudian lebih menonjol,
bagi nelayan Madura.18 sepertinya kembali ke proses awal pem-
Lambat laun, daerah ini tumbuh bukaan wilayah. Namun demikan, perbe-
menjadi desa seperti keadaannya dewasa daan yang ada kemudian diikat dengan
ini. Penduduk yang sudah tinggal secara mitologi yang dihubungkan dengan
menurun itu, mempunyai ikatan kekera- tokoh sakral mereka, yaitu Mbah Sindo-
batan yang dahulu memang hanya terdiri joyo. Ikatan ini dapat menjadi norma
atas beberapa keluarga inti, dan kemu- bersama yang mampu mengatur tingkah
dian berkembang menjadi beberapa laku berbagai kelompok yang memiliki
keluarga yang terpencar di sekitar rumah budaya berbeda itu.
induknya. Jumlah itu semakin bertam- Hubungan antara masyarakat Ma-
bah, ketika para pelarian kelompok dura dengan Gresik terikat hingga seka-
Sumenep memilih lokasi ini sebagai rang, seperti hilir mudiknya orang
tempat persembunyian. Apakah berda- Madura, yaitu orang Socah, ke wilayah
Blandongan Lumpur. Setiap pagi, banyak
18 Wawancara dengan Abdul Muhith, kepala Bale penduduk Socah dengan menggunakan
Waring Lumpur (8 Agustus 2010). Beliau bercerita perahu kecil (klotok) sendiri atau ngongkos
banyak tentang sejarah kampung Lumpur dan kepada klotok orang lain untuk membawa
juga tentang derap-derap modernitas yang
dihadapi oleh orang-orang sederhana Lumpur
hasil kebun dan pertanian yang akan

226 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


dijual di pasar lama dan baru Gresik. Orang-orang seperti H. Samwil, H.
Pasar Gresik dipilih karena harga hasil Ismail, Mulyadi, dan H. Hasan adalah
kebun dan pertanian itu lebih mahal, orang Bawean yang sukses beraktifitas
dibandingkan bila dijual di Socahnya ekonomi di Gresik. Bahkan, beberapa
sendiri. Klotok itu kemudian ditambatkan orang Bawean ada yang menjadi anggota
di Blandongan, suatu wilayah perbatasan DPRD dan pimpinan partai. Walaupun
Kroman dan Lumpur Gresik. Para aspek partisipasi politik ini tidak begitu
penumpang klotok disambut oleh para istimewa, karena secara geo-politik, Ba-
tukang becak, yang juga sama-sama wean merupakan bagian dari Kabupaten
berasal dari Madura. Mereka mengan- Gresik yang layak mendapatkan hak
tarkan penumpang dan barang dagang- perwakilan. Namun, masuknya mereka
annya ke pasar. Setelah barang dagangan ke dunia politik partisan telah menggu-
itu habis terjual, mereka berbelanja gurkan anggapan bahwa orang Bawean
kebutuhan sehari-hari keluarga atau hanya berkecimpung dalam persoalan
berbelanja barang dagangan yang bisa pendidikan agama saja melalui jejaring
dijual di Socah. Mereka kemudian pendidikan al-0D·DULI GDQ SHVDQWUHQ
kembali ke Socah sekitar jam 12.00 siang, Sidogiri. Dalam hal ini, mereka telah
sebelum laut bergelombang dan angin mampu memanfaatkan hak politik, khu-
besar datang. susnya untuk mendorong pemerataan
Aktifitas hilir-mudiknya perdaga- pembangunan infrastruktur serta pening-
ngan orang Madura Socah menandakan katan mutu dan pelayanan sarana trans-
bahwa roda pergerakan ekonomi di portasi kapal. Pada setiap aktifitas
Gresik tidak hanya digerakkan oleh ekonomi dan politiknya, mereka tetap
orang lokal Gresik, yang biasa menyebut membawa jejaring kebudayaannya, dari
GLULQ\D VHEDJDL ¶RUDQJ *LUL· DWDX RUDQJ soal bahasa sampai persoalan mengenai
.HPDVDQ· \DQJ PHPEHQWDQJ GDUL 8MXQJ menu makanan dan pandangan hidup-
Pangkah sampai ke Kebo Mas, atau dari nya. Demikian juga bagi orang Bawean
Manyar sampai ke Lumpur. Selain itu, lain yang tinggal di Gresik.20
Gresik pun diramaikan oleh aktifitas Seperti halnya orang Bawean di
orang Bawean dan Banjar yang mela- Gresik, maka orang Madura Socah pun
kukan aktifitas ekonomi di Gresik atau banyak juga yang sudah menetap di
sekadar menjadikan Gresik sebagai pintu Lumpur, Gresik. Menurut informasi,
masuk dan pintu keluar untuk menuju orang Madura Socah yang tinggal di
dan keluar dari pulau Bawean. Bahkan, Gresik mencapai jumlah 800-an orang.21
sudah ada ribuan orang Bawean yang Belum ditambah dengan orang Madura
menetap dan memiliki rumah dan tempat yang berasal dari wilayah lain, seperti
usaha di Gresik. Ada pameo, bahwa setiap Sampang dan Pamekasan yang jumlah-
gang di Kabupaten Gresik, pastilah ada
orang Bawean.19 20 Wawancara dengan H. Samwil, Ketua Partai
Demokrat Gresik yang berasa dari Bawean.
19 Wawancara dengan Mulyadi, seorang Bawean Dengan rinci dia menerangkan perjalanan karir
di pasar lama Gubernur Suryo Gresik (09 Agustus orang-orang Bawean di dunia politik dan
2009; 2010). Ada ribuan orang Bawean di Gresik, membandingkannya dengan kehidupan di dunia
belum lagi di Surabaya; dari yang termiskin dan pesantren.
terkayanya orang Surabaya pasti ada yang berasal 21 Wawancara dengan Hidayat, nelayan Socah di

dari Bawean. Lumpur (10 Agustus 2009).

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 227


nya ditaksir mencapai angka 4.000 orang. orang Madura Socah dan klotok pengantar
Hampir sebagian besar orang Madura ini kru kapal besar.
bekerja di sektor informal, yaitu kuli pela- Walaupun derap modernitas kota
buhan, tukang becak, buruh bangunan, modern seperti pelabuhan ada di desa ini,
pedagang di pasar dan trotoar, dan namun desa ini masih kuat memegang
sebagainya. Terkecuali orang Socah, me- kebiasaan tradisional, terlebih dalam
reka seperti halnya orang Bawean tinggal hubungan kosmologisnya dengan laut itu
menyebar ke seluruh wilayah Gresik. sendiri. Upacara rokat, selamatan atau
Sebaliknya, orang Madura Socah sendiri keselamatan untuk memperoleh sesuatu
dan sebagian kecil orang Madura yang yang dihajatkan, selalu dilakukan di
bekerja menjadi kuli pelabuhan dan tempat pangkalan atau blandongan,
tukang becak yang berasal dari wilayah tepatnya di sekitar tepi pantai yang
lain menetap di wilayah Lumpur, Kro- merupakan tempat berlabuh dan berang-
man, dan Pulopancian. Lebih khusus, katnya perahu nelayan. Upacara diada-
orang Madura Socah kebanyakan tinggal kan setiap tahun sekali, sebagai isyarat
di wilayah Lumpur.22 permohonan (doa) untuk mendapatkan
keselamatan bagi seluruh warga desa
Tradisi dan Modernitas yang Berbaur dalam tugasnya sehari-hari sebagai
Desa Lumpur adalah salah satu nelayan.
desa yang terletak di daerah pesisir utara Cerita rakyat menyebutkan bahwa
kota Gresik. Wilayah tersebut dijadikan upacara ini dimulai sejak mayat seorang
sebagai wilayah baru pengembangan perempuan tua, tanpa diketahui asal-
pelabuhan komersial non-Pelindo. Desa usulnya, terdampar di tepian pantai
seluas 34,6 hektar, yang kebanyakan mereka. Beberapa kali mayat tersebut
tanahnya adalah ´WDQDK NRORUDQµ DWDX dihanyutkan ke tengah lautan, tetapi
´tanah timbulµ PHUXSDNDQ desa nelayan kembali lagi ke tempat semula. Karena
yang diubah menjadi desa pelabuhan dan kejadian itu, mayat kemudian dikubur-
jalur utama transportasi pelabuhan kan di sekitar tempat terdamparnya, dari
menuju Surabaya. Di desa ini, sedikitnya tepi pantai (daratan) yang sekarang.
ada tiga pelabuhan utama, yaitu Tanah tempat kuburan itu lebih tinggi
pelabuhan Batubara, Hess, dan Maspion. dari daerah sekitar, sehingga tidak
Selain itu, ada tiga pelabuhan kecil tergenang air laut. Tempat ini kemudian
semacam tambatan perahu khusus dianggap keramat, sehingga digunakan
nelayan, yaitu bale plastik, bale waring, dan sebagai bale miyang. Walaupun ada versi
bale bobo, serta ditambah Blandongan lain yang lebih kuat, yaitu rokat pang-
yang diperuntukkan khusus bagi klotok kalan itu dilakukan berdasarkan kebia-
saan Mbah Sindujoyo dahulu untuk
mendoakan para nelayan Lumpur.23
22
Menurut cerita rakyat, Desa
Wawancara dengan Ghazali, Kaur Kesra Desa
Lumpur Gresik (10 Agustus). Pemerintah desa
Lumpur ini berasal dari tepian pantai
kesulitan mendata pendatang, karena intensitas yang berlumpur dan mengendap. Karena
keluar masuknya penduduk di desa Lumpur perubahan alam dan kebutuhan pendu-
terbilang tinggi. Ada pendatang harian, musiman,
dan ada juga pendatang tahunan. Bisa saja mereka
kemudian menetap di Lumpur, karena ikatan 23Wawancara dengan Mbah Kaum, sesepuh Desa
pekerjaan atau pun ikatan berumah tangga. Lumpur (10 Agustus 2009).

228 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


duk, maka tepian pantai itu menjadi sebagai penerang dan penunjuk jalan di
suatu pemukiman yang dinamakan Lum- waktu malam hari, kelompok pencak
pur. Berdasarkan letaknya di tepi pantai, silat, pembawa lamaran, pembawa
mata pencaharian penduduknya mayori- kembar mayang penganten lelaki yang
tas adalah nelayan, walaupun ada seba- didampingi kedua orang tuanya, dan
gian kecil dari mereka yang berdagang. pembawa payung serta barisan yang
Agama yang dianut adalah Islam, namun terakhir kelompok hadrah.
demikian juga mereka tetap memegang Dalam soal kependudukan, Lum-
teguh adat istiadat yang ada. Pinutur pur merupakan salah satu desa terpadat
para sesepuh selalu menjadi panutan di wilayah Kabupaten Gresik. Jumlah
dalam kehidupan masyarakat, sehingga penduduk yang terdaftar mencapai
timbul perasaan takut bila melanggar angka 7.575 orang. Belum ditambah
kebiasaan yang berlaku atau kebiasaan dengan penduduk yang tidak terdaftar,
yang sudah ditentukan sesepuh. Misal- karena arus keluar masuk ke wilayah ini
nya, bila seseorang hendak mempunyai berintensitas tinggi. Di desa ini pula,
hajat, baik pernikahan maupun khitan, berbagai kelompok etnik ada dan mene-
maka diharuskan baginya untuk nyekar tap untuk sementara atau tinggal lama.
dan berziarah kepada sesepuh, di anta- Selain etnik Jawa pada umumnya, etnik
ranya ke Mbah Abdullah Sindujoyo. yang ada itu, misalnya, adalah Jawa
Beliau adalah seorang ulama yang pernah Lumpur, Madura, Bugis, Banjar, Batak,
tinggal di sekitar Lumpur dan Kroman. dan Ambon.24 Identitas Jawa Lumpur
Segala pinutur dan perilaku Mbah barangkali akan selalu dipertanyakan,
Sindujoyo ini menjadi panutan penduduk siapa sebenarnya manusia pertama yang
sekitar. Bila suatu saat mereka lupa atau bisa disebut orang Jawa Lumpur itu?
melanggar kebiasaan ini, maka dengan Dalam soal pekerjaan, masing-
izin Tuhan Yang Maha Kuasa akan terjadi masing kelompok etnik di atas biasanya
bencana atau gangguan bagi mereka yang memiliki kekhususan. Selain berprofesi
akan melaksanakan hajat itu. sebagai nelayan segoro, ´wong Lumpurµ
Salah satu adat yang ada di Lum- juga dianggap sebagai pekerja sukses
pur adalah pelaksanaan adat perkawinan pada bidang budidaya bandeng tambak.
(penganten) yang lebih dikenal dengan Pasar ikan bandengnya terbesar di Jawa
nama penganten jadur. Tradisi ini ada Timur. Orang Madura kebanyakan
sejak abad XIX. Istilahnya diambil dari berprofesi sebagai pedagang umum, kuli
suara bunyi-bunyian kelompok pencak pelabuhan, tukang becak, dan pencari
silat yang ikut mengiringi kirab pengan- khusus besi bekas di bawah air atau
ten. Adapun kelompok pencak silat bongkaran kapal; orang Bugis dan orang
terdiri atas penabuh jidor, penabuh Banjar menjadi tauke-tauke kapal dan jual
gendang, pesilat dengan dandanan beli kayu; orang Batak menjadi awak
gendoruwo, macan, dan kera. Alur cerita kapal besar; dan orang Ambon kerap
dari adat penganten ini diawali dengan berprofesi khusus sebagai tukang per-
keluarnya penganten lelaki dari rumah- baikan klotok dan kapal.
nya. Penganten lelaki kemudian dikirab
keliling kampung dan bale-bale (tempat
peristirahatan para nelayan) dengan dii- 24Universitas Petra, CSR Petrokimia bagi Komunitas
ringi pembawa obor (paling depan) Lumpur (Surabaya: UPS, 2007), hlm. 56.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 229


Wilayah Lumpur seolah menjadi akibat pada anggapan umum bahwa
miniatur keindonesiaan, dari persoalan orang Lumpur berbeda dengan orang
ragam etnik, sampai cara tradisional yang Gresik. Salah satu akibat nyata adalah
mewarnai derap modernitas. Orang Lum- jarangnya perkawinan antara orang
pur, atau orang yang berdomisili di Gresik dengan orang Lumpur. Dalam
wilayah Lumpur kerap dianggap sebagai kapasitas ini, Desa Lumpur adalah desa
´RUDQJ NDVDU VSRQWDQ GDQ EHUGLDOHN yang penuh ragam silang budaya, tetapi
DQHKµ \DQJ EHUEHGD GHQJDQ RUDQJ *UHVLN tidak begitu bermakna bila dihadapkan
yang pada umumnya kerap menisbatkan dengan entitas kebudayaan yang diang-
dirinya secara genealogis sebagai ´Rrang gap mainstream, yaitu kebudayaan Giri.
Giriµ. Dalam pandangan umum, Orang Pola silang produksi kebudayaannya
Giri dianggap orang lebih beragama dapat digambarkan pada skema di bawah
Islam karena memiliki hubungan lang- ini.
sung dengan akar spiritualitas para wali
dan habib Arab, bersikap ramah sebagai Skema 1
bentukan pengalaman dari para bangsa- Silang Produksi Kebudayaan Gresik
yang melahirkan Ambang Batas Kebudayaan
wan, dan berhati-hati. Wilayah Kemasan
dan Kebomas adalah pusat utama kebu-
dayaan Giri ini.25
Hal ini berbanding terbalik dengan
anggapan umum masyarakat Gresik
sendiri tentang ´wong Lumpurµ. Mereka
NHUDS GLQ\DWDNDQ VHEDJDL ´RUDQJ \DQJ
beraJDPD VHWHQJDKµ EDFD: setengah
Islam- mungkin dalam arti tercampur
dengan bentuk kepercayaan nenek mo-
yang sinkretisme), menyelesaikan perso-
alan dengan cara kasar, seperti menghen-
tikan langsung atau melempar truk
perusahaan yang mengangkut bahan Sementara contoh pertemuan ke-
baku atau barang jadi yang dirasa meng- budayaan seperti skema tersebut akan
ganggu kehidupan sosialnya, sering diuji pada kasus perkawinan Sani dan
terlibat perkelahian antar kampung, dan Nur dalam paparan selanjutnya.
memiliki dialek yang amat kasar dalam
berbahasa. Mengemas Silang Budaya dalam Bahasa
Praktik kebudayaan ´wong Lum- dan Perkawinan
purµ seperti itu kerap dinisbatkan kepada Wujud saling kesepahaman lintas
akar genealogis kebudayaannya sebagai budaya paling mudah dilakukan dan
para penjaga atau pengawal kekuasaan dimengerti adalah melalui cara perka-
Kraton Giri, juga kelompok Sumenep winan berbeda budaya. Di dalam aspek
dalam pemberontakan Ronggo Lawe jauh ini, semua praktik kebudayaan fisik dan
sebelumnya. Penisbatan semacam ini ber- non fisik akan mudah terpapar. Sejak
pemilihan beserta pertimbangan yang
25Wawancara dengan H. Masudi, Pulopancian
dipakai untuk menentukan pasangan,
Gresik (13 Agustus 2009). sampai pada kehidupan rumah tangga

230 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


pasangan akan tampak dengan berbagai Madura yang dihadirkan sang istri. Nur
keunikan itu. Kasus perkawinan yang adalah seorang asli Madura kebanyakan
diungkapkan ini setidaknya dapat mere- yang berasal dari kampung Socah,
presentasikan pertemuan entitas kebu- Bangkalan, Madura. Komunitas Socah
dayaan yang ada, salah satunya adalah sendiri tidak bisa dilepaskan dari
perkawinan Sani dan Nur di Lumpur, kesejarahan Gresik. Orang Madura yang
Gresik.26 EHUDGD GL 6RFDK VHODOX GLDQJJDS ´OHELK
Dalam suatu proses produksi EDLNµ GDULSDGD RUDQJ 0DGXUD GDUL
silang kebudayaan yang terbentuk dari wilayah lain. Kejujuran yang teruji,
perkawinan, peneliti seringkali melihat tuturan dan perilaku yang sopan telah
bahwa perempuan merupakan faktor menempatkan orang Madura Socah seo-
utama penjagaan tradisi kebudayaan lah diperkenankan untuk hidup betah
yang ada, terlebih pada perempuan yang bersama orang berbeda entitas kebuda-
hidup dalam dan dihidupi oleh suatu yaan di Gresik. Kampung yang berada di
kebudayaan mainstream. Si perempuan Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan
akan membawa paham dari jejaring pulau Madura ini sendiri dapat ditempuh
kebudayaannya masuk ke setiap perilaku satu jam melalui perjalanan laut dari
anggota keluarga (suami dan anak), Lumpur Gresik dengan menggunakan
sehingga akan membentuk tradisi ke- klotok.
luarga baru sesuai entitas kebudayaan Tidak seperti Nur, Sani adalah
perempuan. Dalam arti ini, kebudayaan seorang yang dilahirkan di Gresik dan
mainstrem yang dimiliki perempuan da- keluarganya memiliki hubungan dekat
pat dikatakan mampu memaksa pasang- dengan jejaring kebudayaan Giri. Kelu-
an yang berbeda entitas kebudayaan de- arga Sani tinggal di wilayah Pulopancian.
ngannya untuk ikut masuk ke dalam Wilayah ini merupakan wilayah tua kam-
jejaring kebudayaannya. Tetapi, apakah pung Arab. Hampir seribu orang Arab
model seperti itu selalu menjadi kenis- menetap di kampung ini. Pak Kos, orang
cayaan pada setiap perkawinan di wila- tua Sani sendiri, menempati rumah di
yah Lumpur? Pulopancian karena mendapatkan tanah
Kasus pernikahan Sani yang asli hibah dari orang Arab. Saat itu, pak Kos
Gresik dengan Nur yang Madura dan dianggap sebagai orang saleh dan pantas
tinggal di daerah Lumpur akan menjadi menjadi pemimpin literar dalam kehidu-
khas dan menjadi salah satu anomali dari pan beragama Islam di kampung itu.
sesuatu yang dianggap lumrah itu. Sebelum dan sampai menikah, Sani tidak
Entitas kebudayaan laki-laki, apalagi bekerja tetap. Ia bekerja serabutan,
masuk dalam kebudayaan mainstream, kadang menjadi nelayan di Socah, peda-
dapat membendung hasrat kebudayaan gang di pasar Gresik, dan bahkan pernah
mencoba peruntungan di Malaysia na-
mun gagal. Terakhir, ia membuka
26 Wawancara dengan Sani (32 Tahun), Nur (28
warung kecil milik musholla. Dapat
tahun), dan Bu Hawa (59 tahun, ibu Sani) di
Lumpur dan Pulopancian (tanggal 9-12 Agustus dikatakan, NHKLGXSDQ HNRQRPLQ\D ´NHP-
2009); Ibu Maryati (57 tahun, Ibu Nur), Mbah Qom EDQJ NHPSLVµ 6HODPD LQL NHOXDUJD 1XU
(31 tahun, Kakak Nur), Pak Zul (64 tahun, ayah lah yang paling banyak membantu secara
Nur), dan Mas Nano (22 tahun, Adik Nur) di ekonomi untuk menghidupi kehidupan
Socah, Bangkalan, Madura (tanggal 12-13 Agustus
pasangan muda beranak tiga. Bentuk
2009).

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 231


bantuan itu berupa kebutuhan sehari-hari Surakarta). Anak-anak mereka pun
berupa makanan dan susu anak-anak, mengikuti kebiasaan itu.
sampai membangunkan sebuah rumah di Nur baru merepresentasikan kem-
Gresik. Puluhan juta uang dikeluarkan bali jejaring kebudayaannya ketika ia
oleh keluarga Nur. berada dan bertemu dengan para pelaku
Padahal secara ekonomi pun, di wilayah-wilayah di mana kebudayaan
orang tua Nur tidak seberuntung keluar- asalnya itu hidup, yaitu di Lumpur atau
ga Sani. Bapaknya yang pengemudi klotok di Socah. Nur sebagai perempuan tidak
pengantar crew kapal menetap di Lum- bisa menurunkan tradisi kebudayaan
pur dan ibu kandungnya yang bekerja asal, terlebih kebudayaan tutur kepada
sebagai pengupas tripang di Socah selalu anaknya. Dalam hal ini dinyatakan
membantu pasangan ini. Sani diposisikan bahwa Nur sebagai perempuan tidak
sebagai menantu kesayangan, dibanding- menjadi faktor utama dalam menjaga
kan tiga menantu lainnya di Lumpur dan tradisi dan kebudaayaan yang ada.
6RFDK 6HEXWDQ ´RUDQJ QHWUDOµ EDJL 6DQL Padahal Sani sendiri sebenarnya sering
pun kerap terdengar dari keluarga Nur. menggunakan kata-kata yang keras, sama
Kata netral bagi Sani dalam konteks orang kerasnya dengan dialek orang Lumpur.
Madura di Lumpur mengandung makna Tetapi, hal itu masih dianggap wajar oleh
bahwa Sani adalah orang yang baik hati, Nur dan keluarganya. Demikian juga,
sopan, ramah, dan berasal dari keluarga dalam soal kebiasaan yang dilakukan ke-
yang beragama. Keluarga Sani dianggap luarga ini, mereka lebih cenderung
sebagai kelompok orang Giri yang memi- menggunakan kebiasaan dan praktik ke-
liki tingkat kebudayaan dan tingkat budayaan orang Gresik secara umum.
keagamaan lebih tinggi dibandingkan Terlebih dalam soal ibadah, majelis
dengan anggota kelompok lain non Giri taklim, dan upacara siklus kehidupan
yang patut dihormati. (slametan, cukur rambut, dan seba-
Berbagai bentuk penghargaan gainya), keluarga menggunakan cara-cara
dinyatakan dalam kehidupan keluarga yang lebih Islami dibandingkan dengan
pasangan muda ini. Walaupun secara kebiasaan orang Lumpur.
pribadi, Nur sebenarnya seorang yang Dalam persoalan perkawinan si-
´FHUHZHWµ GDQ YXOJDU GDODP EHUEDKDVD ODQJ EXGD\D WHUNKXVXV DQWDUD ´RUDQJ
seperti umumnya Orang Lumpur, namun Lumpur dan orang Gresik atau orang
ketika berkomunikasi dengan Sani dan *LULµ GL DWDV WHODK PXQFXO GLIHUHQVLDVL
keluarganya, ia sangat menjaga ucapan SDQGDQJDQ PHQJHQDL ´WLSH-WLSH LGHDOµ-
dan berhati-hati bersikap. Keluarga ini nya. Perhatikan skema di bawah ini:
pun berkomunikasi tidak menggunakan Skema 2
bahasa Madura atau bahasa orang Diferensiasi Pandangan Orang Gresik
Lumpur, seperti akar kebudayaan yang terhadap Tipe Perkawinan Lintas Budaya
Fenomena Diferensiasi Pandangan Orang Keterangan
dimiliki oleh ibunya. Komunikasi disam- Orang Giri- Orang Lumpur
Gresik
paikan tetap dalam bahasa Jawa Timuran Perempuan Lebih baik Sebuah cita- Kasuistik
atau Suroboyaan, namun disampaikan (Giri) jangan cita
menikah dilakukan
dengan nada rendah dan diucapkan da- dengan Laki-
laki
lam dialek halus seperti orang Giri yang (Lumpur)
memiliki akar genealogis kebudayaan Alasan: Laki-laki Sangat jarang
Lumpur seperti terjadi, sehingga
dengan Jawa Mataraman (Kasunan halnya Jawa kerap menjadi

232 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Koek dianggap sekadar mimpi.
urakan, Perempuan Giri
yang dibentuk jejaring kebudayaan ber-
berbahasa kasar, dianggap lebih bagai komunitas itu sendiri masih tetap
dan kurang terhormat,
beragama terjaga, dan ada dan merebak dalam kehidupan
(sinkretik) beragama keseharian mereka. Produk kebudayaan
Perempuan Kasuistik! Sangat Baik Tidak
(Lumpur) Lebih baik umum yang tersusun sesungguhnya banyak,
menikah jangan
dengan Laki- dilakukan
namun tulisan ini membatasinya pada
laki (Giri) dua aspek produk kebudayaan saja, yaitu
Alasan: Memungkinkan, Laki-laki Giri
tetapi harus dianggap ramah, aspek kebudayaan tutur (bahasa) dan
sangat hati-hati ningrat,
khususnya beragama; dan
aspek perkawinan, seperti dalam kasus
dalam memilih perempuan Sani dan Nur. Dua hal ini penting, karena
perempuan dan Lumpur
keluarganya dianggap ulet merupakan bentuk pengejewantahan
dan pekerja keras
Pernikahan Baik Baik Umumnya
langsung kebudayaan komunitas dalam
sama entitas konteks kewilayahan tertentu.
kebudayaan
Alasan: Sekufu (satu Ya...barangkali Bahasa dan perkawinan, bagi
derajat) cocoknya itu... Julian Steward,27 adalah produk budaya
yang berhubungan erat dengan adaptasi
Dalam kasus di atas, sepertinya individu atau sekelompok individu de-
kebudayaan Giri sebagai kebudayaan ngan lingkungan yang ada. Untuk
mainstream lebih mampu menghegemoni menjelaskan hubungan tanda-tanda
kebudayaan marginal yang hidup di budaya dengan lingkungan semacam ini,
sekitarnya. Sosok Sani yang miskin dalam maka diperlukan upaya yang bersifat
kebudayaan material (fisik), namun hi- tautologis dengan mempersoalkan adap-
dup dan dihidupi kebudayaan non-fisik tasi di dalamnya secara sirkular. Keles-
Giri tetap mendapatkan posisi istimewa tarian hidup tidak hanya diukur dengan
dalam pandangan orang yang berada di keberhasilan reproduksi, tetapi juga
luar kebudayaannya. Posisi ini menem- bagaimana sekelompok individu itu da-
patkan kebudayaan mainstream kemudian pat mengkomunikasikan maksudnya. Ini
menjadi pemenangnya. Sebaliknya, Nur adalah serangkaian bukti petunjuk adap-
yang berada dan telah diidentifikasi tasi. Kepunahan, baik dalam bahasa
VHEDJDL ´RUDQJ /XPSXU GDQ RUDQJ 0adu- verbal maupun generasi merupakan
UDµ VDGDU GLUL DWDV SRVLVL LWX VHKLQJJD bukti mengenai kegagalan beradaptasi.
jejaring kebudayaannya tidak bisa ikut Label adaptasi, sebagaimana yang
mewarnai pembentukan tradisi dan dilakukan Nur yang asli Lumpur ketika
kebiasaan keluarga barunya, lebih khusus berhadapan dengan kebudayaan main-
dalam hal berkomunikasi bahasa verbal. stream yang dimiliki Sani itu, kemudian
dapat digunakan sebagai label deskriptif
Adaptasi Kebudayaan: Bahasa dan yang menyatakan suatu proses yang telah
Perkawinan terjadi dari waktu ke waktu, tidak timbul
Terlepas dari pembahasan menge- masalah apapun. Akan tetapi, begitu
nai kondisi-kondisi fisik pelabuhan, tulis- orang mencoba menggunakan konsep
an ini akhirnya lebih menekankan pada adaptasi itu sebagai piranti untuk men-
produk kebudayaan yang dihasilkan dari jelaskan proses kemunculan itu sendiri
hubungan berbagai komunitas kebudaya- atau proses historisnya, maka penjelasan-
an yang menjadi para penggerak tum-
buhnya pelabuhan. Produk kebudayaan 27 Kaplan dan Manners, Teori, hlm. 114-118.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 233


nya menjadi bersifat tautologis. Ini karena kebudayaan. Di dalam pergulatannya
pengertian pelestarian hidup sudah akan semakin terbukti bahwa bahasa
tersirat dalam istilah adaptasi, kira-kira sebagai identitas verbal komunitas suatu
VHSHUWL WHUVLUDWQ\D SHQJHUWLDQ µWLGDN masyarakat tidak terbantahkan merupa-
mHQLNDKµ GDODP LVWLODK ODMDQJ DWDX JDGLV kan citra diri sekaligus afirmasi eksistensi
Bahasa dan perkawinan merupakan bukti diri, dan pada berbagai sisi, memperta-
otentik dari bekerjanya suatu kebuda- utkan sistem sosial yang berlangsung di
yaan, sekaligus bukti bahwa warga dalamnya. Bahasa juga memberi ruang
budaya itu telah berhasil baik dalam interaktif dan kreatif tersendiri. Terlebih
melakukan semacam adaptasi terhadap ODJL µEDKDVD LEXµ \DQJ VHMDN PXOD
lingkungannya. Seandainya tidak demi- hendak diperankan menjadi bagian dari
kian, dua tanda budaya itu niscaya sudah reproduksi pergaulan yang membentuk
lenyap dan kalaupun ada peninggalan, sejumlah gagasan budaya. Makna yang
itu hanya akan berupa kenangan arkeo- terbangun dalam bahasa memungkinkan
logis tentang kegagalan budaya dan proses pencitraan tiap budaya, semakin
pelaku budaya itu beradaptasi dalam menumbuhkan diskursus mengenai iden-
menghadapi kondisi-kondisi yang berbe- titas keseluruhan atau sekelompok etnik
da di luar dirinya. di dalam masyarakat.
Oleh karena itu, bila ada dua atau Bahasa dalam budaya, sebagai-
lebih kebudayaan dalam suatu lingkung- mana seni dalam tradisi, di dalam sebuah
an yang sama, dan menemukan bahwa komunitas etnik masyarakat mana pun,
satu budaya melebarkan sayap dengan diakui atau tidak, kemudian menandai
´PHUXJLNDQµ EXGD\D \DQJ ODLQ PDND LWX eksistensi kehidupan sosial yang bermu-
harus dilihat dalam bingkai bahwa buda- ara pada kreatifitas, baik dalam skala
\D SHUWDPD WHODK PHODNXNDQ ´SURVHV makro atau pun mikro. Semuanya,
adaptasi \DQJ OHELK EDLNµ WHUKDGDS hampir mengarah pada medan pergulat-
lingkungan tertentu, dalam banding- an ide sehingga simbol-simbol mutakhir
annya dengan adaptasi yang dilakukan yang kelak muncul akan semakin mene-
oleh budaya dan pelaku budaya yang gaskan identitas masyarakat. Hal ini
digusurnya itu. Proses adaptasi yang berlaku juga bagi keragaman bahasa ibu
berkesinambungan ini melahirkan posisi lain yang tidak dapat dielakkan lagi telah
strategis sebagai kebudayaan mainstream menguatkan eksistensi bahasa Indonesia
pada saat kemudian. Petunjuk atau sebagai basis bahasa dan menjadi titik-
buktinya justru diambil dari kenyataan tolak spirit nasionalisme yang mengu-
ekspansi yang terjadi itu. Kadang- raikan semiotika, kode, simbol, metafor,
kadang, dinyatakan bahwa suatu budaya kreasi, impresi dan ekspresi dalam
DWDX VXDWX WLSH VWUXNWXUDO ´PHPEXN- perspektif kebudayaan maupun pera-
WLNDQ DGDSWDVL PHQ\HOXUXKµ GHQJDQ daban yang dibangun masyarakat.
melebarluaskan dalam zona-zona ling- Bisa jadi kegigihan suatu masya-
kungan atau niche· HNRORJLV \DQJ OXDV rakat memahami dan menggunakan
lingkupnya.28 bahasa daerah sebagai subsistem dari
Akhirnya, bahasa menjadi salah bahasa ibu dalam berbagai komunikasi
satu pembeda utama sebuah wilayah verbalnya, akan membuka pemahaman
serta diskursus lokalitas tersendiri. Juga
28 Ibid., hlm. 115. dalam konteks budaya, ke dalam ruang

234 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


lingkup pembahasan yang meneguhkan kebudayaan mainstream yang ada atau
semarak kehidupan hubungan berbangsa entitas kebudayaan lainnya.
antara etnik. Seperti halnya penurunan Kebutuhan atas strategi kebuda-
tradisi apapun, maka secara umum, yaan kemudian menjadi penting, karena
bahasa khas lokalitas dapat dan mampu ia menjadi laten dalam kepentingan
bertahan bila ia ada di dalam proses mempertahankan kebudayaan itu. Stra-
perkawinan yang bukan silang budaya. tegi ini dapat muncul dan diolah dengan
Sebaliknya, perkawinan yang silang bu- baik, bila para pelakunya tahu dan
daya berpretensi menghasilkan pemba- mengerti pada kesejarahan kebudayaan
uran bahasa yang bisa saja menjadi unik, di mana ia hidup di dalamnya. Seperti
atau pun memilih bahasa yang berada pernyataan Boas, bahwa untuk menje-
dan hidup dalam kebudayaan mainstream, laskan fenomena kebudayaan, hendaknya
ataupun mencari pilihan lain yang bukan menunjuk kembali pada lingkaran yang
bahasa kedua pasangan perkawinan telah terjadi sebelumnya, seperti sesuatu
silang budaya itu, yaitu bahasa formal. yang terjadi berulang-ulang menjadi basis
Perkawinan akhirnya menjadi me- utama yang sangat ditekankan dalam
dia utama sebuah proses produksi buda- ilmu sejarah, walaupun tidak selalu
ya yang bersifat peniruan yang repetitif. dianggap berlaku umum oleh para ahli
Proses ini adalah sangat wajar, karena antropologi.29 Karena pentingnya proses
dalam dunia kebudayaan (berbahasa dan pembentukan kebudayaan inilah, maka
berkesenian) sifat saling meniru bukanlah dua aspek utama kebudayaan (bahasa
hal yang tidak mungkin, akan tetapi dan perkawinan) pada masyarakat
memang merupakan sifat dari ma- Lumpur Gresik tersebut digabung dalam
syarakat di manapun juga. Bahkan sering suatu analisa pembahasannya. Dalam arti
dinyatakan bahwa peniruan adalah salah ini, tulisan ini setidaknya mengung-
satu dari sendi yang penting dalam kapkan kebudayaan orang biasa tentang
perkembangan kebudayaan. Dengan praktik budaya dan bahasa yang melekat
demikian, pola berbahasa dalam lingkup pada perkawinan itu, sehingga dam-
lokalitas dapat saja ditiru oleh generasi paknya bukan untuk menggeneralisa-
berikutnya yang berada di dalam sebuah sikan kebudayaan itu, tetapi hanya
jejaring genealogis perkawinan. mencari diferensiasi kebudayaan dalam
Bisa dikatakan bahwa perkawinan masing-masing konteksnya.
seperti yang terjadi pada Sani dan Nur
telah menjadi satu simpul utama sejarah Penutup
pembentukan kebudayaan yang khas. Dua fenomena besar kebudayaan:
Entitas kebudayaan Wong Lumpur atau bahasa dan perkawinan yang bersang-
pun Jawa Giri di Gresik akan diwariskan kut-paut dengan ambang batas kebuda-
dan ditiru kepada dan oleh generasi yaan yang berada di wilayah Lumpur,
berikutnya melalui jalan perkawinan Gresik, berpijak pada akar genealogis
yang bukan silang budaya. Kalaupun kesejarahan sebagai wilayah yang dibuka
terjadi perkawinan silang budaya, maka bersama dan kemudian berkembang
pertaruhannya adalah apakah kebuda- menjadi jalur pengembangan wilayah.
yaan marginal itu dapat memenangkan
´NRPSHWLVL EHUNHEXGD\DDQµ PHODZDQ 29 R.H Lowie, Primitive Society (New York:
Liveright, 1920), hlm. 23.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 235


Wilayah Lumpur, Gresik merupakan persoalan ambang batas budaya
pengembangan wilayah gurita dan jalur komunitas perkotaan di Gresik, sama
penting hubungan Gresik-Surabaya mela- sulitnya dengan menentukan jejaring
lui tol Manyar yang banyak dipilih oleh entitas kebudayaan yang ada, beserta
masyarakat dan pengusaha, dibanding- berbagai penghadapan masing-masing,
kan melalui rute Pulopancikan²Kebomas baik yang dilakukan oleh atau antara
-Oslowilangon yang telah padat dengan kebudayaan marginal dengan kebuda-
permukiman. Pernyataan dengan mena- yaan mainstream atau sebaliknya. Kesu-
rik benang merah seperti ini didasarkan litan akan terlihat nyata pada saat
atas akar genealogis yang sebenarnya merunut akar genealogis dan rasionalitas-
tidak bisa dilakukan secara hitam putih rasionalitas yang terdapat dari lalu lintas
saja, tetapi harus dirunut dan diper- fenomena silang budaya itu. []
hadapkan dalam proses produksi silang
kebudayaan yang bersifat dinamis. De- Daftar Pustaka
ngan demikian, adalah sebuah kenis- Baudrillard, Jean. Simulation. New York:
cayaan bahwa semua proses pertemuan Semiotext[e], 1983.
silang budaya di atas menghasilkan suatu Bhabha, Homi. The Location of Culture.
ambang batas kebudayaan yang tidak London & New York: Routledge,
pernah jelas batas-batasnya. Karena 1994.
keseluruhan proses itu, hidup dan Bourdieu, Pierre. The Field of Cultural
dihidupi dalam kepadatan lalu lintas Production: Essays on Art and
jejaring kebudayaan yang saling meleng- Literature Pierre Bourdieu.
kapi. Columbia: Columbia University
Salah satu cara mengurai jejaring Press, 1993.
kebudayaan itu adalah dengan cara Breman, Jan. Penguasaan Tanah dan Tenaga
adaptasi. Adaptasi bisa menghasilkan Kerja: Jawa di Masa Kolonial.
pola-pola pertemuan secara sinergis dari Jakarta: LP3ES, 1986.
berbagai kebudayaan, seperti yang ada Broeze, Frank (ed). Brides of the Sea: Port
pada karakter kebudayaan hybrid. Walau- Cities of Asia from the 16th-20th
pun bisa juga melahirkan pola kebuda- Centuries. Kensington: New
yaan baru yang sifatnya lebih condong South Wales University Press,
kepada kebudayaan mainstream, atau juga 1989.
pada kebudayaan marginal sesuai ke- Carey, Peter BR. Babad Dipanegoro. Kuala
mampuan lingkungan untuk meme- Lumpur: Art Printing Works,
ngaruhi para pelaku budaya di dalam- 1981.
nya, seperti pada kasus Nur yang kalah Fernando, M.R. Peasant and Plantation
oleh kebudayaan mainstream Giri Gresik Economy: The Social Impacts of
dari suaminya, Sani. Adaptasi kebuda- European Plantation Economy in
yaan seperti inilah yang sesungguhnya Cirebon Residency from The
juga ikut mempengaruhi gerak trans- Cultivation System to The End of
formasi sosial kebudayaan di berbagai First of The Tentieth Century.
wilayah yang memiliki intensitas tinggi (Dissertation Ph.D, Monash
dalam lalu lintas kebudayaan etnik. Oleh University, Australia, 1982.
karena itu, menentukan gerak trans- Geertz, Clifford. The Religion of Java. New
formasi sosial kebudayaan terlebih dalam York: Free Press, 1960.

236 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Grijns, C.D. and S.O. Robson. Cultural Kleden, Ignas. Thick Description: Monografi
Contact and Textual Interpretation. Pemikiran Clifford Geertz. Jakarta:
Holland: Foris Publication, 1986. LP3ES, 1984.
Hanafi, Hassan. Oksidentalisme: Sikap Kita LIPI. Policy Paper Bahasa dan Kebudayaan
terhadap Barat, Pengantar Oksiden- Etnik Minoritas: Vitalitas dan
talis (0XTDGGLPDK IL ¶,OPL DO- Kemungkinan Pemertahanannya.
Istighrab). Jakarta: Paramadina, Jakarta: Pusat Penelitian Kema-
2000. syarakatan dan Kebudayaan
Harvey, David W. Social Justice in the City. LIPI, 2013.
London: Edward Arnold, 1973. /RPEDUG 'HQ\·V Nusa Jawa Silang
+XPDHGL 0 $OLH ´0HQFDUL .HELMDNDQ GL Budaya. Jakarta: Gramedia, 2000.
Tengah Hutan pada Masyarakat Lowie, R.H. Primitive Society. New York:
7DX 7DD :DQD µ GDODP $EGXO Liveright, 1920.
Rachman Patji, Etnisitas dan Ricklefs, M.C. A History of Modern
Pandangan Hidup di Sulawesi Indonesia. London: MacMillan,
Tengah. Jakarta: LIPI Press, 2008. 1981.
----------- ¶3HQJDNXDQ +DN-hak Kewar- Suhartono. Bandit Pedesaan: Studi Historis
ganegaraan Komunitas adat 1850-1942. Yogyakarta: Aditya,
Terpencil Tau Taa Vana di Tojo 1995.
Una-Una Sulawesi TengDK· Universitas Petra. CSR Petrokimia bagi
Jurnal Kajian, Vol. 17, No. 3 Komunitas Lumpur. Surabaya:
(September 2012), hlm. 329-352. UPS, 2007.
Kaplan, David dan Manners. Teori Syafir, Ahmad. Ontologi Menemukan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Bawean. Gresik: Boyan Press,
Pelajar, 1999. 2005.
Kartodirdjo, Sartono. Ratu Adil. Jakarta: Tim Peneliti. Sejarah Rembang. Rembang:
Gramedia, 1977. Sekretaris Daerah, 2003.
------------. Pengantar Sejarah Indonesia Baru
1500-1900; Dari Emporium sampai
Imperium. Jilid I. Jakarta:
Gramedia, 1989.

ÐÐÐ

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 237

Anda mungkin juga menyukai