Rismawati Isbon
Universitas Tadulako, Palu
JL. Soekarno Hatta, Km.9 Tondo, Mantikulore Palu
E-mail : rismawatiisbonp@gmail.com
Naskah diterima tanggal 5 April 2018. Naskah direvisi tanggal 23 April 2018. Naskah disetujui tanggal 18 Mei 2018
Abstract
Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian berjudul Orang Tidung di Tapal Batas Membangun
Negeri Merawat Harmoni : Kajian Hubungan Antarsuku bangsa di Kabupaten Nunukan Kalimantan
Utara. Penelitian etnografi kritis ini mengkaji konstruksi identitas etnik dan aspek budaya orang
Tidung di Kabupaten Nunukan. Data dianalisis secara interaktif, meliputi reduksi data, displai data dan
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan, identitas etnik Tidung, terbangun dari beberapa versi dari hasil
interpretasi kelompok-kelompok etnis Tidung sendiri yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan
Utara, bahkan orang Tidung yang berasal dari Malaysia Timur. Terdapat dua pendapat dari versi
identitas orang Tidung. Pertama, orang Tidung adalah bagian dari etnis Dayak dan kedua orang Tidung
sebagaimana yang ada dalam mitologi adalah kelompok etnis tersendiri. Dalam perkembangannya,
orang Tidung di beberapa daerah, seperti orang Tidung di Tarakan tergolong maju, sementara lainnya,
seperti orang Tidung di Kabupaten Nunukan tergolong masih hidup secara sederhana. Kesederhanaan
orang Tidung di Kabupaten Nunukan tercermin dari orientasi nilai budaya yang mereka miliki untuk
hidup secara bersahaja. Dalam kehidupan keagamaan, generasi tua orang Tidung tergolong Islam
pluralistik, sementara generasi mudanya berupaya membebaskan diri dari unsur-unsur pluralisme
dalam agama Islam yang mereka anut. Dalam era reformasi ini, terlihat mulai terbangunnya kesadaran
akan penguatan politik identitas yang ditandai dengan munculnya “Pan Dayak” yang mencerminkan
arena persaudaraan antara orang Dayak dengan orang Tidung dalam organisasi PUSAKA (Persatuan
Suku Asli Kalimantan). Semangat kebangkitan politik identitas perlu dicermati, karena Kabupaten
Nunukan termasuk wilayah yang pluralistik.
Kata Kunci : Orang Tidung, identitas etnik, budaya, kehidupan keagamaan
Abstrak
This article was a part of research result titled “Tidung People in State Line Build Nation Caring Harmony:
A Study on Inter-Tribes Relations in Nunukan District of North Kalimantan.This research as critical
ethnographic research examines the construction of ethnic identity and cultural aspect of Tidung people in
Nunukan district. Data were analyzed interactively includes data reduction, data display, and verification.
The results of the research indicate that ethnic identity of Tidung was built from several versions of
interpretation result of Tidung ethnic groups it self originating from several areas in North Kalimantan,
even Tidung people from East Malaysia. There is two opinion of Tidung people identity version. The first,
Tidung people are part of Dayak ethnic and the second, Tidung people as in mythology is a distinct ethnic
group. In its development, Tidung people in some areas such as in Tarakan is classified develop, while
another area such as in Nunukan is classified as people with living simply. The simplicity of Tidung people
in Nunukan district is reflected in their cultural orientation for a homely life. In religious life, Tidung older
Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 31
generation is classified as pluralistic Islam while the young generation tries to release from the pluralism in
their religion. In this reformation era, appears the awareness of identity politic strengthening as indicated
by the emergence of “Pan Dayak” that reflects brotherhood arena between Dayak and Tidung people in
PUSAKA (Persatuan Suku Asli Kalimantan) organization. The spirit of identity politic renaissance should
be observed because Nunukan district is a pluralistic area.
Keywords: Tidung people, ethnic identity, culture, religious life
A
kawin-mawin yang memungkinkan terjadinya
da hal menarik menulis orang Tidung
fenomena akulturasi, maupun asimilasi.
di Pulau Sebatik, sebuah pulau yang
Orang Tidung sebenarnya, bukanlah etnik
menjadi Tapal Batas Indonesia - Malaysia
yang masih tertutup, karena sudah terjadi hubungan-
di Kabupaten Nunukan. Pertama orang Tidung
hubungan sosial dengan etnik lain. Namun
di pulau ini hanya bermukim di tiga buah desa
demikian, bagi masyarakat lain di pulau Sebatik,
Kecamatan Sebatik Barat. Padahal di Pulau Sebatik
memiliki streotip sendiri sebagai masyarakat yang
terdapat 4 kecamatan, ini berarti orang Tidung,
hidup sederhana dengan orientasi nilai budaya yang
tergolong minoritas dari orang Bugis yang menjadi
cenderung menghargai masa lalu dengan sedikit
penduduk mayoritas di pulau tersebut. Namun
masa kini. Karena itu, dalam bekerja mereka tidak
demikian, orang Tidung adalah penduduk asli
memburu status sosial, tetapi secukupnya saja
Pulau Sebatik yang telah menjadi penghuni tetap
sehingga terkesan terkebelakang atau tertinggal
sejak abad 17. Dengan tangan terbuka orang Tidung
dibanding kelompok etnis pendatang atau para
menerima para migran, terutama migran Bugis
migran, terutama dari kalangan migran Bugis.
yang kemudian menjadi penguasa Pulau Sebatik.
Gejala ini sebenarnya sangat mengkhawatirkan
Konsekuensinya, Pulau Sebatik yang
jika tidak dikelola secara benar. Masyarakat lokal
membawahi empat kecamatan, menjadi sebuah
yang merasa termarginalkan, akan membangun
pulau dengan penduduk multi etnis : Bugis,
kesadaran internal untuk melakukan resistensi.
Jawa, Flores, dan beberapa etnik lainnya. Namun
Agaknya, di sini letak pentingnya tulisan ini
demikian, para migran tersebut telah menjadikan
agar dapat memahami identitas etnik Tidung,
pulau ini lebih maju. Sebaliknya, orang Tidung tidak
kebudayaan dan kehidupan keagamaannya, agar
banyak berubah. Orang Tidung, terlihat menjadi
dapat lebih mudah mengintegrasikan kelompok
kelompok etnis yang memiliki batas-batas yang
etnis ini dalam pembangunan.
jelas (well-defined boundaries) yang membedakan
antara etnik Tidung dengan etnik lainnya di pulau Konstruksi Identitas Orang Tidung
tersebut. Menurut Amir Hamzah (1999 : 21) asal usul
Naroll ( Barth, 1988 : 11) yang mengidentifikasi orang Tidung saat ini setidaknya terbagi ke dalam
kelompok etnik sebagai satu kesatuan pendudukan 3 versi, yakni 1) versi masyarakat Tidung sendiri,
dengan ciri-ciri : (1) secara tertutup berkembang 2) versi pemerintahan Hindia Belanda dan 3) versi
biak dalam kelompoknya; (2) memiliki nilai- pemerintah Republik Indonesia Cq. Pemerintah
nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam Kabupaten Bulungan. Pengertian ketiga versi
kebudayaan; (3) mewujudkan arena komunikasi tersebut berbeda-beda.
dan interaksi sosial, dan (4) mempunyai anggota Pertama, versi menurut masyarakat Tidung
yang mengenali dirinya serta dikenali oleh orang yang meyakini, bahwa nenek moyang mereka
lain sebagai bagian dari satu kategori yang dapat berasal dari daratan Asia yang bermigrasi sekitar
dibedakan dengan kategori lainnya. abad ke V - I SM. Saat itu, terjadi eksodus manusia
Pandangan di atas sebenarnya terlalu dari daratan Asia menuju pulau-pulau di sebelah
ekstrim. Kelompok etnis dengan ciri well define Timur dan Selatan. Diduga mereka mendarat di
boundaries, ada ketika suatu kelompok etnis masih pantai Timur Pulau Kalimantan bagian Utara
dalam kelompok-kelompok kecil yang hidup pada yaitu sekitar daerah Labuk dan Kinabatangan.
lingkungan yang relatif tertutup dengan sentimen Kemudian, mereka menyebar dengan berbagai
kemasyarakatan yang kuat. Sudah barang tentu, alasan ke daerah-daerah pesisir pantai dan di tepi-
kelompok masyarakat seperti ini, sudah sulit tepi sungai besar serta di pulau-pulau di sebelah
dijumpai karena berbagai faktor seperti semakin Timurnya seperti pantai Timur Sabah berbatasan
berkembangbiaknya populasi, maupun jaringan- dengan daerah Kudat di Utara hingga Tanjung
Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 33
prajurit itu kemudian mulai memeriksa pohon. Sumbal inilah kemudian menyebar ke berbagai
Ternyata di balik pohon bambu itu terdapat sebuah tempat di Semenanjung Bagian Timur Laut Pulau
telur yang sangat besar. Lalu telur itu diambil Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya.
prajurit untuk dibawah pulang untuk diperlihatkan Menurut versi ini orang Tidung dahulu kala
kepada anak raja, suami dari istrinya yang lagi tinggal di sepanjang sungai-sungai di pertengahan
mengidam ingin memakan daging buruan. Borneo Timur hingga ke utara di Batu Tinagat dekat
Sesampainya di rumah, diperlihatkan oleh Tawau. Bukti jelas eksistensi sukubangsa Tidung
raja dan raja menginginkan agar telur itu ditunggu adalah yang terawal di kawasan daerah Tawau
sampai masa penetasannya, agar dapat diketahui ialah nama tempat yang menggunakan panggilan
telur ini dari jenis binatang apa. Setelah ditunggu dalam bahasa Tidung seperti nama Tinagat yang
seminggu akhirnya telur itu menetas dan yang berarti ‘tebang’ dan Membalua yang berarti ‘hantu’.
ada dalam telur itu ternyata adalah manusia. Batu Tinagat atau Batu Payung berasal dari cerita
Anak manusia yang lahir dari telur itu pun oleh masyarakat Tidung Tawau (Batubara, 2014 : 130).
sang raja diberi nama sebagai Tidong, kamu ini Kaitan antara Tidung Tawau dan orang
Tidung asal Sebuku merupakan cerita lisan yang
orang Tidong. Karena asal didapatkannya telur ini
diinformasikan secara historis ini telah mengalami
dari atas bukit gunung-gunung di tengah hutan.
perubahan. Berdasarkan Tidung Tawau hanya
Kemudian anak itu pun tumbuh layaknya manusia
mengisahkan peristiwa yang berkaitan dengan
yang lain, serta menikah beranak-pinak hingga
penamaan Tawau dan Batu Tinagat, sedangkan
membentuk perkampungan sendiri dan tinggal di Tidung yang berasal dari sungai Sumbal
daerah perbukitan. Seluruh keturunan Aki Tidung mengisahkan asal-usul orang Tidung dari hutan
yang diyakini lahir dari telur yang ditemukan di di Sebuku sampai ke Tawau. Adanya unsur
bukit tengah hutan ini disebut sebagai orang Tidung kesamaan kisah antara Tidung di Tawau dengan di
yang saat ini tersebar di wilayah pulau Kalimantan Sebuku memperlihatkan bahwa sub-sub kelompok
Bagian Timur Laut. Tidung yang tersebar di daerah yang berdekatan
Cerita ini menggambarkan bahwa orang ini merupakan satu rumpun, meskipun terdapat
Tidung yang ada saat ini berasal dari telur yang sedikit perbedaan terhadap mitos yang dibangun
merupakan suatu fenomena yang unik, karena dan diinformasikan secara lisan dari satu generasi
dalam mitos tersebut orang Tidung pada awalnya ke generasi selanjutnya.
bukanlah ada dan terbentuk langsung menjadi Ketiga, mitologi mengenai asal-muasal
manusia, melainkan dari telur yang sifatnya sangat orang Tidung versi Tidung Sembakung. Mitos ini
gaib. Namun, sebelumnya dikisahkan bahwa yang dikembangkan oleh orang-orang Tidung yang
menemukan telur yang menjadi cikal-bakal orang berasal dari Sembakung yang ada di Pulau Sebatik.
Tidung adalah orang Dayak. Mitologi ini didasarkan pada mitos mengenai Aki
Mitologi versi pertama ini Iebih banyak Suruga, yang dirumorkan mempunyai tinggi badan 5
dipertahankan oleh orang Tidung dari kelompok hasta. Informasi tentang asal-usul orang Tidung dari
sesayap yang mendiami wilayah Tarakan, Tanah Sembakung yang dahulu menjadi bagian dari suku
Merah, Pulau Mandul. Sedangkan untuk Orang asli Kalimantan yang masih mengikuti ajaran nenek
Tidung yang tinggal di daerah pedalaman seperti di moyang mereka. Dikisahkan bahwa dahulu dalam
Sembakung dan Sebuku menganggap bahwa kisah keluarga Tidung ada dua bersaudara kakak beradik.
mengenai mitologi asal-usul Tidung yang berasal Kakaknya bertemu dengan seorang wali di hutan
dari telur merupakan kisah dari asal-usul suku dan mengajarkan mengenai ajaran Islam. Sesampai
Bulungan. Dan faktanya pada saat ini di antara di rumah sang kakak ingin mengajarkan ke adiknya.
kalangan Tidung dan Bulungan terdapat pemisahan Namun, adiknya masih ingin menjalankan ajaran
tegas antar suku mereka. Orang Tidung tak mau dari leluhurnya. Sebagai akibat masing-masing
mengakui bahwa Bulungan merupakan bagian dari mempertahankan pendapatnya, maka kakak dan
adik membagi wilayah kekuasaannya dan memilih
mereka dan begitu pula sebaliknya.
untuk berpisah karena perbedaan kepercayaan.
Kedua,mitologi mengenai asal-muasal orang
Berpatokan pada aliran sungai, wilayah kekuasaan
Tidung versi Tidung Sebuku. Kelompok subetnik
kakak sampai pada pertemuan air asin dengan air
Tidung Sebuku diyakini oleh masyarakat berasal
tawar di sungai, sedangkan wilayah adik pada aliran
dari sungai Sumbal yang berada di sekitar wilayah
sungai yang tak bercampur air asin. Artinya wilayah
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Orang-
kakak adalah hilir sungai sedangkan wilayah adik
orang Tidung Sebuku yang berasal dari sungai
Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 35
daya kekuatan gaib yang bersifat mistis. Namun dengan adanya kuburan tua yang terletak di
manusia masih belum mampu memandang obyek beberapa kampung seperti di Kampung Sekapuk
atau realita dengan inderanya sehingga manusia di Desa Liang Bunyu’ dan Kampung Lapeo, diduga
dan alam bercampur menjadi satu kemudian merupakan kuburan dari orang Tidung, bukti
melahirkan identitas dari hasil perpaduan antara arkeologi berapa makam tua yang bernisan tahun
manusia dan alam sekitarnya yang dibentuk melalui 1836 terdapat di pinggir pantai yang terletak pada
mtos asal-usul. sekitaran pohon bambu diyakini merupakan
Mengacu pada ketiga mitos inilah dapat kuburan orang Tidung.
diidentifikasi mengenai adanya subkelompok Gelombang kedua terjadi pada saat Kerajaan
etnik Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik. Tidung di Tarakan yang bergelar Kerajaan Tengara
Penelusuran mengenai jejak-jejak perjalanan orang- Raja Tidung Tarakan Datuk Adil memerintahkan
orang Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik dapat untuk membuka perkampungan di Pulau Sebatik.
dilihat dengan adanya peninggalanpeninggalan Dalam Kerajaan Tidung Tarakan terdapat lima
arkeologis dan dapat pulau ditelusuri dengan pulau yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan
jejak ingatan para tetua Tidung yang masih hidup. Tidung, seperti Pulau Tarakan, Pulau Bunyu’, Pulau
Terjadi tiga gelombang migrasi ke Sebatik : Mandul, Pulau Nunukan, dan Pulau Sebatik yang
Pertama, Periode ini diyakini terjadi pada berada di sekitar dataran Borneo. Dengan perintah
tahun 1700. Berdasarkan bukti sejarah, terdapat dari raja Tidung Tarakan Datuk Adil (1896-1916)
makam tua di Pulau Sebatik bercorak Islam Melayu dibukalah kampung di Sebatik pada akhir tahun
yang tersebar di beberapa desa. Diidentifikasi bahwa 1813. Dibangunnya Kampung Tidung di Bebatu
kuburan tua ini merupakan kuburan orang Tidung yang saat ini adalah Desa Setabu, merupakan desa
di masa lalu. Selain itu diperkirakan bahwa pada pertama dan tertua di Pulau Sebatik berdasarkan
abad ke 18 merupakan gelombang pertama migrasi versi pemerintah. Desa atau perkampungan
orang Tidung di Pulau Sebatik. yang dibuka oleh raja yang menjadi persyaratan
Bukti arkeologis berupa kuburan tua yang pembukaan kampungnya adalah harus ada yang
terdapat di Desa Liang Bunyu’ khususnya yang melakukan fardhu kifayah dan dukun beranak.
terdapat di kampung Sekapuk Desa Liang Bunyu’. Pada saat pembukaan kampung oleh utusan
Namun, ada pula makam tua yang terdapat di raja telah ada sekelompok orang Tidung yang
Kampung Lapeo di Desa Setabu. Kuburan tersebut telah bermukim sebelumnya dari kalangan Tidung
diyakini sebagai kuburan orang Tidung, karena Sebuku di daerah pedalaman. Kemudian, orang-
menurut penuturan informan, kuburan tersebut orang dari Tidung yang dari Tarakan dulunya
memiliki ciri-ciri dengan nisan yang bertuliskan hanya sebatas menjadikan Pulau Sebatik sebagai
Arab Melayu pada namanya, tetapi penulisan pulau tempat persinggahan semata. Pada masa ini
tahunnya masih bertuliskan huruf Latin. Kemudian banyak para pelaut yang datang ke Pulau Sebatik
nisannya masih terbuat dari kayu ulin, namun untuk mengambil kayu dan mencari rotan, damar
bentuk dan ukirannya telah mencirikan bahwa dan bahan-bahan lainnya. Hanya saja belum ada
makam ini merupakan makam orang yang telah yang menetap. Seperti kelompok Suku Bajo, Suku
beragama Islam. Pada makam tersebut tertulis Moro, suku Suluk. Semenjak saat itu perdagangan
tanggal meninggalnya hanya tertera tahunnya yaitu laut di Tarakan-Nunukan-Sebatik-Tawau dikuasai
pada tahun 1832. Meskipun kondisi nisan telah oleh orang Tidung. Pada tahun 1916, Kerajaan
mulai lapuk dimakan waktu, tetapi nisan pada Tidung diserang oleh Kesultanan Bulungan akibat
makam terbuat dari kayu ulin mampu bertahan adu domba Belanda sehingga pada akhirnya
pada waktu yang cukup lama. Kuburan tersebut Kerajaan Tidung Tarakan runtuh dan Raja Datuk
merupakan sisa-sisa dari perkampungan yang Adil diasingkan ke tempat lain, sehingga Kesultanan
dulunya didirikan di Kampung Sekapuk. Pada saat Bulungan menguasai wilayah Tarakan.
ini, perkampungan-perkampungan orang Tidung Periode ketiga pada tahun 1911, terjadi
di daerah Sekapuk, sudah tidak ada lagi. setelah Kerajaan Bulungan melancarkan serangan
Berdasarkan pada gelombang pertama orang ke daerah yang berdekatan dengan wilayahnya,
Tidung yang masih hidup dengan pola bermukim termasuk pada wilayah Sembakung. Hal ini
secara berpindah pada abad ke-18. Gelombang menyebabkan orang-orang Tidung di Sembakung
pertama ini diketahui merupakan migrasi orang yang berhasil selamat dari penyerangan melarikan
Tidung yang berasal dari Sebuku. Hal ini diperkuat diri ke berbagai daerah, ada yang ke Tarakan,
Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 37
segala hal yang tersedia, sebatas untuk memenuhi Kedelapan. Kepunan. Nilai ini bertujuan untuk
kebutuhan hidup. Tempat tinggal orang Tidung menghargai tuan rumah pada saat bertamu. Orang
relatif sederhana kalau dalam Bahasa Tidung Tidung sering menyebutnya sebagai “Ngambit ko
mereka menyebutnya “asol sino jadinyo gino”, asal dulu, Kepunanko nanti”. Keramahtamahan orang
ada jadilah baiknya. Selain itu ungkapan “Suang Tidung telihat pada saat kita berkunjung ke rumah
Bagas bagambus”, kalau ada beras, kita bernyanyi. mereka. Menyodorkan makanan untuk dicicipi
Artinya kalau ada makanan yang hendak dimakan tamu, merupakan kebiasaan orang Tidung. Sebagai
itu sudah cukup. Kemudian untuk rumah orang tamu kita diwajibkan untuk mencicipi makanan
Tidung, mereka berprinsip yang jelas kalau hujan tersebut. Hal ini disebabkan, dalam tradisi orang
tidak kehujanan, dan kalau panas tidak kepanasan. Tidung jika bertamu dan tak mencicipi hidangan
Kelima Belimpun. Nilai belimpun ini yang ditawarkan akan mendatangkan nasib sial.
bermakna bahwa orang Tidung dalam sesama Untuk itulah dengan ungkapan Ngambit ko dulu,
masyarakat Tidung lebih senang untuk berkumpul. kepunan ko nanti. Merupakan nasehat yang
Untuk itulah pola permukiman orang Tidung ditujukan ke tamu agar tidak mendapatkan nasib
berpusat dan berkumpul pada sebuah tempat, tidak
buruk. Ajaran yang ingin disampaikan dibalik
berpencar-pencar. Selain itu dalam nilai belimpun
ini adalah dengan cara seperti ini akan saling
ini, dalam satu rumah biasanya tidak hanya dihuni
menghormati dan menghargai antar orang Tidung.
oleh satu keluarga inti, tapi bisa satu keluarga
luas yang terdiri dari nenek, orang tua dan anak. Kehidupan Keagamaan
Namun, biasanya jika anak telah mampu untuk Dalam perspektif teori evolusi religi, sistem
mendirikan rumah maka anak akan tinggal sendiri kepercayaan terjadi atas dasar adanya kesadaran
bersama keluarganya, tetapi lokasi permukimannya manusia yang mendalam tentang makhluk-makhluk
tidak jauh dari pusat permukiman. Orang Tidung supranatural yang menguasai jagat raya, termasuk
pun, dalam kegiatan sehari-hari sering berkumpul hidup manusia itu sendiri. Sistem kepercayaan
bersama dan bercengkrama di sela-sela pekerjaan merefleksikan kesadaran, bahwa manusia sebagai
yang telah ditekuni. Nilai belimpun ini pula dapat makhluk hidup, memiliki keterbatasan dalam
memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat menyikapi dan memahami dimensi makrokosmos.
Tidung. Di sini manusia menunjukkan ketidakberdayaan
Keenam, Berinut. Nilai ini yang menyebabkan dalam menghadapi makhluk-makhluk supranatural
orang Tidung kurang memiliki etos kerja yang yang lebih digdaya. Makhluk-makhluk yang digdaya
tinggi, dan kurang termotivasi dalam melakukan ini dapat melakukan apa saja yang manusia tidak
sesuatu. Dalam melakukan pekerjaan, orang dapat lakukan (Sani, 2014 : 1).
Tidung tidak terlalu berambisi, sehingga Makhluk-makhluk tersebut dapat
pekerjaan itu dilakukan secara pelan-pelan atau menciptakan krisis-krisis dalam kehidupan
ala kadarnya saja. Ketujuh Kutika. Kutika adalah manusia, dapat menciptakan kejadian-kejadian yang
pedoman keberuntungan bagi orang Tidung untuk luar biasa dalam hidup manusia dan dalam alam
memulai aktifitas yang terkait dengan sistem mata sekelilingnya. Karena itu menurut Koentjaraningrat
pencaharian. Kutika ini biasanya digunakan orang (1964 : 41), pada umumnya bentuk religi dari
Tidung jika ingin pergi berburu di hutan, mencari sebanyak mungkin suku bangsa di dunia, akan
gaharu, kayu ulin, sarang burung walet. Serta tampak adanya empat unsur pokok yaitu; (1) emosi
digunakan sebagai pedoman untuk menangkap keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan
manusia menjalankan kelakuan keagamaan. (2)
ikan di laut dengan cara memancing. Jadi, kutika
sistem kepercayaan atau bayang-bayangan manusia
merupakan pedoman keberuntungan untuk
tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut
memulai pekerjaan. Kutika yang dimaksud orang
dan sebagainya. (3) Sistem upacara keagamaan
Tidung adalah menggambarkan sosok seperti orang
yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia
berdiri yang mempunyai anggota tubuh yang terdiri gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut
dari kepala, tangan, badan, dan kaki. Dan masing- dalam sub-sub, dan kelompok keagamaan atau
masing bagian anggota tubuh memiliki makna kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan
yang dijadikan pedoman untuk memulai aktivitas. mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara
Jadi Kutika digunakan untuk menerawang waktu- keagamaannya.
waktu yang dianggap baik sehingga membawa Sesungguhnya, inti dalam suatu religi
keberuntungan. adalah sistem upacara keagamaan yang bertujuan
Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 39
agama Islam, namun dalam bentuk praktik terjadi ucapan terima kasih kepada Redaksi/Pengelola
perpaduan antara budaya lokal dengan Islam. Jurnal Alqalam Balai Litbang Agama Makassar yang
Bahkan sistem religi yang dianut oleh orang bersedia menerima dan memuat tulisan ini.
Tidung menggambarkan adanya keterkaitan
dengan pranata lainnya. Keterkaitan antara pranata
religi dengan pranata lainnya menggambarkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa sistem religi dijadikan sebagai pedoman
dalam bertingkah laku pada segala aspek kehidupan,
walaupun orang Tidung mengakui bahwa satu- Barth, Fredrick. 1988. Kelompok Etnik dan
satunya agama yang mereka anut adalah agama Batasannya. UI Press. Jakarta.
Islam. Batubara, H. 2014. Pulau Sebatik Ikon Kota
Perbatasan : Beranda Depan Kedaulatan
PENUTUP
Bangsa. wilayahperbatasan.com. Bandung
Ketidakberdayaan orang Tidung bersaing
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya, Dahulu,
untuk memperoleh akses di ranah ekonomi,
Sekarang, Masa Depan. Gramedia. Jakarta.
termasuk akses terhadap sumberdaya alam, bukan
Hamzah, Amir. 1998. Sekilas Mengenai Suku
semata-mata karena faktor eksternal dari kalangan
Bangsa Tidung. Manuskrip Tidak diterbitkan.
para migran yang cenderung menguasai pasar dan
Idris, Usman. 2017. Ulun Pagun : Konstruksi Identitas
pengelolaan sumberdaya alam, tetapi juga karena
Orang Tidung di Pulau Sebatik. Tesis. Prog.
faktor internal, sebagai akibat orientasi nilai budaya
orang Tidung yang begitu menghargai masa lalu. Magister Pascasarjana Unhas. Makassar.
Sistem nilai budaya yang begitu kuat Keesing M. Roger. 1996. Antropologi Budaya, Suatu
menghargai masa lalu, menyebabkan adat istiadat Perspektif Kontemporer, Ed. Kedua. Erlangga.
tetap dipertahankan. Masalahnya, mempertahankan Jakarta.
hal-hal yang baik adat istiadat, sesungguhnya sah- Kertodopoero, Sarwoto. 1963. Kaharingan Religi
sah saja. Namun demikian, tantangan terhadap dan Penghidupan di Petuluan Kalimantan.
kehidupan hari ini dan masa datang begitu Sumur. Bandung.
kompleks, sudah barang tentu ini perlu penyesuaian Koentjaraningrat. 1964. Tokoh-Tokoh Antropologi.
dan perubahan agar orang Tidung dapat tetap eksis PT. Penerbitan Universitas. Jakarta.
dan berkembang serta bersaing. Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi
Kesadaran menyongsong masa depan Sosial. Dian Rakyat. Jakarta.
dengan serangkaian perubahan sistem nilai Muthohar, Ahmad. 2015. Islam Dayak : Dialektika
budaya yang mendukung pembangunan terutama Identitas Dayak Tidung di Pulau Sebatik.
pembangunan masyarakat, sangat diperlukan Fatwa Pub. Semarang.
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Okhosima, M. 2003. Ethnic Background of The
Orang Tidung tidak perlu merasa termarginalkan Tidung : Investigation of The Extinct Rules
dan merasa rendah diri akibat ketertinggalan dari of Coastal North East Borneo. Didownload
para migran. Upaya untuk merekonstruksi identitas dari http://www.kuis.rcjppiec/member/
dengan membentuk Forum Komunikasi Orang okushima/ronko/tidung.pdf. tanggal 10
Tidung menjadi momentum untuk membangkitkan Desember 2015.
spirit orang Tidung yang pernah jaya pada masa Puersen, C.A. 1976. Strategi Kebudayaan. Penerbitan
lalu untuk melakukan perubahan, terutama di Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
bidang sosial, ekonomi dan pendidikan dan dengan Sani, M. Yamin. 2014. Erau : Politik Kebudayaan dan
demikian mereka dapat lebih partisipatif dalam Modernisasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
penguatan politik identitas yang membangun. Kalimantan Timur. Makalah. Makassar.
Sani, M. Yamin, dkk. 2017. Orang Tidung di
UCAPAN TERIMA KASIH
Tapal Batas : Membangun Negeri Merawat
Syukur Alhamdulillah atas berkat Rahmat
Harmoni. Laporan Penelitian Professorship
Allah Swt. penulis ucapkan atas selesainya tulisan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi Universitas Indonesia. 1980. Sejarah Teori
mulai dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian Antropologi I. UI Press. Jakarta.
sampai kepada selesainya tulisan ini. Dan tak lupa,