Anda di halaman 1dari 10

ORANG TIDUNG DI PULAU SEBATIK ;

IDENTITAS ETNIK, BUDAYA DAN KEHIDUPAN KEAGAMAAN

TIDUNG PEOPLE IN SEBATIK ISLAND;


ETHNIC IDENTITY, CULTURE, AND RELIGIOUS LIFE

Muhammad Yamin Sani


Universitas Hasanuddin
JL. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar
E-mail : yaminsani.muh@gmail.com

Rismawati Isbon
Universitas Tadulako, Palu
JL. Soekarno Hatta, Km.9 Tondo, Mantikulore Palu
E-mail : rismawatiisbonp@gmail.com

Naskah diterima tanggal 5 April 2018. Naskah direvisi tanggal 23 April 2018. Naskah disetujui tanggal 18 Mei 2018

Abstract
Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian berjudul Orang Tidung di Tapal Batas Membangun
Negeri Merawat Harmoni : Kajian Hubungan Antarsuku bangsa di Kabupaten Nunukan Kalimantan
Utara. Penelitian etnografi kritis ini mengkaji konstruksi identitas etnik dan aspek budaya orang
Tidung di Kabupaten Nunukan. Data dianalisis secara interaktif, meliputi reduksi data, displai data dan
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan, identitas etnik Tidung, terbangun dari beberapa versi dari hasil
interpretasi kelompok-kelompok etnis Tidung sendiri yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan
Utara, bahkan orang Tidung yang berasal dari Malaysia Timur. Terdapat dua pendapat dari versi
identitas orang Tidung. Pertama, orang Tidung adalah bagian dari etnis Dayak dan kedua orang Tidung
sebagaimana yang ada dalam mitologi adalah kelompok etnis tersendiri. Dalam perkembangannya,
orang Tidung di beberapa daerah, seperti orang Tidung di Tarakan tergolong maju, sementara lainnya,
seperti orang Tidung di Kabupaten Nunukan tergolong masih hidup secara sederhana. Kesederhanaan
orang Tidung di Kabupaten Nunukan tercermin dari orientasi nilai budaya yang mereka miliki untuk
hidup secara bersahaja. Dalam kehidupan keagamaan, generasi tua orang Tidung tergolong Islam
pluralistik, sementara generasi mudanya berupaya membebaskan diri dari unsur-unsur pluralisme
dalam agama Islam yang mereka anut. Dalam era reformasi ini, terlihat mulai terbangunnya kesadaran
akan penguatan politik identitas yang ditandai dengan munculnya “Pan Dayak” yang mencerminkan
arena persaudaraan antara orang Dayak dengan orang Tidung dalam organisasi PUSAKA (Persatuan
Suku Asli Kalimantan). Semangat kebangkitan politik identitas perlu dicermati, karena Kabupaten
Nunukan termasuk wilayah yang pluralistik.
Kata Kunci : Orang Tidung, identitas etnik, budaya, kehidupan keagamaan

Abstrak
This article was a part of research result titled “Tidung People in State Line Build Nation Caring Harmony:
A Study on Inter-Tribes Relations in Nunukan District of North Kalimantan.This research as critical
ethnographic research examines the construction of ethnic identity and cultural aspect of Tidung people in
Nunukan district. Data were analyzed interactively includes data reduction, data display, and verification.
The results of the research indicate that ethnic identity of Tidung was built from several versions of
interpretation result of Tidung ethnic groups it self originating from several areas in North Kalimantan,
even Tidung people from East Malaysia. There is two opinion of Tidung people identity version. The first,
Tidung people are part of Dayak ethnic and the second, Tidung people as in mythology is a distinct ethnic
group. In its development, Tidung people in some areas such as in Tarakan is classified develop, while
another area such as in Nunukan is classified as people with living simply. The simplicity of Tidung people
in Nunukan district is reflected in their cultural orientation for a homely life. In religious life, Tidung older

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 31
generation is classified as pluralistic Islam while the young generation tries to release from the pluralism in
their religion. In this reformation era, appears the awareness of identity politic strengthening as indicated
by the emergence of “Pan Dayak” that reflects brotherhood arena between Dayak and Tidung people in
PUSAKA (Persatuan Suku Asli Kalimantan) organization. The spirit of identity politic renaissance should
be observed because Nunukan district is a pluralistic area.
Keywords: Tidung people, ethnic identity, culture, religious life

PENDAHULUAN jaringan sosial dengan etnis lain. Bahkan hubungan

A
kawin-mawin yang memungkinkan terjadinya
da hal menarik menulis orang Tidung
fenomena akulturasi, maupun asimilasi.
di Pulau Sebatik, sebuah pulau yang
Orang Tidung sebenarnya, bukanlah etnik
menjadi Tapal Batas Indonesia - Malaysia
yang masih tertutup, karena sudah terjadi hubungan-
di Kabupaten Nunukan. Pertama orang Tidung
hubungan sosial dengan etnik lain. Namun
di pulau ini hanya bermukim di tiga buah desa
demikian, bagi masyarakat lain di pulau Sebatik,
Kecamatan Sebatik Barat. Padahal di Pulau Sebatik
memiliki streotip sendiri sebagai masyarakat yang
terdapat 4 kecamatan, ini berarti orang Tidung,
hidup sederhana dengan orientasi nilai budaya yang
tergolong minoritas dari orang Bugis yang menjadi
cenderung menghargai masa lalu dengan sedikit
penduduk mayoritas di pulau tersebut. Namun
masa kini. Karena itu, dalam bekerja mereka tidak
demikian, orang Tidung adalah penduduk asli
memburu status sosial, tetapi secukupnya saja
Pulau Sebatik yang telah menjadi penghuni tetap
sehingga terkesan terkebelakang atau tertinggal
sejak abad 17. Dengan tangan terbuka orang Tidung
dibanding kelompok etnis pendatang atau para
menerima para migran, terutama migran Bugis
migran, terutama dari kalangan migran Bugis.
yang kemudian menjadi penguasa Pulau Sebatik.
Gejala ini sebenarnya sangat mengkhawatirkan
Konsekuensinya, Pulau Sebatik yang
jika tidak dikelola secara benar. Masyarakat lokal
membawahi empat kecamatan, menjadi sebuah
yang merasa termarginalkan, akan membangun
pulau dengan penduduk multi etnis : Bugis,
kesadaran internal untuk melakukan resistensi.
Jawa, Flores, dan beberapa etnik lainnya. Namun
Agaknya, di sini letak pentingnya tulisan ini
demikian, para migran tersebut telah menjadikan
agar dapat memahami identitas etnik Tidung,
pulau ini lebih maju. Sebaliknya, orang Tidung tidak
kebudayaan dan kehidupan keagamaannya, agar
banyak berubah. Orang Tidung, terlihat menjadi
dapat lebih mudah mengintegrasikan kelompok
kelompok etnis yang memiliki batas-batas yang
etnis ini dalam pembangunan.
jelas (well-defined boundaries) yang membedakan
antara etnik Tidung dengan etnik lainnya di pulau Konstruksi Identitas Orang Tidung
tersebut. Menurut Amir Hamzah (1999 : 21) asal usul
Naroll ( Barth, 1988 : 11) yang mengidentifikasi orang Tidung saat ini setidaknya terbagi ke dalam
kelompok etnik sebagai satu kesatuan pendudukan 3 versi, yakni 1) versi masyarakat Tidung sendiri,
dengan ciri-ciri : (1) secara tertutup berkembang 2) versi pemerintahan Hindia Belanda dan 3) versi
biak dalam kelompoknya; (2) memiliki nilai- pemerintah Republik Indonesia Cq. Pemerintah
nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam Kabupaten Bulungan. Pengertian ketiga versi
kebudayaan; (3) mewujudkan arena komunikasi tersebut berbeda-beda.
dan interaksi sosial, dan (4) mempunyai anggota Pertama, versi menurut masyarakat Tidung
yang mengenali dirinya serta dikenali oleh orang yang meyakini, bahwa nenek moyang mereka
lain sebagai bagian dari satu kategori yang dapat berasal dari daratan Asia yang bermigrasi sekitar
dibedakan dengan kategori lainnya. abad ke V - I SM. Saat itu, terjadi eksodus manusia
Pandangan di atas sebenarnya terlalu dari daratan Asia menuju pulau-pulau di sebelah
ekstrim. Kelompok etnis dengan ciri well define Timur dan Selatan. Diduga mereka mendarat di
boundaries, ada ketika suatu kelompok etnis masih pantai Timur Pulau Kalimantan bagian Utara
dalam kelompok-kelompok kecil yang hidup pada yaitu sekitar daerah Labuk dan Kinabatangan.
lingkungan yang relatif tertutup dengan sentimen Kemudian, mereka menyebar dengan berbagai
kemasyarakatan yang kuat. Sudah barang tentu, alasan ke daerah-daerah pesisir pantai dan di tepi-
kelompok masyarakat seperti ini, sudah sulit tepi sungai besar serta di pulau-pulau di sebelah
dijumpai karena berbagai faktor seperti semakin Timurnya seperti pantai Timur Sabah berbatasan
berkembangbiaknya populasi, maupun jaringan- dengan daerah Kudat di Utara hingga Tanjung

32 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018


Mangkalihat di Selatan. Ekspansi mereka ini kadang Peristiwa konfrontasi yang melibatkan Orang
kala mendapat perlawanan dari penduduk yang Tidung dalam mempertahankan kedaulatan
lebih awal menempati daerah itu dan mendorong negara membuat mereka memilih menetap di
penduduk itu untuk masuk lebih ke dalam hutan sebuah tempat yang menjadi saksi sejarah atas
dan hulu sungai. Mereka ini kita kenal sekarang perjuangannya, walaupun sanak saudara dan
sebagai suku bangsa Dayak Kayan. pertalian kekerabatan mereka dipisahkan oleh
Saat ini, daerah mereka dikenal beberapa patok perbatasan kedua negara di pulau ini. Ikatan
wilayah seperti Tarakan, Bunyu (Bulungan), persaudaraan antar orang Tidung sangat kuat dan
Nunukan, Sebatik (Kab. Nunukan), Malinau, pola permukimannya yang belimpun (berdekatan)
Bulungan, Sembakung, Salimbatu Sumbel, Sesayap dengan siapa yang dianggap sebagai pensulot
(Kab. Tana Tidung), Pembeliangan, Tawau - sehingga membentuk komunitas perkampungan.
Tinagad - Kelumpang - Selungun - Timbun Mata Orang Tidung di Pulau Sebatik yang
Sandakan - Labuk (Malaysia). Daerah-daerah terbentuk hari ini dimotori oleh proses menafsirkan
inilah yang kemudian secara totalitas disebut Tana kembali peristiwa silam melalui jaring-jaring
Tidung. ingatan dengan proses mental dan pemaknaan yang
Kedua, versi Hindia-Belanda yang kontekstual sehingga membentuk sebuah rangkaian
menyatakan bahwa asal usul orang Tidung perjalanan historis dari pengalaman yang muncul
berasal dari Dayak Kayan. Versi ini ditengarai ke permukaan dan terus direproduksi oleh mereka.
dilatarbelakangi kepentingan politik tertentu, Orang Tidung di Sebatik teridentifikasi berasal
dimana yang dimaksud Tidung asli adalah daerah dari berbagai kampung yang terdapat di dataran
yang hanya melingkupi Sesayap dan Malinau induk Borneo. Kelompok orang Tidung secara
dengan mengabaikan konsentrasi pemukiman menyeluruh yang tersebar di wilayah Semenanjung
penduduk Tidung lainnya. Nomenklatur Belanda Timur Laut Dataran Borneo terdiri dari tujuh
ini menyebabkan masyarakat Malinau dan Sesayap kelompok yang merupakan kelompok sub bagian
mengklaim dirinya sebagai Tidung Asli dan dari orang Tidung Sembakung, Sebuku, Tanah
wilayahnya adalah Tana Tidung, sementara itu
Merah, Tarakan, dan Bulungan.
masyarakat Tidung di tempat lain pun mengklaim
Menurut Idris (2017 : 60) terdapat 4 versi
dirinya sebagai Tidung Asli. Demikian seterusnya
mengenai asal-usul orang Tidung yaitu : Pertama,
sehingga rasa persatuan di antara mereka semakin
mitologi bahwa asal muasal orang Tidung berasal
longgar yang diperparah lagi dengan saling hina
dalam pemakaian bahasa Tidung. dari sebuah telur yang berada di atas sebuah pohon
Ketiga, versi Pemerintah Indonesia cq. Bagian bambu. Awalnya dikisahkan bahwa ada salah
Tata Pemerintahan Kantor Bupati Bulungan. satu suku Dayak yang menjadi pendahulu orang
Dalam buku monografi Kabupaten Bulungan Tidung. Dalam versi ini, asal usul orang Tidung
menyebutkan bahwa suku bangsa Tidung adalah bukan langsung dari manusia, walaupun cerita
Dayak Pantai yang berasal dari daerah pegunungan sudah kurang diketahui oleh orang Tidung sendiri.
di Menjelutung. Orang Tidung di Pulau Sebatik Jadi dulu dua kerajaan Dayak, memgawinkan anak
mendiami wilayah pantai sebagai bagian dari mereka masing-masing. Anak dari raja tersebut
Nunukan, yang dibesarkan di lingkungan keluarga setelah menikah menjadi pasangan suami-istri.
yang rendah hati dan sederhana. Mereka yang Suatu ketika si istri itu hamil, dan mengidam
menyebut dirinya sebagai orang kampung (ulun ingin memakan daging buruan. Kemudian suami
pagun)yang bermukim di sekitar pinggiran sungai mengutus beberapa prajurit untuk berburu di
dan wilayah pesisir. Bahkan permukimannya hutan agar memenuhi permintaan istrinya. Para
pernah berpindah-pindah dari satu pinggiran prajurit beserta anjingnya bergegas menuju hutan
sungai ke pinggiran sungai lainnya. untuk berburu dan menelusuri perbukitan, semak-
Kini orang-orang Tidung tersebar di semak, dan lembah-lembah. Namun, hari itu tak
sepanjang wilayah timur laut pulau Kalimantan dan ada satupun binatang yang mereka temukan. Cicak,
pulau-pulau kecil sekitarnya. Di antaranya adalah kadal dan serangga pun tak ada, apalagi seperti
di Kecamatan Nunukan dan di Kecamatan Sebatik burung, babi dan kijang. Hanya saja pada saat
Barat. Semenjak negara terbentuk, mereka telah perjalanan pulang, anjing yang menyertai prajurit
menerapkan pola bermukim secara menetap. Pulau itu, terus menggonggongi rumpunan pohon
Sebatik yang ditempati mereka merupakan salah bambu. Prajurit itu heran mengapa anjingnya
satu arena berlangsungnya insiden konfrontasi. menggonggongi pohon bambu tersebut. Lalu oleh

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 33
prajurit itu kemudian mulai memeriksa pohon. Sumbal inilah kemudian menyebar ke berbagai
Ternyata di balik pohon bambu itu terdapat sebuah tempat di Semenanjung Bagian Timur Laut Pulau
telur yang sangat besar. Lalu telur itu diambil Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya.
prajurit untuk dibawah pulang untuk diperlihatkan Menurut versi ini orang Tidung dahulu kala
kepada anak raja, suami dari istrinya yang lagi tinggal di sepanjang sungai-sungai di pertengahan
mengidam ingin memakan daging buruan. Borneo Timur hingga ke utara di Batu Tinagat dekat
Sesampainya di rumah, diperlihatkan oleh Tawau. Bukti jelas eksistensi sukubangsa Tidung
raja dan raja menginginkan agar telur itu ditunggu adalah yang terawal di kawasan daerah Tawau
sampai masa penetasannya, agar dapat diketahui ialah nama tempat yang menggunakan panggilan
telur ini dari jenis binatang apa. Setelah ditunggu dalam bahasa Tidung seperti nama Tinagat yang
seminggu akhirnya telur itu menetas dan yang berarti ‘tebang’ dan Membalua yang berarti ‘hantu’.
ada dalam telur itu ternyata adalah manusia. Batu Tinagat atau Batu Payung berasal dari cerita
Anak manusia yang lahir dari telur itu pun oleh masyarakat Tidung Tawau (Batubara, 2014 : 130).
sang raja diberi nama sebagai Tidong, kamu ini Kaitan antara Tidung Tawau dan orang
Tidung asal Sebuku merupakan cerita lisan yang
orang Tidong. Karena asal didapatkannya telur ini
diinformasikan secara historis ini telah mengalami
dari atas bukit gunung-gunung di tengah hutan.
perubahan. Berdasarkan Tidung Tawau hanya
Kemudian anak itu pun tumbuh layaknya manusia
mengisahkan peristiwa yang berkaitan dengan
yang lain, serta menikah beranak-pinak hingga
penamaan Tawau dan Batu Tinagat, sedangkan
membentuk perkampungan sendiri dan tinggal di Tidung yang berasal dari sungai Sumbal
daerah perbukitan. Seluruh keturunan Aki Tidung mengisahkan asal-usul orang Tidung dari hutan
yang diyakini lahir dari telur yang ditemukan di di Sebuku sampai ke Tawau. Adanya unsur
bukit tengah hutan ini disebut sebagai orang Tidung kesamaan kisah antara Tidung di Tawau dengan di
yang saat ini tersebar di wilayah pulau Kalimantan Sebuku memperlihatkan bahwa sub-sub kelompok
Bagian Timur Laut. Tidung yang tersebar di daerah yang berdekatan
Cerita ini menggambarkan bahwa orang ini merupakan satu rumpun, meskipun terdapat
Tidung yang ada saat ini berasal dari telur yang sedikit perbedaan terhadap mitos yang dibangun
merupakan suatu fenomena yang unik, karena dan diinformasikan secara lisan dari satu generasi
dalam mitos tersebut orang Tidung pada awalnya ke generasi selanjutnya.
bukanlah ada dan terbentuk langsung menjadi Ketiga, mitologi mengenai asal-muasal
manusia, melainkan dari telur yang sifatnya sangat orang Tidung versi Tidung Sembakung. Mitos ini
gaib. Namun, sebelumnya dikisahkan bahwa yang dikembangkan oleh orang-orang Tidung yang
menemukan telur yang menjadi cikal-bakal orang berasal dari Sembakung yang ada di Pulau Sebatik.
Tidung adalah orang Dayak. Mitologi ini didasarkan pada mitos mengenai Aki
Mitologi versi pertama ini Iebih banyak Suruga, yang dirumorkan mempunyai tinggi badan 5
dipertahankan oleh orang Tidung dari kelompok hasta. Informasi tentang asal-usul orang Tidung dari
sesayap yang mendiami wilayah Tarakan, Tanah Sembakung yang dahulu menjadi bagian dari suku
Merah, Pulau Mandul. Sedangkan untuk Orang asli Kalimantan yang masih mengikuti ajaran nenek
Tidung yang tinggal di daerah pedalaman seperti di moyang mereka. Dikisahkan bahwa dahulu dalam
Sembakung dan Sebuku menganggap bahwa kisah keluarga Tidung ada dua bersaudara kakak beradik.
mengenai mitologi asal-usul Tidung yang berasal Kakaknya bertemu dengan seorang wali di hutan
dari telur merupakan kisah dari asal-usul suku dan mengajarkan mengenai ajaran Islam. Sesampai
Bulungan. Dan faktanya pada saat ini di antara di rumah sang kakak ingin mengajarkan ke adiknya.
kalangan Tidung dan Bulungan terdapat pemisahan Namun, adiknya masih ingin menjalankan ajaran
tegas antar suku mereka. Orang Tidung tak mau dari leluhurnya. Sebagai akibat masing-masing
mengakui bahwa Bulungan merupakan bagian dari mempertahankan pendapatnya, maka kakak dan
adik membagi wilayah kekuasaannya dan memilih
mereka dan begitu pula sebaliknya.
untuk berpisah karena perbedaan kepercayaan.
Kedua,mitologi mengenai asal-muasal orang
Berpatokan pada aliran sungai, wilayah kekuasaan
Tidung versi Tidung Sebuku. Kelompok subetnik
kakak sampai pada pertemuan air asin dengan air
Tidung Sebuku diyakini oleh masyarakat berasal
tawar di sungai, sedangkan wilayah adik pada aliran
dari sungai Sumbal yang berada di sekitar wilayah
sungai yang tak bercampur air asin. Artinya wilayah
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Orang-
kakak adalah hilir sungai sedangkan wilayah adik
orang Tidung Sebuku yang berasal dari sungai

34 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018


adalah hulu sungai. Perjanjian tersebut merupakan yang dikisahkan dalam mitos menikahi putri dari
sebuah perjanjian untuk membagi kekuasaan antara kayangan, sebenarnya adalah bahasa yang sangat
orang Tidung dengan orang Dayak. Untuk itulah hiperbolik. Orang kayangan yang dimaksudkan
orang-orang Tidung saat ini lebih banyak tersebar adalah orang gunung yang tinggal di daerah
pada wilayah pinggiran sungai bagian hilir dengan atas. Sedangkan orang Suluk adalah kelompok
wilayah pesisir dan pulau-pulau sekitar Dataran yang mendiami wilayah pesisir dan pulau-pulau.
Borneo. Perkawinan antar etnis itu menyebabkan proses
Ada pendapat, bahwa orang-orang Tidung islamisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Suluk ke
yang ada dan bermukim di Sebatik berasal dari kelompok Dayak Murut, yang akhirnya Dayak
berbagai sub suku Tidung, yang berasal dari Murut yang telah Islam telah mengubah identitas
kelompok Tidung Sebuku, kelompok Tidung mereka menjadi orang Tidung. Tidung merupakan
Sembakung, dan Kelompok Tidung Sesayap. Dari istilah yang merujuk pada tempat yang berada
segi dialek bahasa yang digunakan ketiga sub suku di dataran tinggi, jadi walaupun mereka pada
ini memiliki dialek yang berbeda. Tidung Sebuku umumnya mendiami wilayah pesisir, namun asal-
dan Sembakung yang berasal dari pedalaman Sungai usul mereka berasal dari gunung. Mitologi ini
Sumbal dan Sungai Sembakung dikategorikan didasarkan pada ekspansi Kesultanan Suluk atas
sebagai kelompok Tidung pedalaman. Sedangkan Wilayah Sabah. Dari mitos inilah asal-muasal
Tidung Tarakan adalah kelompok Tidung yang Tidung yang berasal dari daerah Kinabatangan,
telah lebih maju karena tinggal di wilayah pesisir terus menyebar ke daerah Tawau, Apas, Klabakan,
yang membuat mereka telah mengalami kontak dan juga menyebar ke beberapa daerah di Indonesia
dengan suku lain akibat adanya perdagangan laut. seperti di Sebuku dan Sembakung.
Walaupun orang Tidung berasal dari berbagai Perbedaan yang mencolok mengenai asal-
sub kelompok etnis dari berbagai daerah yang usul Tidung versi Malaysia dan versi Indonesia
terpencar, mereka dipersatukan dengan nilai yang dipaparkan di atas merupakan sebuah wacana
belimpun, dengan semboyan belimpun taka untuk mengklaim bahwa Tidung merupakan
tagas, usuwai taka tapu yang berarti menyatu kita etnis yang berasal dari negara masing-masing
layaknya kayu ulin dan bercerai-berai kita layaknya dan membangun identitas orang Tidung. Namun
tebu. Semboyan ini bermakna bahwa orang Tidung demikian, baik dari Tidung Malaysia maupun
haruslah bersatu, jangan berbeda pendapat dan Tidung di Indonesia, masih memiliki ikatan tali
terpecah-belah karena hal itu dapat membawa kekerabatan, karena penyebaran mereka di wilayah
kehancuran dan membuat orang Tidung lemah Sabah dengan Kalimantan Utara jauh lebih dulu
dan gampang terprovokasi. Untuk itulah nilai dan hadir dibandingkan dengan terbentuknya negara di
semboyaan ini dibangun dalam rangka penguatan wilayah ini.
identitas ke-Tidung-an untuk mempersatukan Mitos yang dikonstruksi oleh kelompok sub
dan mengikat subsuku Tidung yang berasal dari etnis Tidung, baik yang berasal dari kelompok
daerah yang berbeda dengan perbedaan dialek Sebuku, Sembakung, dan Sesayap merupakan
bahasa. Dengan semboyan ini kelompok sub sebuah strategi kebudayaan dalam rangka untuk
Tidung yang berasal dari Sebuku, Sembakung, dan membangun identitas dan mendiferensiasi dengan
Tarakan menyatu dengan mengangkat identitas ke- kelompok lain. Seperti yang dikatakan oleh Van
Tidung-an. Okushima (2003 : 21) mengkategorikan Peursen (1988 : 61) bahwa mitos adalah sebuah
sub suku Tidung menjadi empat kategori, yakni cerita yang menjadi pedoman dan arah tertentu
kelompok Sesayap, kelompok Sebuku, Sembakung, kepada sekelompok orang yang melambangkan
dan kelompok Bulungan. Namun untuk orang identitas dirinya. Terutama pada mitos mengenai
Tidung yang di Sebatik tak menganggap lagi bahwa asal-usul. Karena pada sebuah mitos itu, manusia
kelompok Bulungan sebagai sub kelompok Orang dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-
Tidung. kejadian sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya
Keempat, mitologi mengenai asal-usul kekuatan alam.
orang Tidung dari versi Malaysia. Dalam versi ini Dalam hal ini manusia menemukan identitas
menyebutkan bahwa orang Tidung adalah hasil dirinya. Manusia dikelilingi oleh alam semesta
perpaduan antara dua etnis yakni etnis Dayak Murut sehingga manusia mudah dimasuki oleh daya dan
dan etnis Suluk. Etnis Suluk yang datang ke Sabah kekuatan alam. Manusia masih terbuka yang dengan
untuk memperkuat ekspansinya di dataran Borneo demikian berpartisipasi dengan daya-daya kekuatan
mengawini penduduk setempat yakni Dayak Murut, alam yang menyadarkan bahwa terdapat daya-

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 35
daya kekuatan gaib yang bersifat mistis. Namun dengan adanya kuburan tua yang terletak di
manusia masih belum mampu memandang obyek beberapa kampung seperti di Kampung Sekapuk
atau realita dengan inderanya sehingga manusia di Desa Liang Bunyu’ dan Kampung Lapeo, diduga
dan alam bercampur menjadi satu kemudian merupakan kuburan dari orang Tidung, bukti
melahirkan identitas dari hasil perpaduan antara arkeologi berapa makam tua yang bernisan tahun
manusia dan alam sekitarnya yang dibentuk melalui 1836 terdapat di pinggir pantai yang terletak pada
mtos asal-usul. sekitaran pohon bambu diyakini merupakan
Mengacu pada ketiga mitos inilah dapat kuburan orang Tidung.
diidentifikasi mengenai adanya subkelompok Gelombang kedua terjadi pada saat Kerajaan
etnik Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik. Tidung di Tarakan yang bergelar Kerajaan Tengara
Penelusuran mengenai jejak-jejak perjalanan orang- Raja Tidung Tarakan Datuk Adil memerintahkan
orang Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik dapat untuk membuka perkampungan di Pulau Sebatik.
dilihat dengan adanya peninggalanpeninggalan Dalam Kerajaan Tidung Tarakan terdapat lima
arkeologis dan dapat pulau ditelusuri dengan pulau yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan
jejak ingatan para tetua Tidung yang masih hidup. Tidung, seperti Pulau Tarakan, Pulau Bunyu’, Pulau
Terjadi tiga gelombang migrasi ke Sebatik : Mandul, Pulau Nunukan, dan Pulau Sebatik yang
Pertama, Periode ini diyakini terjadi pada berada di sekitar dataran Borneo. Dengan perintah
tahun 1700. Berdasarkan bukti sejarah, terdapat dari raja Tidung Tarakan Datuk Adil (1896-1916)
makam tua di Pulau Sebatik bercorak Islam Melayu dibukalah kampung di Sebatik pada akhir tahun
yang tersebar di beberapa desa. Diidentifikasi bahwa 1813. Dibangunnya Kampung Tidung di Bebatu
kuburan tua ini merupakan kuburan orang Tidung yang saat ini adalah Desa Setabu, merupakan desa
di masa lalu. Selain itu diperkirakan bahwa pada pertama dan tertua di Pulau Sebatik berdasarkan
abad ke 18 merupakan gelombang pertama migrasi versi pemerintah. Desa atau perkampungan
orang Tidung di Pulau Sebatik. yang dibuka oleh raja yang menjadi persyaratan
Bukti arkeologis berupa kuburan tua yang pembukaan kampungnya adalah harus ada yang
terdapat di Desa Liang Bunyu’ khususnya yang melakukan fardhu kifayah dan dukun beranak.
terdapat di kampung Sekapuk Desa Liang Bunyu’. Pada saat pembukaan kampung oleh utusan
Namun, ada pula makam tua yang terdapat di raja telah ada sekelompok orang Tidung yang
Kampung Lapeo di Desa Setabu. Kuburan tersebut telah bermukim sebelumnya dari kalangan Tidung
diyakini sebagai kuburan orang Tidung, karena Sebuku di daerah pedalaman. Kemudian, orang-
menurut penuturan informan, kuburan tersebut orang dari Tidung yang dari Tarakan dulunya
memiliki ciri-ciri dengan nisan yang bertuliskan hanya sebatas menjadikan Pulau Sebatik sebagai
Arab Melayu pada namanya, tetapi penulisan pulau tempat persinggahan semata. Pada masa ini
tahunnya masih bertuliskan huruf Latin. Kemudian banyak para pelaut yang datang ke Pulau Sebatik
nisannya masih terbuat dari kayu ulin, namun untuk mengambil kayu dan mencari rotan, damar
bentuk dan ukirannya telah mencirikan bahwa dan bahan-bahan lainnya. Hanya saja belum ada
makam ini merupakan makam orang yang telah yang menetap. Seperti kelompok Suku Bajo, Suku
beragama Islam. Pada makam tersebut tertulis Moro, suku Suluk. Semenjak saat itu perdagangan
tanggal meninggalnya hanya tertera tahunnya yaitu laut di Tarakan-Nunukan-Sebatik-Tawau dikuasai
pada tahun 1832. Meskipun kondisi nisan telah oleh orang Tidung. Pada tahun 1916, Kerajaan
mulai lapuk dimakan waktu, tetapi nisan pada Tidung diserang oleh Kesultanan Bulungan akibat
makam terbuat dari kayu ulin mampu bertahan adu domba Belanda sehingga pada akhirnya
pada waktu yang cukup lama. Kuburan tersebut Kerajaan Tidung Tarakan runtuh dan Raja Datuk
merupakan sisa-sisa dari perkampungan yang Adil diasingkan ke tempat lain, sehingga Kesultanan
dulunya didirikan di Kampung Sekapuk. Pada saat Bulungan menguasai wilayah Tarakan.
ini, perkampungan-perkampungan orang Tidung Periode ketiga pada tahun 1911, terjadi
di daerah Sekapuk, sudah tidak ada lagi. setelah Kerajaan Bulungan melancarkan serangan
Berdasarkan pada gelombang pertama orang ke daerah yang berdekatan dengan wilayahnya,
Tidung yang masih hidup dengan pola bermukim termasuk pada wilayah Sembakung. Hal ini
secara berpindah pada abad ke-18. Gelombang menyebabkan orang-orang Tidung di Sembakung
pertama ini diketahui merupakan migrasi orang yang berhasil selamat dari penyerangan melarikan
Tidung yang berasal dari Sebuku. Hal ini diperkuat diri ke berbagai daerah, ada yang ke Tarakan,

36 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018


Nunukan, Sebatik, Tawau, Kinabatangan, Labuk, ritual memotong kepala manusia menggunakan
Kutai, dan Bahkan sampai ke Pulau Sulu. mandau untuk menunjukkan kekuatan, dan hanya
Orang Tidung yang berasal dari Sembakung dilakukan oleh para pemimpin, lalu yang kepalanya
di Pulau Sebatik membuka perkampungan di terpotong, digantung dan diperlihatkan ke warga.
wilayah Desa Liang Bunyu’. Orang Tidung dari Mereka yang kalah akan mengabdikan diri kepada
kelompok Sembakung yang datang ke Pulau Sebatik pemenang mengayau. Megayau juga menjadi sebuah
awalnya hanya sebatas mengambil kayu, dan sarang mekanisme untuk membuktikan keperkasaan
burung wallet yang menjadi komoditi perdagangan seorang pria ketika hendak meminang seorang
laut. Orang-orang Tidung yang datang ke Sebatik gadis. Anak laki-laki melanglang buana mencari
hanya mendirikan pondok-pondok kecil yang lawan yang kuat untuk mengadu ilmu dan bertarung
berada di dekat bibir pantai sebagai penanda tempat sampai lawannya kalah, dan pemenang memenggal
persinggahan mereka. Perkampungan yang mereka kepala yang kalah. Kemudian kepala manusia itu
bangun bernama Beliang Bunyu’, yang berarti diperlihatkan sebagai bukti keperkasaan. Namun,
bahwa “tidak tenang atau merasa was-was kalau saat ini tradisi mengayau telah ditinggalkan oleh
tidak kembali”. Hal ini dikarenakan orang Tidung orang Tidung dan semenjak orang-orang Tidung
yang ada di Sebatik masih memikirkan sanak memeluk agama Islam, mengayau sudah tak
keluarga yang berpencar ke beberapa daerah, dan dilakukan lagi, karena dianggap sangat bertentangan
kampung asalnya. Namun, lama-kelamaan nama dengan ajaran agama Islam. Orang Tidung, baik di
itu berubah menjadi Liang Bunyu’ yang berarti Nunukan maupun di Pulau Sebatik pun juga sudah
lubang buah bunyu’. Nama ini diberikan karena tak ada lagi yang menjalankan tradisi mengayau ini
di dekat perkampungan terdapat buah bunyu’ dan (lihat Coomans, 1987 : 30).
terdapat pula lubang yang berada di dekatnya. Kedua, adalah falsafah mengenai adat-istiadat
Tidung merupakan istilah kolektif untuk setempat yang harus dihargai. Dengan prinsip,
sekelompok orang kampung yang mendiami dimanae tana biyamo, dengino kuanan sinantuk,
wilayah pesisir dan hilir sungai pada wilayah yang berarti dimana bumi dipijak di situ langit
Dataran Borneo Bagian Timur Laut dan pulau-pulau dijunjung. Makna dari prinsip ini adalah jika
kecil sekitarnya. Penamaannya kemudian dikaitkan terjadi pembauran antara pendatang dan kelompok
dengan nama sungai yang terletak di sekitar penduduk asli, maka kelompok pendatang harus
pemukiman mereka. Seperti pada Sungai Sumbal di menaati adat-istiadat suku asli, karena adat itu
Sebuku, Sungai Sembakung, dan Sungai Sesayap di berlaku pada wilayah dimana suku asli berada.
wilayah Kab. Tanah Tidung. Kemudian penyebaran Orang Tidung yang menganggap diri mereka
Suku Tidung pun umumnya terkonsentrasi pada sebagai suku asli di Pulau Sebatik, menyebabkan
wilayah hilir sungai dan pesisir serta pulau-pulau kelompok etnis pendatang lain harus menaati
sekitarnya. aturan adat yang terdapat di Pulau Sebatik.
Ketiga Tourotus. Tourotus secara harfiah
Orientasi Nilai Budaya
berarti tak sampai hati. Artinya bahwa Orang Tidung
Orientasi nilai budaya merupakan sebuah
memiliki empati yang mendalam untuk menolong
prinsip ideal yang diyakini akan membawa
dan memperhatikan sesama anggota kerabat yang
kebahagiaan. Orientasi nilai budaya juga disebut
membutuhkan. Bahkan tidak hanya itu, orang di
prinsip hidup, dalam pengertian prinsip yang
luar dari kelompoknya pun yang berkesusahan
dijadikan pedoman hidup oleh manusia pemiliknya.
akan diberi bantuan jika memerlukannya. Tourotus
Gilirannya, orientasi nilai budaya menjadi
inilah yang melatarbelakangi sikap saling tolong-
pengarah langkah manusia ke depan. Demikian
menolong pada masyarakat Tidung, dan merupakan
seterusnya sepanjang hidup manusia pemiliknya,
nilai untuk meredam konflik. Bagi orang Tidung
baru berhenti pada akhir kesadarannya. Seperti
akan berpikir panjang jika ingin memulai pertikaian,
halnya orang Tidung yang memiliki Falsafah
karena mereka tak sampai hati melakukan hal itu.
Hidup berupa sistem nilai dan norma yang menjadi
Tapi, jika hal tersebut tidak dapat dielakkan, dan
pedoman hidup orang Tidung dalam menjalani
dapat menyebabkan kesabaran orang Tidung habis,
kehidupannya. Ada beberapa falsafah hidup orang
maka perlawanan bisa saja terjadi.
Tidung yang masih dijalankan maupun yang sudah
Keempat hidup sederhana. Orang Tidung
ditinggalkan, akibat adanya persentuhan dengan
memiliki pola hidup yang sangat sederhana. Orang
ajaran Islam (Sani, 2017 : 67; Idris, 2017 : 170).
Tidung memiliki kebiasaan hidup secara sederhana
Pertama adalah mengayau. Mengayau
dan subsisten. Orang Tidung hanya memanfaatkan
adalah sebuah nilai yang melatarbelakangi

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 37
segala hal yang tersedia, sebatas untuk memenuhi Kedelapan. Kepunan. Nilai ini bertujuan untuk
kebutuhan hidup. Tempat tinggal orang Tidung menghargai tuan rumah pada saat bertamu. Orang
relatif sederhana kalau dalam Bahasa Tidung Tidung sering menyebutnya sebagai “Ngambit ko
mereka menyebutnya “asol sino jadinyo gino”, asal dulu, Kepunanko nanti”. Keramahtamahan orang
ada jadilah baiknya. Selain itu ungkapan “Suang Tidung telihat pada saat kita berkunjung ke rumah
Bagas bagambus”, kalau ada beras, kita bernyanyi. mereka. Menyodorkan makanan untuk dicicipi
Artinya kalau ada makanan yang hendak dimakan tamu, merupakan kebiasaan orang Tidung. Sebagai
itu sudah cukup. Kemudian untuk rumah orang tamu kita diwajibkan untuk mencicipi makanan
Tidung, mereka berprinsip yang jelas kalau hujan tersebut. Hal ini disebabkan, dalam tradisi orang
tidak kehujanan, dan kalau panas tidak kepanasan. Tidung jika bertamu dan tak mencicipi hidangan
Kelima Belimpun. Nilai belimpun ini yang ditawarkan akan mendatangkan nasib sial.
bermakna bahwa orang Tidung dalam sesama Untuk itulah dengan ungkapan Ngambit ko dulu,
masyarakat Tidung lebih senang untuk berkumpul. kepunan ko nanti. Merupakan nasehat yang
Untuk itulah pola permukiman orang Tidung ditujukan ke tamu agar tidak mendapatkan nasib
berpusat dan berkumpul pada sebuah tempat, tidak
buruk. Ajaran yang ingin disampaikan dibalik
berpencar-pencar. Selain itu dalam nilai belimpun
ini adalah dengan cara seperti ini akan saling
ini, dalam satu rumah biasanya tidak hanya dihuni
menghormati dan menghargai antar orang Tidung.
oleh satu keluarga inti, tapi bisa satu keluarga
luas yang terdiri dari nenek, orang tua dan anak. Kehidupan Keagamaan
Namun, biasanya jika anak telah mampu untuk Dalam perspektif teori evolusi religi, sistem
mendirikan rumah maka anak akan tinggal sendiri kepercayaan terjadi atas dasar adanya kesadaran
bersama keluarganya, tetapi lokasi permukimannya manusia yang mendalam tentang makhluk-makhluk
tidak jauh dari pusat permukiman. Orang Tidung supranatural yang menguasai jagat raya, termasuk
pun, dalam kegiatan sehari-hari sering berkumpul hidup manusia itu sendiri. Sistem kepercayaan
bersama dan bercengkrama di sela-sela pekerjaan merefleksikan kesadaran, bahwa manusia sebagai
yang telah ditekuni. Nilai belimpun ini pula dapat makhluk hidup, memiliki keterbatasan dalam
memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat menyikapi dan memahami dimensi makrokosmos.
Tidung. Di sini manusia menunjukkan ketidakberdayaan
Keenam, Berinut. Nilai ini yang menyebabkan dalam menghadapi makhluk-makhluk supranatural
orang Tidung kurang memiliki etos kerja yang yang lebih digdaya. Makhluk-makhluk yang digdaya
tinggi, dan kurang termotivasi dalam melakukan ini dapat melakukan apa saja yang manusia tidak
sesuatu. Dalam melakukan pekerjaan, orang dapat lakukan (Sani, 2014 : 1).
Tidung tidak terlalu berambisi, sehingga Makhluk-makhluk tersebut dapat
pekerjaan itu dilakukan secara pelan-pelan atau menciptakan krisis-krisis dalam kehidupan
ala kadarnya saja. Ketujuh Kutika. Kutika adalah manusia, dapat menciptakan kejadian-kejadian yang
pedoman keberuntungan bagi orang Tidung untuk luar biasa dalam hidup manusia dan dalam alam
memulai aktifitas yang terkait dengan sistem mata sekelilingnya. Karena itu menurut Koentjaraningrat
pencaharian. Kutika ini biasanya digunakan orang (1964 : 41), pada umumnya bentuk religi dari
Tidung jika ingin pergi berburu di hutan, mencari sebanyak mungkin suku bangsa di dunia, akan
gaharu, kayu ulin, sarang burung walet. Serta tampak adanya empat unsur pokok yaitu; (1) emosi
digunakan sebagai pedoman untuk menangkap keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan
manusia menjalankan kelakuan keagamaan. (2)
ikan di laut dengan cara memancing. Jadi, kutika
sistem kepercayaan atau bayang-bayangan manusia
merupakan pedoman keberuntungan untuk
tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut
memulai pekerjaan. Kutika yang dimaksud orang
dan sebagainya. (3) Sistem upacara keagamaan
Tidung adalah menggambarkan sosok seperti orang
yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia
berdiri yang mempunyai anggota tubuh yang terdiri gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut
dari kepala, tangan, badan, dan kaki. Dan masing- dalam sub-sub, dan kelompok keagamaan atau
masing bagian anggota tubuh memiliki makna kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan
yang dijadikan pedoman untuk memulai aktivitas. mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara
Jadi Kutika digunakan untuk menerawang waktu- keagamaannya.
waktu yang dianggap baik sehingga membawa Sesungguhnya, inti dalam suatu religi
keberuntungan. adalah sistem upacara keagamaan yang bertujuan

38 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018


mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan pertahankan yang tidak bertentangan dengan ajaran
atas sistem religi tersebut. Baik teori-teori yang Islam. Namun untuk tradisi yang bertentangan
berorientasi kepada keyakinan religi, maupun dengan anjuran agama telah ditinggalkan oleh
teori yang berorientasi kepada upacara keagamaan, orang Tidung. Orang Tidung menyebutnya “yakin
senantiasa terdapat aktivitas dalam bentuk upacara ko do tuhan kamat anu tenuju melainkan Allah”.
(Koentjaraningrat, 1980 : 57) yang biasa dilakukan Sebagai ungkapan untuk menjalankan ajaran Islam
melalui aktivitas bersaji, berkorban dan berdoa, dan sistem keyakinan mereka kepada Allah SWT
yang kemudian diikuti oleh serangkaian tingkah (Muthohor, 2015 : 14).
laku seperti makan bersama, menari berprosesi, Satu hal yang menarik, bahwa keislaman
bersamadi sampai pada perbuatan yang lebih orang Tidung di Pulau Sebatik dapat digolongkan
ekstrim dalam bentuk intoxikasi atau perbuatan menjadi dua golongan, yakni yang mereka sebut
untuk menimbulkan atau menghilangkan kesadaran sebagai kaum tua-tua dengan kaum muda-muda.
diri pelaku upacara. Kaum tua-tua adalah kelompok yang terdiri dari
Keesing (1992 : 28), mengaitkan model sekumpulan para tetua adat dan pengikutnya
upacara peralihan misalnya sebagai sarana yang yang bersikukuh masih mempertahankan adat
digunakan untuk menginterpretasikan upacara tradisi dalam kehidupan sehari-hari meskipun
berkorban. Logikanya, manusia menganggap telah mengenal ajaran agama Islam. Seperti tradisi
ada alam lain yang memiliki kekuasaan sebagai membuka lahan, tradisi melahirkan, perkawinan,
pengawas. dan kematian yang dalam ritualnya memadukan
Dahulu, nenek moyang orang Tidung dari antara adat dan ajaran agama.
etnik Dayak, masih menganut kepercayaan para Bahkan dari kelompok ini meyakini bahwa
leluhur yang disebut kaharingan, yang menurut keislaman mereka sangatlah inklusif, karena
Kertodipaero (1963 : 16), suatu sistem kepercayaan diyakini bahwa yang mengislamkan mereka adalah
yang meyakini gejala-gejala dinamistis serta gejala- wali yang dikirim oleh Allah SWT yang berasal
gejala monotheisme. Gejala yang dinamistis tampak dari langit untuk orang Tidung karena waliullah
dalam kebiasaan menyimpan jimat-jimat. Benda- itu bersifat gaib, sehingga menjadi lebih sakral,
benda yang mengandung kekuatan gaib, akan dan terpelihara secara historis pada orang Tidung.
menambah kekuatan terhadap diri seseorang. Karena yang memperkenalkan Islam ke mereka
Gejala-gejala yang demomistis, yakni
diyakini bukan berasal dari penyiar Islam dari jalur
kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus atau
perdagangan yang mengIslamkan orang Tidung
roh-roh begitu kuat pada penganut kaharingan.
seperti pada banyak kasus di Indonesia mengenai
Karena itu untuk menangkal kemurkaan para
pola penyebaran ajaran Islam yang banyak
makhluk gaib tersebut, perlu sesajian. Namun
dilakukan oleh para saudagar (pedagang Arab).
demikian para penganut kaharingan meyakini
Walaupun terdapat anggapan dari orang luar bahwa
adanya satu dewa tertinggi, yang dianggap
ajaran Islam yang dijalankan oleh orang Tidung
paling berkuasa. Dia yang menciptakan langit,
menciptakan bumi dan lainnya. mengandung ajaran “syirik”, namun bagi orang
Seiring dengan penerimaan agama Islam Tidung sendiri, hal itu adalah hal yang menjadi
pada masyarakat Tidung, kepercayaan kaharingan petunjuk kebenaran dalam menjalani hidup mereka
berangsur hilang, walaupun tidak hilang sama (Idris, 2017 : 142).
sekali. Ada beberapa kebiasaan yang biasa dilakukan Kedua adalah kaum muda-muda, pada
para leluhur, masih dipertahankan, walaupun kelompok kedua ini dipelopori oleh kaum muda
makna yang terkandung dalam kebiasaan tersebut yang telah menempuh pendidikan di pesantren-
telah berubah. Gejala seperti ini menurut Smith pesantren. Dalam praktik keagamaan, kaum muda-
(dalam Koentjaraningrat, 1980 : 67) banyak terjadi muda ini cenderung tidak mempraktikkan lagi
pada banyak agama yang upacaranya tetap, tetapi ajaran hasil sinkretis dari ajaran agama Islam dan
latar belakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya adat. Mereka kaum muda ini, menjalankan praktik
keagamaan yang sesuai dengan Al-Quran dan Al
berubah.
Hadist. Masalahnya, dalam praktik keagamaan
Saat ini, pada umumnya orang-orang Tidung
seperti shalat Jumat, kaum muda tidak diberi
yang ada di Pulau Sebatik telah beragama Islam.
kesempatan oleh kaum tua untuk berceramah
Dengan demikian, sistem religi orang Tidung
maupun terlibat dalam ritual keagamaan lainnya.
berlandaskan pada ajaran agama Islam. Namun Jadi, sistem kepercayaan yang dianut oleh orang
demikian, masih ada ajaran adat yang mereka Tidung adalah telah berlandaskan pada ajaran

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 39
agama Islam, namun dalam bentuk praktik terjadi ucapan terima kasih kepada Redaksi/Pengelola
perpaduan antara budaya lokal dengan Islam. Jurnal Alqalam Balai Litbang Agama Makassar yang
Bahkan sistem religi yang dianut oleh orang bersedia menerima dan memuat tulisan ini.
Tidung menggambarkan adanya keterkaitan
dengan pranata lainnya. Keterkaitan antara pranata
religi dengan pranata lainnya menggambarkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa sistem religi dijadikan sebagai pedoman
dalam bertingkah laku pada segala aspek kehidupan,
walaupun orang Tidung mengakui bahwa satu- Barth, Fredrick. 1988. Kelompok Etnik dan
satunya agama yang mereka anut adalah agama Batasannya. UI Press. Jakarta.
Islam. Batubara, H. 2014. Pulau Sebatik Ikon Kota
Perbatasan : Beranda Depan Kedaulatan
PENUTUP
Bangsa. wilayahperbatasan.com. Bandung
Ketidakberdayaan orang Tidung bersaing
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya, Dahulu,
untuk memperoleh akses di ranah ekonomi,
Sekarang, Masa Depan. Gramedia. Jakarta.
termasuk akses terhadap sumberdaya alam, bukan
Hamzah, Amir. 1998. Sekilas Mengenai Suku
semata-mata karena faktor eksternal dari kalangan
Bangsa Tidung. Manuskrip Tidak diterbitkan.
para migran yang cenderung menguasai pasar dan
Idris, Usman. 2017. Ulun Pagun : Konstruksi Identitas
pengelolaan sumberdaya alam, tetapi juga karena
Orang Tidung di Pulau Sebatik. Tesis. Prog.
faktor internal, sebagai akibat orientasi nilai budaya
orang Tidung yang begitu menghargai masa lalu. Magister Pascasarjana Unhas. Makassar.
Sistem nilai budaya yang begitu kuat Keesing M. Roger. 1996. Antropologi Budaya, Suatu
menghargai masa lalu, menyebabkan adat istiadat Perspektif Kontemporer, Ed. Kedua. Erlangga.
tetap dipertahankan. Masalahnya, mempertahankan Jakarta.
hal-hal yang baik adat istiadat, sesungguhnya sah- Kertodopoero, Sarwoto. 1963. Kaharingan Religi
sah saja. Namun demikian, tantangan terhadap dan Penghidupan di Petuluan Kalimantan.
kehidupan hari ini dan masa datang begitu Sumur. Bandung.
kompleks, sudah barang tentu ini perlu penyesuaian Koentjaraningrat. 1964. Tokoh-Tokoh Antropologi.
dan perubahan agar orang Tidung dapat tetap eksis PT. Penerbitan Universitas. Jakarta.
dan berkembang serta bersaing. Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi
Kesadaran menyongsong masa depan Sosial. Dian Rakyat. Jakarta.
dengan serangkaian perubahan sistem nilai Muthohar, Ahmad. 2015. Islam Dayak : Dialektika
budaya yang mendukung pembangunan terutama Identitas Dayak Tidung di Pulau Sebatik.
pembangunan masyarakat, sangat diperlukan Fatwa Pub. Semarang.
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Okhosima, M. 2003. Ethnic Background of The
Orang Tidung tidak perlu merasa termarginalkan Tidung : Investigation of The Extinct Rules
dan merasa rendah diri akibat ketertinggalan dari of Coastal North East Borneo. Didownload
para migran. Upaya untuk merekonstruksi identitas dari http://www.kuis.rcjppiec/member/
dengan membentuk Forum Komunikasi Orang okushima/ronko/tidung.pdf. tanggal 10
Tidung menjadi momentum untuk membangkitkan Desember 2015.
spirit orang Tidung yang pernah jaya pada masa Puersen, C.A. 1976. Strategi Kebudayaan. Penerbitan
lalu untuk melakukan perubahan, terutama di Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
bidang sosial, ekonomi dan pendidikan dan dengan Sani, M. Yamin. 2014. Erau : Politik Kebudayaan dan
demikian mereka dapat lebih partisipatif dalam Modernisasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
penguatan politik identitas yang membangun. Kalimantan Timur. Makalah. Makassar.
Sani, M. Yamin, dkk. 2017. Orang Tidung di
UCAPAN TERIMA KASIH
Tapal Batas : Membangun Negeri Merawat
Syukur Alhamdulillah atas berkat Rahmat
Harmoni. Laporan Penelitian Professorship
Allah Swt. penulis ucapkan atas selesainya tulisan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi Universitas Indonesia. 1980. Sejarah Teori
mulai dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian Antropologi I. UI Press. Jakarta.
sampai kepada selesainya tulisan ini. Dan tak lupa,

40 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai