Anda di halaman 1dari 8

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk

diagnosis penurunan curah jantung adalah:

1. Perawatan jantung
2. Perawatan jantung akut

Perawatan Jantung (I.02075)


Intervensi perawatan jantung dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
diberi kode (I.02075).

Perawatan jantung adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi, merawat, dan membatasi komplikasi akibat
ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan jantung berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi: dispnea,


kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan CVP).
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi:
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi
yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis: elektrolit, enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis: beta
blocker, ACE Inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik

 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis: batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermitten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi


 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Perawatan Jantung Akut (I.02076)


Intervensi perawatan jantung akut dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) diberi kode (I.02076).

Perawatan jantung akut adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi, dan mengelola pasien yang baru mengalami episode
ketidakseimbangan antara ketersedian dan kebutuhan oksigen miokard.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan jantung akut berdasarkan SIKI,
antara lain:

Observasi

 Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan Pereda,


kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan frekuensi)
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
 Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis: kalium,
magnesium serum)
 Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis: skor TIMI, Killip,
Crusade)
Terapeutik

 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam


 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress
 Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi

 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada


 Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis: mengedan saat BAB atau batuk)
 Jelaskan Tindakan yang dijalani pasien
 Ajarkan Teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu


 Kolaborasi pemberian antianginal (mis: nitrogliserin, beta blocker, calcium
channel blocker)
 Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver Valsava (mis: pelunak
tinja, antiemetik)
 Kolaborasi pencegahan trombus dengan antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu

Manajemen Aritmia (I.02035)


Intervensi manajemen aritmia dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
diberi kode (I.02035).

Manajemen aritmia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola gangguan irama dan/atau frekuensi jantung
yang berpotensi mengganggu hemodinamik atau mengancam nyawa.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen aritmia berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Periksa onset dan pemicu aritmia


 Identifikasi jenis aritmia
 Monitor frekuensi dan durasi aritmia
 Monitor keluhan nyeri dada (intensitas, lokasi, faktor pencetus, dan faktor
Pereda)
 Monitor respon hemodinamik akibat aritmia
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor kadar elektrolit

Terapeutik
 Berikan lingkungan yang tenang
 Pasang jalan napas buatan (mis. OPA, NPA, LMA, ETT), jika perlu
 Pasang akses intravena
 Pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12 sadapan
 Periksa interval QT sebelum dan sesudah pemberian obat yang dapat
memperpanjang interval QT
 Lakukan maneuver valsava
 Lakukan masase karotis unilateral
 Berikan oksigen, sesuai indikasi
 Siapkan pemasangan ICD (implantable cardioverter defibrillator)

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


 Kolaborasi pemberian kardioversi, jika perlu
 Kolaborasi pemberian defibrilasi, jika perlu

Manajemen Syok Kardiogenik (I.02051)


Intervensi manajemen syok kardiogenik dalam Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) diberi kode (I.02051).

Manajemen syok kardiogenik adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat


untuk mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan
oksigen dan nutrient untuk mencukupi kebutuhan jaringan akibat penurunan
fungsi pompa jantung.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen syok kardiogenik berdasarkan


SIKI, antara lain:

Observasi

 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,


TD, MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas, open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
 Monitor EKG 12 lead
 Monitor rontgen dada (mis: kongesti paru, edema paru, pembesaran jantung)
 Monitor enzim jantung (mis: CK, CKMB, Troponin)
 Identifikasi penyebab masalah utama (mis: volume, pompa atau irama)

Terapeutik
 Pertahankan jalan napas paten
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Pasang jalur IV
 Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin
 Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung, jika perlu

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian inotropik (mis: dobutamine), jika TDS 70 – 100 mmHg


tanpa disertai tanda/gejala syok
 Kolaborasi pemberian vasopressor (mis: dopamine), jika TDS 70 – 100 mmHg
disertai tanda/gejala syok
 Kolaborasi pemberian vasopressor (mis: norefinefrin), jika TDS < 70 mmHg
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Kolaborasi pompa intra-aorta, jika perlu

Pencegahan Emboli (I.02066)


Intervensi pencegahan emboli dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) diberi kode (I.02066).

Pencegahan emboli adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan menurunkan risiko hambatan aliran darah akibat embolus
(mis: bekuan darah, udara).

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan emboli berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Periksa Riwayat penyakit secara rinci untuk melihat faktor risiko (mis:
pascaoperasi, fraktur, kemoterapi, kehamilan, pasca persalinan, imobilisasi,
kelumpuhan, edema ekstremitas, PPOK, stroke, Riwayat DVT sebelumnya)
 Periksa trias Virchow (stasis vena, hiperkoagulabilitas, dan trauma yang
mengakibatkan kerusakan intima pembuluh darah)
 Monitor adanya gejala baru dari mengi (hemoptisis, nyeri saat inspirasi, nyeri
pleuritik)
 Monitor sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, CRT, warna, suhu, dan
adanya rasa sakit pada ekstremitas)
Terapeutik

 Posisikan anggota tubuh yang beresiko emboli 20 derajat diatas posisi jantung
 Pasangkan stoking atau alat kompresi pneumatic intermitten
 Lepaskan stoking atau alat kompresi pneumatic intermiten selama 15-20 menit
setiap 8 jam
 Lakukan Latihan rentang gejak aktif dan pasif
 Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
 Hindari memijat atau menekan otot ekstremitas

Edukasi

 Anjurkan melakukan fleksi dan ekstensi kaki paling sedikit 10 kali setiap jam
 Anjurkan melaporkan perdarahan yang berlebihan (mis: mimisan yang tidak
biasa, muntah darah, urin berdarah, gusi berdarah, perdarahan pervaginam,
perdarahan menstruasi yang berat, feses berdarah), nyeri atau bengkak yang
tidak biasa, warna biru atau ungu pada jari kaki, nyeri di jari kaki, bisul atau
bitnik putih di mulut atau tenggorokan.
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan minum obat antikoagulan sesuai dengan waktu dan dosis
 Anjurkan asupan makanan yang tinggi vitamik K
 Ajarkan menghindari duduk dengan kaki menyilang atau duduk lama dengan
kaki tergantung
 Ajarkan melakukan tindakan pencegahan (mis: berjalan, banyak minum,
hindari alkohol, hindari imobilitas jangka Panjang)
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian trombolitik, jika perlu


 Kolaborasi pemberian antikoagulan dosis rendah atau antiplatelet dosis tinggi
(mis: heparin, clopidogrel, warfarin, aspirin, dipyridamole, dekstran), jika
perlu
 Kolaborasi pemberian prometazin intravena dalam larutan NaCl 0,9% 25 cc –
50cc dengan aliran lambat

Perawatan Jantung (I.02075)


Intervensi perawatan jantung dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
diberi kode (I.02075).

Perawatan jantung adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi, merawat, dan membatasi komplikasi akibat
ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan jantung berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi: dispnea,


kelelahan, edema, ortopnea, PND, peningkatan CVP).
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi:
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi
yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis: elektrolit, enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis: beta
blocker, ACE Inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik

 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis: batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermitten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi


 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Manajemen Nyeri (I.08238)


Intervensi manajemen nyeri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
diberi kode (I.08238).

Manajemen nyeri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen nyeri berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,


hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai