Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan

Infark Miokard (IM)

A. Pengertian
Infark miokard merupakan kematian atau nekrosis jaringan miokard akibat penurunan
secara tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya peningkatan
kebutuhan oksigen secara tiba-tiba tanpa perfusi arteri koronaria yang cukup. Infark miokard
dapat disebabkan oleh penyempitan kritis arteri koronaria akibat aterioklerosis atau oklusi
arteri komplet akibat embolus atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner dapat
disebabkan oleh syok, hemoragi dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
pada jantung (Darwis, Hartopo, & Sarwiko, 2023).
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan adanya thrombus.
Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh koronaria dapat disebabkan karena
emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital, spasme koronaria terisolasi,
arteritis trauma, gangguan hematologik dan berbagai penyakit inflamasi sistemik
(Widyaresmi, 2018).

B. Analisa Data
Data Fokus Masalah Keperawatan
DS: Kategori : Fisiologis
Pasien mengeluh nyeri dada kiri Subkategori : Sirkulasi
DO: Penurunan Curah Jantung (D.0008)
1) Pucat
2) Berkeringat Kategori : Fisiologis
3) Cemas Subkategori : Sirkulasi
4) Skala nyeri 10/10 Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif (D.0014)
5) Tekanan Darah 168/94 mmHg
6) Nadi 110 x/menit Kategori : Fisiologis
7) Pernapasan 20 x/menit Subkategori : Sirkulasi
8) Suhu 37,3℃ Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
9) Saturasi oksigen 95% (terpasang
nasal kanul 4 liter/menit) Kategori : Psikologis
10) Auskultasi bunyi jantung S4 Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
11) EKG: Elevasi Segmen ST Nyeri Akut (D.0077)
12) Bunyi paru bersih
13) Bising usus aktif Kategori : Psikologis
14) Troponin I meningkat Subkategori : Integritas Ego
15) Troponin T meningkat Ansietas (D.0080)
16) CK-MB meningkat
17) Trombosit 254.000/mm3 Kategori : Perilaku
18) Hemoglobin 16 g/dL Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
19) Leukosit 13.000/mm3 Defisit Pengetahuan (D.0111)
20) Kalium 3,5 mEq/L
21) Kreatinin 1.0 mg/dL

C. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur menurut Standar
Asuhan Keperawatan Indonesia (2017), yaitu:
1. Penurunan Curah Jantung (D.0008)
2. Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif (D.0014)
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
4. Nyeri Akut (D.0077)
5. Ansietas (D.0080)
6. Defisit Pengetahuan (D.0111)
D. Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil menurut SLKI (2019) dan rencana tindakan menurut SIKI
(2018) antara lain:
Diagnosis Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan Hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung (I.02075)
Curah Jntung keperawatan selama 3 x Observasi
(D.0008) 24 jam diharapkan curah 1) Identifikasi tanda atau gejala primer
jantung meningkat, penurunan curah jantung (meliputi
dengan kriteria hasil: dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
Curah Jantung paroxysmal nocturnal dyspnea,
(L,02008) peningkatan CVP)
1) Kekuatan nadi perifer 2) Identifikasi tanda atau gejala sekunder
meningkat (5) penurunan curah jantung (meliputi
2) Tekanan darah peningkatan berat badan, hepatomegali,
membaik (5) distensi vena jugularis, palpitasi,
3) Capillary Refill Time ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
(CRT) membaik (5) pucat)
4) Lelah menurun (5) 3) Monitor tekanan darah (termasuk
5) Edema menurun (5) tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor keluhan nyeri dada (mis.
intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
8) Monitor EKG 12 sadapan
9) Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
10) Monitor nilai laboratorium jantung
(mis. elektrolit, enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
11) Monitor fungsi alat pacu jantung
12) Periksa tekanan darah dan fungsi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
13) Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum pemberian obat (mis.
beta blocker, ACE inhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)
Terapeutik
14) Posisikan pasien semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
15) Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
16) Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai indikasi
17) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
18) Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
19) Berikan dukungan emosional dan
spiritual
20) Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
21) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
22) Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
23) Anjurkan berhenti merokok
24) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
25) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
Kolaborasi
26) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
27) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Risiko Perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Aritmia (I.02035)
Miokard Tidak keperawatan selama 3 x Observasi
Efektif (D.0014) 24 jam diharapkan 1) Priksa onset dan pemicu aritmia
perfusi miokard 2) Identifikasi jenis aritmia
meningkat, dengan 3) Monitor frekuensi dan durasi aritmia
kriteria hasil: 4) Monitor keluhan nyeri dada (intesitas,
Perfusi Miokard lokasi, faktor pencetus dan faktor
(L.02011) pereda)
1) Gambaran EKG 5) Monitor respon hemodinamik akibat
aritmia menurun (5) aritmia
2) Nyeri dada 6) Monitor saturasi oksigen
menurun (5) 7) Monitor kadar elektrolit
3) Diaphoresis Terapiutik
menurun (5) 8) Berikan lingkungan yang tenang
9) Pasang jalan napas buatan (mis.
OPA,NPA,LMA,ETT), jika perlu
10) Pasang akses intravena
11) Pasang monitor jantung
12) Rekam EKG 12 sadapan
13) Periksa interval QT sebelum dan
sesudah pemberian obat yang dapat
memperpanjang interval QT
14) Lakukan manuver valsava
15) Lakukan masase karotis unilateral
16) Berikan oksigen, sesuai indikasi
17) Siapkan pemasangan ICD (implantable
Cardioverter Defibrillator)
Kolaborasi
18) Kolaborasi pemberian antiaritmia, Jika
perlu
19) Kolaborasi pemberian kardioversi, Jika
perlu
20) Kolaborasi pemberian defibrilasi, Jika
perlu
Perfusi Perifer Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi (I.14570)
Tidak Efektif keperawatan selama 3 x Observasi
(D.0009) 24 jam diharapkan 1) Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
perfusi perifer perifer, edema, pengisapan kapiler,
meningkat, dengan warna, suhu, ankle-brachial index)
kriteria hasil: 2) Identifikasi faktor risiko gangguan
Perfusi Perifer sirkulasi (mis, diabetes, perokok, orang
(L.02011) tua, hipertensi dan kadar kolesterol
1) Warna kulit pucat tinggi)
menurun (5) 3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
2) Edema perifer bengkak pada ekstrimitas
menurun (5) Terapeutik
3) Denyut nadi perifer 4) Hindari pemasangan infus atau
meningkat (5) pengambilan darah di area keterbatasan
4) Pengisian kapiler perfusi
membaik (5) 5) Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
berfungsi
6) Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
7) Lakukan pencegahan infeksi
8) Lakukan perawatan kaki dan kuku
9) Lakukan hidrasi
Edukasi
10) Anjurkan berhenti merokok
11) Anjurkan berolahraga rutin
12) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
13) Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurunan kolesterol, jika perlu
14) Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
15) Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyakit beta
16) Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat (mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
17) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
18) Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
19) Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya Rasa)
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan selama 3 x Observasi
24 jam diharapkan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
(L.08066) 4) Identifikasi faktor yang memperberat
1) Keluhan nyeri dan memperingan nyeri
menurun (5) 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2) Meringis menurun (5) tentang nyeri
3) Sikap protektif 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
menurun (5) respon nyeri
4) Gelisah menurun (5) 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
10) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi bermain)
11) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
14) Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (I.09134)
keperawatan selama 3 x Observasi
24 jam diharapkan 1) Identifikasi saat tingkat ansietas
tingkat ansietas menurun, berubah (mis. kondisi, waktu, stressor)
dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi kemampuan mengambil
Tingkat Ansietas keputusan
(L.09093) 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
1) Perilaku gelisan dan nonverbal)
menurun (5) Terapeutik
2) Perilaku tegang 4) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
3) Konsentrasi 5) Temani pasien untuk mengurangi
membaik (5) kecemasan, jika memungkinkan
4) Pola tidur 6) Pahami situasi yang membuat ansietas
membaik (5) 7) Dengarkan dengan penuh perhatian
8) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
9) Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
10) Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
11) Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
12) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
13) Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
14) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, Jika perlu
15) Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
16) Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
17) Latih kegiatan pengelihatan untuk
mengurangi ketegangan
18) Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
19) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
20) Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan keperawatan selama 3 x Observasi
(D.0111) 24 jam diharapkan 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tingkat pengetahuan menerima informasi
meningkat, dengan 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
kriteria hasil: meningkatkan dan menurunkan
Tingkat Pengetahuan motivasi perilaku hidup bersih dan
(L.12111) sehat
1) Perilaku sesuai Terapeutik
dengan pengetahuan 3) Sediakan materi dan media pendidikan
meningkat (5) kesehatan
2) Persepsi yang keliru 4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
terhadap masalah kesepakatan
menurun (5) 5) Berikan kesempatan untuk bertanya
3) Perilaku membaik (5) Edukasi
6) Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
8) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

E. Implementasi
Diagnosis Keperawatan Tindakan Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung 1) Memonitor tanda-tanda vital
(D.0008) 2) Melaporkan adanya perubahan ttv untuk
2. Risiko Perfusi Miokard Tidak persiapan PCI
Efektif (D.0014) 3) Memonitor EKG
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif 4) Memonitor suara jantung dan paru
(D.0009) 5) Memonitor skala nyeri
4. Nyeri Akut (D.0077) 6) Memonitor tingkat kesadaran
5. Ansietas (D.0080) 7) Memonitor tingkat ansietas (kecemasan)
6. Defisit Pengetahuan (D.0111) 8) Memonitor pengeluaran urine
9) Memonitor ekstremitas
10) Memonitor denyut nadi perifer
11) Memonitor tempat pemasangan kateter PCI di
arteri femoralis kanan
12) Memberikan terapi intravena berupa Morphine
13) Memberi tahu dokter jika:
a. Mengalami TTV atau iram jantung tidak
normal
b. Mengalami penurunan urin
c. Mengalami nyeri dada
d. Sesak napas
e. Menunjukkan perubahan tingkat kesadaran
f. Mengalami tanda-tanda perdarahan atau
pembentukan hematoma dilokasi pemasangan
PCI
14) Memberikan posisi tidur semi Fowler 45°
15) Mengganti posisi setiap 2 jam
16) Latihan ROM (Range Of Motion)
17) Anjurkan tirah baring
18) Menjaga lokasi sayatan tetap kering
DAFTAR PUSTAKA

Darwis, I., Hartopo, A. B., & Sarwiko, M. G. (2023). ajemen Pasien Infark Miokardium Akut
Dengan Elevasi Segmen ST (IMA-EST) Anterior Onset Lebih dari 48 Jam Tanpa
Tindakan Reperfusi di Bangsal Perawatan Jantung. JK Unila, 7(1), 25-36.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Widyaresmi, V. N. (2018). Hubungan Pemberian Terapi Oksigenisasi Dengan Nyeri Dada dan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Infark Miokard Akut di IGD RSUD Sidoarjo. Jurnal
Keperawatan, 11(3), 142-146.

Anda mungkin juga menyukai