OVARIOHYSTERECTOMY
Raisa Qurrata A’yun Suseno
raisaqurratata@student.ub.ac.id
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Kucing liar yang berkeliaran bebas merupakan ancaman bagi
masyarakat karena mereka adalah sumber beberapa penyakit zoonosis.
Sterilisasi pada kucing betina dapat dilakukan setelah kucing menginjak
usia 8 minggu, namun untuk idealnya dilakukan antara usia 16 hingga
20 minggu dan jika telah melakukan vaksinasi diharapkan ada jarak
waktu 1 bulan sebelum melakukan steril. Karena sterilisasi merupakan
prosedur bedah medis, kucing yang akan disteril harus dalam kondisi
fit dan tidak sedang hamil. Metode sterilisasi yang digunakan adalah
ovariohisterektomi melalui pendekatan garis tengah kaudal. Sterilisasi
awalnya memiliki istilah dalam bahasa Inggris yaitu spay and neuter
yang diperuntukkan dua gender hewan yang berbeda. Sterilisasi adalah
proses pemandulan pada organ reproduksi. Pada kucing betina disebut
spay, femal neutering, atau sterilization sedangkan pada kucing jantan
disebut neutering, kastrasi atau kebiri.
Kucing (Felis catus) merupakan salah satu hewan berbulu yang banyak
dipelihara orang. Sama halnya dengan hewan peliharaan lainnya, kucing juga
merupakan hasil domestikasi dari miacis yang juga merupakan nenek moyang dari
anjing dan beruang (Ngitung, 2021). Ciri khas dari kucing lokal ialah bulunya
pendek dengan warna yang bermacam-macam dan bervariasi seperti abu-abu,
coklat dan perpaduan dari berbagai warna/belang. Kucing memiliki siklus birahi
seasonal polyestrus dan dalam satu periode kebuntingan menghasilkan sekitar 1-6
ekor anak. Dalam setahun kucing dapat beranak 1-3 kali dan apabila dikalkulasikan
seekor kucing betina dapat menghasilkan sekitar 40 ekor anak selama 5 tahun masa
hidupnya.
Di lingkungan liar, kontak antara kucing jantan dan betina pada masa birahi
menyebabkan peluang kebuntingan yang cukup tinggi, apabila tidak ada upaya
kontrol populasi jumlah kucing dapat bertambah hingga 18 kali lipat (Prayoga dkk,
2021). Ledakan populasi kucing lokal dapat dicegah dengan upaya euthanasia,
sterilisasi, dan kontrasepsi. Upaya sterilisasi merupakan solusi yang paling
efektif menekan ledakan populasi kucing lokal. Namun semua upaya tersebut
hanya dapat dilakukan oleh dokter hewan di rumah sakit atau klinik hewan yang
memiliki fasilitas memenuhi standar operasi.
Mobilitas yang kurang menjadi sebuah masalah untuk mengefisienkan
upaya menekan ledakan populasi. Sterilisasi pada hewan yang dilakukan saat ini
dapat dibedakan secara medis, dengan tindakan operasi pengambilan organ
reproduksi hewan jantan (kastrasi) atau hewan betina. Beberapa organisasi
pencinta hewan sudah menerapkan sistem sterilisasi untuk menekan populasi
kucing liar, namun menitikberatkan pada inisiatif pelapor yang mana pemilik
hewan untuk mensterilisasi hewan peliharaannya sehingga dirasa kurang (Hanif
dkk, 2017).
Manfaat Ovariohysterectomy
1. Menekan populasi kucing liar
Perlakuan Ovariohysterectomy pada kucing liar bertujuan untuk mencegah
ledakan populasi di lingkungan masyarakat.
2. Mencegah timbulnya penyakit metritis (radang uterus) dan pyometra
(infeksi Rahim)
3. Mencegah tumbuhnya tumor pada payudara kucing betina. Kucing betina
memiliki peluang 99.5 % terhindar dari tumor mamae apabila di OH
sebelum menstruasi pertama.Apabila OH dilakukan setelah menstruasi
pertama peluang terhindar 92 %, tapiapabila dilakukan setelah hewan betina
berumur diatas 2 tahun kemungkinanterhindar dari tumor mamae adalah
45%.
4. Mengurangi aktivitas euthanasi
5. Menyediakan lingkungan yang sebanding antara jumlah sumber makanan
dengan populasi
6. Mengurangi kemungkinan penyakit zoonosis bersumber kucing pada
manusia
(Prayoga dkk, 2021).
Teknik Operasi Ovariohysterectomy pada Kucing Liar
A. Sinyalemen dan anamnesa
• Pendataan ras, usia, dan jenis kelamin. Disertakan pula riwayat
kebuntingan dan vaksinasi jika diketahui
• Dilakukan observasi perilaku kucing
B. Pemeriksaan Fisik
• Pendataan status present kucing : berat badan, frekuensi jantung,
frekuensi napas, suara jantung, respirasi, suhu tubuh, turgor kulit,
capillary refill time, warna mukosa dan mulut
C. Anastesi
• Sebelum dilakukan operasi, kucing telah dipuasakan selama 12 jam
• Sebelum anestesi, kucing diberi premedikasi berupa Atropin Sulfat
yang disesuaikan dengan berat badan. Dilakukan secara subkutan
dan Acepromazine sesuai berat badan secara intramuskuler
• Dilakukan anestesi yang diinduksi dengan injeksi Ketamin HCI
dengan dosis yang disesuaikan BB secara intramuskuler
D. Teknik Bedah
• Diposisikan kucing pada dorsal recumbency dan semua ekstremitas
diikat
• Diinfus cairan Sodium Chloride melalui vena radialis
• Dicukur bersih rambut pada daerah umbilicus kea rah caudal,
kemudian dibersihkan dengan alcohol 70% dan povidone iodine dan
dipasang drape steril
• Dilakukan insisi sekitar 1-2 cm caudal dari umbilicus pada kulit dan
subkutan sepanjang 5 cm hingga terlihat linea alba
• Diangkat linea alba dan dilakukan insisi untuk membuka rongga
abdomen dengan hati-hati
• Dikuakkan dinding abdomen kanan untuk mendapatkan koruna uteri
dengan spay hook
• Ditarik keluar koruna uteri dan ditelusur hingga ovarium ditemukan
• Dicari ligamentum suspensorium pada ujung proksimal ovarium dan
dilakukan pemutusan ligamentum suspensorium agar ovarium dapat
dikeluarkan
• Diligasi pembuluh darah kompleks pada ovarium dan dipotong
dengan metode three forceps dengan klem arteri sebanyak 3 buah
dan ligase dilakukan dengan benang 2/0 catgut chromic
• Diperiksa adanya pendarahan pada ujung kompleks pembuluh darah
ovarium yang telah diligasi, dipotong, dan dibuka klem arteri
• Dilakukan perlakuan yang sama pada ovarium sisi lainnya
• Ditarik keluar kornua uteri, di klem, diligasi, dan dipotong
• Dipotong korpus uteri dekat serviks uteri dengan metode three
forceps dan potongan koruna uteri dan ovarium dapat dilepas
• Dilakukan ligase pada korpus uteri dengan jahitan angka 8
menggunakan catgut chromic 2/0
• Diperiksa adanya pendarahan pada ujung korpus uteri yang telah
diligasi, dipotong, dan dibuka klem arterinya
• Dilepas sisa potongan uterus ke dalam rongga abdomen
• Diirigasi rongga abdomen dengan cairan NaCl fisiologis dan diberi
Nebacetin powder
• Dilakukan penjahitan pada linea alba dan peritonium dengan pola
jahitan sederhana menerus menggunakan benang catgut chromic 2/0
• Dijahit jaringan subkutan dengan pola subkutikuler menerus
sederhana dengan benang catgus chromic 2/0 sedangkan jahitan
kulit dilakukan dengan pola sederhana terputus menggunakan silk
ukuran 3/0.
E. Perawatan
• Dilakukan perawatan pada kucing liar betina selama 5-7 hari.
F. Pelepasan
• Kucing yang telah disteril dilepaskan Kembali ke lokasi
penangkapan atau terakhir ditemukan.
(Prayoga dkk, 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Hanif, A., Dharmawan, M., Pangestu, A. Castrate : Solusi Menekan Ledakan
Populasi Kucing Lokal. Fakultas Kedokteran Hewan : Universitas Gadjah
Mada.
Henundya, A. 2018. Perancangan Buku Ilustrasi Edukasi Tentang Sterilisasi
Sebagai Upaya Pengendalian Populasi Kucing Liar. [Jurnal Tugas Akhir].
Program Studi S-1 Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain Fakultas Seni
Rupa. Institus Seni Indonesia Yogyakarta : Yogyakarta.
Ngitung, R. 2021. Karakteristik Perilaku Kucing Domestik. Jurnal Sainsmat. 10(1)
: 78 – 84.
Oktrio, P. 2022. Teknik Kastrasi Pada Kucing Domestik (Feline Domesticus) Di
Kawatan Pet Clinic And Shop Surakarta. [Skripsi]. Program Studi
Paramedik Veteriner Sekolah Vokasi. IPB : Bogor.
Prayoga, S., Megawati , N., Arifin, E., Nangoi, L. Ovariohysterectomy pada Kucing
Liar. Ovozoa. 10 (3) : 98 – 104.
Rahmiati, D., Wismandanu, O., Anggaeni, T. 2020. Kontrol Populasi dengan
Kegiatan Sterilisasi Kucing Liar di Lingkungan UNPAD. Jurnal Aplikasi
Ipteks untuk Masyarakat. 9(2) : 114 – 116.