Anda di halaman 1dari 2

ASAL MUASAL ISTILAH SAHUR & BUKA PUASA

Berpuasa merupakan praktik keagamaan yang penting bagi umat Muslim di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Dalam menjalankan ibadah puasa, terdapat dua istilah yang sering
digunakan, yaitu "sahur" dan "berbuka puasa". Kedua istilah ini memiliki makna yang penting dalam
praktik berpuasa, dan keduanya juga memiliki asal-usul yang menarik untuk diketahui. Dalam artikel
ini, kami akan membahas tentang asal-usul kata "sahur" dan "berbuka puasa", serta bagaimana
kedua istilah ini berkembang dan digunakan di berbagai budaya dan bahasa di seluruh dunia.

ASAL KATA “SAHUR”

Sahur adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh umat Muslim pada waktu dini
hari sebelum terbit fajar selama menjalankan ibadah puasa. Sahur biasanya dilakukan sebelum
waktu shubuh sebagai bentuk persiapan untuk menahan diri dari makanan dan minuman sepanjang
hari selama berpuasa.

Sahur memiliki peran penting dalam menjalankan ibadah puasa karena dapat memberikan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh selama berpuasa dan membantu menghindari rasa lapar dan
haus yang berlebihan saat siang hari. Oleh karena itu, sebaiknya Sahur dilakukan dengan menu yang
seimbang dan bergizi, seperti makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, serat, dan
vitamin.

Secara etimologi, kata "Sahur" berasal dari bahasa Arab "sahar" yang berarti "waktu dini hari"
atau "makan pada waktu dini hari". Dalam bahasa Melayu, kata "Sahur" merujuk pada tindakan
makan pada waktu dini hari sebelum waktu shubuh selama berpuasa.

ASAL KATA “BERBUKA”

Kata "berbuka" berasal dari bahasa Arab "iftar" (‫ )إفط ار‬yang berarti "membuka". Dalam
konteks puasa, "berbuka" merujuk pada tindakan memakan makanan setelah menahan diri dari
makanan dan minuman sepanjang hari.

Pada saat maghrib, waktu berbuka puasa, orang-orang yang berpuasa memakan makanan
pertama setelah menahan diri dari makanan dan minuman selama seharian. Tindakan ini
melambangkan pembukaan atau memulai kembali siklus makan dan minum setelah menahan diri
dari makanan dan minuman selama periode waktu tertentu.

Kata "berbuka" digunakan dalam bahasa Melayu karena pengaruh bahasa Arab dalam agama
Islam. Kata "berbuka" telah digunakan dalam budaya Melayu sejak lama sebagai ungkapan untuk
memulai makan atau minum setelah menahan diri dari makanan atau minuman selama periode
waktu tertentu, seperti saat berpuasa.

Secara keseluruhan, kata "berbuka" menggambarkan tindakan memulai kembali siklus makan
dan minum setelah menahan diri untuk waktu tertentu, dan kata ini telah digunakan dalam bahasa
Melayu karena pengaruh budaya Arab yang kuat dalam agama Islam.
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk "buka puasa" dalam bahasa daerah di Indonesia:

1. Berbuka puasa (bahasa Indonesia)


2. Ngabuburit (bahasa Sunda)
3. Ngrebuka (bahasa Jawa)
4. Maghribun (bahasa Minangkabau)
5. Begibasan (bahasa Gorontalo)
6. Ba'uruh ifthar (bahasa Aceh)
7. Bapapai (bahasa Palembang)
8. Mulai sa'ur (bahasa Bugis)
9. Maqra’ (bahasa Batak)
10. Saqikas (bahasa Maluku)
11. Sosat (bahasa Papua)

Istilah-istilah ini merujuk pada tindakan memakan makanan pertama setelah menahan diri
dari makanan dan minuman selama puasa. Meskipun istilah-istilah ini berbeda-beda, konsep dan
makna yang terkandung dalam tindakan ini tetap sama, yaitu sebagai tanda pembukaan atau
memulai kembali siklus makan dan minum setelah menahan diri untuk waktu tertentu selama
berpuasa.

Secara keseluruhan, asal-usul kata "sahur" dan "berbuka puasa" memiliki sejarah yang
panjang dan berasal dari berbagai budaya dan bahasa di seluruh dunia. Namun, walaupun istilah-
istilah ini memiliki perbedaan dalam bahasa dan budaya, makna dan pentingnya bagi umat Muslim
di seluruh dunia tetap sama. Dalam menjalankan ibadah puasa, sahur dan berbuka puasa menjadi
momen yang penting dan perlu dilakukan dengan baik agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan
lancar dan sukses. Oleh karena itu, mari kita jaga dan hargai nilai-nilai keagamaan yang terkandung
dalam puasa dan istilah-istilah yang terkait dengannya.

Anda mungkin juga menyukai