Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

(PNEUMONIA PADA LANSIA)

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampuh: Ika Muzdalia,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Oleh :
NURAENI
B0218314

Prodi Keperawatan/ Kelas C/ Semester VII

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sulawesi Barat

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang merupakan persyaratan
wajib bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi mata kuliah
Keperawatan Gerontik semester VII Universitas Sulawesi Barat.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad


SAW, para keluarga, para sahabat serta para pengikutnya, semoga kita menjadi
golongan yang meraih syafaat beliau di hari kemudian.

Majene, 04 Oktober 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai dan terus menjadipembunuh


utama anak di negara berkembang dan lansia di negara maju.Menurut perkiraan
WHO, terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia setiaptahunnya, menyebabkan 7%
(empat juta) dari keseluruhan 57 juta kematian.Insidens tertinggi terjadi pada anak
usia kurang dari lima tahun dan orang dewasausia lebih dari 75 tahun.
Di Amerika Serikat dari hasil penelitian yang dilaporkan dalam VitalStatistic
Center, Communicable Disease Centeri tahun 1996, pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 10 pada kelompok usia 45-64 danpenyebab kematian nomor 5 pada
kelompok usia lebih dari 65 tahun2. DiIndonesia, pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelahpenyakit kardiovaskuler/cardiovascular disease (CVD)
dan tuberculosis (TBC).Faktor sosial ekonomi yang rendah di Indonesia turut
mempertinggi angkakematian akibat pneumonia.
Pada usia tua, beberapa infeksi tertentu terjadi lebih sering pada kelompok
usia lanjut dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pula. Infeksi
ini meliputi infeksi saluran nafas bagian bawah, pneumonia bakterial, dan
infeksisaluran kemih.
Pneumonia komunitas pada usia lanjut memiliki manifestasi klinisyang
berbeda dengan pneumonia komunitas pada kelompok usia lain.Manifestasi klinis
pneumonia komunitas pada usia lanjut biasanya tidak lengkap.Sebagai tambahan,
terdapat keberagaman yang luas dari aspek gejala dan tanda yang terjadi, dengan
tidak didapatkannya asosiasi di antara gejala dan tandatersebut.Konfusi,perubahan
kapasitas fisik secara fungsional, dan dekompensasidari penyakit penyebab, dapat
muncul sebagai manifestasi klinis. Malnutrisimerupakan salah satu keadaan yang
ditemui pada kelompok usia lanjut.
Mengingat tingginya angak kejadian dan kematian dari pneumonia pada usia lanjut
dan perbedaannya dengan pneumonia pada kelompok usia lain, maka diperlukan
pemahaman yang baik mengenai pneumonia pada usia lanjut dari berbagai aspek dan
secara menyeluruh agar dapat dilakukan penatalaksanaan dengan baik.

B. Tujuan
Untuk mengetahui pneumonia pada lansia

C. Rumusan Masalah
Bagaiamana pneumonia pada lansia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai, dapat mengenai semua
kelompok usia, dan terus menjadi pembunuh utama anak dinegara berkembang dan
lansia dinegara maju. 10, 14 WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat 450 juta
laporan kasus pneumonia, menyebabakan 7% (empat juta) dari keseluruhan 57 juta
kematian. Insidens tertinggi terjadi pada anak usia kurang darilima tahun dan orang
dewasa usia lebih dari75 tahun. Pada anak usia kurang dari limatahun, khususnya di
negara berkembang,pneumonia merupakan penyebab utamamorbiditas dan mortalitas
dan diperkirakanmenyebabkan lebih dari dua juta kematiansetiap tahunnya. Pada
lansia,mortalitas nursing home acquired pneumoniadilaporkan mencapai 44-57%
sedangkan mortalitas pneumonia komunitas berdasarkanpenelitian pada rumah sakit
dilaporkanmencapai 30%.
Pneumonia adalah penyakit peradangan yang mengenai parenkim paru,distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dana lveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. Penyakit pneumonia sering kali diderita sebagian besar kelompok usia
lanjut dan kelompok populasi dengan penyakit kronik, sebagaiakibat dari kerusakan
sistem imunitas tubuh. Bayi dan anak-anak juga rentanter hadap pneumonia karena
respon imunitas mereka yang masih belum berkembang dengan baik.

DiIndonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah


penyakit kardiovaskuler/cardiovascular disease (CVD) dan tuberculosis (TBC).
Faktor sosial ekonomi yang rendah di Indonesia turut mempertinggi angka kematian
akibat pneumonia.
Pada usia tua, beberapa infeksi tertentu terjadi lebih sering pada kelompok
usia lanjut dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pula.Infeksi ini
meliputi infeksi saluran nafas bagian bawah, pneumonia bakterial, daninfeksi saluran
kemih.Pneumonia pada usia lanjut merupakan penyakit yang sering terjadi
dantergolong serius yang manifestasi klinisnya dapat berbeda dengan pasien
usiamuda. Pada pasien usia lanjut keluhan pada pneumonia dapat lebih sedikit dari
pasien muda, namun delirium sering terjadi. Terkadang, delirium merupakansatu-
satunya manifestasi klinis pneumonia pada usia lanjut.

B. Etiologi
Jenis organisme yang sering menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada usia
lanjut. Adapun jenis infeksi saluran pernafasanyang sering mengenai usia lanjut
adalah pneumonia bakterial. Kendati telah ditemukan sekitar 100 agen mikroba yang
dapat menyebabkan pneumonia,hanya beberapa mikroba yang merupakan penyebab
tersering dari kasus pneumonia. Pada sekitar setengah dari pneumonia komunitas
yang terjadi pada usia lanjut agen penyebab terjadinya pneumonia tidak dapat di
identifikasi. Dari perkiraan, sekitar 20-30% dari total keseluruhan kasus pneumonia
komunitas disebabkan oleh kuman Streptococcus penumoniae.
Hampir sebagian besar (50-60%) pneumonia yang didapat dirumah
sakitdisebabkan oleh aerob gram negatif, dapat juga disebabkan olehStreptococcus
ureus, Hemophillus influenza. Streptococcus pneumonia merupakan penyebab paling
banyak dari pneumonia pada usia lanjut.
Streptococcus pneumoniae memiliki virulensi yang ditentukan oleh
polisakarida kapsular pneumokokal, yang memungkinkan bakteri untuk menghalangi
fagositosis dari sel penjamu. Sementara pada pneumonia nosokomial, penyebab
terbanyak dari kelompok usia lanjut yang dirawat dirumah sakit adalah virus, yang
menyebabkan terjadinya pneumonia viral.
C. Manefestasi klinis
Pneumonia merupakan infeksi yang melibatkan alveoli dan bronkiolus.Secara
klinis pneumonia ditandai oleh berbagai gejala dan tanda.Gejala seperti batuk dapat
bersifat purulen ataupun mukopurulen. Gejala lain yangterjadi meliputi demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Selain itu dapatpula terjadi gejala ekstrapulmoner
meliputi mual, muntah, ataupun diare. Temuan lain seperti delirium, penurunan
fungsi fisik, anoreksia, lemah,ataupun pingsan dapat merupakan gejala dan tanda
awal ataupun gejala dantanda tunggal pada pneumonia.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya ronkhi yang terdengarpada
paru yang terinfeksi.Temuan lain berupa perkusi redup, peningkatan sistem fremitus,
pernafasan bronkial, dan adanya pleural friction rub.Sementara secara patologis,
pneumonia ditandai dengan adanyakonsolidasi pada paru.Konsolidasi ini dapat
melibatkan hampir semua bagiandari sebuah lobus atau banyak lobus, ataupun hanya
terlokalisasi di sekitarbronkus seperti yang terjadi pada bronkopneumonia. Pada
pemeriksaan fotodada, akan ditemukan adanya radio opasitas yang menunjukkan
adanyakonsolidasi.
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat dilihat adanya infiltrasi pada
padaalveolus oleh sel leukosit polimorfonuklear, seperti yang ditemukan padapasien
dengan pneumonia bakterial atau pada peradangan interstisial yangbiasanya terlihat
pada pneumonia viral.Yang penting diingat adalah pada pneumonia yang terjadi pada
kelompokusia lanjut, gejala dan tanda respiratoris yang terjadi bersifat minimal.
Sebaliknya manifestasi lain yang terjadi adalah penurunan kesadaran
berupadelirium, konfusi yang bersifat kronik, dan gejala berupa pingsan.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Riqueleme et al., delirium dankonfusi akut terjadi
pada 45 orang (44.5%) dari 101 penderita pneumonia darikelompok usia lanjut.
Gejala berupa pusing atau dizziness, sinkop ataupingsan, gejala kardiak dan
neurologis, status kesehatan yang buruk, dandisabilitas fungsional merupakan gejala
yang dominan terjadi pada pneumonia pada usia lanjut.
Sementara untuk pneumonia komunitas, manifestasi klinis pada usia lanjut
memiliki manifestasi klinis yang berbeda dengan pneumonia komunitas pada
kelompok usia lain. Manifestasi klinis pneumonia komunitas pada usia lanjutbiasanya
tidak lengkap. Sebagai tambahan, terdapat keberagaman yang luasdari aspek gejala
dan tanda yang terjadi, dengan tidak didapatkannya asosiasidi antara gejala dan tanda
tersebut.Konfusi, perubahan kapasitas fisik secarafungsional, dan dekompensasi dari
penyakit penyebab, dapat muncul sebagaimanifestasi klinis. Malnutrisi merupakan
salah satu keadaan yang ditemui pada kelompok usia lanjut.
Berdasarkan penelitian dari Raul Riquelme et al. keluhan utama daripasien
yang menderita pneumonia komunitas adalah sesak nafas, disusul batukdan demam.
Namun, keluhan utama berupa batuk dan demam dapat pula tidakditemukan sama
sekali. Berdasarkan penelitian dari Haper dan Newton, gejalaklasik sari pneumonia
komunitas yanitu batuk, demam, dan sesak, tidakditemukan pada 56% pasien dengan
pneumonia komunitas. Karenanya,pneumonia komunitas ada usia lanjut sering tidak
terdiagnosis dengan baik.Delirium pada saat pasien masuk merupakan kondisi yang
sering didapatkanpada pasien dengan pneumonia, sebanyak 45% dari total
populasi.Sementaraitu, kondisi yang berhubungan dengan terjadinya pneumonia
komunitasterbanyak adalah penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronik.

D. Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis
pururental, perikarditis, dan epiglottis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae
tipe B.

E. Patofisiologi
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi pulmoner pada sistem
respirasimengalami berbagai perubahan anatomis yang berkontribusi pada
berbagaiperubahan fungsional. Perubahan anatomis pada sistem pulmoner tersebut
meliputi:
1. Penurunan diameter rata-rata dari bronkus dan bronkiolus

2. Penurunan diameter dari sakus alveolaris yang menyebabkan terjadinya


penyempitan
3. Penurunan jumlah serat elastik dan peningkatan jumlah kolagentipe III
Berbagai perubahan anatomis ini kemudian menyebabkan berbagaiperubahan
fungsional yang meliputi 1) penurunan elastic recoil, 2)penurunan kapasitas difusi
oksigen, 3) penyempitan jalan nafas yangmenyebabkan terjebaknya udara di dalam
paru-paru, 4) penurunan tingkataliran ekspirasi.Sedangkan perubahan spirometri yang
terjadi meliputipenurunan volume inspirasi, penurunan volume ekspirasi, dan
penurunankapasitas vital paru. Sebagai tambahan, bersihan mukosilier ikut
menurunseiring dengan pertambahan usia.
Pada akhirnya, perubahan yang terjadi pada sistem respirasi usia lanjutbaik
perubahan secara anatomis maupun fungsional, menyebabkaneningkatnya
kemungkinan masuknya mikroorganisme infeksius kedalam paru akibat
ketidakmampuan paru untuk melakukan ekspirasi danmembersihkan paru melalui
sistem mukosilier secara sempurna.
Beberapa penyakit infeksi penting pada usia lanjut dan mortalitasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Dari Aging, Immunity, and Infection. George Washington University


School of Medicine, 2003.
Dari infeksi pada usia lanjut, yaitu: sistem respirasi dan sistem urinaria. Hal
ini disebabkan oleh 1) perubahan fisiologis terkaitusia yang meliputi perubahan
struktural dan fungsional dari organ respirasi,urinaria, dan gastrointestinal, 2)
perubahan patologis tabel di atas, dapat disimpulkan terdapat 2 jalur utama
daripenyebaran yang disebabkan olehpenyakit dan kelainan lain yang telah ada
(komorbiditas), dan 3) perubahankompetensi imun berupa disregulasi sistem imun
alamiah (innate immunity)dan terkait usia dan sistem imun yang didapat (acquired
immunity).
Pada usia lanjut, kemungkinan mekanisme yang menyebabkan
pneumoniaadalah aspirasi dari flora orofaring. Banyak faktor lain misalnya pasien
yangdirawat di rumah sakit, adanya penyakit penyerta, pasien yang terbaringterlalu
lama ditempat tidur, gangguan buang air kecil, atau penggunaanantibiotik yang dapat
memicu kolonisasi bakteri orofaringeal gram negative yang dapat meningkatkan
resiko pneumonia yang disebabkanmikroorganisme. Kurangnya kebersihan mulut
juga merupakan faktor pentingterjadinya kolonisasi orofaring untuk terjadinya
pneumonia. Penurunan dayatahan tubuh pada usia lanjut dihubungkan juga dengan
imunitas humoral danimunitas seluler, malnutrisi, perokok berat dan penyakit
sistemik.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia pada usia lanjut melibatkan banyak aspek dari
ilmu kedokteran geriatri, termasuk di antaranya data demografis dari populasiusia
lanjut, efek pneumonia pada kesehatan general pasien usia lanjut, danpengetahuan
yang memadai mengenai perbedaan antara pneumonia pada usialanjut dan usia muda.
Prinsip penatalaksanaan pneumonia adalah pemberian antibiotik untuk
membunuh kuman patogen. Selain itu bantuan pernafasan menggunakan alat bantu
nafas dan obat batuk jenis ekspektoran dapat diberikan untuk membukajalan nafas,
mengencerkan dahak, dan mengeluarkannya sebagai terapisimtomatik. Pengobatan
biasa diberikan selama 10-14 hari. Pemberian zinkmerupakan alternatif tambahan
dalam tatalaksana pneumonia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA PADA LANSIA
A. Pengkajian
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : Tn.E
Umur : 70 Thn
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Petani
Alamat :-
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2019
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan:
Tn. E (70 th) datang ke RS dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 25 Mei.2019, jam
10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang :


 Faktor pencetus: Keluarga mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek
seminggu sebelum masuk RS.
 Muncul keluhan : Keluarga mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk
RS.
 Sifat keluhan : Keluarga mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak
napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
 Berat ringannya keluhan : Keluarga mengatakan sesak napas cenderung bertambah
sejak 2 hari sebelum masuk RS.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Keluarga mengatakan upaya untuk
mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
 Keluhan lain saat pengkajian : Keluarga juga mengatakan batuk dengan dahak
yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di
tenggorokkanKeluarga mengatakan kesulitan bernapas.Keluarga mengutarakan
kondisi badan terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :


Keluarga mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.

d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi,
asma,TB dan lain-lain.
Pola Fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan:
- Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
- Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien mengatakan:
- Diet/suplemen khusus: tidak ada
- Intruksi diet sebelumnya: -
- Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
- Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
- Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
- Gigi (gigi palsu)
- Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan,
penyembuhan abnormal: tidak ada
- Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
- Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
- Jenis makanan : KH, protein, lemak
- Pantangan/alergi : tidak ada
3. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan:
Buang air besar (BAB) :
-Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi
- Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
-Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
- Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari
-Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia):
Tidak ada
- Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
4. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan:
- Lama tidur : 7 jam/malam
Tidur siang: 2 Jam
Tidur sore: -
- Waktu : malam 21.00 WIB
Siang 13.00 WIB
-Kebiasaan menjelang tidur : -
- Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): mimpi buruk
- Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar
5.Pola Kognitif Dan Persepsi
Pasien mengatakan:
- Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
- Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
- Kemampuan berkomunikasi : Ya ( √ ), tidak ( )
- Kemampuan memahami : Ya ( √ ), tidak ( )
- Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu dengar ( )
- Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
-Vertigo : Ada
- Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah
dada
- Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
6.Persepsei Diri Dan Konsep Diri
Pasien mengatakan:
- Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
- Lain-lain : -
7. Pola Peran Hubungan
Pasien mengatakan:
- Pekerjaan : Petani
- Sistem pendukung : pasangan (√ ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga
serumah (√), keluarga tinggal berjauhan ( )
- Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
- Kegiatan sosial :
Pasien aktif pada kegiatan sosial di masyarakat
8. Pola Seksual Dan Reproduksi
Pasien mengatakan:
- pasien mengatakan pola seksual dan reproduksi normal
9. Pola koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan:
- Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) :
Pasien tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
- Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
- Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka
terhadap masalahnya
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
- keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
10. Keyakinan agama dalam kehidupan
- Agama : Pasien beragama Islam
- Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang
dideitanya adalah cobaan.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien
tampak gelisah.
 TTV :
- TD : 130 / 90 mmHg
- ND : 120 x / i
- RR : 32 x / i
- S : 39 ºC
 Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
 Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
 Telinga : DBN
 Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
 Hidung : Pernapasan cuping hidung
 Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
 Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
- Perkusi : redup
- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Ø Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik

Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua
paru).
b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus
pneumonia
d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
- Leokosit = 16.000/mm3
- Hb = 10,5 gr/dl
- Trombosit =265.000/mm3
- Hematokrit = 44%
- Albumin = 3,01 gr/dl
- Protein total = 5,86 gr/dl
Analisa Data :
Nama klien : Tn. E (70 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD dr. Moewardi Surakarta
Diagnosa medik : Pneumonia

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi trakeo bronkial dan Bersihan jalan nafas tidak


- Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas farenkim paru, pembentukkan
efektif
- Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental edema dan peningkatan
dan sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di
tengorokkan
- Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
- Klien tampak kesulitan bernapas
- TTV:
o TD: 130/90 mmHg
o N : 12X/i
o RR : 32x /i
- Pernafasan Cuping Hidung
- Takipnea (+)
- Dispnea (+)
- Pernafasan dangkal
- Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
- Perfusi paru redup
- Premetus menurun pada kedua paru
- Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
- Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
- Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus pneumonia

2 DS: Inflamasi parenkim paru, Nyeri


- Klien mengatakan nyeri dada reaksi seluler terhadap
- Klien mengatakan sakit kepala sirkulasi toksin dan batuk
- Klien mengatakan sendi nyeri menetap.
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
- Klien tampak memegang di daerah dada dan
melindungi daerah yang sakit
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Kuku pucat dan sedikit sianosis
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
- Takipnea (+)

3 DS: Anoreksia, akibat toksin Perubahan nutrisi kurang


- Klien mengatakan batuk berdahak bakteri, bau dan rasa sputum dari kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket
ditenggorokkan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya
mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan
(pagi,siang dan malam)
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg
menjadi 64 Kg
- Klien mengatakan lemah
DO:
- Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
- Klien tampak lemah
- Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½
porsi setiap kali makan
- Kulit klien tampak kering
- Turgor kulit buruk
- Mukosa bibir klien kering
- Hb : 10 gr / dl
- Protein total : 5,86 gr / dl
- Albumin 3,00 gr / dl
- BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Kuku pucat dan sedikit sianosis
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
- Takipnea (+)
4. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri, bau dan rasa sputum
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia pada usia lanjut merupakan penyakit yang sering terjadi
dantergolong serius dimana manifestasi klinis yang terjadi dapat berbeda
denganpneumonia pada usia muda. Pada pneumonia usia lanjut keluhan pada
pneumoniadapat lebih sedikit dari pasien muda, namun delirium sering terjadi.
Terkadang,delirium merupakan satu-satunya manifestasi klinis pneumonia pada usia
lanjut.

Perubahan yang terjadi pada sistem respirasi usia lanjut baik perubahan
secaraanatomis maupun fungsional merupakan hal yang mendasari
meningkatnyakemungkinan masuknya mikroorganisme infeksius ke dalam paru
akibatketidakmampuan paru untuk melakukan ekspirasi dan membersihkan paru
melaluisistem mukosilier secara sempurna.

Penyembuhan pneumonia pada umumnya usia lanjut bersifat lama.Pentingnya


penegakan diagnosis dan pemberian penatalaksanaan secara cepat dantepat dapat
mengurangi tingginya morbiditas dan mortalitas pneumonia pada usialanjut.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya berharap kepada para pembaca dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun agar saya dapat membuat makalah
yang lebih baik dari makalah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/186797846/Pneumonia-Pada-lasia
https://id.scribd.com/presentation/423324504/Askep-Pneumonia-Gerontik

Anda mungkin juga menyukai