Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MANFAAT TERAPI


TERTAWA

PADA LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI


WISMA INDROKILO BPSTW ABIYOSO YOGYAKARTA

Di susun oleh:

Hening Sucahya 193203012


Sinta Mardenti P. 193203024
Adis Indri Astuti 193203034

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MANFAAT TERAPI


TERTAWA

PADA LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI


WISMA INDROKILO BPSTW ABIYOSO YOGYAKARTA

Di Susun Oleh:

Hening Sucahya 193203012


Sinta Mardenti P. 193203024
Adis Indri Astuti 193203034

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( )( )
A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka
yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Rosidawati, 2011). Lansia
bukan merupakan penyakit tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penuruna kekmampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia ditandai dengan kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
psikologis (Abdul Muhid, 2016).

Jumlah lansia didunia cenderung meningkat, diperkirakan terdapat 500


juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. Dalam waktu hampir lima dekade, presentase lansia di
Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat yaitu menjadi 8,97%(23,4 juta)
dimana lansia perempuan sekitar 1% lebih banyak dibandingkan lansia laki-
laki yaiti 9,47 banding 8,48 (Hartono, 2019). Menurut Badan Statistik
Penduduk Lansia (2018) presentase lansia di Indonesia mencapai 9,27% atau
sekitar 24,49 juta orang. Kota Yogyakarta merupakan kota dengan umur
harapan hidup rata rata 73,71 tahun (Sumber BPS Kota Yogyakarta tahun
2013), dan jumlah lansia dengan katagori umur diatas 45 tahun sebesar
125.880. (30,95%.) (Profil Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2013).
Depresi merupakan gangguan mental yang paling sering terjadi dan
mudah diatasi pada kehidupan usia lanjut namun kondisi ini seringkali tidak
terdiagnosis dan tidak teratasi atau terabaikan (Davidson dkk, 2012). Jumlah
lansia yang menderita depresi di dunia sekitar 5%-20% dari orang-orang
yang berada di lingkungan komunitas dengan usia di atas 65 tahun (Ham et
all.,2007 dalam Mikhaline, 2015).
Penduduk lanjut usia di Indonesia terdapat sekitar 11,6% atau 17,4 juta
jiwa yang mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan
jiwa seperti depresi (Afia, 2011 dalam Mikhaline, 2015).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat menurunkan resiko jatuh pada lansia di Wisma Godomadono
2. Tujuan Khusus
a. Menambah minat pada kegiatan
b. Berkurangnya peristiwa kehidupan yang negative
c. Meningkatkan kesenangan pada kegiatan
d. Berkurangnya perasaan tidak berharga

e. Berkurangnya insomnia
f. Nafsu makan meningkat
g. Berkurangnya kesedihan

C. KRITERIA PEMILIHAN ANGGOTA TAK


Inklusi :

1. Usia 60-69 tahun


2. Mengalami depresi
3. Lansia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Ekslusi :
1. Lansia yang tidak mengalami depresi.
2. Usia kurang dari 60 tahun.
D. WAKTU DAN TEMPAT
1. Tempat pelaksanaan : Wisma Indrokilo
2. Lama pelaksanaan : Kamis 01 Januari 2020
3. Waktu pelaksanaan : 15-20 menit
E. METODE TAK
Metode saat melakukan TAK adalah dengan metode dinamika kelompok,
dimana lansia melihat peraga sambil mempraktekan terapi tertawa dan melihat
video lucu.
F. SETTING TAK

3 Keterangan:
1
: Leader

2
: Fasilitator
1
3
2 : Observer

: Klien

G. PENGORGANISASIAN
1. Leader :
2. Fasilitator :
3. Observer :
H. URAIAN TUGAS PELAKSANA
1. Leader :
Tugas:
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya

c. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib


d. Menetralisir apabila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan permainan
2. Fasilitator : Endro Sugara
Tugas:
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
3. Observer : Ayu Palupy
Ningtyas Tugas:
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung

c. Mengatur alur permainan.


I. PELAKSANAAN
1. Persiapan Alat
2. Langkah-langkah Kegiatan
J. ANTISIPASI MASALAH
1. Program Antisipasi
a. Memanggil klien.
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain.
c. Panggil nama klien
d. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
e. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih.
f. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut.
g. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.

h.
K. LANGKAH KEGIATAN
1. Fase persiapan/Prainteraksi
a. Memilih klien sesuai indikasi
b. Persiapan pembuatan proposal terapi aktivitas kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
d. Menjalin kerjasama dengan petugas Wisma Indrokilo
2. Fase orientasi
a. Salam
1) Salam terapis kepada klien dengan membuka kegiatan dengan
baik dan memperkenalkan anggota terapis dan tugas masing-
masing
2) Klien memperkenalkan diri klien masing-masing

b. Penjelasan terapi modalitas


1) Menjelaskan pengertian TAK
2) Menjelaskan tujuan terapi modalitas (TAK)
3) Menjelaskan manfaat TAK
c. Penjelasan aturan main
1) Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
2) Pada saat terapis menjelaskan cara bermain klien wajib
mendengarkan.
3) Setiap klien maksimal harus dapat mengikuti kegiatan dari awal
hingga selesai dengan baik dan tertib.
4) Setelah kegiatan selesai dapat dilanjutkan dengan diskusi dan
evaluasi.
d. Kontrak waktu
1) Menjelaskan tujuan kegiatan terapi tertawa
2) Lama kegiatan ± 30 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir. 4)
3. Fase kerja
a. Pasien duduk dengan posisi senyaman mungkin.
b. Lakukan pemanasan terlebih dahulu dengan cara menghirup napas
melalui hidung, tahan nafas selama 15 detik dengan pernapasan
perut. Lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Lakukan tiga
kali berturut-turut.
c. Kemudian pemandu terapi mengemukakan pada kelompok bahwa
terapi akan dimulai.
d. Pemandu kemudian tertawa lebar (haahaa-haa-hii-hii-huu-huu) dan
diikuti oleh anggota kelompok dengan saling berhadapan, bertatap
muka dan menertawakan satu sama lain.

e. Tertawa ini bisa berlangsung selama 15 detik. Setelah 5 menit,


kembali tertawa (menyuarakan hii-hii-hii). Bila kurang kompak,
lakukan kembali dengan menyuarakan (huu-huu-huu). Sampai
semua kompak saat melakukan latihan terapi tertawa.
f. Setelah dilakukan pemanasan, kemudian pemandu memberikan media
untuk terapi tertawa dengan menggunakan video lucu.
g. Kemudian lakukan 4 kali seminggu selama 15 detik.
4. Fase terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Memasukan kegiatan terapi tertawa dalam jadwal kegiatan harian
lansia di Wisma Indrokilo
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk kegiatan
berikutnya.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
L. Langkah terapi tertawa
a. Lakukan pemanasan terlebih dahulu dengan cara menghirup napas
melalui hidung, tahan nafas selama 15 detik dengan pernapasan
perut. Lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Lakukan tiga
kali berturut-turut.
b. Kemudian pemandu terapi mengemukakan pada kelompok bahwa
terapi akan dimulai.
C. Pemandu kemudian tertawa lebar (haahaa-haa-hii-hii-huu-huu) dan
diikuti oleh anggota kelompok dengan saling berhadapan, bertatap
muka dan menertawakan satu sama lain.

d. Tertawa ini bisa berlangsung selama 15 detik. Setelah 5 menit,


kembali tertawa (menyuarakan hii-hii-hii). Bila kurang kompak,
lakukan kembali dengan menyuarakan (huu-huu-huu). Sampai
semua kompak saat melakukan latihan terapi tertawa.
e. Setelah dilakukan pemanasan, kemudian pemandu memberikan media
untuk terapi tertawa dengan menggunakan video lucu.
f. Kemudian lakukan 4 kali seminggu selama 15 detik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhid (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. CV Andi off Set.


Yogyakarta. ISBN 978-979-29-6201-7
Azizah, M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Darmodjo, Budi. (2009). Buku Ajar Geriatric. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

. (2011). Buku Ajar Geriatric edisi ke-4. Jakarta: Balai Terbut


FKUI Davidson G., Neale J M., Kring A M. (2012). Psikologi Abnormal Edisi 9.
Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, 10

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.

Mikhaline, Christianto. (2015). Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Penurunan Skor


Depresi pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Graha Werdha Marie Joseph Kota
Pontianak. Naskah Publikasi. Program Studi Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Kota Pontianak

Anda mungkin juga menyukai