Anda di halaman 1dari 20

FORMULIR PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA

1. Kode Pencatatan (diisi oleh Kementerian)


Tahun Nomor
2 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0

2. a. Nama warisan budaya takbenda (isi nama yang paling umum dipakai)
Rodad

2. b. Nama warisan budaya takbenda dalam aksara dan bahasa yang bersangkutan

2. c. Nama lain warisan budaya takbenda (varian atau alias nama budaya takbenda)

3. Domain warisan budaya takbenda (contreng satu atau lebih)

(01) Tradisi dan ekspresi lisan


✓ (02) Seni pertunjukan
(03) Adat istiadat masyarakat, ritual, dan perayaan-perayaan
(04) Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta
(05) Keterampilan dan Kemahiran kerajinan tradisional
4. Kondisi warisan budaya takbenda saat ini (contreng salah satu)

(01) Sedang berkembang


(02) Masih bertahan
v (03) Sudah berkurang
(04) Terancam punah
(05) Sudah punah atau tidak berfungsi lagi dalam masyarakat

5. Lokasi dan persebaran warisan budaya takbenda


Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

6. Identifikasi dan definisi mengenai warisan budaya takbenda (termasuk aspek kesejarahan,
aspek sosial, dan fungsinya dalam masyarakat), maksimal 1000 kata.
Sejarah dan Penamaan

Kesenian Rodat adalah kesenian tradisional Jawa peninggalan nenek moyang ratusan tahun
silam,dengan kesenian masyarakat sekitar dan bersyair shalawatan dan diiringi musik rebana,
seni Rodat merupakan jenis kesenian yang mengandung berbagai unsur, yaitu dakwah agama
Islam dan hiburan berupa kesenian tradisional. Rodat adalah seni pertunjukan rakyat dengan
nuansa Islam dengan diimbuhi syair-syair yang diambil dari kitab Al Barzanji. Selain syair lagu
ada pula elemen-elemen Rodat yaitu musik, gerak, penari dan ditambah pula propertiproperti
yang turut ada guna membuat Rodat menjadi lengkap. Kata Rodat sendiri memiliki 2 arti, pertama
Rodat berasal dari kata Irodat, salah satu sifat Allah yang berarti berkehendak, adapula yang
mengatakan dari kata raudah atau taman nabi yag terletak di masjid Nabawi, madinnah. Kedua,
kata Rodat dalam bahasa Jawa yang berarti Ro adalah Weruho dan dat yang berarti adalah
sahadat, jika digabungkan menjadi salah satu kata yaitu Rodat yang artinya weruho kalimat
sahadat. Sedangkan menurut Kiyai Ahmad Zabidi3 Rodat diambil dari bahasa arab yang artinya
lenggak lenggok, rodat adalah merupakan hasil budaya manusia yang menggambarkan nurani
atau fitrah manusia.

Rodat adalah merupakan hasil budaya manusia yang didasari nilai- nilai religi karna mereka
mengutarakan pujian dan rasa syukur kepada sang pencipta. Kesenian Rodat sangat digemari oleh
masyarakat, sehingga dapat memberikan kehidupan positif dari para penggemar kesenian ini.
Keberadaan kesenian tradisional mempunyai fungsi dan makna bagi masyarkat pendukungnya
karena dengan kesenian tradisional tersebut masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya
khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan akan seni, kesenian tradisional dalam kehidupan
masyarakat dianggap alat untuk memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan data Desa Wukirsari kelompok rodat Syaroful Anam berdiri pada bulan Agustus
tahun 1950, dengan anggota sekitar 30 orang. Kelompok ini dan sudah diwariskan secara turun
temurun oleh nenek moyang yang dahulunya membawa ajaran Agama Islam dengan berbagai
bentuk kesenian4 . Kelompok rodat Syaroful Anam merupakan salah satu kelompok rodat yang
tertua dan masih aktif hingga saat ini. Selain Syaroful Anam ada beberapa kelompok Rodat
lainnya yang berasal dari Desa Wukirsari yaitu Rauchotul Janah berdiri pada Oktober 1960,
Sholawat Rodat Sindet yang berdiri pada 1970, Fauqiyah berdiri pada Oktober 1970, Nurul
Hidayah berdiri tahun 1970, dan Al-A’la berdiri pada Desember 1985.

Rodat Desa Wukirsari memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri dengan Rodat lain diluar
wilayah Wukirsari. Dalam kegiatan Rodat di beberapa wilayah seperti di Salatiga itu cenderung
sudah banyak menggabungkan komponen modern, seperti dalam musik yang sudah
menggunakan alat musik tambahan seperti orgen dan gitar. Sedangkan Rodat Wukirsari masih
sangat mengikuti tradisi yang mereka jaga, dan masih sangat kental nilai syiar keagamaan
didalamnya. Alat musik yang digunakan Rodat Wukirsari juga lebih cenderung sederhana dan
menggunakan alat yang sama yaitu terbang dan Jidor

Kelompok Rodat Desa Wukirsari juga memiliki rangkaian gerakan yang disesuaikan. Berbeda
dengan kelompok Rodat lainnya yang mungkin memiliki gerakan berdiri atau jalan ditempat,
mayoritas kelompok Rodat di Desa Wukirsari menggunakan gerakan duduk selama melakukan
Rodat. Secara pola tetap sama dan dilakukan berulang sesuai dengan hakikat Rodat yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
Pola Gerakan
Gerakan Rodat biasanya terdiri dari jalan ditempat, gerakan hormat, maju mundur, membungkuk,
kipas, dan hormat berjalan dan ragam gerak atraksi, pada masing-masing ragam terdapat ragam
gerak penghubung setiap melakukan perubahan gerak. Selain itu, juga mengambil dari gerakan
beribadah dalam agama Islam. Gerakan di dalam Rodat cenderung berulang-ulang secara
bersama-sama yang dipadukan dengan adanya pembentukan pola lantai yang berubah-ubah.
Perubahan pola lantai membentuk garis lurus, melengkung dan silang. Setiap peralihan dilakukan
pada saat perubahan lagu atau musik. Susunan dari barisan dibawah ini adalah formasi berdiri
dimana untuk barisan depan adalah Rois dan barisan belakang adalah leyek.
Sebelum memulai membaca shalawat semua anggota duduk secara berbaris dan saling
berhadapan. Karena shalawatan ini dilakukan dalam acara merti dusun maka ditengah antara
anggota yang berhadapan adalah makanan atau ingkung. Penampilan biasanya jika tidak dalam
acara yang masih memiliki tradisi seperti penampilan dalam acara maulid nabi itu biasanya
memiliki formasi hanya saling berhadapan. Gerak tari Rodat atau yang sering disebut dengan
leyek dimana saling duduk berbaris di bagian depan dan saling berhadapan. Gerak tari dari Rodat
menggunakan tangan dan kepala, yang mudah ditangkap oleh masyarakat pada umumnya.
Gerakan tarian harus seirama antara penari satu dengan yang lainnya, karena tarian rodat
merupakan gerak tari kelompok.

Gerakan berikutnya adalah seperti setengah berdiri ini merupakan salah satu gerakan biasa yang
dilakukan dalam Rodat. Gerakan ini merupakan gerakan awal ketika setelah membaca shalawat
pembuka. Gerakan ini merupakan salah satu gerakan pelengkap yang terus diulangulang dalam
satu kali penampilan Rodat. Ketika gerakan ini dilakukan maka anggota Rodat untuk bagian leyek
menjawab nyanyian atau shalawat yang dibacakan sebelumnya.
Gerak tarian Rodat menggunakan gerakan baris berbaris namun dalam posisi duduk, seperti
menunduk dan juga hormat. Seperti yang dijelaskan dalam foto yang diambil saat melaksanakan
kegiatan merti dusun atau majemukan di Dusun Karangkulon bahwa untuk leyek pada bagian ini
dengan gerakan menunduk bergantian dari setiap barisnya.

Bentuk gerakan membungkuk kedepan lalu badan digoyangkan ke kanan kiri disertai gerakan
kipas yang juga ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. Gerakan ini diulangi beberapa kali,
diawali dengan gerakan membungkuk kearah depan lalu melakukan gerakan membungkuk
sambil berputar sampai lagu berikutnya yang menandakan pergantian gerakan. Dalam gerakan
ini selalu diiringi dengan jawaban shalawat yang dinyanyikan sebelumnya. Gerakan Rukuk atau
gerakan hormat, gerakan ini membungkukkan badan kedepan setengah badan, gerakan Rukuk
seperti dalam sholat mengatakan “akulah hamba-Mu sungguh aku telah menghamparkan
tanganku kepadaMu”. Selanjutnya gerakan hormat dalam budaya jawa gerakan ini untuk
menunjukkan rasa hormat atau kesopanan yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih muda atau
lebih rendah derajatnya kepada orang yang lebih tua atau yang lebih tinggi derajatnya.

Pola Lantai
Pola lantai dari seni kerakyatan rodad menggunakan jenis pola lantai dengan pola garis
horizontal, pola lantai garis horizontal memiliki bentuk barisan ini dibentuk dari kiri ke kanan
atau sebaliknya bukan depan ke belakang. Jumlah baris bisa terdiri dari satu baris saja atau lebih
tergantung pada jumlah penari yang berada di atas panggung. Dari pola lantai garis horizontal ini
kita kesan yang biasanya ditunjukkan dalam tarian yaitu kesan kebersamaan dan kesejajaran.
Sama halnya seperti pola lantai garis vertikal, pola lantai garis horizontal juga bisa untuk lebih
dikembangkan lagi menjadi pola lantai zig-zag. Nantinya, posisi penari bisa saling berselang-
seling ke depan dan ke belakang di dalam satu barisan.

Nilai, Makna, Filosofi

Makna dari gerakan ini adalah salah satu gerakan dalam menyambut kedatangan Baginda
Rasullullah Muhammad SAW
“Membungkuk berarti kita menghormati dan mengagungkan Rasullullah
Muhammad SAW, gerakan ini menunjukkan kerendahan hati manusia yang sangat
mengagungkan dan memuji RasulNya” (Bahrudin, 60)
Salah satu makna yang bisa diambil dari Rodat ini bisa dilihat dari kegiatan Majemukan
Dusun Karangkulon yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2022 lalu. Majemukan yang
dilaksanakan di Kawasan Desa wukirsari merupakan sebuah atraksi budaya ahunan yang sangat
di nanti. Kegiatan ini merupakan sebuah wujud syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa
atas segala berkah selama setahun, terutama berkah hasil panen, sebab mayoritas penduduk
awalnya bekerja sebagai petani. Kegiatan ini akhirnya menjadi tradisi yang diwariskan secara
terus menerus kepada generasi selanjutnya yang biasanya diawali dengan arak-arakan gunungan,
umpeng ingkung, serta diakhiri dengan pengajian hingga tengah malam suntuk.
Kegiatan Majemukan ini juga menjadi salah satu upaya ajakan untuk masyarakat untuk
lebih giat dalam bersedekah. Dalam kegiatan ini dilakukan pembagian nasi bungkus dan
gunungan yang merupakan hasil bumi yang akan dibagikan kepada masyarakat. Acara ini sangat
disambut antusias oleh masyarakat karena selain mendapatkan keberkahan juga menjadi seperti
pesta rakyat untuk masyarakat dusun khususnya. Gunungan ini merupakan simbol dari bentuk
syukur masyarakat atas berkah panen yang diberikah oleh Allah. Gunungan ini awalnya di
letakkan di Mesjid Pondok Pesantren Ar- Romli lalu setelah isya diarak bersama-sama pemuda
masyarakat ke balai Dusun Karangkulon.
Kegiatan majemukan ini selain menjadi simbol sukur masyarakat juga menjadi salah satu
upaya dalam meningkatkan solidaritas masyarakat. Persiapan yang dilakukan masyarakat sejak
jauh hari dari segala persiapan untuk ingkung, dan persiapan untuk keseragaman setiap dusun
dalam membawa makanan. Hal yang tidak bisa lepas dari proses ini adalah bagaimana partisipasi
warga dalam keterlaksanaan suatu acara. Didalam acara yang dilakukan ini terdapat jug Rodat
dalam rangkaian acaranya, sehingga secara tidak langsung Rodat memiliki nilai tersendiri bagi
masyarakat sekitar. Sehingga dalam semua persiapan ini keterlibatan masyarakat baik yang
tergabung dalam Rodat maupun yang tidak tergabung dalam Rodat sangat berpengaruh dan saling
berkesinambungan. Nilai yang terkandung dalam masyarakat Desa ini adalah nilai gotong royong
yang masih sangat dijunjung tinggi. Antusias masyarakat yang sangat tinggi dalam kegiatan
majemukan dan menyelenggarakan rodat menjadi nilai simbolis dalam sebuah proses pertunjukan
Rodat itu sendiri.
Kiyai Ahmad Zabidi menjelaskan dalam wawancaranya bahwa acara ini merupakan makna
selama setahun sudah diberi nikmat. Setelah dilakukan panen raya ini merupakan wujud syukur
dan juga bentuk cinta kepada Rasul yang merupakan bentuk rasa cinta timbal balik kepada
Rasullullah yang sangat mencintai umatnya dan bagaimana Allah mencintai hambanya. Berbagai
macam bentuk syukur yang ditampilkan dalam simbol makanan yang dihidangkan di balai dusun,
setiap dusun membawa makanan dan ingkung lengkap dengan makanan pendamping lainnya.
Sebagai wujud kebahagiann masyarakat dan semangat untuk saling berbagi untuk seluruh
masyarakat. Hidangan ini terdiri dari minuman, buah, lemper, kue, tempe, tahu dan lain
sebagainya yang setiap dusun sudah sepakati bersama.

Instrumen dan Syair


Sebuah instrumen musik adalah pelengkap bagi sebuah penampilan, termasuk dalam shalawat
Rodat. Intrumen musik yang digunakan pada Rodat adalah terbang dan jidor, alat musik ini yang
masih bertahan sampai sekarang, karena dari dahulu alat musik yang digunakan adalah kedua alat
musik tersebut. Foto diatas adalah salah satu alat musik yang dimiliki oleh kelompok Rodat
Fauqiyah di Dusun Giriloyo. Alat musik ini biasanya disebut terbang atau genjring karna
memiliki logam pipih dibagian pinggirnya yang bisa mnghasilkan suara lebih nyaring. Alat musik
terbang adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang terbuat dari kayu dengan salah satu sisi
untuk ditepuk yang berlapis kulit hewan kambing atau sapi, di tepi bingkainya terdapat tiga titik
logam, setiap titik terdapat dua logam yang menimbulkan bunyi yang nyaring, makanya kadang
disebut sebagai genjring. Dalam penampilan Rodat menggunakan 4 buah terbang pukulan yang
didapatkan adalah bunyi tak dan dung serta ginjringan dari logam.
Lalu ada alat musik selanjutnya Jidor adalah alat musik yang berbentuk seperti bedug tetapi
memiliki ukuran yang lebih kecil. Alat musik ini memiliki dua sisi yang terdapat kulit untuk
menimbulkan suara. Tidak seperti terbang yang dipukul memuculkan dua suara, jidor ini hanya
memiliki satu jenis suara saja. Alat musik ini merupakan instrumen yang digunakan dalam
penampilan Rodat sejak awal mulanya.Pada instrumen musik dan syair-syair dalam Rodat
mengandung unsur-unsur Islam yaitu menggunakan musik terbang dan jidor.
Instrumen dan syair-syair yang diambil dari kitab Al-Barzanji. Syair-syair yang digunanakan
dalam Rodat menggunakan syair 3 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Jawa dan Bahasa Arab. Syair
adalah teks atau kata-kata lagu. Syair merupakan komposisi puisi yang sering dilagukan
(Soeharto, 2008: 131). Syair-syair yang digunakan baik tradisional, musik daerah, maupun
modern membentuk sebuah kalimat lagu, fase- fase bait-bait yang mengandung makna tertentu.
Ada dua jenis shalawatan yang ada di Desa Wukirsari ini, yaitu Hadroh dan Rodat dimana
masing- masing memiliki perbedaan. Untuk instrumen musiknya lebih banyak menggunakan alat
dengan ukuran lebih besar sedangkan Rodat sendiri alatnya cenderung ukurannya lebih kecil.
Dalam pembacaan syair shalawat juga berbeda dimana untuk shalawatnya yang dibaca hanya
pembuka sedangkan Rowi atau kisah nabinya untuk Rodat tidak dibaca.
Pada instrumen musik dan syair-syair dalam Rodat mengandung unsur-unsur Islam yaitu
menggunakan musik terbang dan jidor. Instrumen dan syair-syair yang diambil dari kitab
AlBarzanji. Syair-syair yang digunanakan dalam Rodat menggunakan syair 3 bahasa, yaitu
Bahasa Indonesia, Jawa dan Bahasa Arab. Syair adalah teks atau kata-kata lagu. Syair merupakan
komposisi puisi yang sering dilagukan (Soeharto, 2008: 131). Syair-syair yang digunakan baik
tradisional, musik daerah, maupun modern membentuk sebuah kalimat lagu, fase- fase bait-bait
yang mengandung makna tertentu. Ada dua jenis shalawatan yang ada di Desa Wukirsari ini,
yaitu Hadroh dan Rodat dimana masing- masing memiliki perbedaan. Untuk instrumen musiknya
lebih banyak menggunakan alat dengan ukuran lebih besar sedangkan Rodat sendiri alatnya
cenderung ukurannya lebih kecil. Dalam pembacaan syair shalawat juga berbeda dimana untuk
shalawatnya yang dibaca hanya pembuka sedangkan Rowi atau kisah nabinya untuk Rodat tidak
dibaca. Selain itu ada banyak juga perbedaan antar kelompok Rodat itu sendiri di Desa
Wukirasari, salah satu contohnya adalah yang dijelaskan oleh Bapak Rosid 7 kalau kelompok
Rodat wilayah Giriloyo itu pembacaannya lebih cepat dan cenderung lebih tradisional, bahkan
kadang bisa kehilangan kesadaran karna lantunannya yang cepat. Hal ini juga memiliki nilai
tersendiri dimana Rodat di wilayah Giriloyo ini sangat agamis dan memiliki nilai spiritual yang
tinggi dibandingkan dengan nilai seninya. Naskah bacaan yang digunakan beberapa kali juga ada
lantunan dalam bahasa jawa yang intinya memiliki nilai ibadah. Ada juga bacaan yang dipilih
seperti beberapa surah pendek yang khusus dibaca tujuh kali dan shalawat nabi 24 kali.
Tingkat kuat lembutnya suatu lagu dengan perubahan kuat lembutnya dalam musik adalah kuat
lemahnya lagu pada saat dinyanyikan atau permainan kuat lemahnya suara agar lagu atau
shalawat bisa dilantunkan. Melaui ritme nada lantunan shalawat ini bisa membuat ekspresi
bagaimana seseorang mengungkapkan atau menyampaikan pesan yang tersirat dari sebuah lagu,
sering pula disebut penghayatan, penjiwaan, ataupun pembawaan. Shalawat yang dilantunkan
akan diharapkan mampu menyampaikan kepada penonton dan pendengar mengenai makna-
makna puji- pujian terhadap Allah SWT dan RasulNya.

Tata Busana dan Rias


Kelompok Rodat yang ada di Desa Wukirasari biasanya menggunakan pakaian yang lebih
sederhana. Pakaian yang digunakan lebih sering menggunakan sarung dan baju koko berwarna
putih serta peci, biasanya terkadang dibedakan antara yang menari dan membawa alat musik,
yang memegang alat musik biasanya dilengkapi dengan jas. Hal ini memiliki makna tersendiri
bagi kelompok Rodat di Desa Wukirsari. Tata rias pada penari Rodat tidak menggunakan makeup
sama sekali, dikarenakan Rodat merupakan kesenian yang bernuansa Islam sehingga hanya
menuntut kesederhanaan.

Pakaian yang digunakan dalam penampilan Rodat, secara keseluruhan di Desa Wukirsari
menggunakan baju koko dan kain sarung serta peci. Foto diatas diambil ketika kelompok Rodat
yang mengikuti acara majemukan Dusun Karangkulon menggunakan baju koko berwarna puti.
Makna dari baju koko berwarna putih ini melambangkan kesucian dan selain itu baju koko yang
berwarna putih ini merupakan salah satu sunnah Rasul. Selanjutnya menggunakan sarung yang
seragam ini adalah salah satu bentuk estetika dan keseragaman yang disepakati setiap kelompok.
Untuk warna sarung nantinya akan berganti secara berkala sesuai dengan kondisi dan keadaan
kas dari masing- masing kelompok. Begitupula penggunaan peci, hal ini menjadi salah satu
bagian dari kerapian. Cara berpakaian ini bisa disamakan dengan cara berpakaian yang memang
dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk melaksanakan ibadah. Nilai- nilai ini lah yang diambil
dari kelompok Rodat dalam berpakaian juga untuk setiap penampilan Rodat. Berpakaian ini juga
melambangkan salah satu ajaran Islam yaitu menutup aurat, dengan menggunakan baju koko
lengan panjang dan menggunakan sarung.

Properti
Perlengkapan lainnya adalah untuk para penari biasanya memiliki atribut kipas. Tari Rodat
sebagai suatu bentuk seni religi digunakan sebagai pendukung dan pelengkap kegiatan sosial
masyarakat yang bersifat duniawi maupun keagamaan. Biasanya kadang bisa juga hanya
menggunakan gerakan tangan saja. Penggunaan kipas menjadi salah satu atribut yang nantinya
menambah estetika dalam penampilan sehingga bisa menarik perhatian penonton.
Fungsi Sosial Budaya
Kesenian Rodat merupakan salah satu kesenian tradisional dari Umat Islam. Sesuai dengan
sejarah bahwa tradisi ini berkembang seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi. Kesenian ini
memang sangat dekat dengan kalangan umat muslim, khususnya di Jawa. Rodat yang memiliki
arti salah satunya adalah bolak- balik atau diulang- ulang. Dengan lantunan shalawat yang
dibawakan seiring dengan gerakan tangan dan badan mengikuti alunan musik. Shalawat Rodat
menjadi kesenian yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Wukirsari sebagai
pendukung kegiatan sosial dan keagamaan.
Rodat sejak dulu memiliki fungsi sebagai salah satu sarana syiar islam. Proses masuknya islam
di Indonesia melalui banyak cara salah satunya adalah dengan kesenian. Ada berbagai macam
jenis kesenian yang diajarkan dan menyelipkan ajaran Islam didalamnya. Rodat merupakan salah
satu media yang menjadi salah satu upaya menyampaikan ajaran Islam.
Dalam peringatan hari besar Islam banyak kegiatan-kegiatan yang menyangkut dengan agama
Islam salah satunya yaitu pengajian akbar. Beberapa kali acara Maulid Nabi atau
pengajian akbar di Pondok Pesantren Ar- Romli biasanya sebelum pengajian akbar dimulai,
dipentaskan Rodat. Dipentaskannya Rodat dalam pengajian akbar selain meningkatkan daya tarik
masyarakat supaya hadir dalam pengajian tersebut, Rodat ini juga sebagai media untuk dakwah.
Berdakwah melalui media seni salah satunnya yaitu dengan Shalawat Rodat yang diharapkan
mampu mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik. Rodat
menjadi media berdakwah melalui syair-syair lagu yang dinyanyikan yang merupakan syair yang
diambil dari kitab al barzanji dan syair-syair diperuntukan oleh manusia agar slalu mengigat Allah
SWT. Pada hakikatnya memang Rodat ini sangat erat dengan agama Islam, hal ini dapat dilihat
dari semua penjabaran mulai dari gerakan yang menggunakan gerakan shalat, syair- syair yang
dibawakan yaitu puji- pujian terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW, lalu alat musik yang
digunakan serta tata rias dan berpakaian yang mengikuti sunnah Rasul.

Rodat juga memiliki fungsi dalam berbagai segi kehidupan manusia. Kegiatan Rodat menjadi
salah satu kesenian yang melibatkan masyarakat karena hasilnya berguna bagi seluruh
masyarakat itu sendiri. Fungsi lain selain fungsi yang bersifat kesenian juga ada fungsi sosial dari
Rodat. Namun menurut Bapak Bahrudin dalam wawancaranya menjelaskan bahwa saat ini Rodat
menjadi wadah mereka berkumpul dan bersilaturahmi, karna dengan adanya perkumpulan rodat
ini maka tetap terjaganya hubungan antar keluarga dan anggotanya. Karna setiap acara latihan
mingguan atau bulanan maka akan diadakan disalah satu rumah anggotanya sehingga semakin
memunculkan sifat kekeluargaan. Selain itu Rodat juga bisa menjadi fungsi rekreasi dimana
kegiatan berkumpul untuk melakukan latihan menjadi salah satu upaya melepas jenuh dari
keseharian masyarakat dalam pekerjaannya. Begitu pula dalam wawancara dengan bapak Sahid
yang menjelaskan bahwa kelompok Rodat mereka yang bernama Nurul Hidayah juga sering
melakukan kegiatan berkumpul untuk latihan bershalawat biasanya setiap malam minggu dengan
hitungan kalender jawa yaitu pada malam kliwon. Perhitungan pemilihan hari ini merupakan
kesepakatan bersama dan dikarenakan sudah banyak kegiatan kumpulan lain di malam yang
berbeda.

Pola Regenerasi
Dari generasi ke generasi tarian Rodat di Desa Wukirsari tidak mengalami banyak perubahan
yang cukup signifikan. Banyaknya perubahan lebih ke bagaimana bentuk kelompoknya saja yang
sudah mengalami pemekaran. Dari awal yang satu kelompok terdiri dari tiga dusun sekarang
hampir setiap dusun memiliki anggota kelompok Rodat masing-masing. Namun tidak semua
kelompok sampai saat ini masih aktif dan memiliki kegiatan besar. Selain itu beberapa lafaz juga
mulai diperbarui dengan pembacaan lebih cepat agar tidak memakan waktu yang lama dan
cenderung membosankan. Upaya pengembangan juga turut dilakukan dalam rangka terjadinya
proses regenerasi yang dapat mendukung pelestarian dan pendayagunaan rodad ini.
Faktor pendukung masyarakat dalam melestarikan Rodat masing- masing kelompok di
Desa Wukirsari. Kesenian Rodat ini bisa tetap lestari karena kesenian rodat lebih menekankan
pada tuntunan atau ajakan untuk melakukan hal-hal baik, sebagai bagian dari nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat. Dengan mayoritas masyarakat beragama Islam juga menjadikan
Rodat salah satu kesenian yang bertahan sampai sekarang dikarenakan menjunjung tinggi budaya
leluhur khususnya yang berkaitan dengan nilai religi sebagai modal untuk mempertahankan
sebuah ideologi masyarakat.
Setiap kelompok sampai saat ini mayoritas masih menggunakan cara untuk mengajak
secara terbuka. Artinya tidak ada paksaan dalam mengikuti kegiatan Rodat, apalagi untuk anak-
anak yang orang tuanya merupakan anggota Rodat. Mereka masih mempercayai bahwa keinginan
itu akan muncul seiring dengan mereka sering melihat sendiri kegiatan yang sangat dekat dengan
keseharian. Contohnya adalah dengan mengadakan latihan rutin bergantian dirumah para anggota
Rodat, hal ini juga akan menjadi motivasi tersendiri untuk anak- anak nya dan anak muda
disekitar rumah itu ketika mendengar shalawat dikumandangkan.

7. Upaya pelestarian warisan budaya takbenda

Salah satu bentuk upaya yang mendukung keberlangsungan Rodat ini merupakan satu dari
kelompok kesenian yang ada di Desa Wukirsari. Kelompok lainnya juga terbilang aktif
dikarenakan Desa Wukirsari yang merupakan desa wisata mulai dari kampung membatik, dan
situs sejarah makam raja. Kesenian rodat masih bisa tetap bertahan sampai saat ini dikarenakan
adanya perhatian serta upaya dari para anggota kesenian rodat tersebut. Upaya yang telah
dilakukan oleh anggota kesenian rodat rukun santosa adalah membuat variasi baru agar banyak
penonton yang berminat menonton kesenian rodat ketika tampil nantinya. Variasi atau perubahan
ini terjadi juga karena adanya perubahan yang bersumber dari modernisasi dan globalisasi. Salah
satunya adalah variasi yang dilakukan kelompok syaroful anam dimana untuk ketukan dan irama
lebih bertempo cepat. Hal ini juga salah satu variasi yang dilakukan untuk mempercepat dalam
satu kali penampilan agar tidak membosankan.
Kearifan lokal, atau yang disebut gotong royong merupakan nilai budaya yang mencerminkan
“kebersamaan”dalam suatu komunitas masyarakat. Yang paling mudah kita lihat nilai-nilai
“kebersamaan” tersebut adalah di masyarakat desa. Pelestarian Rodat ini juga sangat dipengaruhi
daya dukung oleh setiap peran masyarakat dan keluarga. Sebagai salah satu contoh adalah
bagaimana peran dan dukungan keluarga dalam kegiatan Rodat dapat dilihat dari setiap acara
kumpulan yang dilakukan di beda- beda rumah sehingga setiap anggota juga bisa memiliki
kedekatan dengan keluarga masing- masing anggotanya. Dukungan keluarga dalam bentuk
menyiapkan makanan dalam acara kumpulan merupakan salah satu nilai yang dimiliki dalam
perkumpulan Rodat ini.
Upaya Pelestarian Bersama
1. Penelitian dan Kajian, upaya untuk melakukan kajian dan pemutakhiran data secara
berkala pada karya budaya ini. Penelitian Kajian dimaksudkan sebagai bagian rekam arsip
sekaligus rekam jejak tulis yang dijelaskan secara rinci mengenai karya budaya ini berikut
dengan representasi keadaan karya budaya terkini, rekomendasi melaksanakan aksi tindak
lanjut, upaya-upaya yang sudah dilakukan, reportase tahunan kegiatan yang dilakukan dan
perincian lain yang memuat secara detail terkait dengan upaya pelaksanaan
2. Pewarisan, pola pewarisan diupayakan dalam dua metode yakni metode tulis dalam
bentuk modul, buku saku, dan panduan mengenai deskripsi singkat karya budaya berikut
dengan catatan mengenai persebaran yang ada di dalamnya. Kedua, metode transformasi
ilmu dan keahlian yang diwujudkan dalam bentuk pelatihan, workshop, fasilitasi
perlengkapan, mentoring, dan fasilitator yang mempu menjembatani adanya proses
transfer ilmu tersebut. Metode pewarisan dilakukan dengan melibatkan subjek pelestari
karya budaya, pengrajin, pelaku seni, pemerintah Desa, dan juga Pemerintah
Kabupaten/Kota. Ragam pola pembinaan juga dapat disesuaikan dengan kebijakan
komunitas maupun pemerintah setempat.
3. Pelindungan, upaya pelindungan yang dilakukan dengan melakukan arsip dokumen baik
kajian, foto dan video dari karya budaya yang merupakan khasanah lokal dari awal adanya
karya budaya ini. Upaya pelindungan juga dilakukan dengan melakukan koordinasi
dengan Kemenkumham terkait dengan adanya basis pencatatan Kekayaan Intelektual
Komunal. Upaya pelindungan juga dilakukan dengan melakukan fasilitasi sebagai bentuk
dukungan kepada pelestari karya budaya tersebut
4. Pengembangan/Revitalisasi, upaya pengembangan dilakukan dengan dilakukannya upaya
rekonstruksi tari, pengembangan produk, pengembangan ragam tari, tata rias, busana dan
seterusnya. Upaya pengembangan ini dilakukan untuk melakukan adaptasi, mediasi, dan
ruang dialog karya budaya dalam merespon perkembangan zaman dan perkembangan
yang muncul seiring adanya penambahan nilai dan fungsi yang ingin dilekatkan pada
karya budaya yang bersangkutan
5. Promosi dan Publikasi, Publikasi dan promosi dibutuhkan untuk setiap akrya budaya,
apalagi untuk karya budaya yang dikatakan tidak berkembang dan hamper punah, selain
upayaa regenerasi, promosi dan upaya publikasi juga diperlukan untuk mendukung
hadirnya semangat daya Tarik yang lebih besar untuk setiap karya budaya yang ada

Rencana Aksi
1. Rencana Aksi oleh Masyarakat dan Pemerintah Desa, Pemerintah Desa dalam hal ini
menjadi sektor sentral yang akan melakukan aksi-aksi pemeliharaan dan pengembangan
taraf pertama, pemerintah desa untuk dapat melakukan pembinaan, pelatihan, dan
fasilitasi kegiatan yang bersifat temporal. Pemerintah Desa juga berperan untuk
melakukan pendampingan, evaluasi dan monitoring bersama pelaku budaya karya
budaya untuk terus melakukan pemeliharaan dan pengembangan karya budaya
2. Langkah dukungan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah-Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam hal ini telah dan akan terus melakukan upaya-upaya pemeliharaan dan
pengembangan warisan budaya takbenda Daerah Istimewa Yogyakarta, diantara hal-hal
langkah yang dilakukan adalah :
a. Adanya Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2017 tentang adanya label Jogja
Tradition untuk semua karya WBTb yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya
Takbenda Indonesia untuk dapat mendapatkan label Jogja Tradition. Langkah alur
kerja secara singkat, bahwa penetapan label Jogja Tradition diberikan melalui Dinas
Perindustrian dan Koperasi DIY, namun rekomendasi untuk mendapatkan label ini
dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa
Yogyakarta, rekomendasi diberikan dengan catatan melampirkan foto dan video
produk, profil usaha, dan verifikasi dilakukan dengan melakukan klarifikasi
kesesuaian produk maupun aktivitas sosial budaya tersebut dengan kajian dan telaah
karya budaya yang sudah ditetapkan sebagai WBTb Indonesia;
b. Adanya Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur DIY nomor 100 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Keuangan Khusus Dana Keistimewaan kepada
Pemerintahan Kalurahan, dalam Pergub ini juga memuat adnaya BKK Khusus
percepatan WBTb di Daerah Istimewa Yogyakarta
c. Adanya pemutakhiran data, pemantauan dan evaluasi melalui pendamping Desa
Budaya, ada sekitar 76 desa budaya yang sudah ditetapkan melalui peraturan
Gubernur DIY Nomor 351/KEP/2021 tanggal 3 November 2021 . Sedangkan untuk
WBTb yang berada di luar desa budaya diupayakan melalui Pemerintah
Kabupaten/Kota setempat
d. Pada tahun 2021, Pemerintah Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas
Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Iatimewa Yogyakarta juga telah dilakukan
adanya peresmian Website WBTb DIY dengan nama Sitem Informasi WBTb (SI
WBTb diy) , website ini ditujukan sebagai satu database WBTb Daerah Istimewa
Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia baik
yang sudah maupun akan diusulkan pada tahun-tahun berikutnya
e. Perayaan WBTb, Program tahunan untuk memberikan aksi tindaklanjut jangkaa
pendek paska ditetapkan sebagai WBTb Indonesia pada H+1 tahun penetapan,
Kegiatan perayaan berisikan workshop, eplatihan, pameran, seminar, dan penyerahan
sertifikat Gubernur IDY kepada Bupati Walikota se-DIY
f. Program Fasilitasi Seni pertunjukan dan Upacara Adat berkala yang diprioritaskan
bagi karya budaya yang sudah ditetapkan sebagai WBTb Indonesia melalui program
fasilitasi langsung oleh masyarakat
g. Penyusunan Rencana Aksi Tindak Lanjut, penyusunan rencana aksi dengan Dewan
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, masih dalam proses pembahasan
3. Usulan rancangan rencana aksi oleh Pemerintah Pusat\
Usulan untuk rencana aksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat diantaranya :
a. Melakukan kajian dan penyusunan rentra nasional jangka pendek, menegah dan
panjang terkait rumusan pola-pola aksi tindak lanjut paska Penetapan WBTb DIY,
sedang ragam dan implementasinya bias disesuaikan oleh Pemerintah Daerah masing-
masing, rumusan juga memuaat terkait sistem kerjasama pusat-daerah dalam kerja
pelestarian WBTb, ranah pelaksanaan monitoring dan evaluasi bersama pusat dan
daerah;
b. Memperbanyak publikasi WBTb Daerah yang sudah ditetapkan sebagai WBTb
Indonesia secara temporal dan berkelanjutan;
c. Pelibatan kegiatan pusat yang berbasis pada subjek budaya WBTb Daerah yang telah
ditetapkan sebagai WBTb Indonesia (bukan saja pada Perayaan WBTb Indonesia)
sebagai dukungan dan akomodasi adanya publikasi nasional untuk daerah;
d. Melakukan workshop-pelatihan yang bagi para fasilitator dan koordinator WBTb
daerah dalam melakukan penjaringan, pengkajian, pengusulan, dan fasilitasi kepada
subjek WBTb;
e. Melakukan koordinasi berkala untuk adanya perlindungan hukum bersama
Kemenkumham;

8. Nama komunitas/ organisasi/ asosiasi/ badan/ paguyuban/ kelompok sosial/ atau perorangan
yang bersangkutan

Nama : Kelompok Rodad Syaroful Anam


Alamat : Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode Pos : 55782
No Telp/Fax/Mobile : 0
Alamat email : -

Nama : Kelompok Rodad Nur Hidayah


Alamat : Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode Pos : 55782
No Telp/Fax/Mobile : 0
Alamat email : -
9. Guru budaya/maestro (diisi nama orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tentang warisan budaya takbenda tersebut beserta usia yang bersangkutan)

Nama : Zainun
Alamat : Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode Pos
No Telp/Fax/Mobile : 0
Alamat email : -
Usia : Kurang lebih 75 tahun

Nama : Zainuri
Alamat : Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode Pos
No Telp/Fax/Mobile : 0
Alamat email : -
Usia : 79 tahun
10. Foto terbaru warisan budaya takbenda dengan penjelasan ( 5 lembar)

Gladen Rodad di Wukirsari

Rangkaian Busana Rodad


Gerakan Membungkuk di dalam Rodad

Gerakan Membungkuk Sisi Kanan


Gerakan Setengah Berdiri di dalam Rodad

Sesaji Rodad di dalam bingkai


Alat Musik dan Properti

Alat Musik Jidor


11. lm dokumenter mengenai warisan budaya takbenda (sertakan judul dari film dan
dilampirkan bersama formulir)

Film Rodad

12. Kajian akademis oleh lembaga penelitian yang terkait (sertakan judul dari kajian akademis
dan dilampirkan bersama formulir)

Wulandari, Nur dan Puti Ayu Anandita. 2022. Sholawat Rodad Desa Wukirsari. Yogyakarta :
Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

13. Referensi (ditulis sumber secara lengkap nama penulis, tahun, judul buku, tempat terbit,
penerbit, naskah kuno, prasasti, sumber lisan/nama pelaku (saksi sejarah) yang masih
hidup, usia, dan lainnya

Dewantara, Ki Hajar. 1994. Bagian II: Kebudayaan. Yogyakarta. Majelsi Luhur Pemersatu
Taman Siswa. Eversole, Robyn. 2018. Anthropology for Development From Theory to Practice.
New York: Routledge Hidayati

Rohmatul. 2014. Rodat Sinar Muda di Desa Penggung Kecamatan Boyolali Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta.

Irianto, Agus Maladi. 2005. Tayub, Antara Ritualitas dan Sensualitas: Erotika Petani Jawa
Memuja Dewi. Semarang: Lengkongcilik Press
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

----------------------. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

-----------------------. 1996. Pengantar Antropologi 1. Yogyakarta. Rineka Cipta.

Meleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Kistanto, Nurdien H. 2016. “The Javanese Slametan as Practiced as Tradition and Identity”.
International Journal of Humanities and Social Science. 2016. Jilid 6. Hlm. 290- 295 Semarang:
Diponegoro University
Sj , Mudji Sutrisno. 2011. Membaca Wajah-Wajah Kebudayaan. Jakarta. CV. Warna Widya Jati

Soedarsono.R.M. 1998.Seni Pertunjukan Indonesia EX Era Globalisasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. CV.
Rajawali Jakarta. Jakarta.

Utami, Sri. 2019. Tari Angguk Rodat sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Seboto
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang

Wicaksono, Galih Wening. 2017. Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Kesenian Tradisional Rodat
di Desa Sirukun Kecamatan Kalibening Kabipaten Banjarnegara. Skripsi. Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Semarang.

Artikel: BPSMP Sangiran. 2019. Mereka Memperdalam Arti Penting Situs Sangiran (Rodat)
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/mereka-memperdalam-arti-penting-situs-
sangiran-rodat/ . diakses pada 24 Juli 2022

Hamid, Jazir. 2021. Merti Dusun “Majemukan”. https://desawisatabantul.com/merti-


dusunmajemukan/. Diakses pada 24 Juli 2022 Liputan 6. Tradisi Rhodatan untuk Menyebarkan
Agama Islam di Bantul.https://www.liputan6.com/ramadan/read/2084430/tradisi-rhodatan-
untukmenyebarkan-agama-islam-di-bantul .Diakses pada 22 Juli 2022

Rasyid, Shani. 2020. Mengenal Sholawat Rodat, Tradisi Unik Sambut Waktu Berbuka Ala
Santri Dlingo Bantul. https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-shalawat-rodat-tradisi-unik-
sambut-waktu-berbuka-ala-santri-dlingo-bantul.html. Diakses pada 22 Juli 2022

Sumber tambahan: Profil Desa Wukirsari. 2019

14. Persetujuan dari provinsi terkait sebagai pengusul

Yogyakarta. 28 Februari 2023

15. Nama petugas penerima formulir (diisi oleh Kementerian)


Nama :
16. Tempat dan tanggal penerimaan formulir warisan budaya takbenda (diisi oleh Kementerian)

Tempat : Tanggal :

Anda mungkin juga menyukai