Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA LEPAT BUGI DI KECAMATAN

TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

Oleh:
Mifta Fishah
Pembimbing : Jahrizal dan Taryono

Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia


e-mail : ainingrum@yahoo.com

Analysis of Industry Developments Lepat Bugi In Tambang Districts Kampar


Regency

ABSTRACT

Lepat Bugi is one of the traditional foods are on the road cross Pekanbaru
Bangkinang precisely in the District Mine Kampar regency. The theory used in
this research is the theory of Michael Porter (five force model). The purpose of
this study was to determine, knowing the variables that influence the development
of the industry in the District Mine Lepat Bugi. Knowing how the condition scale
production (Return to Scale) industry in Sub Mine Lepat Bugi. Knowing the
efficiency of use of factors of industrial production for the Lepat Bugi in District
Mine. The results of this study indicate that the variable is the supplier of the most
influential variables, namely in terms of labor and raw materials. While the scale
of production results show increasing returns to scale, meaning that the
proportion of additional production will be greater than the proportion of the
addition of production inputs. whereas the efficiency of capital is equal to 0.691,
which means not efficient. as well as labor efficiency is 0.199 which shows yet
efficient.

Keywords: capital , labor , return to scale , and efficiency

PENDAHULUAN industri yang menjadi mesin utama


pertumbuhan ekonominya.
Pola pertumbuhan ekonomi Peningkatan peran sektor industri
secara sektoral di Indonesia sejalan dalam perekonomian sejalan dengan
dengan kecenderungan proses peningkatan pendapatan per kapita
pergeseran struktural yang terjadi yang terjadi pada suatu negara,
diberbagai negara yaitu terjadi proses berkaitan erat dengan akumulasi
penurunan kontribusi pertanian kapital dan peningkatan sumber daya
(sektor primer), sementara kontribusi manusia (human capital).
sektor skunder dan tersier cenderung Proses industrialisasi sudah
meningkat. proses pergeseran struktur sejak lama berkembang yaitu sekitar
perokonomian lebih dikenal sebagai tahun 70-an. Pada awalnya proses
transformasi perekonomian yang industrialisasi berkembang di benua
menitikberatkan pada peralihan Eropa tepatnya di negara Inggrisyang
pertanian tradisional menuju ke sektor terkenal dengan revolusi industri pada
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 1
abad 18. Saat itu gelombang kemasan berbahan baku plastik,
industrialisasi berupa pendirian kertas, kaca, dan lainnya.
pabrik-pabrik produksi barang secara Sehingga industri ini menjadi
massal, pemanfaatan tenaga buruh, salah satu alternatif usaha yang
dengan cepat melanda seluruh dunia, diharapkan dapat memberikan
berbenturan dengan upaya tradisional pendapatan bagi para pelakunya.
di bidang pertanian (agrikultur). Industri makanan tradisional memiliki
Sementara perkembangan tempat tersendiri di masyarakat
industrialisasi di Indonesia sendiri disaat membanjirnya makanan-
terjadi sekitar tahun 1975 yang juga makanan yang berasal dari luar,
ditandai dengan pergeseran struktur ditambah lagi saat ini mulai
perekonomian dari agraris menuju berkembang pemahaman didalam
sektor industri. masyarakat yang menginginkan
Sebagian besar masyarakat segala sesuatunya kembali kepada
menganggap bahwa industri kecil alam (back to nature) sehingga
adalah industri yang tidak berpotensi makanan tradisional dianggap dapat
menimbulkan pencemaran terhadap memberikan sesuatu yang sesuai
lingkungan. Limbah dari industri dengan pemahaman tersebut.
skala kecil terkadang diabaikan Salah satunya adalah industri
karena besaran usahanya yang makanan tradisional dengan merek
dianggap tidak terlalu signifikan, dan dagang usaha Lepat Bugi yang berada
tidak terlalu berbahaya sehingga tidak di jalan lintas Pekabaru Bangkinang
perlu diatur secara seksama, tepatnya di Kecamatan Tambang
sebenarnya terdapat banyak industri Kabupaten Kampar. Dimana usaha
kecil dan menengah yang ini sudah mulai berkembang cukup
memberikan dampak bervariasi pada lama. Bahkan sudah dalam kurun
lingkungan setempat, bagaimanapun waktu 20 tahun belakangan ini.
juga studi menunjukkan bahwa Sehingga saat ini terlihat banyak
sebagian besar polusi di daerah industri makanan tradisional dengan
perkotaan merupakan hasil dari nama usaha Lepat Bugi di
penyebaran industri kecildan Kecamatan Tambang tersebut.
menengah. Berdasarkan hasil observasi dan
Industri kecil dan menengah wawancara dengan pemilik industri
yang merupakan perwujudan dari Lepat Bugi ditemukan bahwa selama
sistem ekonomi kerakyatan yang kurang lebih 20 tahun usaha ini
merupakan bentuk dari sistem dijalankan tetapi belum mampu
perekonomian yang ada di Indonesia. memberikan dampak ekonomi yang
Salah satu bentuk industri signifikan terhadap perkembangan
kecil yang berkembang di Indonesia usaha Industri Lepat Bugi ini. Hal ini
adalah di bidang makanan. dapat dilihat dari rendahnya kapasitas
Keberadaan industri makanan dapat produksi, terbatasnya wilayah
menyerap tenaga kerja dalam jumlah distribusi, rendahnya omset penjualan
yang cukup banyak serta mampu yang diperoleh, minimnya sarana
mendorong berdirinya industri prasarana yang dimiliki dan lain
penunjang seperti industri pengolahan sebagainya yang terbilang masih
makanan dan industri kemasan yaitu sangat rendah untuk sebuah usaha
suatu industri yang memproduksi yang sudah berjalan selama puluhan
kemasan suatu produk seperti tahun, ditambah semakin ketatnya
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 2
persaingan dalam memperebutkan mengolah bahan baku dan /atau
pasar dengan para produsen ritel memanfaatkan sumber daya industri
makanan modern dan menghadapi sehingga menghasilkan barang yang
persaingan di pasar bebas, mempunyai nilai tambah atau manfaat
mengharuskan perusahaan untuk lebih tinggi, termasuk jasa industri.
melakukan evaluasi terhadap (Fokusmedia, 2014)
lingkungan eksternal perusahaannya Industri dalam arti sempit adalah
agar mampu menentukan strategi kumpulan perusahaan yang
yang sesuai untuk menghadapi menghasilkan produk sejenis dimana
persaingan yang semakin ketat dan terdapat kesamaan dalam bahan baku
mampu mengembangkan usahanya. yang digunakan, proses, produk akhir
maka berdasarkan uraian tersebut dan konsumen akhir. Dalam arti yang
dapat dirumuskan beberapa pokok lebih luas, industri merupakan
masalah yang akan diteliti yaitu kumpulan perusahaan yang
Variabel-variabel apa saja memproduksi barang dan jasa dengan
yang mempengaruhi perkembangan elastisitas silang yang positif dan
industri Lepat Bugi di Kecamatan tinggi (Kuncoro, 2007: 167)
Tambang. Bagaimana kondisi skala
hasil produksi (Return to Scale) Industri Kecil
Industri Lepat Bugi di Kecamatan Badan Pusat Statistik (2014)
Tambang. Bagaimana efisiensi menggolongkan usaha industri
penggunaan faktor produksi pada pengolahan di Indonesia ke dalam
industri Lepat Bugi di Kecamatan empat kategori berdasarkan banyak
Tambang? pekerja yang bekerja pada suatu
Berdasarkan perumusan perusahaan atau usaha industri
masalah yang telah diuraikan, maka pengolahan tanpa memperhatikan
penelitian ini bertujuan untuk : besarnya modal yang ditanam
Mengetahui variabel-variabel yang ataupun kekuatan mesin yang
mempengaruhi perkebangan industri digunakan. Empat kategori tersebut
Lepat Bugi di Kecamatan Tambang adalah :
Mengetahui bagaimana kondisi skala
hasil produksi (Return to Scale) pada 1. Industri kerajinan rumah
industri Lepat Bugi di Kecamatan tangga, yaitu perusahaan atau
Tambang. Mengetahui efisiensi usaha industri pengolahan
penggunaan faktor produski pada yang mempunyai pekerja 1-4
industri Lepat Bugi di Kecamatan orang.
Tambang. 2. Industri kecil, yaitu
perusahaan atau usaha industri
TELAAH PUSTAKA pengolahan yang mempunyai
pekerja 5-19 orang.
Industri 3. Industri sedang, yaitu
perusahaan atau usaha industri
Definisi industri menurut UU pengolahan yang mempunyai
No. 3 Tahun 2014 tentang pekerja 20-99 orang.
Perindustrian adalah tatanan dan 4. Industri besar, yaitu
segala yang bertalian dengan kegiatan perusahaan atau usaha industri
industri. Industri adalah seluruh pengolahan yang mempunyai
bentuk kegiatan ekonomi yang pekerja 100 orang atau lebih.

Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 3


Teori Produksi bahwa proporsi tambahan
Produksi yaitu proses faktor produksi akan sama
kombinasi dan koordinasi material- dengan prporsi penambahan
material dan ekekuatan-kekuatan produksi.
(input, faktor, sumber daya atau jasa- 3. Increasing return to scale,
jasa produksi) dalam pmbuatan suatu apabila (b1+b2) > 1 artinya
barang atau jasa. Produksi adalah bahwa proporsi penambahan
suatu kegiatan yang mengubah input produksi melebihi proporsi
menjadi output. Kegiatan tersebut penambahan faktor produksi.
dalam ekonomi biasa dinyatakan
dalam fungsi produksi.Fungsi Bentuk umum dari fungsi
produksi menunjukkan jumlah produksi Cobb-Douglas adalah
maksimum output yang dihasilkan sebagai berikut :
dari pemakaian sejumlah input yang InY = In a + b1 In X1 + b2 In X2 +
menggunakan teknologi tertentu b3 In X3 + e
(Sugiarto, 2000: 202).
Analisis Industri Lima Kekuatan
Fungsi Produksi Persaingan (oleh Michael Porter)
Fungsi Produksi merupakan Di dalam teori persaingan ada
rangkaian proses dalam suatu teori dari Michael Porter yang
penggabungan dan pengaturan bahan terkenal pada saat menganalisis
baku serta sumber daya yang pada persaingan atau competition analysis.
akhirnya menghasilkan suatu barang teori tersebut sangat terkenal dengan
atau jasa perunit waktu. Oleh karena istilah Porter Five Model, model
itu produksi membutuhkan berbagai lima kekuatan porter sebagai alat
faktor produksi untuk menghasilkan untuk menganalisis lingkungan
produk (Salvatore, 2006:93). persaingan industri. Intinya Porter
menilai bahwa perusahaan secara
Fungsi Produksi Cobb-Douglas nyata tidak hanya bersaing dengan
Fungsi Produksi Cobb- perusahaan yang ada dalam industri
Douglas adalah suatu fungsi atau saat ini (Arismunandar, 2013:26)
persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel,dimana variabel yang
Gambar: 1
satu disebut variabel dependent (Y)
yang dijelaskan,dan yang lain disebut Lima Kekuatan Porter oleh Michel
Independent variabel (X) yang Porter
menjelaskan. (Soekartawi, 2003)
Menurut Soekartawi,2003 ada tiga
kriteria tentang return to scaleyaitu :

1. Decreasing return to
scale,apabila (b1+b2) < 1
artinya proporsi tambahan
produksi lebih kecil dari pada Sumber : Jurnal Ilmu Administrasi
proporsi penambahan faktor dan Organisasi, 2009
produksi. Dalam five force model
2. Constant return to scale, digambarkan bahwa kita juga
apabila (b1+b2) =1 artinya bersaing dengan pesaing potensial
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 4
kita, yaitu mereka yang akan masuk, ekuitas merk dan lain
para pemasok atau suplier, para sebagainya. (Arismunandar,
pembeli atau konsumen, dan 2013:32)
produsen produk-produk pengganti. 3. Pemasok (supplier) yaitu
penyedia input yang berupa
1. Persaingan industri bahan baku, tenaga kerja dan
(competitor), berarti intensitas jasa (seperti keahlian) kepada
kompetisi di antara para pesaing perusahaan yang dapat menjadi
yang sudah ada di pasar. Untuk sumber kekuatan di perusahaan.
mengatasi persaingan dalam Pemasok dapat menjadi
industri, perusahaan harus ancaman dalam suatu industri,
meningkatkan kualitas yang sebab pemasok dapat
lebih baik lagi, harga lebih menaikkan harga produk yang
terjangkau, melakukan inovasi- dijual atau mengurangi
inovasi baru terhadap kualitas produknya. jika harga
produknya supaya konsumen produk pemasok naik, maka
tidak mengalami kejenuhan biaya produksi yang
terhadap produk tersebut. ditanggung perusahaan juga
Konsumen merupakan objek naik, sehingga harus
persaingan dari perusahaan menaikkan harga jual produk.
sejenis yang bermain dipasar. Jika harga jual produk naik,
Perusahaan yang dapat memikat maka sesuai dengan hukum
hati konsumen akan permintaan, permintaan
memenangkan persaingan. konsumen terhadap produk
Untuk itu dapat memikat hati menurun. (Leosukmawijaya,
konsumen, berbagai cara 2010:22)
dilakukan, mulai dari 4. Pemebeli (costumer) yaitu
memnerikan fasilitas khusus, pemakai manfaat dari
pemberian kredit dengan syarat produksi yang dihasilkan atau
ringan, harga murah atau yang menjadi objek
diskon. (Arismunandar, persaingan. Pembeli akan
2013:30) selalu berusaha mendapatkan
2. Pendatang baru (new entry) produk dengan kualitas yang
yaitu perusahaan yang baik dan harga yang murah.
memasuki industri dengan (Leosukmawijaya, 2010:23)
membawa kapasitas baru dan 5. Produk pengganti (subtitute
ingin memperoleh pangsa pasar product) yaitu produk yang
yang baik dan keuntungan. mempunyai manfaat serupa
Kekuatan ini biasanya dengan produk utama, namun
dipengaruhi besar kecilnya memiliki kualitas produk yang
hambatan masuk kedalam bagus dan harga yang rendah.
industri. Hambatan masuk (Arismunandar, 2013:33)
kedalam industri antara lain
besarnya investasi yang
dibutuhkan, perizinan dalam METODE PENELITIAN
mebangun usaha, akses
terhadap bahan mentah, akses Penelitian ini dilakukan di
terhadap saluran distribusi, Kecamatan Tambang Danau

Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 5


Kabupaten Kampar, hal ini 2. Jumlah perusahaan
dikarenakan daerah tersebut industri makanan tahun
merupakan pusat pemasaran makanan 2014
.KDV .DPSDU ³/RSHN %XJL´ 3. PDRB Kabupaten Kampar
Populasi dari penelitian ini
adalah pemilik usaha. Mengingat Teknik pengumpulan data
populasi dalam penelitian berjumlah yang dilakukan dalam penelitian ini
relatif sedikit, maka semua populasi sebagai berikut.
diangkat menjadi sampel. 1. Library research yaitu penelitian
Penelitian ini dilakukan yang dilakukan dengan mengulas
dengan cara sensus, sehingga yang publikasi yang berhubungan
menjadi responden adalah semua dengan penelitian.
pengusaha industri lopek bugi yang 2. Field research yaitu
ada di Kecamatan Tambang sebanyak pengumpulan data yang diperoleh
24 pengusaha. secara langsung pada penelitian
Jenis data yang digunakan dengan metode:
dalam penelitian ini adalah data a. Observasi
primer dan data skunder. b. Observasi yaitu mengadakan
a. Data Primer, adalah data yang pengamatan langsung
diperoleh secara langsung atau kelokasi Penelitian mengenai
dikumpulkan oleh peneliti kegiatan Industri Lopek Bugi
melalui wawancara dan dan mencatat hal-hal yang
penyebaran kuisioner yang telah diperlukan untuk penelitian.
dipersiapkan yaitu tentang c. Wawancara
karakteristik responden, antara Wawancara yaitu berupa
lain : Tanya jawab langsung
1. Tingkat pendidikan dengan responden dengan
2. Status kepemilikan menggunakan kuesioner
3. Lama berdiri usaha berupa daftar pertanyaan.
4. Jumlah tenaga kerja Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
5. Jenis produk
wawancara terstruktur dan
6. Modal usaha
tidak terstruktur. Wawancara
7. Cara memperoleh bahan terstruktur yaitu wawancara
baku dengan menggunakan
8. Pendapatan rata-rata instrument penelitian yaitu
9. Cara memasarkan kuesioner sedangkan
produksi wawancara tidak terstruktur
b. Data Sekunder, adapun penelitian yaitu wawancara yang tidak
ini juga menggunakan data menggunakan pedoman
skunder. Yang diperoleh dari wawancara yang tersusun
BPS (Badan Pusat Statistik) dan secara sistematis.
Disperindnag (Dinas d. Dokumentasi
Perindustrian dan Perdagangan), Dokumentasi dilakukan
yaitu diataranya adalah data dengan melihat catatan-
tentang : catatan yang dimiliki oleh
1. Gambaran umum pengelola Industri Lopek
Kabupaten Kampar Bugi untuk mengetahui
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 6
berbagai catatan yang ada beberapa hasil yaitu variabel yang
kaitannya dengan penelitian. paling mempengaruhi adalah tenaga
kerja dan bahan baku. Dalam teori
Variabel Penelitian dan Definisi Michael Porter yaitu five force model
Operasional Variabel digambarkan bahwa kita juga
Definisi Operasional bersaing dengan pesaing potensial
merupakan definisi yang diberikan kita yaitu mereka yang akan masuk,
kepada variabel dengan cara para pemasok dan supplier, para
memberikan arti atau menspesifikasi pembeli atau konsumen, dan
kegiatan atau memberikan produsen produk-produk pengganti
operasional yang diperlukan untuk (Arismunandar, 2013:26)
mengukur variabel tersebut. Dalam . Bahan baku merupakan salah
penelitian ini menggunakan dua satu unsur yang paling aktif didalam
variabel, yaitu variabel independen perusahaan yang secara terus menerus
dan dependen. diperoleh, diubah yang kemudian
dijual kembali. Pada hakekatnya
1. Nilai produksi industri lopek bugi setiap usaha yang ingin meningkatkan
(Q) merupakan nilai produksi kemampuan dan memperluas
yang dihasilkan oleh pengusaha kesempatan pengusaha untuk
lopek bugi dalam bentuk lopek meningkatkan produksinya sangat
bugi itu sendiri. bergantung dengan bahan baku.
2. Modal (K) Bahan baku yang dipergunakan dalam
Modal diartikan sebagai industri ini adalah tepung ketan.
pengeluaran atau pembelanjaan Semua pengusaha mendapatkan
penanam-penanam modal atau bahan baku dengan cara yang mudah,
perusahaan untuk membeli yaitu dengan membeli di agen atau
barang-barang modal dan pasar terdekat.
perlengkapan-perlengkapan Setelah diteliti penggunaan
produksi untuk menambah bahan baku yang dibutuhkan oleh
kemampuan memproduksi masing-masing pengusaha Lepat Bugi
barang-barang dan jasa yang tidaklah sama. Berikut ini disediakan
tersedia dalam perekonomian tabel sebagai gambaran penggunaan
yang digunakan dalam proses bahan baku oleh masing-masing
industri lopek bugi per bulan. pengusaha :
3. Tenaga Kerja (L)
Merupakan jumlah pekerja yang Tabel 1 :
digunakan dalam proses produksi Penggunaan Bahan Baku Oleh Para
pembuatan produk lopek bugi Pengusaha Tahun 2014
untuk tiap produksi. Skala Pengguna Unit
pengukuran menggunakan satuan N Persent
an Bahan Usah
jumlah orang tenaga kerja yang o ase (%)
Baku (Kg) a
digunakan dalam proses produksi 1 2-4 1 4,16
per bulan. 2 5-7 9 15,43
3 8-10 7 29,16
HASIL DAN PEMBAHASAN 4 11-13 6 25
5 14-16 1 4,16
Berdasarkan hasil penelitian
Jumlah 24 100,00
yang diteliti oleh penulis didapatkan
Sumber : Data Olahan Tahun 2014
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 7
Dari tabel di atas dapat kita
Dari tabel 1 diatas bisa kita lihat lihat bahwa produksi per kotak pada
bahwa bahan baku yang digunakan setiap pengusaha dalm pembuatan
oleh masing-masing pengusaha Lepat Bugi paling besar sebanyak
tidaklah sama, sesuai dengan modal 1200-2071 kotak per bulan sebanyak
yang mencukupi. Pada penggunaan 3 unit atau sekitar 12,5%. Sedangkan
bahan baku 2-4 kilo terdapat 1 unit pada jumlah produksi 2072-2944
usaha atau sekitar 4,16%. Kemudian kotak hanya 3 unit atau sekitar 12,5%.
penggunaan 5-7 kilo ada 9 unit atau Produksi 2945-3817 adalah sebanyak
sekitar 15,43% dan penggunaan 8-10 10 unit dengan persentase 41,66%.
kilo terdapat 7 unit atau skitar Produksi 3818-4691 adalah sebanyak
29,16%. Penggunaan 11-13 kilo 2 unit yaitu 8,33%, jumlah produksi
terdapat 6 unit yaitu sebebsar 25%, sebanyak 4692-5563 adalah sebanyak
penggunaan bahan baku 14-16 kilo 1 unit yaitu 4,16% dan yang terakhir
yaitu sebanyak 1 unit dengan yiatu jumlah produksi 5564-6434
persentase 4,16%. adalah sebanyak 5 unit yaitu 20,83%.
Poin yang paling penting Dilihat dari Return to
untuk mendukung usaha Lepat Bugi Scalenya didapatkan hasil bahwa
ini adalah pada poin pemasok, yang usaha lepat bugi berada diposisi
artinya penyedia input yang berupa Increashing return to scale. Sesuai
bahan baku, tenaga kerja dan jasa dengan teori yang dikemukakan oleh
dapat menjadi sumber kekuatan Joerson, (2002:105) yang artinya
diperusahaan. Kekuatan ini sudah proporsi tambahan faktor produksi
dimiliki olep para pengusaha Lepat yang diperoleh akan menghasilkan
Bugi. Bahan baku yang mereka pertambahan produksi yang
gunakan sudah cukup mudah mereka proporsinya lebih besar. Hasil yang
dapatkan.. didapat dalam usaha lopek bugi
Proses pembuatan Lepat Bugi adalah 1,098.
membutuhkan tenaga kerja ahli. Tabel 3:
Karena dalam penmbuatan Skala Hasil Produksi (Return of Scale)
membutuhkan ketelitian dalam hal pada Industri Lepat Bugi di Kecamatan
mencampur semua bahan agar tetap Tambang
terjaga cita rasanya. Untuk melihat Koefisien
Elastisitas
Jumlah produksi yang dihasilkan per Skala
bulan dapat dilihat dari tabel yang Jumlah Hasil
telah disediakan dibawah ini : Tenaga Produksi
Modal Kerja
Tabel 2: (K) (L)
Jumlah Produksi Industi Lepat Bugi di Increasing
0.812 0.286 1,098 Return to
Kecamatan Tambang Tahun 2014 Scale
Jumlah Sumber : Data Olahan Tahun 2014
Unit Persentase
No Produksi
Usaha (%)
(Per Kotak)
1 1200-2071 3 12,5 Suatu penggunaan faktor
2 2072-2944 3 12,5 produksi dikatakan efisien secara
3 2945-3817 10 41,66
4 3818-4691 2 8,33 teknis apa bila faktor produksi yang
5 4692-5563 1 4,16 dipakai menghsilkan produksi yang
6 5564-6434 5 20,83 maksimum. Dikatakan efisien bila
Jumlah 24 100,00
dinilai dari produk marginal sama
Sumber : Data Olahan Tahun 2014
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 8
dengan harga produksi yang produksi yang dihasilkan juga belum
bersangkutan. Dikatakan efisien maksimal.
secara ekonomis bila usaha tersebut Dari tabel 4 diketahui bahwa
mencapai efisien teknis sekaligus elastisitas tenaga kerja terhadap
mencapai efisien harga. Dari hasil produksi industri lepat bugi sebesar
penelitian menunjukkan efisiensi 0,286, rata-rata tenaga kerja yang
yang didapatkan oleh pengusaha lepat digunakan sebagai faktor produksi
bugi adalah belum efisien. oleh pengusaha selama 1x produksi
adalah 35,82, rata-rata produksi
Tabel 4 : industri kayu selama 1x produksi
Data untuk Perhitungan Efisiensi Harga 415,38, upah tenaga kerja
Variabel Bebas Rp.1.000.000, nilai produksi
Vari Hrg/Ko Rata-
Nilai Rp.60.000.000
Rata- Produ
abel tak Rata
Koef. X Rata ksi/K
Beba Input Prod
s
Input
(Rp) uksi
otak
(Rp)
0,286 x x
415,6
Mod 70.000.0 415,3 60.00
0,812 9
al 00 8 0.000 = 0,199
Tena
35,82 1.000.00 415,3 60.00
ga 0,286
Kerja
0 8 0.000 Nilai efisiensi harga dari input
Sumber : Data Olahan 2014 tenaga kerja adalah kurang dari 1
yang artinya penggunaan tenaga kerja
Barang modal dalam belum efisien sehingga untuk
penelitian ini adalah mesin-mesin mencapai tingkat efisien maka
atau alat-alat yang digunakan dalam kualitas tenaga kerja yang digunakan
proses produksi. Pada tabel 4 perlu ditingkatkan. Belum efisiennya
diketahui bahwa elastisitas modal penggunaan tenaga kerja disebabkan
terhadap produksi industri lepat bugi oleh tenaga kerja yang digunakan
sebesar 0,812, rata-rata modal yang sedikit, utnuk lebih efisien sebaiknya
digunakan sebagai faktor produksi menambah jumlah tenaga kerja agar
oleh pengusaha selama 1x produksi meningkatkan jumlah produksi.
415,69, rata-rata produksi industri
lepat bugi selama 1x produksi 415,69,
harga modal Rp.70.000.000, nilai SIMPULAN DAN SARAN
produksi/kotak Rp.60.000.000
0,812 x x Simpulan

= 0,691 Berdasarkan pembahsan yang


telah diuraikan pada bab sebelumnya,
Nilai efisiensi harga input maka dapat diambil kesimpulan
modal sebesar 0,691 lebih kecil dari sebagai berikut:
pada 1 yang artinya penggunaan input 1. Berdasarkan analisis Teori
produksi adalah belum efisien. Porter maka dapat
Belum efisien input produksi ini disimpulkan variabel yang
disebabkan oleh peralatan yang paling mempengaruhi
digunakan para pengusaha lepat bugi perkembangan sektor
belum maksimal dan tepat guna, alat- industri adalah variabel
alat yang digunakan juga masih input, yaitu bahan baku,
sangat sederhana, sehingga hasil modal dan tenaga kerja

Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 9


yang merupakan faktor lebih kecil dari 1 yang
utama dalam melakukan artinya penggunaan
proses produksi, karena tenaga kerja belum
tanpa adanya bahan baku, efisien sehingga untuk
modal dan tenaga kerja mencapai tingkat efisien
maka proses produksi tidak maka kuantitas tenaga
dapat dilanjutkan. kerja yang digunakan
2. Skala Hasil Produksi perlu ditingkatkan.
(Return to Scale) industri Belum efisiennya
Lepat Bugi menunjukkan penggunaan tenaga kerja
Increasing Return to Scale disebabkan oleh masih
karena b1 + b2 > 1 berarti sedikitnya tenaga kerja
bahwa proporsi yang digunakan, untuk
penambahan output lebih efisiennya
melebihi proporsi sebaiknaya dilakukan
penambahan inputnya. penambahan tenaga
Apabila terjadi penambahan kerja.
output sebesar 1 persen,
maka produksi akan Saran
bertambah sebesar 1,098 Beradasarkan kesimpulan yang
yang lebih besar dari pada telah dihasilkan dalam penelitian ini,
penambahan input. Ini maka penulis memberikan saran-
disebabkan oleh modal yang saran yang perlu diperhatikan, yaitu:
tidak terlalu besar membuat 1. Pengusaha agar
pengusaha masih bisa mengupayakan produksi
menjangkau apabila terjadi industri Lepat Bugi yang
penambahan output. lebih optimal dengan
3. Optimalisasi Penggunaan memperhatikan variabel
faktor Produksi yang paling berpengaruh
a. Nilai efisiensi harga dari terhadap perkembangan
input modal sebesar sektor industri.
0,691 lebih kecil dari 1 2. Penggunaan faktor-faktor
yang artinya produksi oleh pengusaha
penggunaan input industri Lepat Bugi
produksi produksi hendaknya memperhatikan
belum efisien. Belum efisiensi terhadap faktor
efisiennya adalah karena produksi yang dihasilkan.
keterbatasan tenaga 3. Bagi pemerintah daerah
kerja dalam hal hendaknya lebih
mengatur keuangan dan memperhatikan kegiatan
sistem produksi. produksi industri lepat bugi
Sehingga pada saat baik dalam kebutuhan
melakukan proses modal seperti kemudahan
produksi, bahan baku dalam pemberian kredit dan
masih berserakan. pinjaman, mesin dan
b. Nilai Efisiensi Harga memberikan kemudahan
dari input tenaga kerja dalam proses perijinan
adalah sebesar 0,199 mendirikan usaha..
Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 10
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, Nurimansyah. 2000.
Ekonomi Industri. Jakarta :
LP3ES.
Arismunandar,2013. Strategi dalam
Industri Media. Jakarta : AIPI. Joerson, T.S. dan Fahroizi, 2002.
Teori Ekonomi Mikro. Bandung
Arsyad, Lincoln. 2014. Ekonomika : Salemba Empat.
Industri Pendekatan Sturktur,
Prilaku dan Kinerja. Kristanto, Philip. 2000, Ekologi
Yogyakarta : UPP STIM YKPN Industri. Surabaya : LPPM
Universitas Kristen Petra.
Badan Pusat Statistik, 2000. Jenis-
jenis Industri. Pekanbaru : Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi
Badan Pusat Statistik. Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta : Erlangga.
.................................. 2014. Kampar
Dalam Angka. Kampar : Badan Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomika
Pusat Statistik. Industri Indonesia. Yogyakarta
: CV. Andi
Case, Karl. E dan Ray C. Fair, 2000.
Prinsip-prinsip Ekonomi Kuntjorodi, Wibowo. 2009. Analisis
Mikro. Jakarta : PT. Strategi Bersaing dalam
Prenhellindo. Persaingan Usaha
Penerbangan. Jurnal Ilmu
Case, Karl. E dan Ray C.Fair, 2000. Administrasi dan Organisasi.
Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro. Vol. 16, No.1.
Jakarta : PT. Prenhellindo.
Lisman, 2009. Konsep Lima kekuatan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Porter untuk Membedah
Perusahaan Industri Non Kondisi Industri Rotan
Formal di Kabupaten Kampar Indonesia. Jurnal Ilmu
2014. Bangkinang. Pembangunan. Vol. 17. No. 4

Hanum, Wirda. 2010. Analisis Leosukmawijaya, 2010. Analisis


Pengaruh Perkembangan Persaingan dengan
Industri Menurut Subsektor Menggunakan Model Lima
Industri di kabupaten Kampar Kekuatan Persaingan dri
2013. Bangkinang. M.Porter pada PT. Kimia
Farma. Jurnal Ilmi Ekonomi.
Harjanti, Dyah. 2013. Pengelolaan Vol. 14, No,4.
dan Pengembangan Usaha
Pengelolaan Kayu Pada CV. Nurhayati, Mafizzatun. 2010.
Karya Jaya Nusantara di Perekenomian Indonesia,
Surabaya. Jurnal Ekonomi Transformasi Struktural
Pembangunan. Vol. 14, No.4. Perekonomian Indonesia.
Jakarta : Mercu Buana

Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 11


Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Undang-Undang RI Nomer 3 Tahun
Pengaruh bahan baku, bahan 2014 tentang Perindustrian.
bakar dan Tenaga Kerja Penerbit Fokus Media 2014
Terhadap Produksi Tempe di
Kota Semarang (Studi Kasus di
Kelurahan Krobokan). Jurnal
Studi Pembangunan. Vol. 7,
No.3.

Offset.

Prawirosentono, Sujadi. 2000.


Manajemen Produksi dan
Operasi. Jakarta : Rajawali
Press.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi


Produksi dengan Pokok
Pembahasan Analisi Fungsi
Cobb-Douglas. Jakarta: Raja
Grafindo

................. 2001. Agribisnis Teori


dan Aplikasinya. Jakarta : PT.
Raja Gravindo Persada.

................. 2003. Pengantar Agro


Industri. Jakarta : PT. Raja
Gravindo Persada.

................. 2006. Teori Ekonomi


Produksi. Jakarta : PT. Raja
Gravindo Persada.

Sugiarto dkk., 2002. Ekonomi Mikro


Sebuah Kajian Komprehensif.
PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar


Teori Mikro Ekonomi. Jakarta :
PT. Raja Gravindo Persada

.......................... 2004. Makro


Ekonomi Teori Pengantar.
Jakarta : PT. Raja Gravindo
Persada.

Jom FEKON Vol.2 No 2 Oktober 2015 12

Anda mungkin juga menyukai