Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang sangat
penting, karena semua keterampilan berbahasa akan dilatih dengan lebih melalui
pelajaran tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sebuah
pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun secara tulis. Terutama pada jenjang sekolah dasar
(SD) dimana siswa mulai mempelajari kegiatan seperti menyimak, menulis,
membaca maupun berbicara. Keempat kegiatan itu merupakan kegiatan yang
harus dimiliki oleh siswa di sekolah dasar. Sekarang, siswa menggunakan
kurikulum baru dimana siswa meggunakan pembelajaran dengan K13 atau
tematik dengan bantuan buku tema, hal tersebut membuat seluruh mata pelajaran
berintegrasi menjadi satu. Namum dengan adanya hal tersebut maka seluruh
keterampilan berbahasa akan digunakan dalam setiap pembelajaran yang siswa
lakukan. Salah satu keterampilan berbahasa adalah membaca, dimana kegiatan
membaca merupakan salah stau kegiatan yang sangat penting bagi setiap orang,
karena dapat meningkatkan kemampuan atau wawasan seseorang. Kegitan
membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Namun,
masih banyak orang yang kurang berminat dalam kegiatan membaca ini sehingga,
informasi yang terdapat dalam teks bacaan, sering kali tidak dapat dipahami.
Kegiatan membaca dan memahami merupakan kegitatan yang harus
dimiliki oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat terencana dengan baik. Salah
satu kesuksesan siswa adalah kamampuan membaca dan dapat memahami bacaan
dengan baik dan benar. Bahan bacaan bisa didapatkan secara beragam, tidak harus
dibeli seperti koran, majalah, brosur, buku, dan lain-lain bahkan buku yang ditulis
oleh siswa maupun guru bisa menjadi suatu bahan bacaan untuk mengembangkan
kemampuan membaca pemahaman siswa.

1
Dari segi lingustik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara
dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna Anderson (1972,
dalam Tarigan 1979:7). Sedangkan menurut Rahim (2007:2) membaca pada
hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
psikolinguistik dan metakognitif. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca merupakan sebuah keterampilan yang sangat berbeda dengan
keterampilan yang lain. Dalam proses pembelajaran, kegiatan membaca tidak
dapat dipisahkan, karena dengan kegiatan tersebutlah siswa dapat menggali
informasi dari sebuah teks bacaan.
Dalam kegiatan membaca tidak luput dari pemahaman dari teks bacaan.
Pemahaman terhadap teks bacaan terjadi karena adanya interaksi antara
pengetahuan atau konsep yang ada dalam teks tersebut. Pemahaman ini tidak
hanya bergantung pada pengetahuan pada teks tersebut saja tetapi juga
bergantung pada pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh siswa. Pengetahuan
ataupun informasi ini bisa menjadi suatu pengetahuan baru ataupun pembaharuan
dari pengetahuan sebelumnya.
Untuk mendapatkan suatu informasi dari teks bacaan, dibutuhkan
kegiatan-kegiatan membaca agar siswa dapat memahami bacaan. Salah satu
strategi yang dapat dilakukan adalah metode reading guide. Reading guide
merupakan strategi dimana siswa diberikan panduan membaca materi yang
akan dipelajari. Berdasarkan panduan tersebut, siswa belajar secara mandiri
untuk memahami pelajaran tersebut. metode reading guide adalah sebuah
metode yang menggunakan bahan bacaan yang disertai dengan pertanyaan-
pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Pada metode ini, siswa akan

2
melakukan kegiatan menjawab pertanyaan yang sudah disediakan sebelumnya.
Bahan bacaan yang digunakan juga tidak membuat siswa mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan dan memahami isi bacaan.
Proses yang dilalui siswa dengan menggunakan metode reading guide
akan membuat siswa aktif selama pembelajaran. Aktivitas seperti mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari teks bacaan akan menciptakan suasana
aktif menyenangkan sehingga siswa proses pembelajaran akan berjalan efektif
dan efisien. Maka dari itu, dalam peneltian ini, peneliti akan meneliti suatu proses
pembelajaran dengan menggunakan metode reading guide untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Isola.

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis mengenai proses metode reading
guide dalam proses pembelajaran: aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Proses metode reading guide dalam mempengaruhi kemampuan membaca
pemahaman siswa
2. Level kemampuan membaca pemahaman siswa ditinjau dari metode
reading guide

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah
Penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana proses metode reading guide dalam mempengaruhi
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di sekolah dasar?
2) Bagaimanakah level - level kemampuan siswa ditinjau dari metode
reading guide?

3
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah pada analisis mengenai proses metode
reading guide dalam proses pembelajaran. Secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan:
1) Mengetahui proses metode reading guide dalam mempengaruhi
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di sekolah dasar
2) Mengetahui level - level kemampuan siswa ditinjau dari metode reading
guide

E. Manfaat Penelitian
1) Menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam
melakukan penelitian;
2) Sebagai bahan informasi bagi para pendidik dan akademisi dalam
mengembangkan pembelajaran matematis di sekolah dasar

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Reading Guide


1. Pengerti Metode Reading Guide
Metode berasal dari dua kata, yaitu metha dan hodos yang berarti
jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga berarti cara dan
prosedur melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif.
Menurut Jalaluddin “Metode adalah suatu cara untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada anak didik (siswa)”. Jadi yang dimaksud dengan
metode dalam hal ini adalah cara atau jalan yang dilakukan untuk
menyampaikan materi atau tujuan pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya.
Ada banyak metode yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran
diantaranya metode reading guide. Reading guide terdiri dari 2 kata yaitu
reading dan guide. Reading adalah membaca atau melihat catatan,
menurut Mulyono membaca adalah “pengenalan simbol-simbol bahasa
tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang
apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melaluwi
pengalaman yang dimiliki”. Menurut Listiyanto Ahmad, membaca atau
reading adalah suatu proses menalar (reading is reasoning). Aktivitas
membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga
mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi
suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya,
berjuang mempertahankan hidup dan mengembangkannya dalam bentuk

5
sains maupun teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia. Sedangkan guide
sebagai penuntun/pedoman. Jadi reading guide adalah bacaan terbimbing.
Metode reading guide adalah bentuk metode pembelajaran yang
mengarah pada penyampaian materi secara optimal karena banyaknya
materi yang harus diselesaikan dengan lebih banyak melibatkan kegiatan
membaca siswa melalui bimbingan yang berbentuk kisi-kisi. Menurut
Ismail SM metode reading guide merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan suatu panduan baku. Metode Reading Guide dilaksanakan
dengan cara guru memilih materi yang yang akan dipelajari pada hari
itu. Lalu guru membuat daftar pertanyaan sebanyak mungkin berdasarkan
materi yang akan dipelajari.
Berdasarkan penjelasan diatas, metode reading guide adalah cara yang
digunakan guru untuk membimbing siswa dalam kegiatan membaca.
Bimbingan yang diberikan oleh guru berbentuk kisi-kisi, lalu siswa akan
mendapat daftar pertanyaan mengenai teks bacaan yang telah dibaca oleh
siswa. Hal ini dipercaya dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa, karena metode ini mampu melibatkan siswa dalam hal
mencari, mengkaji, mengolah, dan melaporkan teks bacaan tersebut.
2. Tujuan Reading Guide
Tujuan metode reading guide adalah metode yang membantu siswa
fokus dalam memahami suatu materi pokok. Metode reading guide ini lebih
mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan
informasi dari sumber belajar. Proses pembelajaran dengan metode reading
guide mampu menciptakan suasana yang menyenangka dan yang paling
utama adalah para siwa bisa lebih fokus pada materi pokok karena mereka
secara langsung dibimbing dengan daftar pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru, sehingga proses pembelajaran jelas akan lebih efektif dan efesien.
Tujuan metode reading guide adalah membantu siswa dalam
mendalami, memahami, isi teks bacaan. Siswa mengalami aktivitas seperti

6
mencari, mengolah, maupun melaporkan isi teks bacaan guna menunjukkan
bahwa siswa sudah memahami teks maka dari itu, metode reading guide
merupakan metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa.
3. Prinsip-Prinsip Reading Guide
Ada 5 prinsip strategi proses belajar mengajar dengan penggunaan
metode reading guide yaitu:
a. Motivasi
Proses belajar mengajar yang tidak lepas dari adanya motivasi baik
motivasi intrinsik yang berasal dari siswa seperti keinginan untuk
belajar dengan baik atau motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar
seperti dorongan dari orang tua dan guru.
b. Kooperatif dan kompetisi
Ini dimaksudkan untuk pembentukan sikap kerja sama dalam
mencapai suatu tujuan bersama seperti diskusi bersama.
c. Korelasi dan integrasi
Berkaitan dengan sifat keterbatasan manusia untuk mengingat apa
yang sudah dipelajarinya seperti saling melengkapi kekurangan teman
yang dimiliki siswa.
d. Aplikasi dan transformasi
Bentuk penerapan teori-teori/prinsip serta kaidah-kaidah yang telah
dipelajari siswa mampu mempraktekkan di kehidupan sehari-hari.
e. Individualisasi.
Proses individualisasi dilakukan dengan diantara siswa aktif mencari
tahu mengenai informasi yang berhubungan dengan teks bcaaan dan
bertanya kepada guru atau orang tua.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada 5 prinsip metode reading guide
diantaranya, motivasi, kooperatif dan kompetisi, korelasi dan integrase,

7
aplikasi dan transformasi, dan juga indiviualisasi. Keempat prinsip ini akan
dialami siswa selama proses metode reading guide dilakukan.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana prinsip-prinsip yang


dikembangkan dalam metode reading guide sama seperti pembelajaran aktif
lainnya yaitu:

a. Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya


sendiri tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya.
b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap
kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
d. Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat
secara lebih baik.
Pada metode ini, siswa mempelajari maupun memahami teks bacaan
dengan usahanya sendiri. Setiap murid belajar sesuai dengan
kemampuannya, ada murid yang bisa memahami teks bacaan dengan
cepat ada pula yang lambat dan bila murid mempunyai motivasi untuk
memahami teks bacaan maka murid tersebut akan mengingat secara lebih
baik dibandingkan dengan murid yang memiliki motivasi sedikit.
4. Langkah-langkah Metode Reading Guide
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode reading guide diantaranya:
a. Tentukan bacaan yang akan dipelajari
b. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa atau
kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh
mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.

8
c. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada
siswa.
d. Tugas siswa adalah mempelajari bahan bacaan dengan
menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas
ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan.
e. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan
jawabannya kepada siswa.
f. pada akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.

B. Kemampuan Membaca Pemahaman


1. Pengertian Membaca Pemahaman
Untuk dapat membaca pemahaman dibutuhkan suatu keterampilan
membaca. Saat seseorang bisa membaca dengan baik makan keterampilan
selanjutnya adalah pemahaman dari teks bacaan. Suatu keterampilan
membaca pemahaman seperti dapat menemukan detail, menunjukkan pikiran
pokok, menunjukkan urutan kegiatan, mencapai kata akhir, menarik
kesimpulan dan membuat evaluasi. Secara umum, kata pemahaman diartikan
sebagai upaya memahami atau mengerti isi dari makna bacaan dari suatu
wacana baik berbentuk lisan maupun tulisan. Memahami wacana tulis
merupakan usaha sadar dalam memahami suatu wacana dalam bentuk tulisan,
yang didalamnya ada kegiatan membaca. Sedangkan dengan wacana lisan
merupakan upaya seseorang dalam mengerti isi dari wacana yang disajikan
dengan bentuk verbal atau lisan, yang didalamnya terdapat kegiatan
menyimak (Sutrisno dalam Pateda, 1989:17).
Pemahaman diartikan sebagai masalah penafsiran (interpretation)dan
harapan (expectency), yaitu penafsiran terhadap apa yang diperoleh dari
tulisan yang dibaca dan diharapkan dapat menemukan dan menggunakan hal-
hal yang ditemukan dalam bacaan tersebut (Mackey dalam Pateda 1989:17).
Saat seseorang memahami bacaan, maka mampu memperoleh pengtahuan-

9
pengetahuan yang baru sehingga dapat dibandingkan dengan pengetahuan
yang sudah didapatkan sebelumnya.
Spache dan Spache (Petty dan Jensen, 1980) menyebut aktivitas membaca
sebagai suatu proses yang sangat kompleks, karena melibatkan proses-
proses yang bersifat fisik maupun psikis. Ketika membaca, seseorang akan
mengaktifkan komponen-komponen psikis seperti kemampuan asosiasi,
perhatian, kemampuan mengingat, menelaah maupun memahami semua
bacaan. Bahkan pada individu tertentu juga melakukan proses internalisasi
pada teks bacaan yang dibaca. Hendry Guntur Tarigan (2008:58) dalam
bukunya mengatakan bahwa membaca pemahaman (reading for
understanding) adalah membaca yang bertujuan untuk memahami:
1. Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literacy standar),
2. Esensi kritis (critical review),
3. Drama tulis (printed drama),
4. Pola-pola fiksi (patterns of fiction). (Tarigan, 1984: 56)
Tarigan (2008:23) berpendapat bahwa kemampuan membaca
pemahaman adalah kemampuan memahami arti dalam suatu bacaan dalam
sebuah tulisan atau bacaan. Dari beberapa pendapat di atas penulis
menyimpulkan bahwa, membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan atau
upaya dalam memahami teks bacaan, yang kemudian dapat menguraikan
setiap makna dari kata, kalimat, maupun suatu paragraf.
1. Aspek dan Jenis-jenis Membaca
Membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan
merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun
kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum
di sekolah. Dalam Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa membaca
mencakup empat segi keterampilan , yaitu:
a. Keterampilan menyimak/mendengar (Listening skills).
b. Keterampilan berbicara (Speaking skills).

10
c. Keterampilan membaca (Reading skill).
d. Keterampilan menulis(Writing skills).
Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang
sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seseorang bayi pada
tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang dikatakan
orang di sekitanya. Karena seringnya mendengar disekitar, secara
berangsur bayi tersebut akan meniru cara berbicara orang sekitarnya.
Setelah memasuki usia sekolah, ia akan mulai belajar membaca, dengan
mengenal huruf, maupun mengenal makna kata sampai ia mampu
membuat sebuat kata menjadi sebuah kalimat.
Secara garis besar, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills)yang dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) yang mencakup:
a. Pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem/garfem, kata, frase, pola
klausa, kalimat dan yang lain-lainnya),
b. Pengenalan hubungan/korespodensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis
c. kecepatan membaca
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comrehention skills) yang
dianggap berada diurutan paling tinggi (higher order)yang mencakup:
a. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal),
b. Memahami signifikansi atau makna (mengerti tujuan
pengarang/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca),
c. Evaluasi ataupenilaian (isi, bentuk),
d. kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.
Broughton dalam Tarigan (2008:12).Untuk dapat mencapai tujuan
yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills)
tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca

11
bersuara (atau reading aloud; oral reading). Untuk keterampilan 14
pemahaman (comprehation skills), yang paling tepat adalah dengan
membaca dalam hati (silent reading), yang dapat pula dibagi menjadi:
a. Membaca ekstensif (extensive reading), yang mencakup:
1) Membaca survei (survey reading),
2) Membaca sekilas (skimming),
3) Membaca dangkal (superficial reading).
b. Membaca intesif yang mencakup:
1) Membaca telaah isi (content studyreading), yang mencakup:
a) Membaca teliti (close reading),
b) Membaca pemahaman (comprehetion reading),
c) Membaca kritis (critical reading),
d) Membaca ide (reading for idea),
2) membaca telaah Bahasa (language study reading) yang mencakup:
a) Membaca bahasa asing (foreign language reading),
b) Membaca sastra (literacy reading) Tarigan(2008:13).2.1.3 3.
2. Tujuan Membaca Pemahaman
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami isi bacaan. Makna
maupun arti sangat berhubungan erat dengan tujuan atau intensif kita dalam
membaca (Tarigan, 2008:9). Hal penting dalam tujuan membaca adalah:
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for detail for facts).
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas)
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).

12
e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasi
(reading for classify).
f. Membaca untuk menilai ataupun membaca untuk mengevaluasi
(reading to evaluate).
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
tocompare or contrast) Anderson dalam Tarigan (2008:9-11).
Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilakukan
secara mendalam untuk memhamai isi bacaan. Dalam hal ini, pembaca
dituntut untuk mengetahui dan mengingat hal-hal pokok, serta perincian
penting yang terdapat dalam teks bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suhendar dalam Tarigan (2008:27) mengatakan bahwa “Membaca
pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok
pikiran yang diungkapkan pengarang sehingga menimbulkan kepuasan
tersendiri setelah bacaan dibaca selesai”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan ide-ide
dari teks bacaan. Adapun tujuan kegiatan membaca adalah untuk memperoleh
informasi dan mampu menginterpretasikan informasi tersebut dan
mendapatkan fakta-fakta terbaru akan memperbaharui maupun menambah
pengetahuan yang sudah ada.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Sugiyono (2013) menyatakan bahwa salah satu masalah yang cocok
untuk diteliti menggunakan metode penelitian kualitatif adalah untuk
mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui
lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui Grounded Theory. Dengan
metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan,
selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat
ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut
selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila
hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori. Grounded theory
adalah metodologi penelitian kualitatif yang berusaha membangun teori
berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis (Glaser, 1998: 89; Glaser
& Straus,1967; Myers, 2009; Strauss dan Corbin 1990). Grounded theory
didefinisikan sebagai metodologi yang berusaha secara induktif menemukan teori
dengan cara peneliti mengembangkan teori dari suatu topikdan secara
simultan mendasarkan teori pada data atau observasi empiris (Martiin
danTurner,1986). Kekuatan utama Grounded Theoryadalah pengembangan
induktif teori dari data yang tersedia untuk menjelaskan suatu fenomena
sosial. Metodologi dari Grounded Theoryini dirasa cocok dengan fokus

14
penelitian, rumusan masalah dan tujuan penelitian ini berdasarkan definisi dan
karakteristik dari Grounded Theor ini. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa
diteliti beberapa variable saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah
dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif.
Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang
bersifat empiric dan terukur.Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit
diungkapkan. Grounded theory diangkat berdasarkan fakta di lapangan. Dengan
metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti,
sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi. Dengan digunakannya metode
kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel,
dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena metode ini lebih
baru, dan lebih mengikuti trendatau kecenderungan yang sedang marak
tetapi permasalahan lebih tepat dicarikan jawabannya dengan metode kualitatif.
Pemaparan hasil penelitian akan dibuat dalam bentuk deskriptif, dengan tujuan
pembaca dapat mendapatkan informasi lengkap dari hasil penelitian ini.
Semua hubungan yang ditunjukkan dari kemampuan membaca pemahaman
siswa melalui proses metode reading guide akan dijelaskan secara terperinci
agar hasil penelitian ini dapat diterima keabsahannya tentunya dengan
dukungan teknik analisis data dari metode kualitatif.

B. Sumber Data Penelitian


Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan
mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan informan,
yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari
pendiriannya. Informan disini adalah siswa. Peneliti tidak bisa memaksakan
kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan. Sesuai dengan fokus
penelitian, maka yang dijadikan sumber data adalah sumber data non-

15
manusia dan sumber data manusia. Sumber data non-manusia yang tertulis
atau dapat dikatakan sebagai dokumen sebagai data primer dan data pendukung
dalam penulisan laporan penelitian, yaitu buku teks, jurnal, makalah, artikel,
dan laporan penelitian terdahuludan sumber data manusia guna
menunjang hasil studi dokumentasi.
Yang dijadikan sebagai sumber data manusia adalah siswa-siswa dari
sekolah yang berasal dari kelas V pada salah satu sekolah di Bandung yang
dipilih berdasarkan level kemampuan membaca pemahaman siswa yaitu level
rendah, sedang, dan tinggi di kelas V A dan V B. Jadi ada dua belas orang
siswa yang menjadi sumber data yang akan diobservasi dan diwawancara.
Enam siswa dari masing-masing kelas. Alasan memilih sampel ini adalah
peneliti mengetahui kemampuan level kemampuan membaca pemahaman
siswa karena peneliti berkesempatan mengajar di kelas siswa tersebut
selama empat bulan dari hasil evalusi proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Dalam empat bulan tersebut peneliti dapat menelaah dan
mengevaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa yang berada di kelas
tersebut dari berbagai aspek seperti keaktifan siswa di dalam kelas yang dilihat
dari sejauh mana siswa berpartisipasi, aktif, prestasi yang ditunjukkan selama
proses pembelajaran berlangsung dengan strategi reading guide, serta
perkembangan kemampuan matematis siswa dalam menjalani pembelajaran
sehari-hari yang dilihat dari tugas-tugas individu maupun kelompok dari
siswa. Sehingga peneliti akhirnya mendapatkan sampel yang diinginkan
sesuai dengan level kemampuan membaca pemahaman siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data penelitian yang luas serta mendalam,
maka dilakukan beberapa upaya dalam pengumpulan data yang dibutuhkan
melalui beberapa cara, yaitu:
1. Studi Dokumentasi

16
Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data untuk
penulisan penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi ini
digunakan dalam berbagai bagian pada penulisan penelitian ini, baik dalam
penulisan latar belakang, studi pustaka maupun dalam analisis serta
pembahasan penelitian ini. Data yang didapatkan berguna untuk menganalisa
proses reading guide dalam mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman
siswa yang akan digunakan dalam penulisan laporan penelitian yang disesuaikan
dengan fokus dan tujuan penelitian.
2. Observasi
Observasi digunakan dalam menyusunlatar belakangpenelitian,
menentukan fokus penelitian, dan dalam penulisan pembahasan serta hasil
penelitian. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung dan
terus terang dengan harapan dapat medapatkan data yang sebenar-benarnya tanpa
ada manipulasi dari objek yang diobservasi.
3. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini akan digunakan sebagai data-
data pendukung dari fakta-fakta yang telah ditemukan pada studi
dokumentasi sehingga dalam pemaparan hasil penelitian dapat dijelaskan secara
lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur. Dengan wawancara tidak terstruktur diharapkan akan mendapatkan
banyak informasi yang lebih mendalam atau hal-hal baru yang mungkin dapat
menunjang penulisan pembahasan dan hasil penelitian. Dengan wawancara tidak
terstruktur ini membuat peneliti lebih terbuka pada masukan-masukan yang
mungkin ditemukan setelah proses wawancara dilakukan.

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri.
Namun setelah fokus penelitian menjadi jelas maka dikembangkan
instrumen penelitian sederhana, yang dapat mempertajam dan melengkapi hasil

17
pengamatan dan studi dokumentasi dalam penelitian ini. Instrumen yang akan
dipersiapkan adalah instrumen observasi dan wawancara guna membantu
penulisan hasil studi dokumentsi dari penelitian ini

E. Teknik Analisis Data


Pada pendekatan grounded theory, saat menganalisis data menggunakan open
coding, axial coding, dan selective coding. Manfaat coding adalah untuk
merinci, menyusun konsep (conceptualized) dan membahas kembali semuanya
itu dengan cara baru. Ini merupakan cara yang terkendali dimana teori dibangun
dari data. Konseptualisasi atau membangun konsep atau teori berdasarkan data
ini merupakan hal yang sangat khusus dari proses coding dalam
mengembangkan suatu grounded theory.
Agar teori yang dibangun berdasarkan data itu tidak salah, ketiga
macam coding tersebut harus dilakukan secara simultan dalam penelitian.
1. Open Coding
Proses merinci, menguji, membandingkan, konseptualisasi, dan
melakukan kategorisasi data (The process of breaking down, examining,
comparing, conceptualizing, and categorizing data).
2. Axial Coding
Suatu perangkat prosedur dimana data dikumpulkan kembali bersama
dengan cara baru setelah open coding, dengan membuat kaitan antara
kategori-kategori. Ini dilakukan dengan memanfaatkan landasan berpikir
(paradigma) coding yang meliputi kondisi-kondisi, konteks-konteks, aksi
strategi-strategi interaksi dan konsekuensi-konsekuensi. (Axial Coding: A
set of procedures where by data are put back together in new ways after
open coding, by making connections between categories. This is done by

18
utilizing a coding paradigm involving conditions, context,
action/interactional strategies and consequenses-consequenses).
3. Selective Coding
Proses seleksi kategori inti, menghubungkan secara sistematis ke kategori-
kategori lain, melakukan validasi hubungan-hubungan tersebut, dan
dimasukkan ke dalam kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk
perbaikan dan pengembangan. (Selective Coding: The process of selecting
the core category, systematically relating it to other categories, validating
those relationships, and filling in categories that need futher refinement
and development).

F. Rencana Pengujian dan Keabsahan Data


Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keabsahan data melalui:
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan member
check.
a. Perpanjangan Pengamatan
Pengamatan tidak hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan
berkali-kali untuk mendapatkan data yang pasti. Pengamatan
pertama dilakukan di dalam kelas guna mendapatkan fakta
lapangan dalam penulisan latar belakang. Pengamatan kedua masih
dilakukan di dalam kelas mendapatkan siswa yang sesuai kriteria
untuk digunakan pada proses observasi individu danmwawancara
selanjutnya. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada satu kelas saja
tapi dilakukan pada tiga kelas yang dimana peneliti
berkesempatan melakukan kegiatan belajar mengajar di dalamnya.

19
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada saat observasi dan
wawancara setiap individu sampelnya
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat ditulis secara
sistematis dimulai dari proses penulisan proposal, pelaksanaan
pengamatan, dan penulisan laporan penelitian. Pengujian
kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara
peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat,
sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian
juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait
dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan
peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan
untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/ dipercaya atau
tidak.
c. Triangulasi data
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber
data, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mendapatkan data atau hal yang sama dengan teknik yang berbeda,
yaitu dengan studi dokumentasi, observasi,dan wawancara.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya
adalah buku teks, hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan makalah.
Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan dalam berbagai

20
kesempatan, pagi, siang dan sore hari. Dengan triangulasi dalam
pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara
sumber memberikan data yang sama atau tidak.Apabilanara sumber
memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum
kredibel.
d. Diskusi dengan Teman
Diskusi dengan teman sejawat dilakukan dengan
mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara
kepada teman-teman mahasiswa sejenjang yang jurusannya
berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Melalui diskusi
ini banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang berkenaan
dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali ke
lapangan untuk mencarikan jawabannya. Dengan demikian data
menjadi semakin lengkap.
e. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
denganhasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan
analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-
data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti
mungkin akan merubah temuannya. Dalam penelitian ini banyak
kasus negatif yang ditemukan, tetapi setelah dikonfirmasikan
dengan nara sumber dan dilakukan studi dokumentasi lebih lanjut,
maka data yang negatif tersebut mendapat kesepakatan
sehingga berubah menjadi data yang tidak berbeda. Namun
demikian terdapat beberapa kasus yang sangat ekstrim perbedaanya

21
sehingga, hal tersebut merupakan bahan bagi peneliti untuk terjun lagi
ke lapangan.
f. Member Check
Pengujian kredibilitas data dengan member check, dilakukan
dengan cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber
data yang telah memberikan data, yaitu siswa-siswi yang diwawancara
serta melakukan pengecekan terhadap dokumen-dokumen yang
digunakan dalam studi dokumentasi.
2. Uji Transferabilitas
Uji Tranferabilitas ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannyahasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut
diambil. Tranferabilitas berkenaan dengan sejauh mana hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. Untuk mendapatkan
derajat tranferabilitas yang tinggi, tergantung pada kemampuan peneliti
mengangkat makna-makna esensial dan temuan penelitiannya,melakukan
refleksi serta analisis kritis yang ditunjukkan dalam pembahasan penelitian.
“Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut di tempat lain, maka peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan urain dengan rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian
tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk
mengaplikasikan hsil penelitian tersebut di tempat lain.” (Sugiyono, 2013:
130).“Bila pembaca memperoleh gambaran yang sedemikan jelasnya,
“semacam apa” dari suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
(transferability), maka hasil penelitian tersebut memenuhi standar
tranferabilitas.”(Sanafiah Faisal, 1990).
3. Uji Defendabilitas

22
Uji defendabilitas disebut reabilitas dalam penelitian kuantitatif. Suatu
penelitian dapat disebut reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi
atau mereplikasi proses penelitian tersebut. “Dalam penelitian kualitatif,
uji defendabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu di uji defendabilitasnya. Kalau proses penelitian tidak
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabelatau
dependable. Untuk itupengujian defendabilitas dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya
dilakukanoleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menetukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”,
maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.”(Sanafiah Faisal, 1990).
4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas disebut uji obyektivitas pebelitian dalam penelitian
kuantitatif. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitiantelah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas
mirip denganuji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan
secara bersamaan.“Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas. Dalam penelitian harus
ada proses, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.” (Sugiyono,
2013: 131).

23
G. Keterbatasan Penelitian
Ketidakmampuan peneliti untuk digeneralisasikan dari ranah dimana
penelitian terjadi ke ranah lain, misalnya kondisi psikologi siswa, lingkungan
tempat tinggal siswa, latar belakang keluarga siswa di satu sekolah dengan
sekolah lain akan berbeda hasilnya. Dengan demikian, sebagai salah satu
solusinya yaitu mendeskripsikan secara jelas tentang karakteristik siswa untuk
membantu pembaca dalam memutuskan apakah temuan dalam penelitian ini dapat
berlaku untuk situasi mereka atau tidak.

Daftar Pustaka

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Evan Ortlieb. (2013). Using Anticipatory Reading Guides to Improve
Elementary Students’ Comprehension. ERIC. Vol.6, No.2.
Hisyam Zaini. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka
Insani Madani
Ismail SM. (2008). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan. Semarang: RaSAIL
Media Group

Jacqueline Gaffner, Kary Johnson, Annette Torres-Elias & Lisa Dryden.


(2014). Guided Reading in First-Fourth Grade: Theory to Practice. ERIC. Vol. 2,
No. 2

24
Listiyanto Ahmad. (2010). Speed Reading, Teknik dan Metode Membaca
Cepat. Jogjakarta: APlus Books.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: C.V Maulana.
Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nana Sudjana, (2006). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.

Washington, Chelle. (2018). Guided Reading: How It Affects Student


Reading Abilities in an Elementary Classroom. ERIC.

25

Anda mungkin juga menyukai